Minggu, 2 Februari dalam kalendarium liturgi Gereja Katolik dirayakan sebagai Pesta Yesus Dipersembahkan di Kenisah. Hari ini juga merupakan hari bersejarah bagi Kevikepan Sulawesi Barat khusunya Paroki Santa Maria Mamuju karena tarekat Suster Misionaris Claris (MC) akhirnya dibuka secara resmi oleh Uskup Agung Makassar, Mgr. John Liku Ada’ dalam Perayaan Ekaristi yang dirangkaikan dengan pemberkatan rumah biara MC. Penantian yang panjang umat Katolik Mamuju akan hadirnya biara akhirnya terjawab juga. Sebuah rahmat yang besar bagi umat Katolik Mamuju Paroki St. Maria Mamuju khususnya dan Kevikepan Sulbar pada umumnya.
Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Uskup Agung Makasar berlangsung sekitar dua setengah jam yang diampingi oleh Vikep Sulbar, P. Martinus Pasomba, Pr; Pastor Paroki St. Maria Mamuju, P. Semuel Sirampun, Pr dan P. Paroki St. Yusuf Pekerja Baras, P. Cosmas Kopong Boro, Pr. Umat yang hadir diperkirakan sekitar 300-an orang yang datang dari wilayah-wilayah Paroki St. Maria Mamuju, komunitas suster JMJ dari Messawa.Perayaan Ekaristi dimeriahkan oleh koor “Ecclesia” dari umat Mamuju dan persembahan lagu “Tebar Jala” dari para suster MC yang dilaksanakan di “gereja transisi”. Istilah yang digunakan untuk menyebut tempat beribadat sementara umat Katolik stasi kota Mamuju karena gedung gereja paroki sementara dalam proses pembangunan.
Perayaan Ekaristi Yesus dipersembahkan di Kenisah diawali dengan pemberkatan lilin di depan gereja sebagai sebuah tradisi dalam Gereja Katolik. Tradisi ini memang perlu dipertahankan dan diumatkan agar umat memahami makna dari sebuah tindakan liturgis.
Mgr. John, dalam khotbahnya menguraikan secara lengkap makna lilin. Lilin adalah simbol terang, karena menerangi sekelilingnya. Lilin juga menyimbolkan cahaya yang adalah Kristus itu sendiri sebagai cahaya dunia. Maka, lilin sangat akrab dengan umat Katolik.Tradisi terang lazim di mana-mana, umat masuk gereja memasang lilin di depan patung Bunda Maria, sewaktu ziarah umat membawa lilin, ada pawai lilin, penerimaan sakramen Krisma, dan waktu Paskah, ada lilin Paskah. Ini semua menyimbolkan cahaya Kristus sebagai sentral dalam hidup orang Kristen khususnya orang Katolik.
Satu-satunya terang dalam dunia itu adalah Yesus Kristus sendiri yang datang sebagai terang di dunia karena dunia gelap akibat dosa, dunia perlu terang yakni terang yang benar dan sejati itu. Maka setiap kali kita “bergaul” dengan lilin pada intinya kita mengakui satu-satunya terang itu adalah Yesus Kristus sendiri, terang kehidupan kita.
Lebih lanjut Mgr. John menjelaskan bahwa hidup manusia adalah sebuah peziarahan. Dalam peziarahan itu terkadang menemukan lorong buntu atau gelap. Pada saat itu kita butuhkan cahaya atau terang untuk menerangi perjalanan kita untuk sampai pada tujuan. Hidup rohani kita pun demikian, membutuhkan cahaya yang tidak lain adalah Yesus sendiri. Yesus adalah cahaya dunia, terang sejati.
Yesus Kristus yang adalah terang itu sendiri pun mengutus kita untuk bisa menjadi terang dunia. Kita adalah terang dunia karena kita telah memilih Yesus sebagai terang dalam hidup.Sebagai manusia lemah memang terkadang kita merasa kecil, tidak mampu. Di sini Mgr. John memberi jawaban atas perasaan ketidakmampuan manusia itu lewat kisah/legenda lilin kecil.
Diceritakan bahwa suatu ketika pada malam hari, seorang yang punya rumah di tepi pantai menyalakan lilin di tangga rumahnya dan sambil berjalan ke atas tangga. Lilin bertanya, “Mau ke mana kita?” “Ke atas”, jawabnya.“Kamu dan terangmu akan menerangi kapal yang masuk pelabuhan agar kapal bisa sampai pada dermaga dengan selamat”. Lilin protes,“Bagaimana bisa saya menerangi dengan cahaya saya yang kecil ini”. Jawab si pemegang lilin, “Tenang saja yang penting kamu tetap bernyala terus, saya akan bantu”. Pada saat sampai di puncak si pembawa lilin tadi mengambil lilin dan menyalakan sumbu yang telah disiapkan dan dinyalakan, jadilah cahayanya terpantul sampai ke laut dan kapal-kapal pun bisa berlayar dengan selamat sampai di pelabuhan.
Pesan yang dapat dipetik dari legenda ini adalah bahwa Sang Terang dunia meminta kita untuk menjadi sang terang, yang membawa lilin adalah Tuhan sendiri. Namun yang pokok adalah lilinya bernyala terus, selebihnya percayakan kepada Tuhan. Uskup pun meminta suster MC ini agar menjadi cahaya di Mamuju dan sekitarnya. Memang terkadang ada momen dimana kita merasa kecil tapi semua kita serahkan pada Tuhan. Tuhan akan membantu dan menolong kita, tegas Uskup.
Uskup juga menguraikan sabda Tuhan hari ini yang dikutip dari Mal 3:1-4, Ibr 2:14-18, dan Luk 2:22-40. Dikatakan bahwa terang yang datang di dunia juga tidak berdaya seperti manusia biasa pada umumnya lahir tak berdaya. Ia dipersembahakan di Kenisah bersama dua ekor burung tekukur yang dalam kitab Imamat menunjukkan orang miskin. Bayi yang kecil itu bertahan karena peran orangtuanya yang memegang teguh tradisi Yahudi. Dalam Lukas dikatakan, setiap tahun keluarga kudus di Nazaret berziarah ke Yerusalem. Pada usia 12 tahun - Yesus yang adalah anak tukang kayu itu - menggemparkan para ahli agama Yahudi lewat tanya-jawabnya di Sinagoga. Ini menunjukkan pendidikan iman Yesus dalam keluarga sangat kuat.
Ia pun sama dengan kita dalam segala hal kecuali dalam hal dosa. Ia solider dengan manusia karena mengalami hukum nasib yang sama yakni kematian. Memang sebuah kepastian di dunia adalah kematian yang tak terelakkan oleh siapa pun juga. Namun bagi Yesus kematian dikalahkan lewat kebangkitanNya dari kematian.Itulah keistimewaan Yesus, sebagai Sang Juru Selamat.
Yesus adalah terang sejati yang mengutus kita juga untuk menjadi terang dunia. Uskup menegaskan bahwa jangan kita berkata, apalah artinya saya ini? percayalah pada Tuhan, jangan padamkan iman, jangan tinggalkan gereja. Mari kita nyalakan lilin kecil, jangan pernah lupa legenda kecil. Tugas kita adalah tetap menyalakan lilin, semangat tetap ada dalam mengarungi lorong kehidupan ini menuju kehidupan kekal. St. Paulus mengatakan, bahwa jika benar Yesus tidak bangkit maka sia-sialah iman kepercayaan kita.
Pada ritus penutup pada bagian pengumuman pesta Yesus dipersembahkan di Kenisah dan pemberkatan biara MC ini, disampaikan sambutan berturut-turut oleh wakil ketua umat, Petrus Tandilodang; pimpinan regional tarekat MC, Sr. Maria Veronica Endah Wulandari; dan Uskup Agung Makasar. Petrus Tandilodang mengucapkan terima kasih yang mendalam atas kehadiran suster MC yang memang sudah lama didambakan oleh umat hadir di bumi Manakarra, sebagai “tanah terjanji”. Ia mengatakan bahwa penantian panjang kini sudah terjawab tinggal mengkongkritkan misi yang dibawa oleh suster MC dalam bidang pendidikan, pastoral dan kesehatan. Semoga kehadiran tarekat MC ini membawa agin segar di “tanah terjanji” agar semakin banyak orang dimanusiakan dan mengenal cinta kasih Kristus.
Sr. Veronica MC tampil kedua membawakan sambutannya. Ia mengatakan bahwa sejarah besar telah terjadi hari ini melalui pembukaan dan peresmian tarekat MC di Jl. Bau Maseppe No. 14 Mamuju. Proses yang panjang kini terjawab dengan pemberkatan biara oleh Bp. Uskup. “Kami sangat serius datang dan dalam waktu yang tidak terlalu lama kami akan memulai misi kami di bidang pendidikan”, tegas suster.
Uskup Mgr. John juga menyampaikan terima kasih yang mendalam atas kehadiran biara MC di Mamuju dan berterima kasih karena didoakan secara khusus dalam doa umat, Uskup menyampaikan bahwa hari ini genap berusia 22 tahun ditahbiskan menjadi uskup. Kehadiran tarekat MC di Mamuju ini sekaligus merupakan hadiah yang istimewa di saat Uskup merayakan ulangtahun tahbisan sebagai uskup. Mewakili umat dan para pastor, Uskup menyampaikan selamat datang dan terima kasih yang mendalam kepada suster MC di bumi Manakarra (mana’=pusaka dan karra=sakti) yang juga dapat dimaknai sebagai “tanah terjanji”. “Kedatangan suster MC ini merupakan berkat Tuhan. Semoga menemukan saudara-saudari seiman dan bergandengan tangan mewartakan Kristus di tempat ini. Kehadiran gereja bukan untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk orang lain”, kata Mgr. John.
Setelah Perayaan Ekaristi dilanjutkan dengan ramah tamah dan dialog di lantai gereja yang sementara dalam proses pembangunan. Meskipun suasana agak panas karena teriknya matahari namun tidak mengurungkan semangat umat menghadiri acara ramah tamah. Acara ramah tamah dan dialog ini dipandu oleh ibu Clara Surya Parerung berlangsung sekitar 1,5 jam.
Acara ramah tamah dan dialog diawali dengan perkenalan para suster dari MC, mereka adalah Sr. Vero (pimpinan regional), Sr. Benedicta Suhananti (anggota dewan), Sr. Klara Immakulata They (bendahara). Adapun suster MC yang akan berdomisili di Mamuju adalah Sr. Bernadetha Ngole, MC, Sr. Margareta Maria MC, Sr. Fransiska Borgias Sri Susanti, MC. Perkenalan dilanjutkan oleh Sr. Agustin Sigar, JMJ dan Sr. Gregoriani, JMJ dari Messawa. Dialog berlangsung hangat. Beberapa umat mengajukan pertanyaan yang dijawab oleh dewan pastoral, pembimas Katolik, suster, Vikep, dan Uskup. Inti dari semua pertanyaan bermuara pada perkembangan umat ke depan baik di bidang pendidikan, sosial, dan pelayanan gerejani. Panitia pembangunan juga menyampaikan sekilas proses pembangunan gedung gereja baru yang sudah menghabiskan dana sekitar 1 milyar. Acara ditutup dengan makan siang bersama, agape, yang dipimpin oleh P. Cosmas Kopong Boro, Pr.
Semoga dengan pembukaan misi tarekat MC dari Sakramen Mahakudus ini, membawa angin segar bagi umat Paroki St. Maria Mamuju dan Kevikepan Sulawesi Barat, Tuhan memberkati. *** Penulis: RD. Martinus Pasomba dan Anton Ranteallo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar