Minggu, 19 September 2010

Sampul Koinonia Vol. 5 no. 4


Pendidikan Politik

PENGANTAR
Program lima-tahunan Keuskupan kita 2003-2008, yang disusun secara sentralistis di tingkat Keuskupan, dinilai kurang berhasil antara lain karena situasi dan kondisi dari Kevikepan ke Kevikepan berbeda-beda. Karena itu melalui rapat Dewan Imam disepakati sejak 2008 menggeserkan penyusunan program pastoral ke tingkat Kevikepan. Pada tingkat Keuskupan cukuplah disepakati bidang-bidang prioritas pastoral beberapa tahun ke depan. Karena itulah sampai dengan 2012 (-tahun itu direncanakan mengadakan Sinode Diosesan baru berkenaan dengan usia intan Gereja lokal ini-) diputuskan 4 bidang prioritas pastoral, yaitu: keluarga, pendidikan, sosial politik dan sosial-ekonomi. Dua bidang yang pertama sudah pernah diangkat menjadi pokok bahasan di rubrik “Dari Meja Uskup Agung” dalam KOINONIA kita ini. Walau menyangkut dua bidang yang terakhir sudah kerap muncul informasi kegiatan di KOINONIA, namun keduanya belum pernah ditampilkan sebagai pokok uraian di rubrik ini. Oleh karena itu kali ini kita menyajikan ulasan sekitar bidang sosial politik.

MENGATASI FOBI POLITIK
Secara tradisional tampaknya ada gejala ketakutan terhadap politik di kalangan umat Katolik. Entah dari mana asal-muasal ketakutan tradisional tersebut. Barangkali berdasarkan pengalaman Gereja dari abad ke abad, yang dimulai ketika kaisar Konstantin Agung menjadikan Agama Kristen sebagai agama resmi Negara (Edikt Milano, 313). Bahkan kemudian dalam sejarah muncul Negara Gereja, yang di satu pihak justru melemahkan dan menyebabkan Gereja mengalami kemunduran. Dulu kerap terdengar ucapan bernada nasehat ini: “Politik itu kotor. Karena itu kalau mau menjadi orang Katolik yang baik, jauhilah politik”. Sejauh mana hal ini masih menggejala di kalangan masyarakat Katolik di Keuskupan Agung Makassar, dapat terlihat pada hasil survey yang diadakan antara Februari-April 2009 di wilayah KAMS: 63,6% responden menjawab “tidak tertarik pada hal-hal yang berbau politik”. Pada kelompok mayoritas ini kata “politik” diasosiasikan dengan macam-macam hal negatif, antara lain: mencari kedudukan/kekuasaan; berbicara tentang persaingan; kemunafikan / kepalsuan; strategi seseorang mencapai tujuan dan sasaran; kolusi, korupsi dan nepotisme; kecurangan; bingung.

Namun, Konsili Vatikan II menegaskan: “Untuk menunaikan tugasnya, Gereja selalu wajib menyelidiki tanda-tanda zaman dan menafsirkannya dalam terang Injil” (GS,4). Dan dokumen yang sama, yaitu Konstitusi Pastoral ‘Gaudium et Spes’ tentang Gereja di Dunia Dewasa Ini, dibuka dengan kata-kata berikut: “Kegembiraan dan Harapan, duka dan kecemasan orang-orang zaman sekarang, terutama kaum miskin dan siapa saja yang menderita, merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid Kristus juga” (GS,1). Memang Gereja ada bukan untuk memperjuangkan kepentingan dan keselamatannya sendiri saja. Gereja diutus untuk menjadi garam dan terang dunia (bdk. Mat. 5:13-16). Nah, kalau benar bahwa dunia politik itu kotor dan gelap, maka justru di sanalah murid-murid Kristus dibutuhkan menjadi terang! Inilah tugas perutusan yang terus-menerus harus disadari oleh para murid Kristus. Sedangkan orang-orang Katolik yang sudah melibatkan diri di dunia politik harus selalu menjaga agar terangnya tidak pernah redup dan sendiri menjadi unsur kegelapan. Sebagaimana ditegaskan oleh para Bapa Konsili: “Hendaknya segenap umat kristen menyadari panggilan mereka yang khas dalam negara. Di situlah harus terpancarkan teladan mereka, yang terikat oleh kesadaran akan kewajiban mereka mengabdikan diri kepada kesejahteraan umum yang memang perlu ditingkatkan” (GS,75).

GEREJA DAN POLITIK/NEGARA
Melalui permenungan mendalam atas hakekat dirinya, dan tentu dengan latar belakang pengalaman panjang dari abad ke abad, akhirnya Gereja dalam Konsili Vatikan II menggariskan bagaimana seharusnya relasi dasar antara Gereja dan Negara.

Konsili mengakui keabsahan keberadaan Negara, yang bersumber pada kehendak Allah sendiri. Dengan jelas ditegaskan, “negara dan pemerintah mempunyai dasarnya pada kodrat manusia, dan karena itu termasuk tatanan yang ditetapkan oleh Allah” (GS,74). Adapun dasar pemikirannya sebagai berikut: “Orang-orang, keluarga-keluarga dan pelbagai kelompok, yang bersama-sama membentuk masyarakat sipil, menyadari kurangnya kemampuan mereka untuk mewujudkan kehidupan sungguh manusiawi. Mereka memahami perlunya rukun hidup bersama yang lebih luas, yang memberi ruang kepada semua anggotanya, untuk dari hari ke hari menyumbangkan tenaga mereka sendiri demi semakin terwujudnya kesejahteraan umum. Oleh sebab itu mereka membentuk negara menurut pelbagai pola” (GS,74).

Dari pernyataan Konsili di atas jelas ditegaskan bahwa negara ada karena tuntutan kodrat manusia. Karena kodrat manusia diciptakan oleh Allah, maka harus dikatakan bahwa keberadaan negara berdasarkan penetapan Allah sendiri. Kecuali itu ditegaskan bahwa negara ada “demi semakin terwujudnya kesejahteraan umum”. Satu-satunya dasar dan makna keberadaan negara ialah KESEJAHTERAAN UMUM (bonum publicum, bonum commune). Apa itu kesejahteraan umum? Dijelaskan oleh Konsili dengan kata-kata berikut: “Kesejahteraan umum mencakup keseluruhan kondisi-kondisi kehidupan sosial, yang memungkinkan orang-orang, keluarga-keluarga dan perhimpunan-perhimpunan mencapai kesempurnaan mereka secara lebih penuh dan lebih mudah” (GS,74).

Setelah pernyataan di atas, Konsili selanjutnya menggariskan relasi dasar antara Gereja dan Negara. Ditegaskan, “berdasarkan tugas maupun wewenangnya Gereja sama sekali tidak dapat dicampuradukkan dengan negara, dan tidak terikat pada sistem politik mana pun juga. Sekaligus Gereja itu menjadi tanda dan perlindungan transendensi pribadi manusia. Di bidang masing-masing negara dan Gereja bersifat otonom, tidak saling tergantung” (GS,76). Namun, baik Gereja maupun negara “melayani panggilan pribadi dan sosial orang-orang yang sama”, kendati atas dasar yang berbeda. “Pelayanan itu akan semakin efektif dijalankan oleh keduanya demi kesejahteraan umum, semakin baik keduanya menjalin kerja sama yang sehat, dengan mengindahkan situasi setempat dan semasa. Sebab manusia tidak terkungkung dalam tata duniawi melulu (-inilah bidang khas negara-), melainkan sementara mengarungi sejarah manusiawi ia sepenuhnya mengabdi kepada panggilannya untuk kehidupan kekal (-inilah bidang khas Gereja-). Gereja, yang bertumpu pada cinta kasih Sang Penebus, menyumbangkan bantuannya, supaya di dalam kawasan bangsa sendiri dan antara bangsa-bangsa makin meluaslah keadilan dan cinta kasih. Dengan mewartakan kebenaran Injil, dan dengan menyinari semua bidang kegiatan manusiawi melalui ajarannya dan melalui kesaksian umat kristiani, Gereja juga menghormati dan mengembangkan kebebasan serta tanggung jawab politik para warganegara” (GS,76).

Guna mewujudkan prinsip di atas secara jelas, Konsili memberi penggarisan berikut sebagai pedoman dasar: “Terutama dalam masyarakat yang bersifat majemuk, sangat pentinglah bahwa orang-orang mempunyai pandangan yang tepat tentang hubungan antara negara dan Gereja, dan bahwa ada pembedaan yang jelas antara apa yang dijalankan oleh umat kristiani, entah sebagai perorangan entah secara kolektif, atas nama mereka sendiri selaku warganegara, di bawah bimbingan suara hati kristiani, dan di pihak lain apa yang mereka jalankan atas nama Gereja bersama para gembala mereka” (GS,76). Dalam dokumen yang sama pada nomor sebelumnya ditegaskan sebagai berikut: “Secara khas, meskipun tidak eksklusif, tugas kewajiban maupun kegiatan keduniaan (sekular) termasuk kewenangan kaum awam” (GS,43). Lalu apa tugas khas hirarki dalam hal ini? Pertanyaan ini dijawab, dari para gembala “kaum awam hendaknya mengharapkan penyuluhan dan kekuatan rohani” (GS,43).
PENTING DAN PERLUNYA PENDIDIKAN POLITIK
Konstitusi Pastoral ‘Gaudium et Spes’ tentang Gereja di Dunia Dewasa Ini menekankan pentingnya dan perlunya pendidikan politik bagi umat Katolik, dengan kata-kata berikut: “Hendaknya secara intensif diusahakan pembinaan kewarganegaraan dan politik, yang sekarang ini perlu sekali bagi masyarakat dan terutama bagi generasi muda, supaya semua warganegara mampu memainkan peranannya dalam hidup bernegara” (GS,75). Dan survey yang diadakan di wilayah KAMS 2009 lalu, yang sudah disinggung di atas, menemukan bahwa “kurangnya pendidikan politik menjadi salah satu faktor penghambat bagi umat Katolik, ketika akan berperan lebih aktif dalam politik”.

Datangnya apa yang disebut ‘era Reformasi’, yang selanjutnya ditandai dengan Otonomi Daerah (Otoda), memang membawa perubahan besar dan mendasar, dibandingkan dengan sistem yang berlaku era sebelumnya (Orde Baru) yang otoriter dan sangat sentralistis. Arus demokratisasi kiranya akan berproses terus pada bangsa ini. Dalam sistem demokrasi kedaulatan ada di tangan rakyat. Maka era Reformasi sesungguhnya membawa serta tantangan besar kepada para warganegara/kelompok-kelompok sosial yang merupakan komponen bangsa ini untuk mengambil peran aktif dalam menentukan pergulatan bangsa ini ke depan dalam upayanya mewujudkan sebuah masyarakat yang adil dan sejahtera berdasarkan Pancasila. Tetapi barangkali tantangan ini terlebih mengena dan urgen untuk para warganegara dalam kelompok-kelompok sosial minoritas. Karena, di satu pihak, Undang-Undang Dasar menjamin hak dan kewajiban warganegara untuk berperan aktif dalam hidup bernegara. Tetapi kalau, di lain pihak, mereka sendiri tidak menggunakan hak itu, mereka akan terus tergeser ke pinggir dalam arus perjalanan bangsa ke depan.

Dalam sistem demokrasi, kedaulatan rakyat secara khusus dilaksanakan lewat pemilihan yang bersifat langsung, umum, bebas dan rahasia (luber). Melalui Pemilihan Umum yang langsung, bebas dan rahasia, rakyat memilih wakilnya (legislatif) dan pemimpinnya (eksekutif). Setiap warganegara, sesuai dengan ketentuan Undang-Undang, mempunyai hak untuk memilih dan dipilih. Agar Pemilu semakin efektif dan bermutu, rakyat perlu terus-menerus dibantu melalui apa yang dapat disebut “pendidikan politik” supaya mereka memiliki kesadaran yang mendalam dan tepat dalam mewujudkan hak itu:
Menjadi Pemilih yang Cerdas
Setiap warganegara diharapkan menjadi pemilih yang cerdas. Apa maksudnya? Maksudnya bahwa ia mampu secara bebas berdasarkan suara hati yang baik menjatuhkan pilihannya pada figur yang tepat menjadi pemimpin (di bidang eksekutif: pemerintah) dan wakilnya (di lembaga legislatif).

Walaupun Indonesia sudah merdeka 65 tahun, namun sistem politik yang sungguh demokratis baru dimulai dengan datangnya era Reformasi. Jadi boleh dikata bangsa ini sedang berada pada tahap awal dalam proses belajar berdemokrasi secara benar. Kesadaran politik rakyat pada umumnya, termasuk pengetahuan akan hak dan kewajibannya sebagai warganegara, masih lemah sehingga rentan dimanipulasi. Praktek yang paling banyak terdengar ialah apa yang disebut ‘money politics’ (‘politik uang’). Tetapi ketika rakyat sudah sadar akan hak politiknya, tentu ia akan tersinggung bila kedaulatannya sebagai warganegara, dan karena itu juga harga dirinya sebagai pribadi, dibeli atau dinilai antara Rp 25.000,- sampai Rp 50.000,-! Seseorang yang sudah sadar akan hak politiknya tidak perlu merasa bersalah bila ia menerima ‘pemberian’ calon tertentu, tetapi kemudian di bilik pemungutan suara ia memilih calon lain yang dia anggap lebih baik. Pemilu harus luber, orang memilih dengan bebas berdasarkan hatinurani dan rahasia. Tetapi tidak jarang para pemilih diintimidasi. Pemilih yang berstatus PNS diancam bila tidak memilih calon tertentu. Dan terdapat kejadian di mana mereka yang dicurigai memilih calon lain, kemudian disingkirkan oleh Bupati terpilih; wilayah yang memilih calon lain, selanjutnya diabaikan oleh Bupati terpilih. Ini jelas merupakan kejahatan terhadap prinsip demokrasi. Karena sekali seseorang terpilih menjadi Bupati/Walikota, Gubernur atau Presiden, ia menjadi Bupati/Walikota, Gubernur atau Presiden dari seluruh rakyat yang terkait, dan bukan hanya dari rakyat yang memilih dia! Praktek KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) jelas bertentangan dengan prinsip demokrasi. Segala macam gejala penyimpangan seperti ini harus terus-menerus dikikis dari alam demokrasi Indonesia. Untuk itu rakyat perlu mendapatkan pembinaan kewarganegaraan dan politik agar mereka tahu dan berani memperjuangkan hak-haknya yang benar.

Lalu mana kriteria atau ukuran yang hendaknya digunakan para pemilih dalam memilih calon pemimpin/wakil mereka? Kriteria itu ialah integritas, komitmen, dan kemampuan dari calon yang bersangkutan. Dengan integritas dimaksudkan bahwa calon bersangkutan sungguh seorang negarawan sejati dan memiliki moral yang baik sebagai pribadi. Sebagai negarawan, dia tahu bahwa hakekat dan tujuan adanya negara ialah demi kesejahteraan umum (bonum publicum atau bonum commune). Karena itu sebagai pemimpin dia harus berdiri di atas semua golongan; tiada satu golongan atau kelompok sosial, betapa kecil pun, yang boleh diabaikan. Selanjutnya, dia harus mempunyai komitmen sungguh-sungguh sebagai pemimpin/wakil rakyat. Janganlah janji-janji yang disampaikan pada waktu kampanye kemudian dengan gampang diingkari. Dan seorang calon yang secara sembunyi-sembunyi berupaya ‘membeli’ suara para pemilih (‘money politics’) sulit dipercaya bahwa ia mempunyai komitmen serius untuk menjadi pemimpin-pelayan masyarakat demi kesejahteraan umum. Calon seperti ini patut dicurigai hanya berambisi merebut kekuasaan dan memperkaya diri. Kecuali itu moralitasnya pantas dipertanyakan. Jelaslah ‘politik uang’ dilarang oleh undang-undang. Mengapa dia sampai hati membuatnya secara licik? Mengenai kriterium kemampuan, menyangkut dua unsur pokok, yaitu: profesionalitas dan ketrampilan. Ini antara lain akan tampak dalam visi, misi dan program yang diajukan calon bersangkutan. Visi-misi dan program inilah yang harus diperkenalkan sebaik mungkin oleh setiap calon kepada para pemilih dalam masa kampanye, sehingga kemudian para pemilih dapat menjatuhkan pilihannya pada calon yang tepat secara bebas berdasarkan suara hati mereka. Di negara-negara yang sudah mantap demokrasinya, para calon membutuhkan dana untuk kegiatan kampanye semacam ini, dan bukan untuk membeli suara para pemilih secara tidak pantas.

Akhirnya, sebagaimana sudah dikatakan di atas, setiap kelompok sosial komponen bangsa perlu ikut berperan langsung dalam hidup bernegara, baik di bidang eksekutif maupun legislatif. Namun, bagi kelompok-kelompok sosial minoritas, hal ini tidak selalu mungkin diwujudkan di setiap wilayah. Dalam hal seperti ini kelompok sosial bersangkutan harus cekatan membuat ‘kontrak politik’ dengan calon di luar kelompok sosial tersebut yang bersedia membawakan aspirasi dan menyuarakan kepentingan kelompok sosial-nya.

Menjadi Politisi / Negarawan Sejati
Konstitusi Pastoral tentang Gereja di Dunia Dewasa Ini menegaskan sebagai berikut: “Mereka yang cakap atau berbakat hendaknya menyiapkan diri untuk mencapai keahlian politik, yang sukar dan sekaligus amat luhur, dan berusaha mengamalkannya, tanpa memperhitungkan kepentingan pribadi atau keuntungan materiil. Hendaknya mereka dengan keutuhan kepribadiannya dan kebijaksanaan menentang ketidakadilan dan penindasan, kekuasaan sewenang-wenang dan sikap tidak bertenggang rasa satu orang atau satu partai politik. Hendaknya mereka secara jujur dan wajar, malahan dengan cinta kasih dan ketegasan politik, membaktikan diri bagi kesejahteraan semua orang” (GS,75). Kader politik dengan sosok seperti inilah yang kita maksudkan dengan ‘politisi/negarawan sejati: Kata-kata kuncinya ada pada bagian terakhir anjuran konsilier tersebut, “membaktikan diri bagi kesejahteraan semua orang” (bonum publicum/bonum commune). Seorang politisi Katolik tidak boleh berjuang hanya untuk kesejahteraan kelompoknya. Ia harus memperjuangkan kesejahteraan umum, termasuk di dalamnya kesejahteraa kelompoknya. Ia diutus ke dunia politik untuk menjadi garam dan terang. Karena itu ia haruslah seorang yang beriman Katolik secara kuat dan mendalam. Sebab kalau tidak demikian, ia akan dengan mudah terkontaminasi kegelapan dan sendiri menjadi unsur kegelapan.

Oleh karena itu pembinaan kader-kader Katolik haruslah bersifat integratif-komprehensif secara berjenjang. Seringkali terdengar kritik dari pihak ormas-ormas Katolik, bahwa Gereja (baca: hirarki) hanya memperhatikan ‘pembinaan ke dalam’ generasi muda Katolik (yang sering disebut ‘pembinaan sekitar altar’), dan mengabaikan ‘pembinaan ke luar’ (pembinaan sosial kemasyarakatan). Mudah-mudahan dalam kritik itu tidak terkandung pengertian bahwa ‘pembinaan ke dalam’ itu tidak perlu. Kiranya sudah tiba saatnya, untuk menyatukan visi dan bersepakat bahwa, baik ‘pembinaan ke dalam’ maupun ‘pembinaan ke luar’ keduanya dibutuhkan. Dan hendaknya diwujudkan lewat pembinaan integratif-komprehensif berjenjang. ‘Pembinaan ke dalam’ dimulai dalam keluarga-Sekami-Mudika, yang harus lebih diintensifkan di paroki-paroki/Kevikepan/Keuskupan: Komisi Kepemudaan, juga KMK-KMK di kampus-kampus. Di situ diadakan penelusuran bakat dan minat. Mereka yang berbakat di bidang sosial kemasyarakatan hendaknya didorong untuk bergabung dan menjadi aktivis di Pemuda Katolik atau PMKRI, yang harus dibangkitkan dan diaktifkan kembali. Selanjutnya, kader-kader ini didorong untuk mulai berkiprah ke luar, misalnya di KNPI atau mulai bergabung dan magang di partai-partai politik. Jangan dilupakan bahwa politik itu adalah terutama sebuah ketrampilan, dan karena itu keahlian di bidang ini lebih banyak akan diperoleh dari pengalaman ketimbang dari buku-buku ilmiah. Tentu saja ini tidak berarti bahwa seorang politisi sejati tidak butuh membaca buku-buku bermutu di bidang politik. Dia tetap perlu terus-menerus menambah dan memperdalam pengetahuannya. Demikian pula, sebagai politisi Katolik, dia harus terus-menerus memperdalam imannya, termasuk membaca buku-buku iman Katolik dan Ajaran Sosial Gereja.

Akhirnya, perkenankan saya menutup ulasan ini dengan mengutip kata-kata John F. Kennedy, mantan Presiden Amerika Serikat yang beragama Katolik: “Do not ask what your country can do for you, but ask what you can do for your country” (“Jangan tanya apa yang Negaramu dapat buat untukmu, tetapi tanyalah apa yang anda dapat buat untuk Negaramu”). Dan penegasan Yesus: “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah” (Mat. 22:21).

Makassar, September 2010

+ John Liku-Ada’

Rangkuman Rapat Dewan Imam KAMS

Rapat mengagendakan untuk membahas lebih lanjut keputusan rapat Dewan Imam November 2009 dalam dua bidang prioritas program pastoral KAMS 2009 – 2012, yakni bidang Keluarga dan bidang Pendidikan. Rapat menetapkan juga Pendidikan Calon Imam di Seminari, Kasus aktual seputar kehidupan imamat, SAGKI 2010, dan Persiapan Sinode Diosesan 2012 sebagai agenda. Pada sesi-sesi pendalaman terhadap agenda-agenda rapat tersebut, Komisi Keluarga, Komisi Pendidikan, dan Panitia Persiapan Sinode Diosesan 2012 turut serta memberikan masukan di bidangnya masing-masing. Keputusan-keputusan rapat terinci sebagai berikut:

Bidang Keluarga
Keluarga diakui sebagai sekolah pertama dan utama bagi pendidikan anak (bdk. AA 11, GS 47, FC 42). Atas dasar pengertian tersebut, katekese dan pastoral keluarga senantiasa perlu digiatkan dalam pertemuan-pertemuan umat basis dan Kursus Persiapan Perkawinan. Hal-hal penting dan menjadi prioritas dalam katekese dan pastoral keluarga adalah:
1. Keteladanan hidup orangtua terhadap anak-anak.
2. Ekonomi keluarga
3. Faktor-faktor psikologis dan karakter pribadi
4. Komunikasi dalam keluarga
5. Pengaruh dan ketergantungan keluarga terhadap media komunikasi dan informasi modern, khususnya TV dan HP.

Bidang Pendidikan
Perlu disadari bahwa Pendidikan sebagai karya seluruh Gereja, yang harus dimulai dari dalam keluarga dan Gereja, baik yang formal (sekolah-sekolah) maupun non formal (Sekami dan OMK). Untuk meningkatkan pelayanan dan mutu sekolah-sekolah katolik dalam lingkup Gereja Lokal KAMS, haruslah diciptakan dan diperkuat JEJARING antar LPK, komisi-komisi dan para pemangku kepentingan (stake holders) dalam berbagai program karya yang konkrit seperti:
1. Menumbuhkan “sense of belonging” terhadap sekolah-sekolah katolik, khususnya sekolah-sekolah Yayasan Paulus KAMS.
2. Sekolah atau guru-guru katolik di tingkat yang lebih rendah mengarahkan atau memotivasi anak-anak didiknya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang di atasnya di sekolah katolik pula.
3. Mengupayakan calon guru atau tenaga guru yayasan melalui program beasiswa studi lanjut dengan ikatan dinas.
4. Mendesak paroki mengalokasikan dana sosial paroki untuk beasiswa anak-anak katolik berprestasi, tapi kurang mampu dari segi ekonomi, di sekolah-sekolah katolik.
5. Menegaskan kembali upaya pendirian Taman Kanak-Kanak, asrama, dan pembinaan iman anak Sekami yang diprogramkan oleh kevikepan, paroki. Contoh: TK baru sudah didirikan di Paroki Sungguminasa, dan Stasi Rantetiku Paroki Mangkutana.
6. Menimbang posisi strategis Sulbar pada lalu lintas perdagangan internasional di masa depan, maka kehadiran Gereja perlu diperkuat.

Bidang Pendidikan Calon Imam
“Gereja akan baik bila imam-imamnya baik” (Paus Yohanes Paulus II). Karena itu beberapa tindakan konkrit yang perlu ditindaklanjuti sesegara mungkin demi output yang baik adalah:
1. Kelanjutan proyek pembangunan gedung kapel SPC.
2. Kelanjutan proyek renovasi gedung dan tanggul air di Seminari Tinggi Anging Mammiri Yogyakarta.
3. Rekrutmen dan up-grading tenaga guru tetap untuk SPC: ditindaklanjuti oleh Komisi Seminari.
4. Pengadaan laptop dan LCD untuk media pengajaran di SPC; diproposalkan oleh seminari ke Komisi Seminari.
5. Kerjasama komisi Seminari dan Tim Animasi Panggilan KKI Keuskupan dan Kevikepan untuk promosi panggilan.
6. Keteladanan hidup para imam menjadi kesaksian nyata dalam menumbuhkan panggilan menjadi imam.
7. Menjadikan SPC sebagai salah satu rumah singgah dan nginap bagi para imam dan frater.
8. Frekuensi kunjungan para imam ke Seminari sesering mungkin (SPC, TOR, SAM).
9. Meminta kesediaan para imam di kota Makassar untuk menjadi pastor pembimbing rohani bagi para seminaris (SPC).
10. Bina Lanjut bagi imam-imam, khususnya balita secara teratur.
11. Mendukung kelompok sharing imam-imam yang sudah berjalan.
12. Pertemuan staf lintas jenjang pendidikan di seminari digiatkan kembali, dikoordinir oleh Komisi Seminari.
13. Perlunya seorang psikolog pada proses penerimaan calon siswa seminari dan proses pendampingan pada pendidikan di seminari.
14. Tema “Pendidikan Calon Imam” menjadi agenda rapat Dewan Imam berikut. Komisi Seminari dan Komdik diminta untuk menyiapkan materi rapat Dewan Imam tersebut, al.: pengadaan tenaga guru.

Materi Umum
1. Pedofilia
- Perlu disadari bahwa sejumlah kasus Pedofilia di kalangan para imam di beberapa tempat merupakan masalah aktual dan menjadi ancaman serta tantangan serius terhadap kemurnian dan panggilan hidup imamat kita.
- Ancaman pemerasan terhadap Gereja melalui tanggapan/penilaian atas kasus-kasus sedemikan itu diupayakan dicegah, diatasi dengan cara, antara lain penandatanganan Surat Perjanjian sebelum calon imam ditahbiskan sebagai diakon.

2. SAGKI 2010:
Tugas liturgi inkulturatif pada misa hari ke-2 SAGKI 2010, tanggal 2 November 2010, persiapannya dipercayakan kepada Kevikepan Toraja. Selanjutnya berkoordinasi dengan Bapa Uskup.

Persiapan Sinode Diosesan 2012
Laporan Kerja Panitia Persiapan Sinode tingkat Keuskupan ditanggapi dan diputuskan sebagai berikut:
1. Tahap-tahap proses persiapan mengalami revisi setelah mendengar masukan dari rapat Dewan Imam, dan masih akan dirapatkan.
2. Sebelum tahap pertama langkah kedua, Panitia tingkat Keuskupan akan berbagi tugas untuk turun ke lima kevikepan guna membantu tim kevikepan dalam pemahaman bersama tentang bahan dan proses kerja yang perlu ditempuh. Dalam pertemuan tersebut di pihak Kevikepan diharapkan hadir semua anggota Panitia Kevikepan dan fasilitator komunitas basis (teritorial dan kategorial).
3. Materi studi Panitia Keuskupan diserahkan kepada para Vikep dan semua anggota Dewan Imam pada kesempatan pertama sesudah rapat Dewan Imam.
4. Biaya perjalanan Panitia Keuskupan ditanggung oleh Keuskupan, dan dicatat dalam anggaran Sinode Diosesan 2012.
5. Biaya pertemuan di Kevikepan ditanggung oleh Kevikepan, dan dilaporkan kepada Bendahara Panitia tingkat Keuskupan.
6. Jadwal pertemuan antar Panitia Keuskupan dan Panitia Kevikepan disepakati bersama pada kesempatan pertama oleh masing-masing kelompok dari Panitia Keuskupan dengan Kevikepan yang bersangkutan.

Makassar, 20 Mei 2010

Mgr. John Liku-Ada’
Uskup Agung Makassar

Perjalanan ke Tana Toraja bersama Dubes Vatikan

Sebuah perjalanan yang tidak terlupakan ketika harus mendampingi seorang Duta Besar Vatikan untuk Indonesia. Mau dikatakan bangga; iya juga, senang apalagi! Edisi Koinonia kali ini, penulis ingin berbagi pengalaman yang bisa dikatakan cukup langka, unik dan sulit untuk diulang.

Pagi yang cukup cerah pada tanggal 6 September 2010, kami berkumpul di Kantor Keuskupan Agung Makassar Jl. Thamrin, Makassar untuk mempersiapkan penjemputan dan perjalanan ke Toraja bersama Duta Besar Vatikan untuk Indonesia (Nuncio) yakni Mgr. Leopoldo Girelli.

Waktu menunjukkan pukul 09.30, Pastor Frans Nipa (sekretaris KAMS) mengarahkan para rombongan yang akan berangkat menjemput Duta Besar di Bandara Hasanuddin. Rombongan yang menumpangi 5 (lima) mobil terdiri dari mobil patroli/Polisi, mobil untuk Duta Besar yang ditemani oleh Bapa Uskup Agung Makassar (Mgr. John Liku-Ada’), mobil berikut untuk Direktur Pendidikan Agama Katolik Ditjen Bimas Katolik Kementerian Agama RI, Drs. Natanel Sesa, M.Si. yang juga hadir mendampingi Duta Besar Vatikan, mobil berikutnya ditumpangi oleh Pastor Frans Nipa, Pastor Albert Arina (ekonom KAMS) dan mobil yang terakhir ditumpangi oleh Pastor Marsel Lolo Tandung. Seluruh rombongan berjumlah 20 orang.

Kurang lebih 25 menit dari Keuskupan kami tiba di Bandara Sultan Hasanuddin, dengan bantuan dari personil Polda Sulsel kami diperbolehkan masuk menjemput langsung Duta Besar Vatikan Mgr. Leopoldo di ruang kedatangan penumpang. Tidak begitu lama menunggu akhirnya pesawat yang ditumpangi oleh Duta Besar dan Direktur Pendidikan Agama Katolik Kementerian Agama RI tiba dengan selamat. Bersama dengan pengawalan dari POLDA Sulsel kami menuju ke Jalan Serui, mampir di RM. MAMA untuk santap siang bersama sebelum melanjutkan ke Toraja. Suasana yang begitu penuh kekeluargaan, kami di sambut oleh Pak Sonny dan Ibu Mimi di RM. Mama. Bapa Uskup sempat berbisik, “Saya berharap kita masih sempat melihat Bambapuang sebelum gelap”, dari 9 kata tersebut saya merasakan bagaimana Bapa Uskup sangat ingin memperlihatkan keindahan alam yang ada di Sulawesi Selatan atau dengan kata lain sangat ingin melayani tamu secara maksimal.

Sekitar pukul 12.30 siang kami melanjutkan perjalanan menuju ke Tana Toraja. Perjalanan yang cukup melelahkan dengan jalan beton yang terpotong-potong karena belum selesai pengerjaannya membuat kami cukup was-was. Di mobil, kami sempat bercanda, “jalanan rusak seperti ini pasti susah ditemukan di Roma dan ini pengalaman baru buat beliau/Nuncio”.

Akhirnya kami tiba di RM. Dinasty, kota Pare-Pare; perjalanan yang ditempuh sekitar 3 jam dari Kota Makassar. Di RM. Dinasty, kami disambut oleh Pastor Paroki Pare-Pare, Pastor Willem Tulak bersama dengan beberapa orang ibu dari WKRI. Pastor Willem sengaja mengarahkan rombongan ke RM. Dinasty supaya rombongan bisa lebih fresh dibandingkan harus beristirahat di paroki. Sambil minum kopi dan mencicipi kue yang tersedia tiba-tiba Nuncio, Mgr. Leopoldo, bertanya ke Pastor Willem, “Pastor, Gereja kamu berada di mana? Saya mau mampir”. Wah… antara senang dan gelisah menjadi satu, Pastor Willem menjawab: “Dekat kok, Mgr. Silakan mampir”. Pastor Willem langsung menghubungi koster untuk membuka Gereja dan segera Pastor kembali ke Paroki untuk menunggu kehadiran Duta Besar Vatikan. Berbagai pertanyaan yang muncul di benak saya: “kira-kira apa yang mau dilakukan Nuncio di gereja Paroki Pare-pare? sekedar melihat-lihat atau berkeliling di gereja?” Ternyata dugaan kami salah, Mgr. Leopoldo sesampai di Paroki langsung masuk ke gereja dan berlutut untuk berdoa di kursi umat. Sesudah berdoa, Mgr. Leopoldo maju ke depan sambil memanggil orang-orang yang ada di dalam gereja. Beliau mengajak untuk berdoa bersama buat Gereja dan umat yang ada di Paroki Pare-pare.

Akhirnya kami pun melanjutkan perjalanan ke Toraja, sepanjang jalan dari kota Pare-pare kami disambut dengan hujan yang cukup lebat; saya sempat berpikir bagaimana menjawab harapan dari Bapa Uskup untuk memperlihatkan gunung Bambapuang dengan kondisi seperti ini. Pasti secara manusiawi hal itu sangat mustahil bahkan sekitar 5 menit lagi kami tiba, hujan tidak juga reda tetapi itulah kuasa dari Tuhan.

“Mintalah maka kamu akan diberikan”. Setiba di tempat yang dimaksud untuk melihat perbukitan Bambapuang, hujan reda dan awan seperti ditiup angin sehingga begitu indahnya gunung Bambapuang terlihat dari tempat kami mampir. Puji Tuhan karena akhirnya harapan dari Bapa Uskup terjawab juga. Ketika akan memasuki Wilayah perbatasan Tana Toraja dari Kab. Enrekang ditambahkan pengawalan dari Polisi setempat dengan 2 motor PJR dan 1 mobil pengawalan.
Tepat pukul 20.00 kami tiba di Hotel di Rantepao, kami disambut oleh Pejabat Bupati Toraja Utara, Drs. H. Tautoto Tana Ranggina Sarungallo, M.Si, Komandan Kodim 1414 Tana Toraja, Letkol. ARH. Darius Allo Tangko yang juga adalah Ketua Panitia Kedatangan Dubes di Tana Toraja, Ketua DPRD Toraja Utara, Khrisma Pirade dan beberapa anggota DPRD Toraja Utara dan Muspida Toraja Utara serta tokoh-tokoh umat di Tana Toraja.

Pagi yang cerah dengan udara pegunungan nan sejuk bertiup semilir seraya menyosong pagi yang cerah. Alam Toraja menyapa hadirnya seorang Duta Besar Vatikan untuk Indonesia. Pagi itu, di hari pertama, jam menunjukkan pukul 07.30 Wita. Duta Besar Mgr. Leopoldo Girelli disambut meriah secara adat Toraja. Nuncio didampingi oleh Uskup Agung Keuskupan Agung Makassar, Mgr. John Liku-Ada’, Pr., dan Direktur Pendidikan Agama Katolik Ditjen Bimas Katolik Kementerian Agama RI, Drs. Natanel Sesa, M.Si., bersama rombongan umat dari Makassar. Acara penyambutan secara adat berlangsung di Jl. A. Mappanyuki, tepat di depan Hotel Indra Toraja. Pejabat Bupati Toraja Utara, Drs. H. Tautoto Tana Ranggina Sarungallo, M.Si memasangkan pasapu’ (tudung kepala khas Toraja) lalu mengikatkan sebilah PARANG Toraja yang dikenal dengan nama la’bo’ di pinggang Mgr. Leopoldo.

Seusai penyambutan secara adat, Nuncio dan rombongan berarak menuju gereja Paroki St. Theresia Rantepao, Toraja Utara. Prosesi tersebut didahului oleh tarian Sanda Oni (artinya: aneka bunyi), suatu tarian penyambutan tamu. Sepanjang jalan menuju gereja Theresia, para Pastor dan Biarawan-Biarawati, anak-anak sekolah dan seluruh umat berdiri di tepi jalan. Mereka menyambut dengan sukacita kedatangan Duta Besar Vatikan. Hari Selasa, 07 September 2010, merupakan hari bersejarah bagi umat Katolik di Kevikepan Toraja. Hari itu menjadi momen istimewa dalam peziarahan iman Gereja Katolik di Toraja dengan hadirnya Mgr. Leopoldo Girelli, wakil Sri Paus Benediktus XVI, di bumi Toraja yang membawa berkat apostolik untuk seluruh umat.

Tepat pukul 08.30, Nuncio memimpin misa Missio Canonica bagi mahasiswa Sekolah Tinggi Kateketik & Pastoral Rantepao (STIKPAR) Tana Toraja di gereja St. Theresia Rantepao. Ada 42 mahasiswa yang menerima perutusan, 32 perempuan dan 10 laki-laki. Dalam misa pengutusan, para utusan menerima Salib dan Kitab Suci. Salib menjadi tanda penderitaan dan pengorbanan serta kemenangan Kristus atas maut. Dengan menerima salib, para utusan diharapkan mampu menghayati pengorbanan Kristus dan menyatakan kemenangan salib kepada dunia. Sementara itu, Kitab Suci menjadi pedoman hidup beriman dan inti pewartaan mereka. Dengan membaca dan menghayati sabda Allah, mereka dikuatkan untuk mewartakan dan melaksanakan sabda Allah dalam karya dan perutusan mereka di bidang katekese dan pastoral. Maka, salib dan sabda Allah menjadi fondasi spiritual perutusan mereka sebagaimana ditegaskan dalam doa pengutusan: “Seperti Kristus yang datang bukan untuk dilayani melainkan melayani, demikian juga mereka mau menghayati semangat pelayanan Kristus.”

STIKPAR Tana Toraja yang mulai melaksanakan pendidikan pada jenjang Perguruan Tinggi (PT) tahun 2002, mempunyai motto: Kitab Suci di tangan kanan dan Linggis di tangan kiri. Motto tersebut disinggung oleh Nuncio dalam orasi ilmiahnya yang bertajuk: Fides et Ratio (Iman dan Akal Budi, atau Iman dan Ilmu Pengetahuan). Fides atau iman itu terungkap dalam Kitab Suci. Sementara Ratio atau akal budi atau ilmu pengetahuan dipadankan dengan linggis. Secara singkat dan padat, Nuncio menjelaskan eratnya kaitan antara iman dan ilmu melalui motto STIKPAR yakni relasi antara Injil (Kitab Suci) dan Linggis (alat kerja: perbuatan). Seusai perayaan misa Missio Canonica, kami mengunjungi situs budaya di lokasi objek wisata Ke’te’ Kesu’ yang terletak di wilayah Kab. Toraja Utara. Di objek wisata itu, Nuncio dapat melihat dan menikmati kekayaan budaya Toraja. Di Ke’te’ Kesu’ terbentang suatu kompleks rumah adat Toraja (Tongkonan) dan lumbung (alang). Selain itu, juga ada pekuburan batu (liang) serta kuburan gantung.

Pada sore hari Nuncio mewisuda 42 mahasiswa STIKPAR Tana Toraja, Program S1, di aula Pongtiku KODIM 1414 Tana Toraja. Dalam Orasi Ilmiah, Mgr. Leopoldo menguraikan secara mendalam ensiklik yang dikeluarkan oleh Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1998 itu. Iman dan Akal Budi saling mengandaikan dan saling memperkaya. Iman tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Iman mendasari perkembangan ilmu pengetahuan. Tiada suatu pun yang diselidiki dan diketahui oleh manusia berasal dari dirinya sendiri, sebagaimana ditegaskan mulai dari bagian awal Kitab Kejadian, bahwa Allah menciptakan langit dan bumi (Kej 1:1). Dalam terang iman, kita melihat bahwa segala sesuatu diciptakan oleh Allah. Oleh Karena itu, iman dan ilmu pengetahuan (ratio) mempunyai kaitan yang erat dan resiprokal (timbal balik, red.). Mengutip tulisan santo Yakobus, Nuncio menegaskan bahwa jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati (Yak 1:14). Demikian halnya, perbuatan merupakan perwujudan iman. Seluruh rangkaian acara hari ini diakhiri dengan pertemuan tatap muka dubes Vatikan dengan para pastor, biarawan-biarawati dan unsur depas se-Kevikepan Toraja.

Esoknya, pada hari kedua, rombongan Nuncio bertolak dari tempat penginapan menuju Sangalla dalam rangka pemberkatan gereja Paroki Kristus Imam Agung Abadi (KIAA) dan sekaligus dirangkaikan dengan penerimaan sakramen Krisma untuk 200-an orang. Gereja paroki yang diberkati ini terletak di atas bukit yang diberi nama: Buntu Salombe’. Penamaan bukit ini mempunyai makna profetis. “Nama lokasi berdirinya gereja ini mempunyai arti istimewa. Dalam bahasa Toraja, buntu artinya: bukit, sementara salombe’ artinya: berbaju panjang (jubah). Maka, Buntu Salombe berarti bukit yang berjubah. Penamaan tempat ini sebagai suatu doa,” demikian Vikep Toraja, Fransiskus Arring Ada’, Pr menguraikan nama lokasi berdirinya gereja paroki KIAA ketika ia memberikan sambutannya. Selaras dengan nama lokasinya, paroki ini telah melahirkan sejumlah kaum berjubah (klerus/religius, red.) dan tercatat hingga hari ini: 1 Uskup, 27 Pastor, 19 Suster dan 5 Bruder/Frater. Doa “bukit berjubah” terealisasi dengan lahirnya sekian banyak kaum berjubah dari gereja paroki yang terletak di atas Buntu Salombe.

Selain menjadi suatu perayaan iman dan peristiwa sejarah paroki KIAA, pemberkatan gereja itu menjadi suatu pesta budaya. Seusai misa pemberkatan gereja, perayaan bersama dilanjutkan dengan acara adat yang dimeriahkan dengan perarakan lettoan (babi yang ditandu dan dihias dengan aneka bunga dan janur), tarian pa’bugi’, tarian pa’gellu’ dan tarian pa’papangngan. Selain Dubes Vatikan untuk Indonesia, acara adat dan budaya itu juga dihadiri sejumlah Muspida dan para pejabat pemerintah Kab. Tana Toraja.

Sesudah mengikuti kegiatan di Gereja Paroki KIAA Sangalla’ kami bersama rombongan menyempatkan mampir di kuburan bayi dalam pohon dilanjutkan ke pesta budaya orang mati di Keluarga Pastor Petrus Bine.

Pada malam harinya sesudah makan malam sekitar pukul 21.30 kami melanjutkan perjalanan untuk kembali ke Makassar, dan tiba di Makassar pukul 06.00.

Tanggal 9 September bertepatan dengan ulang Tahun Seminari Santo Petrus Claver, Mgr. Leopoldo menyempatkan mampir untuk menyapa dan memberikan berkat apostolik dari Bapa Paus Benediktus XVI kepada para seminaris. Pukul 10.00 kami mengantar Duta Besar ke Bandara Sultan Hasanuddin untuk kembali ke Jakarta.

Semoga dari pengalaman ini, kita semua semakin dikuatkan akan cinta dan pelayanan kepada Tuhan dan sesama. *** Penulis: Risdianto Tunandi

Agenda Bapa Uskup: September - November 2010

September 2010
Tgl. Acara
1-3 Retret Bersama Para Uskup di Cisarua
4 Kembali ke Makassar (malam)
6 Mengantar Nuncio ke Toraja
7 Misa Pengutusan/Wisuda STIKPAR di Rantepao
8 Pemberkatan Gereja Paroki Sangalla’
9 Berkunjung bersama Nuncio ke SPC
10 Silaturahmi Idul Fitri bersama FKUB
12 Misa di Katedral, pkl. 08.30
13 Misa bersama Fr. HHK, pkl. 18.30
14 Hari Imam/Misa di SPC, pkl. 18.15
15 Pertemuan dg Bpk. Mark Halik/Misa di Siti Miriam, pkl. 18.30
16 Rapat Dewan Konsultor
17 Misa bersama Fr. HHK, pkl. 18.30
19 Misa di Katedral, pkl. 08.30
20 Misa bersama Fr. HHK, pkl. 18.30
21 Hari Imam/Misa di SPC, pkl. 18.15
22 Ketemu Tim dari Kev. Sultra/Sore Misa di Siti Miriam, pkl. 18.30
23 Pertemuan dg Ph. Tangdilintin/Sore Misa Komunitas, pkl. 18.30
24 Misa bersama Fr. HHK, pk. 18.30
26 Misa di Katedral, pkl. 08.30
27 Berangkat ke Jakarta
28-29 Rapat Yayasan Karina di Jakarta
30 Urusan Komkat KWI

Oktober 2010
Tgl. Acara
1 Kembali dari Jakarta ke Makassar
3 Misa Krisma di Paroki St. Fransiskus Assisi
4 Misa bersama Fr. HHK, pkl. 18.30
5 Berangkat ke Messawa
6 Krisma di Messawa
7 Pemberkatan Gereja di Messawa/Pelantikan Vikep Sulbar
8 Dari Messawa ke Mamasa
9 Krisma di Mamasa/Ziarah di Pena’
10 Ziarah di Pena’
12 Hari Imam/Sore Misa di SPC, pkl. 18.15
13 Pertemuan dg DPU-HHK/Sore Misa di Siti Miriam, pkl. 18.30
14 Misa Komunitas, pkl. 18.30
15-16 Weekend Choice
17 Lustrum VI ME/Sore Reuni PMKRI
18 Misa bersama Fr. HHK, pkl. 18.30
19 Hari Imam/Sore Misa di SPC, pkl. 18.15
20 Misa di Siti Miriam, pkl. 18.30
21 Misa Komunitas, pkl. 18.30
22 Pertemuan Pengurus Pusat Warakawuri.
Misa bersama Fr. HHK, pkl. 18.30
23 Seminar FMKI (?)
24 Misa di Katedral, pkl. 08.30
Misa Pelantikan Pengurus Warakawuri di katedral.
25 Misa bersama Fr. HHK, pkl. 18.30
26 Hari Imam/Sore Misa di SPC, pkl. 18.15
27 Misa di Siti Miriam, pkl. 18.30
28 Misa Komunitas, pkl. 18.30
29 Misa bersama Fr. HHK, pkl. 18.30
31 Berangkat ke Jakarta

November 2010
Tgl. Acara
1-5 SAGKI 2010
6 Sidang Pleno KWI
8-11 Sidang Pleno KWI
12 Kembali dari Jakarta ke Makassar
14 Misa di Katedral, pkl. 08.30
15 Misa bersama Fr. HHK, pkl. 18.30
16-18 Rapat Dewan Imam
19 Rapat Dewan Konsultor (?)
20 Berangkat ke Yogya
21-22 Kunjungan Tahunan ke SAM
23 Dari Yogya ke Jakarta
24-28 Pernas Katekis di Jakarta

Mutasi Personalia KAMS

P. A. van Rooy, CICM
Dilepaskan dari tugas sebagai Vikep Makassar.

P. Jimmy Sattu, Pr
Dilepaskan dari tugas sebagai Vikep Sulbar.

P. Martinus Pasomba, Pr
Dilepaskan dari tugas sebagai Pastor Paroki “St. Fransiskus Xaverius”- Sadohoa dan diangkat menjadi Vikep Sulbar.

P. Alex Lethe, Pr
Diangkat menjadi Vikep Makassar.

P. Marthin Paonganan Solon, Pr
Dilepaskan dari tugas sebagai Pastor Bantu Paroki “Santa Theresia”-Rantepao dan diangkat menjadi Pastor Paroki “St. Fransiskus Xaverius” – Sadohoa.

P. Bernard Cakra Arung Raya, Pr
Dilepaskan dari tugas sebagai Pastor Paroki “St. Mikael”-Labasa dan diangkat menjadi Pastor Paroki “St. Yohanes Pemandi”-Raha.

P. Dominikus Natan Sande’, Pr
Dilepaskan dari tugas sebagai Pastor Paroki “St. Yohanes Pemandi”-Raha.

P. Semuel Sirampun, Pr
Dilepaskan dari tugas sebagai Pastor Paroki “St. Fransiskus”-Messawa dan diangkat menjadi Pastor Paroki “Santa Maria”-Mamuju.

P. Agustinus Matasak, Pr
Dilepaskan dari tugas sebagai Pastor Paroki “Santa Maria”-Mamuju dan diangkat menjadi Pastor Paroki “St. Fransiskus”-Messawa.

P. Stephanus Chandra, Pr
Diangkat menjadi:
• Pater Spiritualitas di Seminari Menengah St. Petrus Claver Makassar; juga secara berkala mengunjungi Seminari TOR dan Seminari Anging Mammiri untuk kolokium dengan para frater;
• Anggota Tim OF Imam KAMS;
• Fasilitator Para Guru BP (Bimbingan & Penyuluhan) di Sekolah-Sekolah Katolik.

P. Yohanis Paganna’, Pr
Dilepaskan dari tugas sebagai Pastor Bantu Paroki “Hati Maria Tak Bernoda”-Makale dan diangkat menjadi Pastor Paroki “Santa Maria”-Tombanglambe’.

P. Matius Patton, Pr
Dilepaskan dari tugas sebagai Pastor Paroki “Santa Maria”-Tombanglambe’ dan diangkat menjadi Pastor Paroki “St. Mikael”-Labasa.

P. Alex Maitimo, Pr
Diangkat menjadi Pastor Asisten Tetap Gereja Stasi Malino.

P. Leonardus Sugiyono, MSC
Dilepaskan dari tugas sebagai Ketua Komisi-Komisi Kerasulan Kitab Suci, Liturgi dan Kateketik KAMS.

P. Ignatius F. Wong Sani Saliwardaya, MSC
Diangkat menjadi:
• Ketua Komisi-Komisi Kerasulan Kitab Suci, Liturgi dan Kateketik KAMS.
• Asisten Tetap Paroki “Hati Yesus Yang Mahakudus”-Katedral.

P. Christofel Julius Sumarandak, MSC
Dilepaskan dari tugas sebagai Direktur Sentrum Pastoral Saluampak.

P. Yosef Doni Srisadono, MSC
Diangkat menjadi Direktur Sentrum Pastoral Saluampak.

P. Petrus Bine Saramae, Pr
Diangkat menjadi Staf Seminarium “Anging Mammiri” Yogyakarta dan Staf Komisi Liturgi KAMS.

P. Stanislaus A. Dammen, Pr
Dilepaskan dari tugas sebagai Direktur Diosesan Karya Kepausan Indonesia KAMS.

P. Victor Wiro Patinggi, Pr
Dilepaskan dari tugas sebagai Staf Komisi Karya Kepausan Indonesia KAMS dan diangkat menjadi Direktur Diosesan Karya Kepausan Indonesia KAMS.

P. Yohanis Manta’ Rumengan, Pr
Diangkat menjadi Pastor Asisten Tetap Paroki “Hati Maria Tak Bernoda” Makale.

Pertemuan Tokoh Masyarakat Pemerhati Pendidikan Se-KAMS “Menanggapi/Menyikapi Keprihatinan Lembaga Pendidikan Katolik di Keuskupan Agung Makassar”

A. KEPUTUSAN
Memperhatikan:
1. Masukan Narasumber :
a. Uskup Agung Makassar.
b. Sekretaris Eksekutif KOMDIK KWI .
c. Ka Dinas Pendidikan Kota Makassar.
2. Hasil diskusi dan refleksi peserta “Petemuan Tokoh Masyarakat Pemerhati Pendidikan SE- KAMS”.

Menimbang:
1. Masih lemahnya perangkat Uskup dalam menguasai Ajaran Sosial Gereja tentang reksa pastoral pendidikan.
2. Belum optimalnya perangkat Uskup dalam melaksanakan reksa pastoral pendidikan.
3. Kurangnya kesadaran umat terhadap kehadiran Lembaga Pendidikan Katolik sebagai media efektif pewartaan kabar gembira.
4. Kurangnya kesadaran umat untuk terlibat menanggung bersama karya kerasulan Lembaga Pendidikan Katolik dalam pendanaan.
5. Lemahnya penyelenggara, pengelola, dan pelaksana Lembaga Pendidikan Katolik dalam memfungsikan unsur-unsur manajemen secara profesional.
6. Lemahnya penggalangan dan pengelolaan dana Lembaga Pendidikan Katolik secara akuntabel dan kredibel.
7. Masih lemahnya Lembaga Pendidikan Katolik dalam membangun jejaring internal dan eksternal.

Mengingat :
1. GE artikel: 1, 2, 3, 5, 8, dan 9.
2. KHK: kanon 793, 798, 794, 803, dan 806.
3. Konstitusi Apostolik Perguruan Tinggi Katolik : Excorde Ecclesiae.
4. Nota Pastoral KWI 2008.
5. Arah Dasar KAMS 2000.
6. Kesepakatan Bersama “Pertemuan Forum Konsultasi Tokoh Masyarakat Katolik Propinsi Gerejawi Makassar, 23 – 25 Oktober 2009”.
7. UU No. 20/2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
8. PP no. 19/2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.

Memutuskan:
1. Memotivasi perangkat Uskup agar menguasai Ajaran Sosial Gereja tentang reksa pastoral pendidikan.
2. Mendorong perangkat Uskup agar melaksanakan reksa pastoral pendidikan secara optimal.
3. Menumbuhkembangkan kesadaran umat terhadap kehadiran Lembaga Pendidikan Katolik sebagai media efektif pewartaan kabar gembira.
4. Menumbuhkembangkan kesadaran umat untuk terlibat menanggung bersama karya kerasulan Lembaga Pendidikan Katolik dalam pendanaan.
5. Mendorong penyelenggara, pengelola, dan pelaksana Lembaga Pendidikan Katolik agar memfungsikan unsur-unsur manajemen secara professional
6. Menumbuhkembangkan penggalangan dan pengelolaan dana Lembaga Pendidikan Katolik secara akuntabel dan kredibel.
7. Mendorong Lembaga Pendidikan Katolik dalam membangun jejaring internal dan eksternal.

B. RENCANA STRATEGIS :
1. VISI:
Terwujudnya komitmen antar-umat, Hirarki, dan Lembaga Pendidikan Katolik dalam pengelolaan Lembaga Pendidikan Katolik yang profesional, akuntabel, dan solider.
2. MISI:
a. Mewujudnyatakan komitmen antar-umat, Hirarki, dan Lembaga Pendidikan Katolik dalam penggalangan dan pengelolaan dana Lembaga Pendidikan Katolik.
b. Mengelola Lembaga Pendidikan Katolik secara profesional.
c. Mengadakan penggalangan dana untuk kelangsungan penyelenggaraan Lembaga Pendidikan Katolik.
d. Mengelola dana Lembaga Pendidikan Katolik secara akuntabel dan kredibel.
e. Membangun semangat solidaritas Kristiani agar yang kuat membantu yang lemah.

3. SASARAN:
a. Terjadinya komitmen antarumat, Hirarki, dan Lembaga Pendidikan Katolik dalam penggalangan dan pengelolaan dana Lembaga Pendidikan Katolik.
b. Lembaga Pendidikan Katolik KAMS yang profesional.
c. Tersedianya dana yang memadai untuk kelangsungan penyelenggaraan Lembaga Pendidikan Katolik.
d. Dana Lembaga Pendidikan Katolik dikelola akuntabel dan kredibel.
e. Terbangunnya semangat solidaritas Kristiani agar yang kuat membantu yang lemah.

4. PROGRAM STRATEGIS
1) Pengembangan Komitmen:
a. Menumbuhkan kesadaran umat tentang Gereja Lokal KAMS yang sedang beralih dari semangat Gereja yang berstatus misi penuh ke Gereja mandiri awal.
b. Menumbuhkembangkan kesadaran umat tentang pentingnya pendidikan Katolik.
c. Melaksanakan katekese umat tentang pendidikan.
d. Mengajak umat berpartisipasi dalam menggalang dana bagi kelangsungan pendidikan Katolik, antara lain dana abadi, kolekte pendidikan, dana sosial paroki.
e. Meningkatkan peran serta para alumni dalam penggalangan dana.

2) Pengembangan Profesionalitas:
a. Membina penyelenggara Lembaga Pendidikan Katolik agar profesional dalam merekrut, membina, menghargai, dan memutus hubungan kerja pegawai
b. Membina pengelola Lembaga Pendidikan Katolik agar profesional dalam mengembangkan kurikulum.
c. Membina pelaksana Lembaga Pendidikan Katolik agar profesional dalam pembelajaran, pembimbingan, pelatihan, dan penilaian.
d. Merumuskan uraian tugas perangkat-perangkat Uskup dalam bidang pendidikan.

3) Pengembangan Akuntabilitas:
a. Mengelola keuangan yang kredibel dan akuntabel
b. Membangun transparansi pengelolaan dana pendidikan dalam rangka mendorong partisipasi umat.
c. Melibatkan umat paroki dalam tim finansial penerimaan siswa baru.

4) Pengembangan Solidaritas:
a. Mengoptimalkan peran: Kelompok Kerja Kepala Sekolah Katolik, MPK, Komdik, Anggota APTIK, Anggota PAPKI, Anggota APTAK KAMS.
b. Menggalang solidaritas peduli pendidikan Katolik.
c. Menggalakkan subsidi silang pendidikan Katolik.
d. Menggalakkan gerakan penggalangan dana pendidikan.
e. Menggalakkan gerakan penggalangan dana melalui pemangku kepentingan.

Makassar, 1 Agustus 2010
Penyelenggara,*)
1. Mgr. John Liku-Ada’, Uskup Agung Keuskupan Agung Makassar
2. Andreas Lumme, SH, MH, Perwakilan LPK – KAMS
3. Drs. Agustinus Sujadi, MPd, Perwakilan Umat

*) Mewakili unsur orang tua, hirarki dan yayasan/sekolah katolik: Kevikepan Makassar 11 orang, Kevikepan Toraja 10 orang, Kevikepan Luwu 5 orang, Kevikepan Sulbar 5 orang, Kevikepan Sultra 4 orang, Yayasan Paulus Makassar 7 orang, Yayasan Taman Tunas 5 orang, Yayasan Yoseph 5 orang, Yayasan Menara 2 orang, Yayasan Atma Jaya 2 orang, Yayasan Sentosa Ibu 2 orang, Yayasan Palisupadang 1 orang, STIKPAR Tana Toraja 2 orang. Untuk selanjutnya komitmen ini perlu ditindaklanjuti dan dibuktikan oleh masing-masing unsur. ***

Pelatihan Pendidikan Nilai Pendamping OMK Regio MAM plus Papua

Selang 4 (empat) bulan setelah pertemuan Pelatihan Pendidikan Politik (16 s/d 19 Maret 2010), para Pembina OMK (Orang Muda Katolik) tingkat regio MAM (Manado, Amboina dan Makassar) dipertemukan kembali dalam suatu kegiatan lain, yakni: Pelatihan Pendidikan Nilai. Pelatihan ini diselenggarakan atas kerjasama Komisi Kepemudaan (KomKep) KAMS dan Ditjen Bimas Katolik Kementerian Agama RI. Pada kegiatan ini peserta ditambah, diperluas menjangkau teman-teman dari regio Papua (diwakili Keuskupan Sorong-Manokwari) dan berdasar kepesertaannya pertemuan ini disebut pertemuan Para Pembina OMK regional Sulawesi Amboina Papua (SulAmPap). Jumlah peserta seluruhnya ada 42 orang dengan rincian: 36 orang adalah Pembina OMK utusan Keuskupan (ada 4 keuskupan) plus 6 orang lainnya adalah Pembina OMK atas nama karyawan Bimas Katolik. Peserta terbanyak datang dari Makassar, selaku tuan rumah (ada 22 orang).

Adapun agenda kegiatan disusun oleh panitia pusat bekerjasama dengan KomKep KWI. Acara hari pertama dan hari keempat, hari terakhir (masing-masing setengah hari) diisi oleh pihak pemerintah dengan tekanan mata acara pada kegiatan seremonial ala proyek pemerintah; pembukaan dan penutupan secara resmi. Lalu agenda 2 (dua) hari penuh lainnya menjadi kewenangan KomKep dan dipandu langsung oleh Pengurus inti Komkep KWI, yakni P. Yoh. Dwi Harsanto, Pr (Sekretaris KomKep KWI) dan P. Yulius Malli, Pr (Ketua Komkep KAMS sekaligus Koordinator KomKep regio MAM). Materi ataupun bahan pelatihan adalah “Pendidikan Nilai”, yang merupakan 1 (satu) dari 5 (lima) Program Pokok Komkep seluruh Indonesia, sebagaimana yang telah diputuskan oleh rapat pleno pengurus inti KomKep KWI 2010. Penjabaran rinci dari materi Pendidikan Nilai telah selesai digarap oleh Komkep KWI dan tersaji dalam apa yang disebut Formatio Dasar Orang Muda (FDOM). Intinya tiada lain adalah Pendidikan Karakter bagi OMK atau habitus yang harus dimiliki, terhayati oleh orang-orang muda kita ke depan dalam membangun jati dirinya dan terlebih lagi dalam kebersamaan hidupnya, ataupun dalam hidup bersesama dengan siapa saja, pada kesempatan apa saja, di manapun. Oleh karena itu, para Pembina/Pendamping OMK harus paham betul akan FDOM kita itu, yang saat ini telah diterbitkan bukunya; dalam 3 (tiga) buku, masing-masing: buku FDOM untuk anak usia setingkat SLTP ; untuk anak usia setingkat SMA dan untuk Mahasiswa. Buku dicetak oleh penerbit Kanisius per th. 2009, dalam jumlah terbatas karena dimaksudkan memang hanya diperuntukan kepada para Pembina/Pendamping OMK seluruh Indonesia.

Materi ataupun nilai utama FDOM untuk semua tingkatan (SMP, SMA, MAHASISWA) adalah 4 (empat) nilai dasar, yang sama, yakni: Hidup, Cinta, Magis dan Adil-Damai. Materi ini jugalah yang digarap bersama dalam pelatihan 2 (dua) hari penuh itu, dengan pegangan/pedoman pada buku FDOM tingkat SMA (masing-masing peserta dibagikan gratis bukunya). Mengingat pentingnya 4 (empat) nilai dasar, yang harus dimiliki/dibatinkan dalam diri OMK kita, maka para Pendampingnya harus terlebih dahulu menggumulinya. Artinya, buku-buku FDOM tidak dimaksudkan dan tidak diperkenankan untuk dioperasikan begitu saja oleh para pendamping OMK di lapangan, melainkan harus menyusun ulang, membuat modul baru berdasar tema/nilai yang akan dioperasikannya dan ini membutuhkan tim (tak mudah dan tak mungkinlah melakukannya seorang diri, sekali pun modul telah tersedia). Dengan rambu-rambu yang digagas-tegas seperti itu oleh nara sumber, Rm. Yoh. Dwi Harsanto, Pr. para peserta pun lalu mengaminkannya, Selanjutnya, disusunlah time schedule baru acara 2 (dua) hari penuh secara bersama-sama. Untuk itu, para peserta dibagi 4 (empat) kelompok sesuai sebutan pilihan nilai FDOM, masing-masing: Kelompok Hidup ; Kelompok Cinta ; Kelompok Magis dan Kelompok Adil-Damai. Tugas kelompok, sama untuk semua kelompok, yakni: membuat presentasi berdasarkan modul yang ada dalam buku FDOM. Tugas lain yang diatur per kelompok Keuskupan adalah acara liturgi. Begitulah masing-masing kelompok disibukkan dengan tugasnya masing-masing. Ada saja yang lucu dan menarik dalam proses melaksanakan tugas kelompok itu. Yang pasti para peserta tidak hanya tekun, rajin dan terlihat serius dengan tugasnya tetapi juga terlihat semakin akrab, semakin senasib sepenanggungan. Karenanya tak heranlah, kalau ada kelompok yang rela mengorbankan waktu istirahat dan waktu tidurnya, guna merampungkan tugas-tugasnya. Ya, demi kelompoklah, ungkapnya. Lebih seru lagi, saat-saat di mana kelompok akan mempresentasikan hasil kerja kelompoknya; ada yang berkomentar, “sulit tidurlah”, padahal fasilitas hotelnya berbintang lho? haa.. haa.. haa. Untung saja tidak ada yang sakit. Semuanya tetap fit, sehat dan happy, karena memang suasana kebersamaan dan persaudaraan terasa kuat dan penuh keakraban. Ini nyata, antara lain dalam sesi simulasi/presentasi kelompok. Masing-masing kelompok tampil penuh percaya diri, kerjasama tim dalam menyajikan materi dan penguasaan tematisnya sungguh dikawal. Mereka terlihat sangat siap dan meyakinkan (maklum, umumnya mereka adalah aktifis, selaku pendamping iman umat). Luar biasa, dan pantaslah kerja mereka diapresiasi jempol dan ini memang yang diharap dari buku FDOM, yang walau tampaknya siap saji, tapi harus diolah baru oleh pemakainya dan tidak benar bila disajikan seorang diri, tapi harus ditampilkan secara tim.

Akhirnya, baik narasumber, pihak bimas katolik dan para peserta semuanya diyakinkan, bahwa Pelatihan Pendidikan Nilai, dengan mengolah kembali modul dalam buku FDOM, di mana Makassar merupakan yang pertama kali dilaksanakan, perlu terus ditindaklanjuti, baik di tingkat regional, tapi juga di tingkat keuskupan masing-masing. Hendaknya, pendidikan nilai sebagai ajang penciptaan habitus baru untuk OMK kita harus terus menjadi perhatian dan prioritas karya Komisi Kepemudaan. *** Penulis: Frans Tio, Komisi Kepemudaan KAMS

Membidik Pesta Perak Imamat Dua Imam KAMS

Peristiwa sore hari tanggal 21 Juli 2010 lalu itu sungguh menggugah hati kami. Betapa tidak! Kami, Pastor Willibrordus Welle dan Pastor Willem Daia, selaku dua imam diosesan KAMS tidak membayangkan sebelumnya bahwa Pesta Perak Imamat kami akan disambut, dimeriahkan oleh dan bersama umat. Maklum, selama menjadi imam kami tidak banyak bersentuhan dengan proses pembinaan dan pelayanan umat di paroki. Karya kami lebih banyak bersentuhan dengan proses pendidikan dan pembinaan calon-calon imam di Seminari. Jika kami tidak banyak mengenal umat dan umat tidak banyak mengenal kami, itu wajar. Juga amat wajar, jika kami berpikir dan mengambil keputusan: hari istimewa itu kami akan rayakan di unit kami berkarya, yakni Seminari. Titik.

Namun sabda Tuhan atas nabi Yesaya ini rupanya harus tergenapi dalam diri kami: “Rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku” (Yes 55:8), sehingga seperti Bunda Maria kami tak dapat berkata lain: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu" (Luk 1:38). Keuskupan via Komisi Seminari bersama umat yang dimotori oleh Kelompok Doa Dominica In Sabbato dan sejumlah sahabat kami ingin menjadikan momen ini bukan hanya menjadi perayaan syukur kami berdua melainkan perayaan syukur umat, perayaan syukur Gereja. Sikap Keuskupan dan umat ini kembali menyadarkan kami akan asal-usul dan peran kami sebagai imam: kami datang dari umat, untuk umat, dan bersama umat menuju Tuhan, sumber segala dan tujuan hidup. Rasul Paulus semasa hidupnya telah menandaskan sumber dan arah hidup serupa pada umat di Roma: “Sebab jika hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan” (Rom 14:8a). Begitu, rencana syukur sederhana itu berubah menjadi syukur meriah.
Kemeriahan pesta perak ini terungkap dalam Ekaristi Kudus dan suasana jamuan bersama sesudah Ekaristi.

Ekaristi Kudus dan Penopang Hidup Imamat
Ekaristi Kudus dipimpin oleh Uskup Agung KAMS, Mgr. John Liku Ada’, didampingi P. Frans Arring , P. Willibrordus Welle dan P. Willem Daia. Ekaristi Kudus berdurasi hampir dua jam itu berlangsung meriah. Maklum, semua yang hadir - sejumlah besar imam, frater, suster dan umat - larut dalam doa dan lagu bersama. Suasana yang kian semarak juga ditunjang oleh anggota Paduan Suara Ephivani. Mereka tak sekadar menyanyikan lagu-lagu dengan indah dan agung, tetapi mereka memilih lagu-lagu dengan syair-syair yang mengungkapkan keluhuran sebuah panggilan.

Panggilan menjadi imam memang merupakan suatu rahmat tetapi sekaligus juga sebuah keputusan pribadi. Karena itu kami menyadari kami tak dapat menghidupinya sendiri. Kami dapat bertahan dalam imamat kami hingga saat ini terutama karena bantuan Tuhan. Banyak perkara, berat dan ringan, seperti ketidakberdayaan dalam mengemban tugas, kesulitan memahami dan dipahami dalam hidup bersama, godaan menghidupi panggilan suam-suam kuku, dsb, datang silih berganti. Tetapi semua perkara itu dapat berlalu tanpa terduga, bahkan kadang mengatasi daya nalar kami. Itulah antara lain wujud karya Tuhan dalam diri kami. Namun Tuhan tak hanya membantu kami seorang diri. Tuhan bekerja sama dengan banyak orang. Orang-orang ini hidup di sekitar kami. Mereka amat mencintai imamat kami sehingga kami pun terus-menerus termotivasi menghidupi karunia imamat kami ini.

Siapakah banyak orang itu? Mereka itu seperti kami ungkapan dalam Ekaristi Kudus adalah Uskup, rekan seimamat, rekan-rekan serumah entah itu imam, frater entah karyawan. Tanpa maksud mengabaikan peran Uskup, rekan imam atau frater – karena bantuan dan dukungan mereka tak kami ragukan lagi sebab mereka menjadi tempat pertama pelarian kami ketika mengalami kemelut hidup – kami melihat betapa besar peran para karyawan-wati di sekitar kami: menjaga kebersihan rumah dan keasrian lingkungan, menyediakan makan minum harian kami termasuk ketika kami sakit. Tanpa mereka kami tak dapat berbuat banyak.

Mereka itu adalah umat. Umat amat peduli kepada kami, dengan menghargai dan membantu memelihara imamat kami. Kami tak hanya dininabobokan dengan doa-doa, diberi kekuatan ketika lesu, diberi bantuan sandang pangan entah dalam kecukupan atau kekurangan, tetapi juga ditantang, bahkan kadang ditegur demi kelestarian imamat kami.

Mereka itu adalah anggota keluarga kami. Kami kadang tidak memperhatikan mereka. Tetapi mereka memperhatikan kami. Ketika kami tidak berkabar, mereka memulai membuka komunikasi dengan menelepon, SMS, menanyakan keadaan kami.

Mereka itu semua bersama dengan Tuhan telah membantu menghidupkan imamat kami. Kami hanya dapat berkata dari lubuk hati: terima kasih tak terhingga. Tuhan memberkati Anda selalu!

Jamuan Bersama
Suasana syukur, bahagia tak hanya tercipta ketika Ekaristi Kudus. Sesudah Ekaristi Kudus, semua umat diundang ke aula keuskupan untuk mengikuti acara jamuan bersama. Jamuan bersama ini terselenggara berkat kerja keras Kelompok Doa Dominica In Sabbato dan sejumlah sahabat kami lainnya sejak jauh hari sebelum acara ini tiba. Mereka bekerja keras memikirkan format liturginya, mencari dana, mencetak dan membagi undangan, merancang format resepsinya. Mereka pantau dan dibantu oleh para seminaris Santo Petrus Claver, dan menyulap panggung pentas dengan dekorasi demikian indah. Kami menyadari banyak orang telah bekerja keras, berdoa banyak, berkorban tidak sedikit untuk kami, tak hanya pada pesta perak imamat kami ini tetapi juga selama kami menjadi imam. Terimakasih, kami ucapkan dengan tulus kepada setiap orang dan semua pihak. Tuhan memberkati! *** Penulis: P. Willem Daia, Pr

Tahbisan Imamat dan Diakonat CICM di Makale

Setiap orang yang hadir terkesan dan kagum akan upacara tahbisan imamat dan diakonat kami oleh Bapa Uskup Agug Makassar Mgr. Yohanes Liku-Ada’ yang diselenggarakan pada 15 Juli 2010 lalu di gereja Hati Tak Bernoda SP Maria, Makale, Tana Toraja. Ini berkat persiapan dan kerja keras dari umat paroki Makale beserta pastor parokinya Pastor Natan Runtung dan kerabatnya Pastor Yans dan secara khusus panitia tahbisan tersebut yang diketuai oleh Bapak Ferdy M. Tanduklangi’.

Apa yang mengagumkan dari tahbisan tersebut? Secara umum dapat dikatakan bahwa yang membuat tahbisan tersebut unik adalah dimasukkannya unsur seni budaya Toraja dalam liturginya. Lagu, musik dan tarian Toraja memeriahkan upacara tahbisan tanpa melenyapkan saat-saat yang hikmat. Luapan kegembiraan yang diwujudkan dalam perpaduan antara lagu-lagu gembira, untaian puji-pujian dalam bahasa Toraja, bunyi pukulan bambu, gendang dan lesung serta pekikan suara manusia membuat jantung berdebar dan jiwa terkesima.

Sebagai yang ditahbiskan, saya tidak dapat melihat dan menikmati seluruh upacara karena sibuk dengan pikiran dan perasaan sendiri. Untunglah sebelumnya ada latihan bersama sehingga kami kurang lebih sudah mendapatkan kesan umum bagaimana perayaan tersebut akan berlangsung. Saat latihan saja, hati sudah bergetar mendengar pukulan gendang dan lesung; badanpun seakan-akan ingin ikut bergerak mengikuti alunan lagu, musik dan tarian.

Setiap kali mengikuti upacara tahbisan dan juga dalam tahbisan kami itu ada bagian-bagian dari litugi yang membuat aku takjub. Litani para kudus, penumpangan tangan dan ucapan selamat dari semua imam yang hadir selalu meninggalkan kesan mistik bagiku. Saat litani para kudus dinyanyikan selain terpesona dengan keindahan lagunya terbayangkan pula dalam pikiran akan orang-orang kudus yang dengan hikmat berdoa di hadapan kemuliaan Tuhan. Persaudaraan dan kesatuan di antara para imam yang dinyatakan dengan penumpangan tangan dan ucapan selamat sambil berangkul membuat hati kagum dan terharu. Masih banyak yang bisa direnungkan dan dikatakan dari sikap liturgi penumpangan tangan tersebut.

Upacara tahbisan adalah kesempatan yang baik pula bagi setiap imam untuk melihat dan merenungkan kembali janji-janji mereka. Bapak Uskup dalam homilinya menekankan pentingnya hubungan pribadi yang erat dan semakin mendalam dengan Kristus. Hubungan pribadi itu terwujud dalam doa dan dengan demikian seorang imam haruslah menjadi seorang pendoa. Hubungan ini mendasari seluruh hidup seorang imam. Saya teringat satu pertanyaan dari seorang suster kepada para suster mudanya: “Untuk apa kamu masuk biara?” Tentunya jawabannya beragam, namun suster itu mengharapkan satu jawaban yang mendasar yaitu untuk mengikuti Kristus.

Saat upacara tahbisan selesai, tentunya diharapkan dari imam dan diakon baru untuk memberikan sepatah dua kata. Karena waktu terbatas, saya hanya membatasi diri pada ucapan terima kasih. Dan lewat tulisan ini saya ingin mengatakan lebih daripada itu.

Ditahbiskan di paroki di mana masa kecil dilewatkan, bagi CICM itu adalah sebuah keistimewaan. Tidak semua konfraterku ditahbiskan di paroki asal mereka. Saya sungguh berterima kasih kepada Provinsial CICM, P. Antonius Hestasusilo CICM bersama dewannya yang telah meluluskan permintaan saya untuk ditahbiskan di paroki Makale. Selain karena keinginan pribadi, tahbisan CICM di Toraja kali ini juga untuk kepentingan animasi. Bagi umat Toraja yang sudah lanjut usia tentunya pastor-pastor CICM tidak asing, tetapi generasi muda sesuatu yang perlu dihidupkan lewat cerita dan kegiatan animasi seperti upacara tahbisan. Tidaklah berlebihan jika pada kesempatan itu Pater Provinsial secara singkat memaparkan kehadiran CICM di Toraja. Tidak mengherankan pula jika Vikep Toraja, Pastor Frans Arring, meminta – untuk tidak mengatakan menangih – CICM untuk kembali ke Toraja. Sebuah permintaan yang perlu CICM pertimbangkan.

Tahbisanku ini sudah lama diharapkan oleh banyak orang. Mulai dari keluarga, konfrater, teman dan umat menyatakan baik secara langsung maupun tidak langsung harapannya pada saya untuk ditahbiskan. Ketika pulang berlibur pertama kali dari Perancis, saat itu seharusnya saya sudah ditahbiskan tapi saya memilih untuk tetap menjadi frater (bruder), seorang bapak menghampiri saya dan berkata: ‘Kalau frater nanti pulang libur lagi, pasti frater sudah ditahbiskan imam. Saya akan mendoakanmu.’ Setahun kemudian bapak itu meninggal dunia. Sejak itu kepada mereka yang mendoakan saya supaya saya mau ditahbiskan, saya menceritakan nasib bapak itu. ‘Jangan mendoakan saya, nanti kamu juga meninggal.’ Memang setiap orang akan meninggal, lambat atau cepat.

Banyak orang berdoa untuk panggilan saya. Tidak sedikit orang menginginkan saya menjadi imam. Apakah doa dan dambaan mereka didengarkan oleh Tuhan sehingga suatu saat saya mulai memikirkan untuk meminta tahbisan juga? Sejauh itukah kekuatan doa? Saya percaya doa-doa mereka telah dikabulkan Tuhan.

Saya setuju ketika Bapa Uskup dalam homilinya menekankan supaya seorang imam haruslah menjadi seorang pendoa, namun saya tidak lupa meminta yang hadir untuk mendoakan kami paling kurang sekali setahun khususnya pada 15 Juli tanggal tahbisan kami.

Menutup tulisan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah memberikan sumbangan pemikiran, waktu, tenaga dan materi demi terlaksananya tahbisan imamat dan diakon kami itu. Tuhan memberkati. *** Penulis: P. Fransiskus Sule cicm

Kronik KAMS Juni - Agustus 2010

4 Juni
Pengurus Yayasan Sekolah milik KAMS mengadakan pertemuan rutin dan dihadiri Bapa Uskup.

5 Juni
Dua tamu dari Caritas Italia melakukan kunjungan kehormatan kepada Uskup. P. Fredy Rante Taruk pendamping mereka.

6 Juni
Pada hari raya Tubuh dan Darah Kristus, beberapa paroki seperti di Gotong-Gotong dan Katedral, Komuni Pertama diterimakan kepada anak laki-laki dan perempuan.

8 Juni
P. Marsel Lolo Tandung, ketua Komisi Hubungan Antar-Agama dan Keyakinan, berangkat ke Jakarta untuk menghadiri Kongres Nasional III, 2010 para pemimpin agama di negara untuk membahas perkembangan terakhir yang mempengaruhi negara. Kongres ini diprakarsai oleh Komisi Hubungan Antar-Agama dan Keyakinan - KWI.

9 Juni
Universitas Atma Jaya Makassar merayakan Dies Natalis dengan perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh P. Ignatius Sudaryanto, pastor kampus. Setelah Ekaristi kemudian dibagikan penghargaan kepada mereka yang menang di berbagai kompetisi olahraga.

11 Juni
Setelah 9 hari Novena kepada Hati Kudus Yesus, umat paroki Katedral merayakan pesta pelindung paroki dengan perayaan Ekaristi dan resepsi bersama. Dalam perayaan ini seorang imam MSC baru, P. Yosef Doni Srisadono, diperkenalkan kepada umat. P. Yosef sebenarnya ditugaskan di Saluampak tapi untuk sementara ini membantu dalam Katedral.

15-17 Juni
Pada kesempatan penutupan Tahun Untuk Imam, enam puluh lima imam di KAMS berkumpul bersama di Baruga Kare untuk kegiatan 3 hari On-Going Formation. Pembicara tamu adalah Mgr. Piet Timang dari Keuskupan Banjarmasin yang berbicara tentang "Spiritualitas Imam," dan P. Rubiyatmoko yang menangani masalah perkawinan dan keluarga. Kegiatan tiga hari diakhiri dengan perayaan Ekaristi dipimpin oleh Mgr. John Liku-Ada' dan Mgr. Piet Timang bersama-sama dengan enam puluh imam di Gereja paroki St. Fransiskus Asissi di Panakukang, bertema: Kesetiaan Kristus, Kesetiaan Imam. Tanggapan para peserta yang mengikuti kegiatan tiga hari, acara ini sangat positif.

22 Juni
Tujuhbelas Frater HHK memperbaharui kaul mereka dihadapan Pemimpin Umum HHK Frater Cornelis Banin HHK dalam perayaan Ekaristi dipimpin oleh pastor Paroki Santo Yakobus Mariso, P. Leo Paliling, di kapel HHK.

23 Juni
Vikep Makassar ad-interim P. Ernesto Amigleo CICM, mengadakan pertemuan kevikepan untuk membahas antara lain: Pembentukan Komite Persiapan Sinode 2012 tingkat kevikepan. Beberapa orang mewakili paroki yang berbeda dan kelompok kategorial disebutkan. Setelah itu, diadakan diskusi mengenai anak-anak sekolah Katolik yang bersekolah di sekolah non-katolik dan tidak mendapatkan pelajaran agama Katolik. Beberapa masalah disampaikan untuk mencari solusi yang tepat bersama Penyelia Guru-guru Agama Katolik.

25 Juni
Kuria mengadakan pertemuan dengan Uskup untuk membahas hal-hal yang perlu ditindaklanjuti.

26 Juni
Komite Persiapan Sinode 2012 dipimpin oleh Vikjen P. Ernesto Amigleo, CICM, berkumpul kembali untuk menindaklanjuti keputusan yang dibuat dalam pertemuan terakhir yaitu setiap kelompok mempelajari lebih lanjut kuesioner yang digunakan dalam survei tahun lalu di bidang Keluarga, Pendidikan, Ekonomi, dan Sosial-Politik. Selama pertemuan itu diusulkan untuk membentuk sebuah Komite Pengarah. Proposal selanjutnya disampaikan kepada Uskup untuk menentukan anggota-anggotanya.

Hari ini Panitia Persiapan Natal Ekumene pada bulan Desember 2010, bertemu untuk mendiskusikan rencana untuk perayaan Natal Ekumenis bulan Desember. P. Marsel Lolo Tandung, ketua Komisi Hubungan Antar-Agama dan Kepercayaan, memimpin pertemuan.

Pengurus Wanita Katolik Republik Indonesia Propinsi Sulawesi Selatan merayakan Ulang Tahun ke-86 dengan Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Mgr. John Liku-Ada' di aula keuskupan.

28 Juni
Mgr. John Liku-Ada' bersama dengan P. Marsel Lolo Tandung, memulai kunjungan pastoral ke Tana Toraja selama dua pekan.
Komite Persiapan Sinode KAMS bertemu lagi untuk mempersiapkan kunjungan Komite ke lima kevikepan.

29 Juni
Pada hari raya Santo Petrus dan Paulus, Frater-frater HHK merayakan profesi kaul kekal 3 anggota mereka di hadapan Pemimpin Umum Fr. Cornelis Banin HHK, dan pada saat yang sama diadakan pelantikan para novis dalam perayaan Ekaristi dipimpin oleh Mgr. John Liku-Ada' di Gereja paroki Rantepao, Tana Toraja.

Sementara itu, paroki St. Paulus Tello pada Pesta St. Petrus dan Paulus, diadakan perayaan pesta pelindung paroki di aula kompleks militer di Panaikang. Ekaristi dipersembahkan oleh Vikjen P. Ernesto Amigleo CICM, dan dibantu oleh Provinsi P. Antonius Hestasusilo, pastor paroki P. Ritan dan para pastor asisten. P. Antonius memberikan homili memuji masyarakat untuk iman mereka dalam menghadapi kesulitan karena tidak memiliki bangunan gereja di mana mereka dapat berkumpul bersama untuk memuji Tuhan setiap hari Minggu. Sebelum akhir Misa, P. Ritan memberikan pesan berterima kasih para imam untuk kehadiran mereka bersama umat, khususnya kaum muda paroki, untuk kerjasama mereka membuat perayaan paroki sukses.

1 Juli
P. Rusdyn berangkat ke Jerman melalui Jakarta. Dia ditugaskan untuk studi lanjut di Jerman. Untuk itu ia akan menghabiskan satu tahun untuk belajar bahasa Jerman.

3 Juli
Komite Persiapan Sinode 2012 bertemu lagi untuk menyelesaikan proses atau langkah yang harus diambil dalam persiapan untuk sosialisasi Sinode di 5 kevikepan. Kuesioner juga telah diselesaikan yang akan berfungsi sebagai panduan untuk diskusi di stasi-paroki.

P. Ignatius Sudaryanto, CICM, memimpin rekoleksi akhir pekan sekelompok umat dari paroki Kristus Raja, Andalas, di Baruga Kare.

4 Juli
P. Albert Arina berangkat ke Jakarta untuk menghadiri pertemuan para ekonom keuskupan di gedung KWI.

Di Saluampak, Luwu, umat paroki mengadakan pesta perpisahan bagi pastor paroki mereka, P. Yoppie Paulus MSC, yang segera dimutasi ke Keuskupan Ambon. P. Yoppie berasal dari Mamasa dan telah melayani paroki Saluampak selama tiga tahun.

5 Juli
Komisi Pembangunan mengadakan rapat untuk melaporkan kemajuan berbagai proyek yang sudah selesai dan yang masih sedang dikerjakan. Pada saat yang sama, beberapa proposal proyek dibahas untuk persetujuan.

6 Juli
P. Frans Nipa, Koordinator tim STIKPAR, berangkat ke Malang, Jawa Timur, untuk pertemuan semua koordinator sekolah kateketik di Indonesia.

7 Juli
Dewan Keuangan KAMS mengadakan rapat untuk mengevaluasi Laporan Keuangan 2009 dan untuk membahas beberapa hal.
Vikjen P. Ernesto Amigleo, cicm, mengadakan pertemuan informal dengan Velix Gosal, Fidel dan Fredy untuk membicarakan kemungkinan membentuk tim yang peduli dengan situasi dan kondisi sekolah-sekolah Katolik di KAMS. Hal ini sejalan dengan Catatan Pastoral diterbitkan oleh KWI tahun lalu, yang mengajak umat beriman Katolik untuk peduli situasi sekolah-sekolah Katolik seluruh negeri. Menanggapi hal ini sebuah Yayasan didirikan di Jakarta. Para Uskup provinsi gerejawi Makassar-Ambon-Manado bertemu di Manado pada Oktober 2009 untuk membahas masalah ini.

9 Juli
Kelompok doa karismatik dari Paroki Mariso mengadakan Seminar tiga hari Hidup dalam Roh dengan narasumber berasal dari JSM. Sekitar 50 orang berpartisipasi dalam Seminar.

10 Juli
Komisi Keluarga KAMS dipimpin oleh P. Ignas Sudaryanto cicm, menyelenggarakan Perayaan Hari Keluarga dalam rangka memperingati Hari Keluarga Nasional yang jatuh pada 29 Juni 2010. Para peserta mengadakan kegiatan jalan kaki 5 km pagi hari di paroki kompleks Assisi, setelah itu diadakan acara makan siang bersama dan pemberian hadiah.

11 Juli
Vikep Luwu P. Chris Sumarandak MSC dan Pastor Paroki Mamajang P. Yohanes Rawung MSC, berangkat ke Jakarta menghadiri retret dalam rangka Pesta Perak Hidup Membiara.

12 Juli
P. Paulus Tongli, ketua Komisi Kerasulan Awam KAMS, berangkat ke Jakarta untuk menghadiri pertemuan Nasional Komisi Kerasulan Awam yang diadakan oleh KWI.

15 Juli
Upacara penahbisan imamat dan diakonat CICM diadakan di Gereja Hati Tak Bernoda Maria di Makale, Tana Toraja. Frater Frans Sule dan Frater Anton Pasang ditahbiskan dalam Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Mgr. John Liku-Ada’.

16 Juli
Di Baruga Kare, kelompok Karismatik mengadakan seminar dua hari tentang Pembedaan Roh (discernment) yang diberikan oleh P. Mardi dari Jakarta.

17 Juli
Di Universitas Atma Jaya Makassar diadakan panel diskusi mengambil topik: Menemukan Jati Diri Universitas Atma Jaya. Para panelis dengan pembicara pertama adalah Vikjen P. Ernesto Amigleo, CICM, yang menyajikan dan menjelaskan Konstitusi Apostolik "Ex Corde Ecclesiae" Paus Yohanes Paulus II yang berisi identitas dan misi dari Universitas Katolik; Prof Dr C. Salombe, pendiri UAJ-M yang berbicara mengenai "Awal UAJM dan Cita-citanya", Rektor, P. Felix Layadi, yang menceritakan situasi kini UAJM - 30 tahun setelah berdirinya; Antonius Sudirman, mewakili dosen dan karyawan, berbagi pengalamannya sebagai dosen di UAJM selama bertahun-tahun hingga sekarang; Ilham, mewakili alumni, berbagi pengalamannya sebagai mahasiswa di UAJM; dan Rene Runtewene, seorang alumni dan sekarang seorang pengusaha sukses. Setelah presentasi diadakan diskusi.

21 Juli
Hari ini adalah Pesta Perak Imamat dari dua rektor seminari: P. Willem Tee, Rektor Seminari Tinggi Anging Mammiri dan P. Willibrordus Welle, Rektor Seminari Menengah Santo Petrus Claver. Kebetulan hari ini juga merupakan ulang tahun ke-62 dari Vikaris Episkopal Tana Toraja, P. Frans Arring. Misa dipimpin oleh Mgr. Liku-Ada' didampingi oleh dua yubilaris dan Vikaris Episkopal Toraja, dimulai pada pukul 17.30 di Katedral. Para yubilaris berbagi pengalaman mengenai awal panggilan imamat mereka. Setelah misa, makan malam yang meriah diadakan di aula keuskupan dihiasi dengan indah penuh dengan tamu dan kerabat dan teman-teman dari yubilaris.
P. Fredy Rante Taruk berangkat ke Jakarta untuk pertemuan tiga-hari Direktur Caritas yang diadakan oleh Caritas Indonesia (KARINA).

22 Juli
Untuk “menyuburkan” masa novisiat mereka, 8 novis CICM mengawali tahun novisiat mereka dengan menjalani retret 3 hari di bawah pendampingan pimpinan mereka P. Joni Payuk, di Baruga Kare. Proficiat dan selamat.

Pengurus dan anggota Unio KAMS bertemu di aula KAMS pk. 09.30 pagi untuk membicarakan sejumlah hal; 19 orang anggota hadir.
Uskup mengadakan pertemuan dengan Tuan Herman (dari Jerman), P. Frans Nipa, P. Marsel LT, P. Hendrik Njiolah, P. John Turing dan P. Jos van Rooy CICM untuk membicarakan beberapa hal penting sebelum Herman kembali ke Jerman.

23 Juli
Pk. 8.30 Uskup memimpin rapat rutin dwi bulanan dari Dewan Konsultor KAMS untuk membicarakan sejumlah agenda al. penempatan beberapa tenaga imam.
Paroki Katedral menyelenggarakan workshop mengenai public speaking selama 3 hari di Hotel Yasmin. Hadir sebanyak 70 peserta kebanyakan dewasa. Bpk. Frans Budi dari Jakarta menjadi narasumber utama.

Di Baruga Kare P. Willem Tee Daia menyelenggarakan seminar weekend mengenai adorasi; dihadiri banyak peserta.

24 Juli
P. Frans Nipa berangkat ke Padang Sappa dalam rangka pertemuan dengan depas di sana.
Pada sore hari Ketua Panitia Persiapan Sinode KAMS, P. Ernesto Amigleo, CICM mengadakan pertemuan dengan Panitia Persiapan Tingkat Kevikepan Makassar. Disampaikan sosialisasi dan langkah-langkah yang perlu diambil dalam rangka persiapan sinode di tingkat paroki.

27 Juli
Dewan Keuangan KAMS pada sore hari bertemu untuk membicarakan proposal dari Paroki Tello. Sesudahnya, disambung pertemuan dengan Tim Khusus yang pekan sebelumnya berangkat ke Semarang mengikuti pelatihan keuangan; pertemuan dimaksudkan untuk melihat langkah-langkah yang perlu untuk sosialisasi sistem keuangan di paroki-paroki.

28 Juli
Pelaksana tugas Vikep Makassar, P. Ernesto Amigleo, CICM menyelenggarakan rapat kevikepan untuk menindaklanjuti langkah-langkah yang perlu diambil dalam rangka persiapan sinode sekaligus mendiskusikan modul yang akan dipakai.

30 Juli
Ketua Komisi Pendidikan KAMS, P. Alex Lethe, dengan timnya mengorganisir seminar pendidikan selama 3 hari menyangkut permasalahan sekolah-sekolah Katolik, sebagai tindaklanjut dari rekomendasi pertemuan Provinsi Gerejawi MAM tanggal 23-25 Oktober 2009 yang lalu. Seminar diadakan di Hotel Yasmin Makassar. Seminar tsb dibuka oleh Uskup Agung Makassar, Mgr. John Liku-Ada’ dengan Perayaan Ekaristi sekaligus menyampaikan keynote speech; Bruder Heri FIC, Sekretaris Eksekutif Komdik KWI selaku narasumber; dihadiri 3 pilar (umat/orangtua, hirarki, LPK/yayasan/sekolah): Vikjen, Komdik KAMS, para pastor dan awam dari ke-5 kevikepan, juga para guru dan pengurus dari yayasan-yayasan Katolik. Diundang juga wakil pemerintah yakni Bpk. Mahmud (Ka Dinas Pendidikan Kota Makassar) selaku narasumber lain, hadir juga Pembimas Katolik Kementerian Agama Prop. Sulsel. Seluruh peserta seminar sekitar 70 orang.
P. Agus Tikupasang, P. Marthin Solon dan P. Rudy Kwary bersama para Legioner berangkat ke Bali mengikuti Kongres Legio Maria.

31 Juli
Seminar Pendidikan di Hotel Yasmin ditutup dengan sejumlah keputusan yang perlu ditindaklanjuti ke depan.

1 Agustus
Sesudah penutupan seminar pendidikan di Hotel Yasmin, Mgr. John Liku-Ada’ berangkat menuju Malino untuk membuka secara resmi Kapitel JMJ Provinsi Makassar; Sr. Fabiola JMJ hadir mewakili Pimpinan Umum dari Belanda.

2 Agustus
Mgr. John ke bandara menjemput tamu dari Belgia untuk selanjutnya berwisata ke Bantaeng dan Bira selama 2 hari.

3 Agustus
Tim Sosialisasi Keuangan KAMS mengadakan pertemuan untuk mempelajari sistim keuangan Keuskupan Agung Semarang sekaligus bagaimana dapat diaplikasikan untuk konteks KAMS.
Sesudahnya, Vikjen P. Ernesto CICM dan P. Marsel LT beserta sopir berangkat menuju Laimbo Mangkutana, sekitar 600 km ke arah Utara Makassar, untuk menghadiri pertemuan Tim Laimbo sekaligus pemberkatan rumah pembinaan yang berlokasi dalam Kebun Sawit Laimbo.

4 Agustus
Mgr. John berangkat menuju Jakarta untuk rapat Komisi Kateketik KWI yang dipimpinnya.
Sore hari, Ekonom KAMS P. Albert Arina, Sr. Ines JMJ, staf ekonomat Mieke Tongli, Risdianto dan Bp. Antonius Untung berangkat dengan bus ke Mangkutana dalam rangka pemberkatan rumah retret di Laimbo. Sementara itu, di Luwu, Vikjen berkunjung ke P. Cornelis, Pastor Paroki Soroako dan ke Biara Susteran di Wawondula.

5 Agustus
Di Laimbo, tim Laimbo dipimpin Vikjen berapat untuk mengevaluasi perkembangan pekerjaan. Ada kemajuan pesat melihat hasil kebun kelapa sawit; maka terima kasih kepada Pastor Paroki Mangkutana P. Marinus Tellu dan bendahara tim P. Rufinus Rampun. Sementara rapat berlangsung, kaum ibu sibuk memasak di dapur. Sore hari para pekerja kebun bersama keluarga mereka bersiap untuk Misa yang dimulai pk 16.30. Misa dipimpin Vikjen didampingi P. Albert Arina, P. Marinus, P. Rufinus dan P. Linus Oge. Sesudah homili yang dibawakan pastor paroki, menyusul pemberkatan rumah pembinaan. Menjelang akhir misa, Vikjen berterima kasih kepada keluarga-keluarga yang tinggal di lokasi kebun atas dukungan mereka sekaligus meminta kerjasama; pada saat yang sama disampaikan kisah awal adanya Kebun Laimbo. Sesudahnya makan malam bagi semua.

6 Agustus
Vikjen menuju Palopo bermalam untuk selanjutnya esok terus ke Makassar. Sementara itu para tamu yang lain memutuskan untuk masih bermalam di Laimbo.

7 Agustus
Di Luwu, tim P. John da Cunha mengadakan pertemuan se kevikepan untuk memperkenalkan sinode dan langkah-langkah persiapannya.
Di Makassar, Universitas Atma Jaya menyelenggarakan wisuda ke-23 di Hotel Clarion, dihadiri lebih 2000 orang, kebanyakan orangtua dan keluarga dari para wisudawan. 441 orang sarjana baru dari 4 fakultas menerima ijasah dari Rektor, P. Felix Layadi. Vikjen P. Ernesto mewakili Uskup memberikan sambutan untuk mengucapkan selamat sekaligus mengajak merenungkan makna peristiwa wisuda tsb dalam hidup mereka.

8 Agustus
Berita duka bahwa ibu P. Valens, almh. Paulina Sumule meninggal dunia. Kita ikut berbelasungkawa dan mendoakan P. Valens dan seluruh keluarga. RIP untuk almarhumah.

9 Agustus
Sekretaris KAMS P. Frans Nipa dan sopir menuju Soroako. Ia akan bertemu dengan pastor paroki dan depas Soroako. Juga ia akan lanjut mengunjungi Komunitas Susteran di Wawondula.
Sementara itu Uskup tiba di Makassar sesudah beberapa hari di Jakarta.

10 Agustus
Pertemuan berkala para imam muda (usia tahbisan 10 tahun ke bawah) KAMS, termasuk konfrater CICM, di Mamasa Sulbar. Para CICM yang bergabung: P. Ritan, P. Joni Payuk dan P. Lasber Sinaga.

15 Agustus
Sekitar 8000 umat katolik, di bawah pimpinan Mgr. John Liku-Ada’ memenuhi lapangan sekolah Rajawali dalam rangka perayaan Maria Diangkat Ke Surga. Diawali dengan Doa Rosario dan diselingi lagu-lagu Maria; kali ini yang menjadi panitia adalah Paroki Sto. Yakobus Mariso. Sesudah Doa Rosario, dilanjutkan Misa Kudus yang dipimpin Mgr. John, didampingi Pastor Paroki Mariso P. Leo Paliling dan pastor paroki Katedral P. Paulus Tongli. Sekitar 30 imam ikut berkonselebrasi dan Misa Kudus berlangsung agung. Koor yang indah, melibatkan umat dari banyak paroki dalam kota ini. Sebelum akhir misa, dilangsungkan serah-terima tanggung-jawab kepanitiaan untuk tahun berikut dari Paroki Mariso ke Paroki Katedral, dengan penyerahan vandel dari parochus Mariso ke Uskup dan selanjutnya kepada parochus Katedral. Keseluruhan perayaan sangat indah, Selamat kepada semua, khususnya kepada Paroki Mariso, selaku panitia.

17 Agustus
Pekikan MERDEKA! Hari ini Republik Indonesia memperingati HUT kemerdekaan yang ke-65. Di lapangan gubernuran, berlangsung upacara meriah yang dihadiri para pegawai pemerintah, pengusaha, tokoh agama dan tokoh masyarakat. Juga Uskup KAMS ikut serta. Kali ini HUT RI jatuh di Bulan Suci Ramadhan sehingga dikemas berbeda dari tahun yang lalu.

18 Agustus
Uskup mengadakan rapat gabungan Kuria dan Karitas Makassar; P. Fredy Rante Taruk selaku pimpinan Caritas Makassar menjelaskan visi, misi dan struktur organisasi Caritas Makassar (termasuk Caritas Indonesia). Ia juga menerangkan hubungan Caritas dengan PSE KAMS dan PSE KWI.

Ditjen Bimas Katolik Kementerian Agama dari Jakarta menyelenggarakan workshop perihal pendidikan nilai bagi kaum muda di Hotel Banua Makassar. Sejumlah 41 peserta datang dari wilayah gerejawi Indonesia Timur: Makassar, Manado, Ambon dan Papua. Sekretaris Eksekutif Komisi Kepemudaan KWI diundang sebagai narasumber.

19 Agustus
Tim Sosialisasi Keuangan dari Dewan Keuangan KAMS mengadakan rapat yang ke-2, untuk mempelajari sistim keuangan Keuskupan Agung Semarang dan bagaimana diaplikasikan dalam konteks KAMS.

20 Agustus
Dua orang suster JMJ, Sr. Theresia Sugiharjanti dan Sr. Anna Maria Srihartati mengucapkan profesi kekal di hadapan Pimpinan Provinsi, Sr. Agneta JMJ dalam Misa Kudus yang dipimpin Mgr. John di Kapel Stella maris pk. 6 sore. Selamat kepada dua yubilaris.

P. Kees Brouwer tiba di Makassar untuk sebuah kunjungan nostalgia. Beliau adalah salah seorang misionaris yang bekerja bertahun-tahun di sini. Pada usia ke-72, dia masih kelihatan muda, selalu segar dan gesit. Sementara itu P. Kamelus Kamus juga tiba dari cuti di kampung halaman di Flores. Ia sedang mempersiapkan diri untuk misi barunya di Singapura.

Yayasan Sentosa Ibu (pengasuh RS Fatima dan Akper Fatima Pare-Pare) menyelenggarakan workshop mengenai “Business and Market Plan” selama 2 hari di Hotel Yasmin. Hadir: anggota organ yayasan, Direktur RS Fatima, begitu juga Direktur Akper Fatima beserta para stafnya. Dr. Albert dan puteranya Bp. John dari Jakarta sebagai narasumber. Pertemuan diawali misa yang dipimpin ketua organ pembina yayasan P. Hendrik Njiolah.

23 Agustus
P. Marsel LT dan P. Alex Lethe berangkat ke Messawa dalam rangka pertemuan gelombang ke-2 untuk sosialisasi persiapan Sinode 2012 dengan kelompok sasaran paroki-paroki bertetangga di sana: Messawa, Polewali dan Mamasa. Ikut bersama mereka P. Kees Brouwer yang ingin melihat bekas daerah misinya di mana dia bersama P. Theo Wynants memulai KKA (Kursus Katekis Agraris).

26 Agustus
Bapa Uskup mengadakan pertemuan Kuria untuk membahas beberapa masalah penting.

27 Agustus
Staf Sekretariat yang dipimpin oleh P. Frans Nipa, berangkat ke Sulawesi Tenggara untuk mengunjungi paroki dan memperkenalkan cara yang tepat untuk menjaga file-file dan arsip paroki. P. Hendrik juga diundang untuk memberikan konferensi kepada dewan pastoral paroki.

Komunitas JSM menyelenggarakan Seminar Hidup dalam Roh selama 3 hari di Malino diikuti anggota dan para peserta, keseluruhan 70 orang, beserta moderator JSM, P. Ernesto Amigleo, CICM yang membuka seminar dengan Misa.

Bapa Uskup didampingi oleh P. Stephanus Tarigan melakukan kunjungan singkat ke pekuburan KAMS bagi imam dan religius di Pakatto, Gowa. Di sana mereka bertemu dengan Bpk. Terrik dan Alex Walalangi untuk membahas rencana lebih lanjut untuk memperindah dan mengembangkan tempat itu.

30 Agustus
Ketua Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi KAMS P. Fredy Rante Taruk mengadakan pertemuan 3 hari dengan anggota tim Komisi untuk mengevaluasi program tahunan Komisi, termasuk Program Aksi Puasa Pembangunan. Pada hari ketiga dibahas alokasi dana yang dikumpulkan selama masa Prapaskah 2010. Sekitar tiga puluh anggota berpartisipasi termasuk Vikjen P. Ernesto Amigleo cicm. Pertemuan diadakan di aula keuskupan.***
Bung Kronik

Jumat, 17 September 2010

PROSES PERSIAPAN SINODE DIMULAI DARI BASIS

Sejak dikeluarkannya SK Panitia Persiapan Sinode Diosesan KAMS oleh Bapa Uskup Agung pada 3 Januari 2010, maka gendang kerja panitia mulai ditabuh. Salah satu tugas Panitia Persiapan Sinode Tingkat Keuskupan (PPS KAMS) yakni memfasilitasi Panitia Kevikepan dalam hal merumuskan masalah dengan menggali mulai dari umat basis, sambil memperhatikan Ardas KAMS yang sedang berlaku.


Agar sinode itu sungguh merupakan upaya berjalan bersama (syn’odos) Gereja Partikular KAMS yang melibatkan seluruh umat, maka proses persiapan tersebut harus mulai dari basis. Sekaitan dengan proses ini dan dalam upaya memaksimalkan peran memfasilitasi Panitia Kevikepan, maka PPS KAMS melakukan kerja strategis dengan bersama-sama menyusun metode dan panduan berproses yang diinspirasi dari ToR Sinode KAMS 2012 dalam memfasilitasi Panitia Kevikepan. Untuk mengefektifkan kerja fasilitasi ini, maka PPS KAMS membagi diri dalam 5 Tim (kelompok kerja) berdasarkan Kevikepan yang ada. Dengan bekal ToR serta referensi lainnya, maka Tim/Kelompok Kerja PPS KAMS telah berkunjung ke Kevikepan untuk melakukan pertemuan fasilitasi. Tujuannya yakni menyamakan pemahaman dan gerakan bersama dalam mempersiapkan sinode 2012. Peserta pertemuan di setiap Kevikepan adalah merupakan unsur dari PPS Kevikepan, PPS Paroki serta para fasilitator umat.

Adapun agenda pertemuan di setiap Kevikepan yakni:

A. Sosialisasi Sinode (pengenalan ToR Sinode)

1. APA ITU SINODE?

Sinode Keuskupan ialah sidang/himpunan imam-imam dan orang -orang beriman kristiani yang terpilih dari Gereja Partikular untuk membantu Uskup Diosesan demi kesejahteraan seluruh komunitas diosesan (Kitab Hukum Kanonik Kan.460).

2. KAPAN SINODE GEREJA LOKAL KAMS YANG TERAKHIR DAN HASILNYA APA?

Dilangsungkan dalam bulan Oktober 1999 dan hasilnya berupa Ardas KAMS: menjadi Gereja yang benar-benar dewasa, misioner, memasyarakat, komunikatif dan bersaksi total, menuju PERSAUDARAAN sejati dalam Kristus.

3. APA LATAR BELAKANG DAN MAKSUD/TUJUAN SINODE KAMS 2012?

Gereja Lokal KAMS akan mencapai usia intan (75 tahun) pada tanggal 13 April 2012.

Momentum historis penting tersebut dipandang tepat digunakan oleh Gereja Lokal KAMS untuk merumuskan dan menegaskan kembali jati diri perutusannya secara kontekstual.

4. BAGAIMANA SINODE KAMS 2012 DISIAPKAN?

Agar Sinode sungguh merupakan upaya “berjalan bersama”(syn’odos) dari Gereja Lokal KAMS yang melibatkan seluruh umat maka proses persiapan harus mulai dari umat basis (rukun,stasi,ormas/kelompok internal/sekolah/rumah sakit).

B. Model/metode penjaringan

Membahas bersama model/metode penjaringan tanda-tanda zaman di umat basis dalam bidang keluarga, pendidikan, kesehatan, sosial ekonomi, lingkungan hidup dan sosial budaya (stasi, rukun, kategorial).

C. Merumuskan dan menyusun modul

Modul yang disusun digunakan sebagai pegangan fasilitator dalam memfasilitasi umat basis menggali tanda-tanda zaman dan merefleksikan Ardas KAMS yang sedang berlaku. Berproses berdasarkan modul.

D. Mekanisme pelaporan

» Pembicaraan pada masing-masing pertemuan umat basis harus direkam dan ditulis oleh seorang notulis dan hasilnya disampaikan/dilaporkan kepada Tim PPS Paroki dengan menggunakan format pelaporan umat basis.

» Tim PPS Paroki merekap semua laporan umat basis dengan menggunakan format atau panduan pelaporan PPS Paroki dan menyerahkannya ke PPS Kevikepan

» PPS Kevikepan menyatukan/mengintegrasikan hasil rekap dari semua Paroki juga dengan menggunakan format atau panduan pelaporan hasil penjaringan PPS Kevikepan dan menyerahkannya ke PPS KAMS.

» Dan hasil integrasi dari PSS KAMS selanjutnya akan dsampaikan kepada Tim SC Sinode Diosesan KAMS 2012 untuk menjadi salah satu materi utama dalam Sinode.

E . LAIN – LAIN

» Doa Persiapan Sinode hendaknya selalu didoakan dalam pertemuan-pertemuan dengan umat basis.

» Untuk memfasilitasi kemudahan dalam mendampingi umat basis dalam penjaringan aspirasi dan refekski Ardas KAMS, maka PPS KAMS telah menyusun modul panduan yang dapat digunakan sebagai referensi di umat basis yang sifatnya amat fleksibel.

» Dan begitu pula untuk memudahkan pelaporan berjenjang, rekapitulasi nhasil berjenjang , maka untuk referensi pula, PPS KAMS telah membuat format laporan dari umat basis sampai integrasi PPS KAMS.


Jadwal Kerja

# Sampai akhir Agustus 2010: Kunjungan PPS KAMS ke Kevikepan-Kevikepan

# September 2010:

* Pembentukan PPS Kevikepan dan PPS Paroki

* Pembekalan Fasilitator umat basis di Paroki

# September – Desember 2010: Pertemuan di Basis – Basis

# Januari 2011:

* Rekap hasil umat basis di tingkat Paroki oleh PPS Paroki

* Integrasi hasil Paroki di tingkat Kevikepan oleh PPS Kevikepan

# Februari - Maret 2011: Integrasi di tingkat Keuskupan oleh PPS KAMS untuk diserahkan ke SC Sinode Diosesan 2012. *** Penulis:May Januar, PPS KAMS