“Tuhan Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau”
Societas Jesus Maria Joseph (JMJ) yang didirikan oleh Pater Mathias Wolff, SJ pada tanggal 29 Juli 1822 di Amersfoort, Belanda, menjadi moment penting sekaligus langkah awal Suster-Suster Jesus Maria Joseph (JMJ) memulai hidup religiusnya dan kerasulannya dalam membangun dan mengembangkan Kerajaan Allah di tengah-tengah Gereja dan dunia-Nya. Karena itu Societas yang didirikannya dibekali dengan ciri khas: “kesiapsediaan apostolis, yang selalu menyesuaikan diri, tidak lebih dan kurang dari itu. (Konstitusi art.3). Itulah Kharisma dan Spiritualitas Suster-Suster Societas JMJ.Kehidupan religius merupakan kharisma di dalam gereja. Setiap kongregasi religius memiliki kharismanya sendiri yang khas. Kharisma ini ditanamkamkan sejak awal masa pembinaan dan selanjutnya disegarkan dan direfleksikan terus menerus oleh semua anggotanya dari jaman ke jaman. Untuk menjadi anggota penuh dalam kongregasi JMJ, terlebih dahulu harus menempuh tahap-tahap pembinaan yang di mulai dari masa aspiran (1 tahun), postulat (1 tahun), novisist (2 tahun) dan yunior (6 tahun). Segala usaha pembinaan yang diberikan bertujuan untuk membina para calon menjadi seorang religius JMJ yang sejati yang dapat memberikan diri seutuhnya kepada Tuhan dan sesama.
Dalam tradisi Societas JMJ, 29 Juli ditetapkan sebagai hari berdirinya Societas dan sekaligus ditetapkan juga sebagai hari untuk setiap suster mengikrarkan kaul-kaulnya. Berkenaan dengan itu, keempat suster yunior Sr Mariana Mbasal, Sr Maria Goncalves, Sr Giasinta Wengkang, Sr Maria Magdalena Kobun,bermohon untuk menjadi anggota penuh dalam Societas JMJ, kepada Pimpinan Umum di Belanda. Setelah permohonan di terima, maka para suster diberi waktu dan persiapan selama kira-kira 70 hari ditutup dengan retret agung. Mereka mendapat pembinaan yang intensif untuk kembali berefleksi, berevaluasi dan berdiskresi secara pribadi dan kelompok akan motivasi awal perjalanan panggilannya sebagai religius JMJ yang diwujudnyatakan dalam hidup doa, hidup bersama di komunitas, karya kerasulan dan kehadiran serta keterlibatannyadi dalam gereja dan masyarakat.
Untuk itu Dewan Pimpinan Provinsi Makassar telah menetapkan waktu dan tempat perayaan bersama panitia perayaan kaul kekal yaitu 29 Juli 2015 di paroki St Yakobus – Mariso. Perayaan Ekaristi dipimpin langsung oleh Bapak Uskup Keuskupan Agung Makassar Mgr John Liku Ada’ didampingi VIKJEN KAMS Pastor Stefanus Tarigan CICM, Pastor Leo Paliling, Pr selaku pastor paroki Mariso dan sejumlah pastor yang turut menjadi konselebran. Juga dihadiri oleh umat, orang tua dan keluarga serta paduan suara Magnificat, yang turut mendoakan dan memberi dukungan akan panggilan suci nan mulia bagi keempat yubilaris. Suasana perayaan ekaristi yang sakral menghantar keempat suster yunior dengan berani dan berkomitmen menyatakan kesungguhan untuk mengikuti Kristus yang telah memikat mereka dengan mengikrarkan janji setia lewat ke tiga kaul yaitu KETAATAN, KEMURNIAN dan KEMISKINAN dalam Societas Jesus Maria Joseph, yang hendak mereka wujudkan dalam hidup bersama, gereja dan masyarakat. Tidak kalah penting bahwa aula Seminari Santo Petrus Claver adalah tempat yang bagus yang turut mendukung acara ramah tamah, sehingga para tamu undangan boleh menyatakan kebersamaanya dalam santap siang dan berbagi kegembiraan dalam suasana kekeluargaan.
Kaul adalah janji sukarela kepada Allah untuk melakukan suatu tindakan yang lebih sempurna. Kaul lahir dari pertimbangan kematangan kemampuan untuk dapat menerima segala konsekuensi moral, legal dan religius atas janji yang dengan sadar dibuat dihadapan Allah dalam diri seorang religius JMJ. Menjadi seorang JMJ di zaman post modern yang menekankan nilai-nilai kebebasan saat ini, tentunya telah disadari bukan merupakan hal mudah. .Hidup religius adalah anugerah kasih yang indah dari Allah sekaligus persembahan pujian syukur sederhana dari manusia. Hidup tak pernah memberikan perasaan aman, terjamin dan tenteram. Karenanya, mereka tak dapat menemukan kasih, keindahan dan kesyukuran hidup dan dirinya di tengah kenyataan hidup yang perlu selalu diolah dan dikembangkannya. Menghadapi hidup dengan segala tuntutan, tawaran dan tantangannya orang (seorang religius) perlu menjadi tahan uji. Tahan uji bukan sesuatu yang tiba-tiba turun dari langit, dan orang tinggal menerimanya. Untuk menjadi tahan uji, orang perlu melatih diri.
Dalam refleksi ke empat Suster yang berani mengambil keputusan dan mengatakan “YA” atas panggilan Tuhan, mengambil motto:
“Tuhan Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau”.. Kami menyadari bahwa perjalanan hidup panggilan sama seperti Petrus. Dua jawaban Petrus dalam situasi yg berbeda:
Pertama: jawaban Petrus dari hati yang penuh semangat pada perjumpaan yang pertama dengan Yesus.
Kedua: jawaban Petrus yang telah mengalami hidup bersama Yesus. Petrus yang telah mengalami kekecewaan, kekeliruan, kesalahan, menghianati guru-Nya.
Petrus yang telah mengalami itu semua, untuk kedua kalinya berani menjawab ajakan Yesus “Ikutilah Aku”.Jawaban YA Petrus kali ini berbeda dengan YA sebelumnya. Kini ia telah mengalami pembinaan bersama guru-Nya.
“YA” yang kami ucapkan keluar dari pengalaman yang telah dibentuk oleh Yesus yaitu Yesus-lah yang menjadi CINTA SEJATI, kekuatan dalam menghayati panggilan hidup kami. Seperti Petrus, setelah mengalami sukacita Paskah, penampakan Tuhan, mengikrakan kaul kekalnya saat ditanya Yesus sampai tiga kali: “Apakah Engkau mengasihi Aku”? Jawaban YA Petrus: “TUHAN, ENGKAU TAHU SEGALA SESUATU, ENGKAU TAHU BAHWA AKU MENGASIHI ENGKAU”. Kemudian Petrus bangkit dengan penuh semangat dan sukacita mewartakan “Sang Kabar Sukacita”, mewartakan Dia yang dicintainya kepada orang banyak”. Ia Petrus yang baru. Kami pun dengan Rahmat Tuhan yang bangkit jaya, mewartakan Sang Kabar Sukacita, mewartakan Dia yang kami kasihi dan yang mengasihi kami, sehingga orang yang kami layani mendapatkan cinta dan sukacita Kristus. Menjadi saksi “Betapa Indah panggilan-Mu Tuhan”.
Kami bersyukur bahwa tahun ini, Bapa Suci Paus Fransiskus secara khusus mencanangkan Tahun Hidup Bakti. Beliau mengajak kita untuk mengenang masa lalu penuh syukur, menjalani hari ini dengan penuh semangat dan merangkul masa depan dengan penuh harapan. Gereja semesta saat ini memusatkan seluruh doa-doanya untuk biarawan/ti. Harapan Bapa Suci adalah agar biarawan/ti bangkit menggoncang dunia, dengan sukacita bagaikan fajar yang merekah.
Kami menjawab YA, dengan pengikraran kaul kekal dalam Soc. JMJ. Suatu rahmat yang sangat luar biasa besarnya.Kami yakin dan percaya Gereja semesta mendukung dan mendoakan keputusan kami pada hari ini. Kami berempat masih mengharapkan dukungan doa dari yang mulia bapak Uskup, para pastor, suster, frater, orang tua, saudara/i sekalian serta umat yang kami cintai. Untuk itu dengan penuh kerendahan hati dan tulus kami mohon maaf yang sedalam-dalamnya dan mengucapkan limpah terima kasih yang sedalam-dalamnya.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar