Sebelumnya paroki ini menjadi bagian dari paroki Santa Maria – Mamuju - dengan sebutan wilayah Tobadak; per 13 Januari 2013 terbit SK pendirian paroki dengan no: 071/C.1.6/2/2013 yang menetapkan bahwa Wilayah pastoral Tobadak menjadi Paroki dan memakai nama pelindung SANTO MIKAEL serta Gereja Tobadak III sebagai pusat paroki yang meliputi 20 Stasi yang menyebar di 3 kecamatan yakni:
1. Kecamatan Tobadak, di dalamnya terdapat pusat Paroki yakni Paroki St. Mikael – Tobadak III plus 10 Stasi yaitu: Stasi St. Yusup - Tobadak I, Stasi St. Petrus - Tobadak II, Stasi Santa Theresia – Tobadak IV, Stasi Santa Clara – Tobadak 6, Stasi Santo Petrus – Tobadak VII Selatan dan Stasi St. Paulus – Tobadak VII utara, Stasi St. Yakobus - Tosantung I, Stasi St. Yohanes Rasul -Tosantung II Stasi Persiapan Santa Anna – Lumu dan Stasi Persiapan St. Fransiscus - Hako.
2. Kecamatan Budong-budong terdapat 5 Stasi yakni: Stasi Santa Katarina – Bojo, Stasi St. Fransiscus Xaverius – Rante Kumbiling, Stasi St.Lukas - Palagung, Stasi Persiapan Santa Cicilia–Polohu dan Stasi Persiapan St. Andreas – Tanah Merah.
3. Kecamatan Topoyo, terdapat 5 Stasi: Stasi St. Agustinus - Karomana, Stasi Persiapan St. Ignatius - Salutama, Stasi Persiapan St. Yohanes Pembabtis - SaluLebo, Stasi St. Yulianus – Salupangkang III dan Stasi Hati Yesus Maha Kudus –Salupangkang II.
Secara geografis, Paroki Santo Mikael Tobadak terletak dalam wilayah Pemerintahan Kabupaten Mamuju Tengah (Mateng) yang dimekarkan menjadi kabupaten otonom; pada bulan Desember 2015 kabupaten ini akan mengadakan Pilkada pertama untuk memilih Kepala Daerah definitif yang pertama sebagai Daerah Tingkat II Mamuju Tengah.
Rahmat Allah mengalir pada umatNya
Paroki St. Mikael – Tobadak, setelah resmi berdiri sebagai Paroki per Januari 2013 (SK) dilantik pula Pastor Paroki Pertama P. Oc. Sam Bureny, Pr (SK) oleh Vikaris Episkopalis Sulawesi Barat Pastor Martinus Pasomba, Pr.
Dalam perjalanannya sebagai paroki, tanda-tanda rahmat senantiasa menyertai dan mengiringi perjalanan paroki yang berpelindungkan Malaikat Pelindung Mikael. Tanda-tanda rahmat itu boleh kami sebutkan dalam rupa, di bulan April 2013 (3 bulan setelah eksistensinya sebagai Paroki) umat di wilayah ini yang notabene para transmigrasi dari NTT dan Polmas merayakan 25 tahun kedatangan mereka yang menandai hadirnya umat yang berarti pula hadirnya Gereja Katolik di wilayah Mamuju Tengah. Mengapresiasi Pesta Perak tersebut bapa Uskup Agung KAMS Mgr. John Liku-Ada’ hadir dan memimpin Perayaan Ekaristi Agung bersama umat dan para pastor dalam wilayah kevikepan Sulbar (kedatangan pertama uskup ke Tobadak sebagai Paroki). Di bulan Oktober 2014 bapa Uskup datang lagi, kali ini dalam rangka kunjungan rutin Pastoral dua tahunan ke wilayah Kevikepan Sulbar untuk pelayanan Penerimaan Sakremen Krisma dan meresmikan Kantor Pelayanan CU – Mekar Kasih di Tobadak (bapa Uskup datang lagi mengunjungi umatnya di Tobadak untuk kedua kalinya). Dan pada bulan Juni 2015, bapa Uskup hadir lagi di Tobadak kali ini untuk pelantikan Vikep Sulbar yang baru P. Oc. Sam Bureny, Pr (mantan Pastor Paroki St. Mikael Tobadak) karena Vikep sebelumnya, P. Martinus Pasomba, Pr mendapat penugasan yang sama di tempat yang baru yakni Kevikepan Luwu Raya.
Apa yang mau disampaikan dengan kronologi di atas? Yakni bahwa sebagai paroki muda umat setempat mengalami dan merasakan kehangatan yang luar biasa oleh kehadiran sang Gembala utama di tengah-tengah mereka dalam kurun waktu yang relatif singkat (rentang 2 tahun bapa Uskup mengunjungi mereka 3 kali). Kedua, sebagai Paroki Muda, umat di Paroki St. Mikael – Tobadak merasa terhormat karena boleh melaksanakan dan menjadi Panitia Pelantikan Vikep Sulbar (yang mungkin jarang dialami oleh paroki-paroki lainnya dalam KAMS). Ketiga, umat paroki St. Mikael – Tobadak sungguh mengalami limpahan rahmat Allah karena sebagai paroki muda, di mana Pastor Paroki yang baru melayani umat 2,5 tahun (P. Oc. Sam Bureny, Pr) dipilih menjadi Vikep Sulbar dan diganti dengan 3 orang tenaga Imam tarekat CMF (P. Damasus Sumardi, CMF; P. Pascalis Sugi, CMF; dan P. Florianus Ohoinai, CMF) secara serentak, dan ini tentunya akan berdampak amat positif bagi pelayanan umat yang akan makin intensif menuju pendalaman dan perkembangan iman umat setempat.
Keragaman tenaga Pelayanan menjadi sumber kekayaan bagi gereja lokal kevikepan Sulbar
Kehadiran tiga orang tenaga imam Tarekat CMF di Mamuju Tengah memberi warna lain bagi bagi jajaran tenaga imam dan rohaniwan-rohaniwati untuk kevikepan Sulawesi Barat, bahwa di keviepan ini sekarang dengan jumlah 6 Paroki dilayani 9 orang imam Projo (termasuk vikep) dan 3 orang imam biarawan CMF serta diperkuat oleh jajaran tarekat biarawan-biarawati yang masing-masing: 3 orang tenaga Suster CIJ di Mamuju Utara (yang menangani Asrama dan Pendidikan Anak Usia Dini/PAUD), 3 orang tenaga Frater HHK yang membantu karya Pastoral di wilayah Mamuju Utara, 3 orang Suster CM di kota Mamuju (yang berkarya di bidang pendidikan kini mulai dengan Pendidikan TK dan Kelompok Bermain dan pembinaan-pembinaan orang muda lewat rekoleksi dan Retret), 2 orang suster JMJ di Mesawa yang menangani Asrama Putra dan Putri (rumah pembinaan untuk calon seminaris dan panggilan menjadi biarawati) dan 6 orang Frater tarekat HHK yang menangani Pendidikan SMP dan SMU di Mamasa.
Penutup
Dengan komposisi imam, biarawan dan biarawati yang kini ada, segenap umat kevikepan Sulbar pada umumnya dan umat paroki pada khususnya di mana imam dan biarawan-biarawati akan memperoleh manfaat hidup iman yang luar biasa (bdk Visi Gereja lokal KAMS yang dirumuskan dalam sinode Diosesan 2012 “GEREJA LOKAL KAMS, YANG BERSOSOK KAWANAN KECIL TERSEBAR, SEBAGAI PELAYAN BERDASARKAN DAN BERPOLAKAN YESUS KRISTUS, YANG TERUS MENERUS MEMBAHARUI DIRI, MEWARTAKAN KERAJAAN ALLAH DENGAN MERESAPI TATA DUNIA, SEHINGGA SEGALA-GALANYA MENJADI BAIK”.
Wilayah Sulbar yang membentang dari Polman (selatan) ke Perbatasan Prop. Sulawesi Tengah (Pasangkayu wilayah utara) adalah wilayah penginjilan yang begitu luas. Tiga paroki di wilayah Selatan (Paroki St. Yoseph – Polewali, Paroki St. Fransiscus Xaverius – Mesawa dan Paroki St. Petrus) letaknya relatif dekat satu sama lain; sementara tiga paroki di wilayah Utara (Paroki Bunda Maria – Mamuju, Paroki St. Clemens – Mateng dan Paroki St. Yoseph Pekerja – Baras) berjauhan jarak satu sama lain (kurang lebih membutuhkan waktu 3 Jam untuk saling menjangkau).
Dengan hadirnya 3 imam tarekat CMF di wilayah Utara ibarat angin segar yang menyejukkan bagi kevikepan sulbar pada umumnya dan Paroki St. MIkael – Tobadak pada khususnya. *** (Penulis: Pastor Oc. Sam Bureny, Pr, Vikep Sulbar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar