Teks kitab suci di atas merangkum seluruh jalan panggilanku. Mengapa demikian? Berawal dari saya hendak masuk ke sekolah tingkat atas, masuk seminari merupakan pilihan yang awalnya tidak saya kehendaki, tetapi mengapa saya tetap masuk seminari menengah? Padahal pada saat yang bersamaan pula saya lulus tes masuk sekolah negeri dan swasta unggulan di Makassar. Kemudian menjelang akhir masa pembinaan di seminari menengah, tiga bulan terakhir saya hidup bukan sebagai seorang seminaris, karena pikiran saya waktu itu akan mundur dari jalan panggilan ini. Tetapi mengapa saya menuliskan di surat, “hendak ke mana”? Saya memilih masuk tarekat MSC? dan pada saat bersamaan pula seorang Bruder MSC datang ke rumah saya dan mengajak saya untuk berjalan-jalan, melihat dan merasakan karya MSC di Saluampak. Di Saluampak saya terkesan dengan kehidupan komunitas MSC ditambah lagi peneguhan dari P. Karold Jamrevav, MSC yang membuka hati dan pikiran saya untuk tetap pada jalan panggilan, “rasa panggilan yang kecil dan samar-samar itu tetap dirasakan dan dijalani”, kata-kata inilah yang meneguhkan saya. Keinginan untuk masuk MSC pun semakin kuat. Akhirnya pun saya melamar. Selang beberapa waktu jawaban lamaran untuk masuk dalam tarekat msc tidak saya peroleh, seiring dengan itu ada kekuatiran dalam diri saya. Untuk menjaga kalau nanti saya tidak lulus, saya mau ikut tes Peguruan Tinggi Negeri. Ketika hendak berangkat tes di Universitas 11 Maret Solo, kapal yang hendak saya tumpangi kandas dan tidak bisa berlayar sampai Makassar. Dua hari setelah peristiwa itu saya mendapat surat jawaban dari MSC, lamaran saya diterima.
Menjelang akhir tahun pastoral di Pulau Buru, saya sudah berniat untuk mundur dari jalan panggilan ini karena pengalaman pastoral yang penuh tantangan. Niat ini saya sudah utarakan sama orangtua sampai di skolastikat saya akan mundur. Sampai di Skolastikat lewat proses pengalaman pastoral, niat saya berubah dan tetap pada jalan panggilan. Kekuatan panggilan saya semakin kuat dalam penemuan-penemuan nilai-nilai hidup. Sampai akhirnya saya diterima kaul kekal dalam tarekat MSC. Rahmat kaul kekal menjadi rahmat yang luar biasa dalam hidupku.
Dari pengalaman-pengalaman yang saya alami, imamat bukanlah suatu cita-cita, bukanlah tujuan utama, dan bukanlah suatu gelar yang memberi prestise baru. Melainkan imamat itu tetap menjadi misteri. Karena misteri itu, bagaimana saya terus menerus berusaha mencari dan menemukan jalan panggilan dalam hidupku dan apa yang Tuhan kehendaki dalam hidupku ini. Keterbukaan hati untuk mendengarkan dan melakukan apa yang Tuhan kehendaki. Bersikap jujur terhadap diri sendiri dan mengakui kesalahan ketika bersalah adalah beberapa cara mengenal misteri imamat. Saat ini saya menerimakan tahbisan imamat sebagai rahmat Tuhan yang hidup dalam diri saya. Rahmat itu tetap ada dalam diri saya seumur hidup saya. Melalui rahmat itu saya akan terus menerus mencari apa yang Tuhan kehendaki dalam hidupku ini.
Misteri imamat ini menjadi persembahanku di altar Tuhan. Pendakian menuju altar Tuhan menjadi perjalanan penggilan saya. Di altar Tuhan yang kudus segala kehidupan saya dipersembahkan padaNya. Di atas altar Tuhan semua persembahanku apa yang ada pada diriku semuanya rasa syukur, pergumulan hidup, suka-duka, beban berat, derita dipersatukan dalam kurban Kristus. Merayakan perjamuan penuh cinta menjadi puncak kesaksian hidup bukan sekedar ucapan kata-kata indah ataupun cepat-lamanya melainkan makna persembahan diri seutuhnya pada Tuhan. Inilah saya Tuhan, apa adanya saya terserah Tuhan mau pakai saya bagaimana? ”Bukan kehendakku yang jadi melainkan kehendakMulah.”
Untuk menapaki jalan imamat selanjutnya saya tidak sendirian, ada konfrater, keluarga dan umat sekalian yang dengan caranya dan kesetiaanya membantu dan mendoakan saya terus menerus. Tanpa mereka saya tidak mempunyai arti apa-apa. Lewat dukungan dan doa-doa merekalah saya berada saat ini. Selanjutnya saya yakin dengan bantuan doa-doa mereka saya tetap setia dalam jalan imamat ini. Semoga Hati Kudus Yesus Dikasihi di mana-mana. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar