Sabtu, 12 Oktober 2013

PASTORAL BERBASIS DATA DI PAROKI ST. YOHANES RASUL MINANGA

Ecclesia semper reformanda, Gereja selalu membaharui diri. Pembaharuan dalam Gereja merupakan sebuah keharusan berhadapan dengan kemajuan zaman yang semakin cepat dewasa ini. Pada 27 Juli 2013 paroki Yohanes Rasul Minanga mengadakan sebuah program  dengan tema “Pastoral Berbasis Data”. Kegiatan ini didampingi oleh Pastor Francis Purwanto SCJ, dosen  Fakultas Teologi Wedabhakti, Yogyakarta, dan melibatkan berbagai pihak: Pastor Fhilipus Kala dan umat paroki Yohanes Rasul Minanga, yang langsung menyatakan kesediaan ketika mendapat tawaran sebagai pilot project program tersebut; Seminari Tinggi  Anging Mammiri yang mengutus 11 fraternya untuk terlibat dalam pendataan ini yang  langsung didampingi oleh Pastor Petrus Bine; dan STIKPAR Rantepao yang mengutus 19 mahasiswa.

Pastor Purwanto membuka “Pastoral berbasis Data” dengan  pertanyaan yang cukup menggelitik: “Apakah ada hubungan antara Lumen Gentium (dokumen Konsili Vatikan II) dengan tahi babi/tahi kerbau?” Ia  mengatakan bahwa hubungannya ada. “Segala upaya untuk memuliakan Allah membawa kesejahteraan kepada manusia. Agar hal itu dapat terjadi, maka diperlukan pastoral yang sesuai dengan konteks umat. Agar konteks umat dapat diketahui dengan tepat, diperlukan data umat yang akurat.

 Langkah awal dalam “Pastoral berbasis  data” adalah pelatihan para pengumpul data. Para frater bersama dengan mahasiswa STIKPAR dan aktivis Paroki St. Yohanes Rasul Minanga dilatih untuk mengisi formulir pendataan pendataan umat yang terdiri dari 22 item yang dapat dibagi dalam tiga bidang pendataan: pastoral, administrasi, dan demografi. Setelah penjelasan pengisian formulir pendataan, diadakan simulasi pengisian data yang kemudian dievaluasi. Lewat proses tersebut, para peserta menjadi  paham cara mengisi formulir pendataan dengan benar.

Langkah selanjutnya adalah pengumpulan data. Pengumpulan data tidak dilakukan dengan membagikan formulir pendataan ke umat yang kemudian mengisi sendiri blangko tersebut. Para pendatalah yang akan mengisi formulir pendataan. Maka itu, para pendata harus bertemu dengan umat secara langsung. Sore hari setelah pelatihan, para peserta pelatihan dibagi dalam 18 kelompok yang diutus ke 14 stasi dan 4 rukun yang ada di pusat paroki Minanga.

Ada rasa khawatir bahwa pendataan tidak akan selesai, khususnya di stasi yang wilayahnya luas dengan medan bergunung-gunung. Apalagi hampir setiap hari hujan mengguyur daerah Toraja. Maka itu, diberikan waktu 4-5 hari untuk pendataan. Kekuatiran tersebut ternyata tidak terjadi. Malahan, sehari setelah diutus, fr. Matius yang mendata di stasi Sarong serta fr. Indra dan Pius yang mendata di stasi Lemo telah menyelesaikan pendataan sehingga bisa diperbantukan di stasi yang belum rampung pendataannya. 

Pada 31 Juli 2013 sebagian besar para pendata telah kembali ke pastoran Minanga. Walaupun lelah, akan tetapi tampak jelas semangat dan kegembiraan terpancar dari wajah mereka. Banyak pengalaman yang diperoleh dan kemudian dibagikan: ada yang kesulitan tidur karena cuaca sangat dingin walaupun sudah memakai 3 lapis selimut, ada yang diminta umat untuk jadi anak mantunya, ada yang kepulangannya dari stasi tertunda karena umat mengadakan acara perpisahan: bakar-bakar ikan sambil minum tuak, ada yang disangka  caleg yang sedang berkampanye, dan masih banyak pengalaman menarik lainnya.   

Setelah semua data telah dikumpulkan, langkah selanjutnya adalah entry data manual dari kertas ke program komputer. Langkah ini memerlukan ketelitian, kesabaran, dan ketekunan khususnya ketika mengentry data stasi dengan KK yang jumlahnya banyak. Akan tetapi berkat semangat dan kekompakan tim serta terjaminnya pasokan logistik (kopi dan makan-minum yang tiada henti)  maka pada tanggal 1 Agustus semua data telah dientry dan diserahkan ke pastor Purwanto untuk digabungkan dan diolah.

Pada hari Minggu, 4 Agustus 2013, hasil dari pendataan umat dipresentasikan oleh pastor Purwanto di depan pastor Paroki, para Depas, pengurus stasi dan para pengantar dari 15 stasi di paroki Yohanes Rasul Minanga. Berbagai data umat dapat dilihat dengan jelas. Data-data yang terkumpul dapat dilihat dalam tabel-tabel deskriptif yang menggambarkan kondisi umat yang sebenarnya.  Misalnya, jumlah orang jompo di paroki Minanga serta nama dan alamat mereka, jumlah umat paroki Minanga yang merantau serta keuskupan domisili mereka saat ini, pekerjaan dan tingkat ekonomi umat, dll. Menurut pastor Purwanto data ini berlaku selama 5 tahun karena dalam rentang waktu tersebut tidak akan terjadi perubahan yang begitu besar. Dari data tersebut banyak hal menarik  yang diperoleh. Misalnya, selama ini jumlah umat paroki Minanga diperkirakan sekitar 8.000 jiwa. Ternyata dari hasil pendataan, jumlah umat paroki Minanga 4.248 jiwa.  Data menarik lainnya adalah jumlah kelompok usia anak-anak (usia 12 tahun ke bawah) sangat besar di paroki Minanga, yakni 1.171anak.

Untuk sampai pada kebijakan pastoral, data yang telah terkumpul kemudian dianalisis. Analisa data  menampilkan kekayaan, kekuatan, potensi, permasalahan, tantangan dan cita-cita dan harapan umat. Pastor Purwanto memberikan tutorial untuk menganalisa data umat dalam pertemuan Kevikepan Toraja di paroki Makale pada 5 Agustus 2013 sekaligus mensosialisasikan “Pastoral Berbasis Data” pada para pastor dan anggota Depas paroki-paroki sekevikepan Toraja. Dalam pertemuan tersebut, Pastor Fhilipus Kala mensharingkan proses pelaksanaan “Pastoral Berbasis Data” yang telah dilaksanakan di paroki Minanga, yang ternyata tidak serumit yang dibayakangkan sebelumnya dengan hasil yang maksimal.

Para peserta mengikuti pertemuan ini dengan antusias dan membangun komitmen untuk melaksanakan program “Pastoral Berbasis Data” di seluruh kevikepan Toraja. Hal ini disambut baik oleh pastor Purwanto yang menyatakan kesediaannya untuk mendampingi pelaksanaan program “Pastoral Berbasis Data” di paroki-paroki di Toraja. Dengan demikian diharapkan karya pastoral Gereja dapat semakin kontekstual, menyentuh dan menjawab kebutuhan umat sehingga umat semakin dekat dengan Allah. *** Penulis: RD. Frans Fandy Palinoan

Tidak ada komentar: