Sore itu sekitar pukul 15.00, awan hitam disertai beberapa tetesan air sempat berada di atas bumi Rajawali, Makassar. Rasa khawatir sebagai manusia pasti muncul, apa gerangan yang bakal terjadi? Tapi bagi DIA semuanya itu pasti baik adanya. Terik matahari yang begitu panas, umat yang sengaja datang lebih awal, pasti akan keringatan dibuatnya. Tapi kesejukan awan hitam mengubah segalanya. Lima belas menit sebelum acara dimulai, sinar matahari sempat terpancar sejenak kemudian redup terhalang atap gedung sekolah, dan akhirnya semuanya menjadi sejuk dan indah pada waktunya.
Diawali lagu “Sungguhlah Indah RumahMu “ rombongan misdinar, petugas dan para Imam berarak menuju Mimbar Sabda yang telah disiapkan. Perayaan Devosi Santa Perawan Maria diangkat ke Surga dimulai tepat pukul 17.00 dengan Ibadat Sabda yang dipimpin oleh Pastor Paroki Mamajang (P. Benediktus Pangkey, MSC) didampingi oleh beberapa Pastor se-Keuskupan Agung Makassar.
“Meneladani Maria Mengimani Kebangkitan Kristus” adalah tema perayaan ini. Tahun 2013 adalah “Tahun Iman” dan sosok Maria-lah yang paling pantas dijadikan teladan dalam hal ini, baik dalam hal iman maupun dalam hal kerendahan hatinya. ”Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanMu”, begitulah sepenggal kata dari Homili yang diwartakan dengan penuh semangat oleh P. Ronny Dahua, MSC (Pastor Kapelan Paroki Mamajang).
Dihadiri sekitar 3500 umat, acara dilanjutkan dengan doa rosario bersama. Kelima ikon Peristiwa Terang (karena hari Kamis) dipasang secara mencolok di sekeliling pelataran acara sehingga terlihat oleh umat dari tempatnya masing-masing. Rombongan misdinar dengan Salib dan Lilin Paskah (lambang Kebangkitan Kristus) bersama wakil umat (anak-anak, muda-mudi , orang tua, biarawan/wati) berarak perlahan menuju setiap Ikon untuk berdoa sambil menghayati dan merenungkan peristiwa Yesus. Umat dengan Rosario di tangan, tenang berdiri di tempat mengikuti arah perarakan dari satu Ikon ke Ikon selanjutnya sehingga suasana menjadi sangat hikmat dan khusuk. Selesai berdoa rosario, Litani Santa Perawan Maria kemudian didaraskan oleh umat sambil memegang lilin yang bernyala dan pandangan tertuju ke Gua Maria. Sesudah Litani, lagu Magnificat (Kidung Maria) dikumandangkan dengan sangat meriah oleh Koor Paroki Mamajang yang dipimpin oleh P.Marcel Rarun MSC. Rangkaian acara devosi ini kemudian diakhiri dengan doa Penyerahan Keluarga kepada Bunda Maria.
Mengapa Devosi tahun ini tanpa Perayaan Ekaristi/Misa?
Dalam acara sambutan/ucapan terima kasih ketua panitia perayaan, Adri Nirwan, memberikan penjelasan singkat bahwa sesuai kalender liturgi KWI Perayaan Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga ditetapkan pada hari Minggu terdekat sebelum 15 Agustus. Tahun ini jatuh pada hari Minggu 11 Agustus 2013, sehingga Perayaan Ekaristi telah kita rayakan pada hari Minggu tersebut bersama dengan seluruh umat Katolik se-Indonesia (di belahan dunia lain, perayaan ini tetap dirayakan pada tgl 15 Agustus).
Jadi apa yang dilaksanakan di Bumi Rajawali ini adalah termasuk dalam rangkaian Perayaan Hari Raya tersebut, sekaligus untuk melanjutkan dan mempertahankan tradisi devosi Santa Perawan Maria yang sudah berlangsung sejak 1960 di Kota Makassar. Jadi pada dasarnya Ibadat sabda dan doa rosario yang dilaksanakan pada 15 Agustus ini sudah merupakan langkah yang bijaksana untuk menghindari kebingungan yang mungkin terjadi (Perayaan Ekaristi yang sama dilaksanakan dua kali). Bilamana tanggal 15 Agustus jatuh pada hari Minggu, maka Perayaan Ekaristi dan Devosi ini dapat dilaksanakan bersamaan dalam satu hari.
Banyak umat yang tidak menyangka bahwa devosi ini (dahulu lebih dikenal dengan pawai lilin di Rajawali) hanya ada di Kota Makassar. Syukur kepadaNya, karena dari data-data yang didapat berbagai sumber, maksud dan tujuan serta asal-usul devosi di Bumi Rajawali ini dapat dirangkum dalam sebuah buku kecil. Melalui partisipasi dan intensi dari berbagai pihak, buku kecil tsb akhirnya dapat dicetak sebanyak 5000 eksemplar dan dibagi-bagikan kepada umat sesuai Intensi para donatur. Selama persiapan sampai pada hari pelaksanaan devosi ini, ada banyak sumbangan Umat baik berupa barang (lilin, bunga, buku, dll) maupun dana yang diterima dan dikumpulkan oleh panitia dan telah digunakan secara maksimal untuk perayaan ini. Menindak-lanjuti arahan Bapa Uskup Agung KAMS, Mgr. John Liku-Ada’ kepada panitia tentang aturan dan komitmen Gereja “ad intentionem dantis” maka panitia juga melaporkan bahwa seluruh sisa intensi umat akan diserahkan kepada Kevikepan Makassar untuk dikelola sesuai Intensi Umat sebagai wujud “Kebersamaan“ dalam Keuskupan Agung Makassar.
Diselingi dengan acara pengukuhan dan peluncuran program “GerBu” Gerakan Seribu KAMS dan serah terima tugas pelaksanaan devosi tahun 2014 kepada Paroki Sto. Fransiskus Assisi, devosi ini diakhiri dengan pemberian berkat meriah oleh Vikep (Vikaris Episkopalis) Kevikepan Makassar P. Alex Lethe Pr, dan seperti biasanya dengan selesainya upacara devosi ini umat masih menyempatkan diri untuk memasang lilin dan berdoa bersama Bunda Maria kepada Puteranya di depan Gua. Sampai jumpa di tahun 2014 di Gua Bumi Rajawali dengan perayaan yang sama. AVE MARIA. *** Penulis: Adri Nirwan, Ketua Panitia Pelaksana 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar