Sabtu, 12 Oktober 2013

PELANTIKAN DEPAS DAN DEWAN KEUANGAN PAROKI MARIA IMMACULATA SOROWAKO-MALILI

Dalam kunjungan pastoral ke Kevikepan Luwu, Uskup Agung Makassar, Mgr. John Liku Ada’ pada 21 Juli 2013 di Gereja Stasi Fransiskus Asisi Wawondula, melantik Dewan Pastoral dan Dewan Keuangan Paroki (DKP) Maria Immaculata Sorowako-Malili untuk periode 2013 – 2017. Depas baru menggantikan Depas lama dan DKP untuk pertama kalinya dibentuk di Paroki Sorowako. Dalam perayaan ekaristi pelantikan itu, baik Depas maupun DKP mengucapkan Janji Pelayanan, dan DKP mengucapkan sumpah untuk mengurus harta benda gerejawi dengan baik, jujur dan bertanggung-jawab. Perayaan ekaristi pelantikan dihadiri banyak umat dari gereja-geraja Stasi dalam Paroki Sorowako, dimeriahkan oleh Koor OMK Wawondula dan tari-tarian oleh SEKAMI dan TK. St.Clara Wawondula. Hadir pula Sr. Sandra dari Dewan Pimpinan YMY Provinsi Makassar dalam rangka mewujudkan harapan umat dan masyarakat Wawondula untuk peralihan penyelenggara dan pengelola TK. St. Clara Wawondula dari Paroki Sorowako kepada Yayasan yang dikelola oleh Suster-suster YMY.

Dalam rangka pembaharuan kepengurusan DEPAS dan pembentukan DKP, sebulan sebelumnya telah dilakukan lokakarya tahap pertama untuk penyusunan Program Kerja DEPAS dan DKP dengan memakai metode dan model dasar “strategy maps” dari Robert S.Kaplan dan David P.Norton dengan penyesuaian seperlunya untuk Komunitas Paroki. Dengan sengaja lokakarya tahap pertama program kerja DEPAS dan DKP dilakukan sebelum pembentukan DEPAS baru dan DKP, agar sudah diketahui sebelumnya “human resource” dan kompetensi apa yang dibutuhkan untuk dipilih oleh umat menjadi fungsionaris Depas dan DKP. Pembentukan DEPAS difasilitasi oleh tim formatur yang beranggotakan semua Wakil Ketua DEPAS lama plus para Ketua Stasi dan para Prodiakon. Dua minggu setelah pelantikan DEPAS dan DKP diteruskanlah lokakarya program kerja tahap kedua oleh para fungsionaris baru, dengan menetapkan Area Kinerja Utama”, “Key Performance Indicator” (KPI) dan bobot KPI-nya, serta menetapkan target-target yang dimasukkan ke dalam tabel “Balance Score Card” (BSC), yang kelak akan dipakai mengukur keberhasilan atau kegagalan kinerja para fungsionaris pada setiap Seksi dalam DEPAS dan DKP (baik kinerja individu fungsionaris maupun kinerja lembaga), setelah periode waktu tertentu pelaksanaan bagian dari program kerja, yakni Desember 2014 nanti.

Memanfaatkan metode strategy maps, KPI dan BSC di lingkungan kehidupan beriman komunitas paroki, adalah suatu upaya kreatif-inovatif memanfaatkan ilmu pengetahuan yang sudah banyak dipakai di lingkungan perusahaan besar dengan pikiran dasar:
1. People can’t manage what they can’t measure, and people can’t measure what they can’t describe” (=Sulit mengelola sesuatu yang tidak bisa diukur, dan sulit mengukur sesuatu yang tidak dirumuskan dengan jelas);
2. “While an organization’s strategy tell us where it wants to go (output), a strategy map clearly communicates how an organization will get there”.(=Program strategis merumuskan sasaran strategis sebagai output, sedangkan strategy map mengkomunikasikan cara untuk mencapai sasaran strategis itu).
3. Dengan memperlakukan Komunitas Paroki sebagai komunitas terkecil umat beriman dalam struktur formal Gereja Katolik, maka shareholder (bdk. pemilik, employer, pemegang mandat) adalah Tuhan, Gereja Universal, dan Gereja Lokal, dan stakeholder (bdk. customer atau pengguna jasa, employee atau pekerja) adalah setiap anggota umat paroki dan umat sebagai komunitas (paroki, stasi, rukun, kelompok kategorial), dan juga masyarakat umum sekitarnya (sebagai sakramen keselamatan bagi dunia/masyarakat); bahkan terhadap paroki sebagai institusi tidaklah berlebihan untuk juga memposisikan komunitas umat paroki sekaligus sebagai customer (pengguna jasa) – employee (pekerja atau karyawan) – output (hasil atau produk) dari lembaga paroki itu.
4. Dalam menyusun program kerja paroki, dibutuhkan kebijaksanaan yang berimbang antara perspektif shareholder (Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik) dan perspektif stakeholder (pelayanan yang menjawab kebutuhan kehidupan beriman umat); penekanan dan prioritas program kerja yang berlebihan pada prespektif shareholder merupakan gambaran Gereja pra-Konsili Vatikan II, sementara program kerja yang hanya mengindahkan perspektif stakeholder dan melalaikan perspektif shareholder merupakan gambaran Gereja-gereja Reformasi. Pastor Paroki pun perlu menjaga keseimbangan fungsi dan perannya sebagai administrator paroki (pihak shareholder) dan sebagai gembala umat (pihak stakeholder).

Setelah program kerja DEPAS selesai disusun, maka menyusul pembentukan Dewan Stasi (7 Stasi) dan penyusunan program kerja Stasi yang merupakan pengembangan dan implementasi dari program kerja DEPAS. Jika fungsionaris Seksi pada DEPAS hanya 1 orang, maka fungsionaris Seksi pada Stasi lebih banyak orang, karena de facto komunitas umat dan kegiatan berada di Stasi, sementara fungsionaris Seksi pada DEPAS hanyalah berfungsi sebagai fasilitator dan koordinator Seksi-seksi yang sama pada tingkat Stasi. Pembaharuan Pengurus Dewan Stasi masih sementara berlangsung dan penyusunan program kerja Stasi diharapkan sudah akan selesai seluruhnya pada akhir bulan September ini.

DKP yang baru untuk pertama kalinya dibentuk di Paroki Sorowako-Malili, masih sementara berbenah diri, al.:
» Meminta laporan keuangan dari Stasi-stasi, Rukun-rukun, dan berbagai kelompok kategorial, untuk mendapatkan gambaran potensi keuangan keseluruhan paroki;
» Merumuskan kebijakan-kebijakan keuangan dengan berpedoman pada Pedoman Akuntansi Keuangan dari KAMS;
» Melakukan kalkulasi rencana pendapatan dan rencana pembiayaan: kendala besar adalah bahwa Paroki Sorowako-Malili sudah berstatus “paroki mandiri” sementara pengeluaran bulanan hanya bisa dicover sekitar 40 persen oleh pendapatan rutin bulanan atau 30 persen oleh pendapatan rutin bulanan jika dalam bulan itu ada kolekte khusus (13 kali dalam setahun). Defisit itu ditutupi oleh donasi pribadi atau oleh dana saldo paroki tahun-tahun sebelumnya ... yang dapat berakibat serius di kemudian hari yakni paroki bangkrut jika DKP tidak berhasil mengajak umat meningkatkan pendapatan paroki.

Buku Baptis Paroki Sorowako-Malili dimulai pada tahun 1975 dengan 4 Gereja Stasi (Sorowako, Wawondula, Wasuponda, dan Malili); sekarang ini sudah menjadi 7 Gereja Stasi, 2 Cabang Kebaktian, dan 1 usulan Cabang Kebaktian baru. Kota kecil Sorowako, Wawondula dan Wasuponda bermula sebagai “camp karyawan” PT INCO dan sekarang ini PT VALE. Dengan konsep “paroki adalah komunitas terkecil umat beriman dalam struktur formal Gereja”, maka sebenarnya Paroki Sorowako-Malili bukan lagi satu paroki tetapi 4 paroki kecil, karena komunitas umat Wawondula, Wasuponda, Malili dan Sorowako sendiri masing-masing sudah hidup dan berjalan sebagai “komunitas paroki” sendiri. Komunitas Malili memang masih kecil jumlah umatnya, tetapi dengan status ibu kota Kabupaten Luwu Timur, komunitas umatnya akan dengan cepat menjadi lebih besar, seiring dengan pertumbuhan masyarakat dan pembangunan kota Malili. Ditilik dari “learning and growth perspective” dalam strategy maps, human capital Paroki Sorowako-Malili cukup bagus, tetapi tidak cukup bagus pada information capital dan organization capital; pada bidang organization capital, paroki ini dulu mulai membentuk diri dengan “penggembalaan jarak jauh dari Makassar dan kemudian dari Saluampak dan Mangkutana”; pada bidang information capital, paroki ini sebenarnya adalah 4 paroki kecil yang mengurus dirinya masing-masing, dengan umat yang berasal dari hampir semua komunitas budaya dan etnis yang ada di Indonesia, bahkan beberapa umat berasal dari beberapa negara. *** Penulis: P. Lucas Paliling

2 komentar:

Unknown mengatakan...

silahkan menginjungi site gereja katolik stasi sorowako di www.stasisorowako.org

Unknown mengatakan...

site gereja katolik stasi sorowako www.stasisorowako.org