Kegembiraan dan kemeriahan pesta telah usai. Rasa capek sekaligus lega sungguh dirasakan khususnya oleh Panitia Pesta Emas Paroki Renya Rosari Deri yang telah ambil bagian dalam menyukseskan perayaan Pesta Emas ini. Tentunya kegembiraan dan sukacita segenap umat Paroki Renya Rosari Deri bukan hanya milik umat paroki Deri semata melainkan juga menjadi kegembiraan dan sukacita seluruh umat Allah khususnya yang berada dalam wilayah gerejani Keuskupan Agung Makassar (KAMS).
Gereja Lokal KAMS merefleksikan dirinya sebagai Gereja yang bersosok kawanan kecil tersebar, sebagai pelayan berdasarkan dan berpolakan Yesus Kristus, yang terus menerus membarui diri, mewartakan Kerajaan Allah dengan meresapi tata dunia, sehingga segala-galanya menjadi baik. Umat Katolik Paroki Renya Rosari Deri sebagai bagian dari kawanan yang tersebar itu terus menerus mengungkapkan dirinya sebagai sakramen kelihatan dari cinta Allah yang menyelamatkan. Pengungkapan diri itu diikuti dengan usaha untuk semakin membarui diri dengan meresapi tata dunia Toraja dan dunia global agar Kerajaan Allah semakin menyata dalam hidup beriman umat Paroki Renya Rosari Deri dan dalam hidup sosial bersama masyarakat setempat. Dengan latar belakang pemikiran ini, panitia mengambil tema perayaan Pesta Emas: “Bertumbuh dalam Tradisi dan Budaya Luhur yang Berdasarkan dan Berpolakan Yesus Kristus”.
Sebagai bagian dari Gereja Peziarah umat Paroki Renya Rosari Deri yang hidup dalam tradisi dan budaya Toraja telah memasuki usia yang ke-50 tahun. Usia emas ini tentu membawa kebahagiaan bagi Gereja Lokal KAMS pada umumnya dan umat Paroki Renya Rosari Deri pada khususnya. Tentu ada banyak hal yang telah dilalui serta berbagai perkembangan dan kemajuan yang telah dialami oleh umat Paroki Renya Rosari Deri selama ini. Semua itu tidak terlepas dari berkat dan tuntunan Allah yang terus mendampingi umat-Nya dengan setia. Tuhan telah menunjukkan penyertaan-Nya bukan saja melalui para imam-Nya. Tuhan juga telah menggunakan sekian banyak rasul awam, penolong, para katekis, pengantar, guru agama, Dewan Pastoral Paroki, pengurus stasi, pengurus rukun, kelompok-kelompok kategorial dan siapa saja yang dengan hati tulus ikut dalam pembangunan paroki ini. Oleh karena itu, umat Paroki Renya Rosari Deri ingin mensyukuri usia emasnya ini sebagai anugerah Allah yang besar bagi Gereja-Nya dan bagi dunia.
Menindaklanjuti keinginan tersebut, DEPAS Paroki kemudian mengundang semua pengurus Dewan Pleno untuk mengadakan rapat pembentukan Panitia Pesta Emas. Maka pada tanggal 20 Juni 2015 (berdasarkan Surat Keputusan Ketua Dewan Pastoral Paroki) dibentuklah Panitia Pesta Emas 50 Tahun Paroki Renya Rosari Deri. Dalam rapat pertama pada tanggal 19 Juli 2015, panitia sepakat untuk merayakan Pesta Emas ini dalam serangkaian acara yang dimulai pada tanggal 24 September dan berpuncak pada Misa Syukur tanggal 31 Oktober 2015.
Bakti Sosial: Pengobatan Gratis
Jauh sebelum pembentukan Panitia Pesta Emas, kelompok Sahabat Lama dari Paroki Santo Yakobus Mariso ingin mengadakan reuni bersama melalui kegiatan bakti sosial pengobatan gratis. Kelompok ini memiliki beberapa dokter dan oleh karena itu, bagi mereka reuni akan sangat tepat bila diisi dengan kegiatan bakti sosial. Tawaran bakti sosial ini kemudian ditawarkan kepada Paroki Renya Rosari Deri dan tentu saja tawaran ini disambut dengan gembira dan penuh semangat. Oleh karena itu, Panitia Pesta Emas melihat peluang kerja sama ini dan kemudian memasukkannya dalam agenda rangkaian Pesta Emas Paroki Renya Rosari Deri.
Sesuai dengan rancangan awal, kegiatan ini dilangsungkan di dua tempat. Pertama, pada tanggal 24 September 2015 kegiatan pengobatan gratis dilangsungkan di pusat Paroki untuk melayani dua wilayah yaitu Wilayah Deri dan Batu Eran. Kedua, kegiatan pengobatan gratis ini dilaksanakan di Stasi Santo Klemens Poka-Pangala’ untuk melayani wilayah Pangala’, Baruppu’ dan Awan yang dilaksanakan pada tanggal 25 September 2015.
Kegiatan bakti sosial pengobatan gratis ini kemudian terlaksana dengan baik berkat kerja sama dari Panitia Pesta Emas, Kelompok Sahabat Lama Paroki Santo Yakobus Mariso dan Kelompok Pelayanan Santo Lukas Kevikepan Toraja Keuskupan Agung Makassar. (Kelompok Pelayanan Kesehatan). Kelompok Bakti Sosial Pengobatan Gratis ini dilayani oleh 13 orang dokter yaitu 6 orang dokter umum, 4 orang dokter spesialis gigi, 1 orang dokter spesialis THT, 1 orang dokter spesialis Interna dan 1 orang dokter spesialis mata. Kelancaran kegiatan ini juga tidak lepas dari bantuan 7 orang paramedis, 2 orang apoteker dan Orang Muda Katolik Paroki Renya Rosari Deri. Jumlah pasien yang dapat dilayani di Deri berjumlah 324 orang dan di Poka-Pangala’ berjumlah 279 orang.
Pemberkatan Gereja Maria Ratu Rosari Pebulian
Pembentukan stasi baru ini memiliki sejarah yang cukup panjang. Pada tanggal 3 Mei 2009 ada sekitar 40 orang dari Pebulian – Limbong, untuk pertama kalinya mengikuti ibadat dengan tata cara Gereja Katolik. Ibadat dipimpin oleh seorang pelayan dari Stasi Santo Bartolomeus Tiromanda. Mereka menyambut dengan antusias kedatangan Pengantar dari stasi tersebut. Ibadat pertama itu diadakan di bawah kolong rumah. Sekalipun dengan kondisi seperti itu, umat setempat sungguh bergembira dan dengan semangat mengikuti ibadat. Walaupun ibadatnya tidak dilaksanakan di dalam gereja, namun hal itu bukanlah halangan bagi umat yang baru mulai tumbuh imannya untuk mengungkapkan iman mereka secara Katolik. Beberapa minggu kemudian umat bekerja sama mendirikan sebuah pondok sederhana yang terbuat dari bambu dan beratapkan daun nipah sebagai tempat ibadat.
Selama beberapa minggu umat beribadat di kolong rumah. Lalu, tiga tahun lamanya umat Stasi Pebulian merayakan iman mereka di gedung gereja yang masih sangat sederhana. Selanjutnya, seorang dermawan bersedia mendonasikan sejumlah besar uang untuk membantu umat Stasi Pebulian membangun gereja yang diimpikan. Akhirnya, berkat dukungan dari sang donator dan kerja sama dari segenap umat pembangunan gereja dapat dimulai. Peresmian pembangunan gereja persiapan Stasi Pebulian berupa peletakan batu pertama dilaksanakan pada tanggal 26 Januari 2011 oleh P. Emanuel Asi’, Pr sebagai pastor Paroki Renya Rosari Deri saat itu. Selang beberapa bulan kemudian, tepatnya pada tanggal 25 Oktober 2011 pembangunan gereja dimulai. Pada pesta pengucapan syukur tanggal 31 Juli 2009, umat Pebulian yang berjumlah 33 orang diterima secara resmi dan digabungkan dalam persekutuan Gereja Katolik Roma oleh P. Imanuel Asi’, Pr. Kemudian, pada tanggal 3 Januari 2010, ada 18 orang lagi yang diterima secara resmi dalam persekutuan Gereja Katolik Roma di Pebulian oleh P. Imanuel Asi’, Pr. Seiring berjalannya waktu, jumlah umat di Stasi Pebulian terus bertambah dengan adanya penerimaan resmi dan baptisan baru. Berdasarkan hasil pendataan yang dibuat pada tahun 2014 umat Stasi Pebulian berjumlah 23 kk, 81 jiwa.
Tahun 2015, Gereja persiapan stasi Pebulian ini sudah siap untuk ditempati. Maka dalam rangkaian Pesta Emas Paroki Renya Rosari Deri, Panitia mengupayakan agar sedapat mungkin pemberkatan Gereja ini dirangkaikan dengan Pesta Emas Paroki. Akhirnya, dengan dukungan dari berbagai pihak Panitia memutuskan untuk memasukkan rencana Pemberkatan Gereja ini dalam Rangkaian Pesta Emas Paroki. Tanggal 7 Oktober 2015 dipilih menjadi tanggal pemberkatan. Tanggal itu sengaja dipilih karena bertepatan dengan Peringatan Wajib Maria Renya Rosari sebagai momen pesta pelindung Paroki Renya Rosari Deri. Oleh karena itu, Stasi ini juga memilih nama pelindung Maria Ratu Rosari sebagai nama Stasi menandai diberkatinya dan diresmikannya Gereja ini.
Pemberkatan Gereja Maria Ratu Rosari Pebulian berjalan dengan meriah dan agung. Kor inti paroki menyanyikan lagu-lagu liturgi inkulturasi Toraja membawa suasana liturgi yang semakin khidmat. Selain dihadiri oleh umat dari stasi-stasi, dalam pemberkatan ini juga hadir jemaat dari berbagai denominasi Gereja yang berada di wilayah Batu Eran dan Sa’dan Pebulian, yaitu jemaat Gereja Siloam Limbong, Gereja Patongko, Gereja Pa’Pararukan, Gereja Pebulian dan jemaat Gereja Punti. Pemerintah Kabupaten Toraja Utara juga turut hadir bersama dengan kepala-kepala Lembang yang ada di Sa’dan Pebulian dan Batu Eran. Kehadiran pemerintah dan tokoh masyarakat setempat merupakan bentuk dukungan dan bukti diterimanya Gereja Stasi Maria Ratu Rosari Pebulian ini.
Festival Nyanyian Liturgi Inkulturasi Toraja
Umat Katolik Paroki Renya Rosari Deri yang menghidupi tradisi dan budaya Toraja sehari-hari ingin pula mengungkapkan imannya yang nyata lewat Liturgi untuk semakin memuliakan Tuhan. “Liturgi sebagai tanda dan sarana keselamatan Allah di tengah umat-Nya” (Sacrosanctum Concilium 2) harus semakin dihidupi oleh umat dengan mengambil bagian secara aktif dan sadar dalam setiap perayaan Liturgi. Keterlibatan aktif umat dalam Liturgi yang paling nyata adalah melalui nyanyian Liturgi. Dengan latar belakang inilah digagas kegiatan Festival Nyanyian Liturgi Inkulturasi Toraja yang dilaksanakan pada tanggal 30 Oktober 2015. Dengan kegiatan ini, diharapkan umat dapat semakin mengenal nyanyian liturgi inkulturasi Toraja dan diharapkan pula dapat mengungkapkan imannya yang dijiwai oleh nyanyian Liturgi yang khas dari tradisi dan budayanya.
Festival ini diwakili oleh empat kelompok kor yaitu Paduan Suara Renya Rosari Deri, Cantemus Choir (Paroki Hati Tersuci Santa Perawan Maria Makale), Paduan Suara Mahasiswa STIKPAR Toraja dan Paduan Suara Santo Petrus Pangli. Dalam festival ini, dibawakan 13 Nyanyian Liturgi Inkulturasi Toraja yang diciptakan dalam dua Lokakarya Komposisi Musik Liturgi Inkulturasi Toraja yakni pada Tahun 1998 di Nonongan (10 lagu) dan tahun 2015 di Ge’tengan (3 lagu). Semua lagu yang dibawakan merupakan aransemen dari Bapak Paul Widyawan dari Pusat Musik Liturgi Yogyakarta. Selain itu, kegiatan festival ini dimeriahkan pula oleh vokal grup OMK Paroki Renya Rosari Deri dengan membawakan dua lagu dari Sulo Lalan yaitu “Sirampunkan dio olo-Mi” dan “Kurre Sumanga’”. Lagu-lagu tersebut diiringi dengan alat musik gitar dan alat musik tradisional Pa’bussuk khas dari Awan Rantekarua. Juga tak mau ketinggalan Sekami Paroki Renya Rosari Deri yang menampilkan gerak dan lagu Sekami turut berpartisipasi memeriahkan festival ini.
Bila seseorang mampu merasakan kehadiran dan kebersatuannya dengan Yang Ilahi ketika mendengar bunyi suling dan nyanyian-nyanyian tradisional lainnya, maka sungguh diharapkan pula nyanyian Liturgi yang khas budaya Toraja ini dapat membangkitkan rasa religius yang semakin mendalam ketika berliturgi. Semoga Liturgi semakin dekat dan menyentuh hati setiap orang yang beribadah karena dekat dengan nilai-nilai budayanya yang telah dihidupinya sejak lahir.
Misa Syukur 50 Tahun Paroki Renya Rosari Deri
Misa syukur dilaksanakan di lokasi terbuka milik paroki tepatnya di samping gereja pusat paroki pada tanggal 31 Oktober 2015, pukul 09.00 WITA. Sebelum Misa dimulai, umat dari seluruh stasi, rukun dan semua petugas liturgi berkumpul di salah satu rumah yang tidak jauh dari lokasi di mana Misa akan dirayakan untuk melakukan perarakan bersama. Setiap umat dikelompokkan berdasarkan stasi dan rukun masing-masing. Suasana perarakan begitu semarak dan penuh semangat menandai rasa syukur yang berlimpah kepada Tuhan atas bimbingan-Nya dalam kurun waktu 50 tahun.
Misa syukur berlangsung dengan khidmat dan agung. P. Stephanus Tarigan, CICM yang adalah Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Makassar menjadi Selebran dan didampingi oleh 4 imam Konselebran, yaitu RD. Matheus Bakolu (Parokus Deri 1985-1989), RD. Imanuel Asi’ (Parokus Deri 2009-2012), RD. Ferdinand Lagoly (Kapelan Deri 2015-Sekarang) dan RD. Hendrik Palimbo (Parokus Deri 2014-Sekarang). Hadir pula sebagai imam konselebran RD. Bartholomeus Pararak, RD. Hendrik Sumbung, RD. Albert A. Arina dan RD. Frans Fandy Palinoan.
Semoga usia paroki yang genap 50 tahun dan yang telah dirayakan dengan meriah dalam perayaan Pesta Emas menjadi penyemangat/pendorong bagi segenap umat beriman Paroki Renya Rosari Deri untuk mengukir lembaran-lembaran kisah baru ke depan. Bersama dan dalam kesatuan dengan seluruh umat beriman khususnya seluruh umat di Keuskupan Agung Makassar umat Paroki Renya Rosari Deri ingin semakin membarui diri, mewartakan Kerajaan Allah dan membuat segala-galanya menjadi baik. Akhir kata, mengutip kata-kata dari Mgr. John Liku Ada’, marilah kita bermadah dengan menyerukan: “Te Deum Laudamus!”, “Engkau kami puji, ya Allah!” *** Penulis: RD. Hendrik Palimbo, Parokus Renya Rosari Deri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar