Selasa, 20 Januari 2015

MENUJU PEMBERDAYAAN ORANG KECIL KISAH CU SAUAN SIBARRUNG DI TP RANTETAYO


Adalah hal yang menggembirakan jika pada kesempatan ini saya membagikan beberapa hal sehubungan dengan gerakan koperasi CU Sauan Sibarrung. Sebagai Pengurus Dewan Pastoral Paroki St. Paulus Rantetayo, patutlah jika saya memberi pandangan dari kacamata aktivis dan pengurus Depas, tentang kehadiran CU di Paroki Rantetayo, Kevikepan Toraja, mengingat gerakan CU sebenarnya juga adalah salah satu penjabaran tugas kaum awam menurut Ajaran Sosial Gereja, tentang keberpihakan pada orang kecil.
Kalau mengingat kembali awal masuknya CU Sauan Sibarrung, 6 tahun lalu, sejauh pengetahuan saya cukup banyak mengundang tanggapan yang berbeda dari kalangan umat katolik. Di sana-sini terbersit rasa kuatir dan takut. Terlebih karena beberapa tokoh umat merasa cemas tentang keterlibatan langsung pihak dari gereja Katolik mengurus koperasi. KOSPIN di Pinrang, beberapa tahun lalu, adalah cerita yang menyedihkan. Waktu itu banyak orang tertipu, bahkan orang kecil semakin miskin karena menjual tanah kebun dan sawah mereka. Ini pengalaman yang sulit. Beberapa umat juga menjadi korban KOSPIN tersebut. Pengalaman ini membuat kita berhati-hati dengan adanya koperasi-koperasi yang banyak ‘menipu’ masyarakat. Bahkan dalam lingkup Gereja sendiri, saya dengar masih terdapat beberapa umat yang trauma dengan macetnya beberapa koperasi yang dulunya ada di paroki-paroki di Toraja. Koperasi tidak diurus dengan baik.
Nah ini beberapa cerita tentang ‘trauma’ koperasi yang menyelimuti kehadiran CU di Toraja. Dulu, saya juga merasa bahwa CU Sauan Sibarrung belum mampu meyakinkan masyarakat dan menyembuhkan luka KOSPIN. Hanya saja, dalam perkembangan waktu, kelihatan bahwa CU mulai bergerak bersama orang sederhana yang betul-betul butuh sentuhan dan pemberdayaan.
Dari cerita orang di warung kopi, perbincangan di dalam mobil pete-pete, percakapan di pasar dan di tempat-tempat lain, terungkap dengan jelas dan jujur dari mereka bahwa CU Sauan Sibarrung ini telah menolong mereka yang miskin dan berkesusahan. Mereka yang selama ini tidak mampu memberdayakan dirinya karena diselimuti oleh kegelapan pikiran, pandangan hidup yang kelam, dengan adanya CU Sauan Sibarrung, mereka telah melihat secercah cahaya. Cahaya yang mampu menuntun mereka menuju ke kehidupan yang lebih sejahtera. Mengapa? Karena melalui CU Sauan Sibarrung mereka dididik dan dilatih untuk menata cara berpikir yang benar, karena hidup adalah bagaimana cara orang itu berpikir, mengubah perilaku dan kebiasaan.
Dari hasil perbincangan saya dengan Staf CU Sauan Sibarrung di Paroki Rantetayo, perkembangan CU Sauan Sibarrung di Paroki Rantetayo ini sungguh sangat baik. Dari segi anggota telah mencapai 1.721 orang dan aset Rp 13.727.166.287 (melampaui ratio kecukupan modal). Selain memberikan pelayanan keuangan kepada anggotanya, CU Sauan Sibarrung telah mendidik, melatih dan mendampingi kelompok-kelompok usaha produktif. Misalnya kelompok Peternak Babi dan Kampung Pemberdayaan di Bambalu, Kec. Kurra, Kab. Tana Toraja, yang mengelola beberapa kegiatan masyarakat di antaranya kegiatan menganyam tikar dan ternak ayam kampung. Inilah sebenarnya yang dibutuhkan oleh masyarakat. Bukan bantuan uang tunai, tetapi lebih penting adalah pelatihan keterampilan hidup. Saya senang mendengar bahwa KAMPUNG PEMBERDAYAAN di Bambalu ini telah membimbing dan melatih masyarakat lokal agar terampil dan mau berusaha produktif. Bahkan non-anggota CU pun diikutsertakan dalam pelatihan-pelatihan. Ini praktek yang bagus. Membantu orang kecil dan miskin adalah tugas mulia. Gereja sudah dibantu dengan praktek ini, yakni menolong orang-orang kecil, sebagaimana yang ditulis dalam kitab suci.
Lewat kesaksian-kesaksian umat dan masyarakat tentang manfaat kehadiran CU Sauan Sibarrung di Paroki St. Paulus Rantetayo,  maka tidak ada lagi alasan untuk merasa kuatir dan ragu menyambut Koperasi CU Sauan Sibarrung. Karena CU Sauan Sibarrung telah menjadi wujud nyata dari sebuah kotbah yang menggema di belakang mimbar sabda “kasihilah sesamamu manusia”. Kita tidak bisa memberi makan kepada orang lapar sebagai wujud dari kasih itu jika kita tidak mempunyai sebutir nasi. Kita tidak bisa mengajak umat bersyukur kalau perut mereka lapar. CU Sauan Sibarrung telah menjawab masalah tersebut. Umat pada khususnya dan masyarakat sekitar telah menikmati setetes air dari sumber mata air di sumur CU Sauan Sibarrung yang digali oleh kaum katolik (Gereja).
Oleh karena itu, perkenankan saya, atas nama Dewan Pastoran Paroki St. Paulus Rantetayo menyampaikan ucapan terima kasih kepada CU Sauan Sibarrung atas kehadirannya di wilayah Paroki St. Paulus Rantetayo yang telah dan akan terus melayani kebutuhan umat pada khususnya dan masyarakat sekitar pada umumnya. Tentunya juga untuk pengurus Koperasi CU Sauan Sibarrung yang telah berupaya sedemikian rupa sehingga CU ini menjadi sebuah lembaga pemberdaya umat untuk kehidupan yang lebih sejahtera.
Akhirnya, kami menitipkan harapan kepada CU Sauan Sibarrung melalui para pengelola, semoga gerakan ini tetap berada pada rel yang tepat. Semoga para aktivis dan manajemen CU Sauan Sibarrung dapat bekerja dengan semangat pelayanan dan penuh tanggung jawab. Senyum yang ramah dan sapaan yang menawan merupakan bagian dari pelayanan itu sendiri. Dengan itu, Visi pemberdayaan yang diusung CU Sauan Sibarrung dapat tercapai, dan semakin banyak orang merasakan manfaat untuk kesejahteraan hidup mereka.  *** Penulis: Petrus Keo’ S.Pd, Sekretaris Depas Paroki Rantetayo, Tana Toraja

Tidak ada komentar: