Selasa, 20 Januari 2015

Mengenal Stasi Kariango


Gedung gereja di Stasi Kariango merupakan gedung gereja yang berada di kompleks militer Kostrad di Kariango, di tepi jalan poros Kota Maros dan Kariango. Jalan poros Kariango terletak di sebelah kanan kita bila kita meluncur di jalan dari Mandai ke Maros. Dari arah Mandai, kita membelok ke kanan, di jalan di samping pasar. Pasar tersebut terletak di pertigaan jalan poros Mandai Maros dan jalan poros ke Kariango. Kita akan melihat sebelah kiri jalan dari arah Mandai sebuah papan bertiang dengan tulisan menunjuk ke jalan poros Kariango, asrama militer Kostrad. Dari pasar sampai ke kompleks militer Kariango, dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat selama 15 menit di atas jalan yang cukup mulus. Artinya, jarak dari pasar tersebut sampai ke asrama militer Kostrad, kira-kira 15 km pula. Bila jalan poros Kariango tersebut kita ikuti saja, memutar melalui Moncongloe akan muncul di pasar Daya. Dari Kompleks militer Kariango sampai ke pasar Daya, dapat ditempuh selama 40 menit, meluncur di atas jalan yang diperkeras dengan beton. Pada bagian tertentu, mungkin sepanjang 5 km, belum dibeton. Sepanjang jalan poros yang tersebut akan kita temukan banyak perumahan pemukiman yang baru, entah sudah terisi manusia ataupun belum, entah sudah selesai atau masih berupa kerangka bangunan perumahan. Kata orang bahwa jalan poros Kariango membelah wilayah yang nantinya jadi pusat Maminasata (akronim untuk Maros, Sungguminasa, Makassar, Takalar).

Gedung gereja di Asrama Kostrad Kariango diresmikan pada akhir tahun 1997. Gedung tersebut dibangun atas inisiatif Kolonel Adrianus Taroreh, komandan Brigade Kostrad pada waktu itu, bekerja sama dengan perusahaan pengembangan Asindo, dalam hal ini dengan almarhum Bpk Freddy Lasut. Oleh karena merupakan kompleks militer, maka pelindungnya adalah Santo Ignatius Loyola. Umat stasi umumnya keluarga militer, sekitar 50 kepala keluarga. Yang hadir misa rata-rata 20-30 orang. Gedung gereja diperluas dengan tambahan pelataran pada kedua sayap, pada masa Letkol Gred Suharso menjabat Kepala Staf Brigade, 2008-2011. Selain perluasan gedung, juga pengadaan Area Bunda Maria dan replika gua Lourdes yang diresmikan oleh Bapa Uskup pada November 2011. Juga dibuat 14 buah tugu kecil untuk keperluan ziarah Jalan Salib di halaman gereja. Pada masa Letkol Josef T. Sidabutar, yang menjadi salah satu komandan batalyon, pertengahan 2013 sampai pertengahan 2014, dibangun aula pertemuan, dan diresmikan oleh Bapa Uskup pada September 2014. Sayangnya, Letkol Josef Sidabutar sudah berangkat ke Batam seminggu sebelumnya untuk menjadi Komandan Kodim di Batam.

Selain umat yang berasal dari anggota militer Kostrad, juga ada umat yang datang dari tempat-tempat sekitarnya, bahkan ada yang datang dari asrama Zeni. Asrama Zeni masih 3 km lebih jauh lagi. Saya melihat bahwa gedung gereja Stasi Kariango yang meskipun cuma bisa menampung 100 orang, namun kompleks gedung gereja yang luas, bisa menampung orang sampai seribuan. Selama 5 tahun terakhir, kompleks gedung gereja beberapa kali menjadi tempat untuk perkemahan orang muda katolik atau kelompok Sekami atau kelompok manapun. Stasi Karingo dapat juga dicapai dari Stasi Laikang, yang terletak di belakang bandara, pada jalan yang merentang dari Jalan Goaria. Hanya pada 3 km jalan tersebut belum tersambung dengan aspal, masih menjadi genangan air pada musim hujan.

Menyaksikan perkembangan perluasan kota dan pertambahan jumlah pemukiman yang dibangun para pengembang pada sepanjang jalan poros Kariango - Pasar Daya, dan antara Laikang dan Pasar Daya melalui Jalan Pajallayang, maka kita bisa mengandaikan bahwa Stasi Kariango nantinya di dalam 10 tahun ke depan bisa menjadi salah satu pusat pertemuan umat, sehingga stasi tersebut bisa menjadi sebuah paroki baru, bila misalnya, belum ditemukan tanah kosong di wilayah pusat Maminasata tersebut untuk dibeli dan disiapkan jadi kompleks gereja. Apa yang dahulu oleh Danbrigif Kostrad pada tahun 1997 direncanakan hanya sebagai sebuah gereja kecil untuk kebutuhan anggota militer yang katolik, ternyata ke depan, 20 tahun sesudahnya ternyata menampung banyak umat katolik yang bukan warga militer Asrama Kostrad, melainkan yang tinggal di wilayah pemukiman sepanjang jalan poros Kariango-Pasar Daya. Gedung gereja di stasi Kariango cukup terawat baik, namun ke depan, perbaikan-perbaikan perlu dilakukan. Semata-mata mengandalkan kemampuan umat di Stasi tersebut, tentu agak sulit, Pasti bantuan dari paroki-paroki lain amat dibutuhkan. *** Penulis: Pastor John Turing Datang, Pastor Paroki Sudiang-Mandai

Tidak ada komentar: