Sekitar 3000 umat Kare serta sejumlah tamu undangan yang datang dari Jakarta dan Makassar berkumpul memenuhi gedung gereja paroki Maria Ratu Rosari Kare, pada hari Minggu, 17 November 2013. Hari itu memang menjadi hari yang sangat istimewa bagi segenap umat paroki Kare, sebab penantian panjang mereka selama 43 tahun akan hadirnya gedung gereja kini telah mencapai titik kulminasinya. Pada hari itu, Gereja Katolik Maria Ratu Rosari Kare akhirnya diresmikan dan diberkati.
Semenjak pukul 06.00, umat telah berbondong-bondong datang untuk membersihkan gereja serta mempersiapkan segala sesuatu yang terkait dengan acara peresmian dan pemberkatan gereja. Acara sendiri pada kenyataannya baru dimulai pukul 09.30 dengan diselenggarakannya peresmian gedung gereja dan dilanjutkan dengan misa kudus pemberkatan gereja pada pukul 11.00. Rangkaian acara sepanjang hari itu ditutup dengan acara ramah tamah yang terasa spesial, karena setiap rukun membuka stand masing-masing untuk menyajikan masakan hasil olahannya yang dapat dinikmati bersama oleh seluruh umat. Dengan demikian acara peresmian dan pemberkatan gereja Kare sesungguhnya merupakan suatu pesta umat, yang mensyukuri anugerah Tuhan yang tak terkira, khususnya dalam rupa gedung gereja.
Acara Peresmian Gereja Kare
Kemeriahan acara peresmian gereja Kare, dapat dikatakan, merupakan puncak kebahagiaan seluruh umat paroki. Acara peresmian tersebut dibuka dengan tarian Gandang Bulo, pengalungan karangan bunga serta pengguntingan pita untuk menyambut ketiga tamu kehormatan yang akan meresmikan gereja Kare, yaitu Uskup Agung Makassar, Mgr. John Liku-Ada’; Walikota Makassar, Ilham Arief Sirajuddin; serta Walikota terpilih periode 2014-2019, Mohammad Ramdhan “Danny” Pomanto.
Walikota Makassar, dalam sambutannya, mengucapkan selamat atas keberhasilan perjuangan umat paroki Kare, sehingga umat sekarang dapat lebih memusatkan perhatian dan konsentrasi dalam memanjatkan doa, tanpa perlu lagi mengeluhkan suasana yang panas serta tempat ibadah yang sempit dan kurang memadai. Walikota berharap agar keberhasilan perjuangan umat paroki Kare ini bisa menjadi semangat dalam mendukung pemerintah mewujudkan impian kota Makassar menjadi kota dunia. Ia berharap pula bahwa umat paroki Kare mampu menjadi umat yang dewasa, sehingga tidak mudah terpancing oleh isu-isu bernuansa SARA, yang sering kali tidak jelas kebenarannya.
Harapan yang kurang-lebih senada diungkapkan oleh Walikota terpilih periode 2014-2019, Mohammad Ramdhan “Danny” Pomanto. Sebagai pejabat yang memiliki latar belakang di bidang arsitektur, ia menilai bahwa gereja Kare adalah bangunan yang memiliki detail-detail sangat indah. Karya ini, menurutnya, hanya bisa terjadi karena rahmat Tuhan. Ia pun menggarisbawahi bahwa keterpilihannya sebagai walikota untuk periode yang akan datang salah satunya karena dukungan dari umat Kristiani. Oleh sebab itu ia mengajak seluruh umat Kristiani di Makassar, termasuk pula umat paroki Kare, untuk bersama-sama bahu-membahu mewujudkan kota Makassar menjadi lebih baik.
Dalam sambutannya, Uskup Agung Makassar mengungkapkan bahwa suasana yang dialami pada hari bersejarah ini sesungguhnya telah didambakan oleh umat paroki Kare sejak 43 tahun lalu. Beliau pun menegaskan bahwa yang menjadi tokoh kunci yang memungkinkan umat paroki Kare mendirikan gedung gereja adalah Walikota Makassar. Oleh sebab itu bapak Uskup, mewakili seluruh umat paroki Kare, mengucapkan terima kasih kepada segenap pihak yang telah membantu mewujudkan harapan umat untuk memiliki gereja yang memadai bagi sekian ribu umat paroki Kare. Bapak Uskup juga mengajak seluruh umat untuk mendukung Walikota terpilih, sehingga cita-cita untuk membangun Makassar menjadi lebih baik dapat terwujud.
Akhirnya, detik-detik peresmian gereja Kare dilakukan secara simbolis dengan pemukulan gong dan penandatanganan prasasti peresmian oleh Walikota Makassar beserta Uskup Agung Makassar dan disaksikan oleh seluruh umat yang hadir dalam acara tersebut.
Misa Syukur Pemberkatan Gereja Kare
Jika para tamu kehormatan yang meresmikan gereja Kare disambut dengan tarian khas dari Tana Toraja, maka arak-arakan para imam undangan serta para petugas liturgi yang memasuki gereja disambut dengan tarian khas Bajawa, Nusa Tenggara Timur. Tidak kurang dari 19 imam turut serta dalam misa syukur pemberkatan gereja Kare. Mereka antara lain: Vikep Makassar, para imam KAMS serta para imam CICM dari komunitas misionaris Banjarmasin dan Jakarta.
Misa syukur pemberkatan gereja Kare diselenggarakan dengan corak inkulturatif. Oleh sebab itu, nuansa beragam budaya Nusantara sangat kental mewarnai seluruh misa. Hal itu terutama nampak dalam lagu-lagu liturgi, doa umat, serta tarian pembuka dan tarian persembahan. Misa syukur sendiri diawali dengan serah terima gedung gereja paroki Kare yang diwakili oleh Ketua Panitia Pembangunan, Yosep Galla, kepada Uskup Agung Makassar, yang dilakukan secara simbolis dengan penyerahan anak kunci pintu-pintu gereja dan pintu tabernakel.
Seluruh elemen paroki Kare turut berpartisipasi dalam memeriahkan misa ini. Setiap rukun dan kelompok paduan suara di paroki Kare (SMS, Serafim dan Vox Populi) mengirimkan perwakilannya untuk bergabung dalam paduan suara Keluarga Besar Paroki Kare yang beranggotakan tidak kurang dari 300 orang, sehingga terbentuklah suatu paduan suara nan megah yang melambungkan pujian atas berkat dan kemurahan Tuhan bagi umat paroki Kare. Anak-anak Sekami pun turut terlibat sebagai pembawa vandel serta para penari pengiring persembahan. Selain itu, lima puluh remaja yang tergabung dalam kelompok misdinar turut ambil bagian untuk melayani Uskup dan para imam dalam perayaan Ekaristi. Dan akhirnya, tak boleh dilupakan juga, yaitu Orang Muda Katolik (OMK) paroki Kare yang tanpa henti-hentinya bekerja keras memberikan pelayanan terbaik, mulai dari awal persiapan hingga usainya seluruh acara peresmian dan pemberkatan gereja Kare. Seluruh kenyataan di atas hendak mengungkapkan bahwa setiap umat memiliki keinginan kuat untuk terlibat dan bergembira bersama merayakan hari bersejarah ini.
Dalam homilinya, Uskup Agung Makassar mengingatkan umat bahwa gedung gereja, sebesar dan seindah apapun itu, hanya merupakan sarana untuk membangun Gereja yang hidup, yaitu umat Allah sendiri. Maka yang perlu selalu dianggap penting dan utama adalah umat beriman sendiri, yang merupakan batu-batu hidup yang dipergunakan Allah untuk mendirikan bangunan rohani. Lebih lanjut, bapa Uskup mengharapkan bahwa gereja Kare ini dapat menjadi sarana bagi umat paroki Kare untuk menimba pengetahuan iman dan menghayati arti penyelamatan, sehingga mereka mampu menjadi garam dan terang di tengah masyarakat.
Closing: Makan Bersama sebagai Simbol Kebersamaan
Seluruh rangkaian acara peresmian dan pemberkatan gereja Kare diakhiri dengan makan bersama dan ramah tamah. Oleh sebab itu di halaman depan dan samping gereja telah disiapkan tenda-tenda di mana setiap rukun dapat membuka stand-stand yang menyajikan masakan-masakan yang telah mereka siapkan. Setiap orang dapat datang ke stand manapun dan menikmati makanan yang telah disediakan. Semuanya ini hendak menunjukkan kebersamaan yang telah terjalin di antara segenap umat paroki Kare. Sambil menyantap hidangan, umat di sana-sini nampak larut dalam senda gurau dan canda tawa penuh rasa bahagia. Hiruk-pikuk kegiatan peresmian dan pemberkatan gereja Kare yang sarat makna ini kiranya menjadi optimisme sekaligus modal dasar untuk melangkah maju, menjadikan Gereja Katolik Maria Ratu Rosari - Kare sebagai Gereja yang melayani, sesuai dengan visi sinode Keuskupan Agung Makassar tahun 2012.
Selamat bagi segenap umat paroki Kare! ***
Penulis: Frater Dhaniel Whisnu Bintoro, CICM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar