Pada tanggal 1 Mei 2015, Rumah Sakit Fatima Parepare yang bernaung di bawah Yayasan Sentosa Ibu (YSI) Keuskupan Agung Makassar (KAMS), genap berusia 61 tahun. Sehubungan dengan itu, Direksi Rumah Sakit mengadakan acara syukuran yang dilaksanakan pada tanggal 2 Mei 2015. Acara yang mengambil tema, "Pola Hidup Sehat adalah Gaya Hidupku", diawali dengan perayaan misa syukur yang dipimpin Pastor Paroki Parepare, P. Anton Basu' Sarunggaga, Pr dan dibantu oleh P. Ignatius Sudaryanto, CICM.
Setelah perayaan misa syukur, acara dilanjutkan dengan ramah tamah yang dihadiri segenap karyawan/wati RS Fatima Parepare. Pada momentum yang berbahagia itu, penulis mewakili pengurus YSI KAMS memberikan pengarahan kepada segenap dewan direksi, para medis serta segenap karyawan/wati Rumah Sakit Fatima dan Akademi Keperawatan (Akper) Fatima Parepare. Adapun hal-hal yang disampaikan penulis sebagaimana diuraikan di bawah ini.
REFLEKSI
Suatu realitas yang tidak dapat dipungkiri, usia 61 tahun tergolong relatif tua. Jikalau dibandingkan dengan umur manusia, usia tersebut masuk kategori orang lanjut usia (lansia). Mereka yang disebut lansia adalah orang yang hidupnya berlimpah berkat dan dikarunia dengan pemikiran, sikap dan prilaku yang penuh kearifan. Sehubungan dengan itu, pada saat yang penuh rahmat ini semestinya keluarga besar RS Fatima melakukan tiga hal positif berikut.
Pertama, sebagai umat beriman, semestinya semua pihak mengucap syukur, memuji dan memuliakan nama Tuhan karena Ia sungguh mengasihi umatnya sehingga RS Fatima dapat merayakan ulang tahun ke-61. Selain itu, dalam usia 61 tahun banyak hal positif yang telah dilakukan dan dicapai RS Fatima dengan segala keberhasilannya, dan banyak pula tantangan yang dihadapinya namun semuanya dapat dilalui dengan baik. Kita meyakini bahwa semua itu terjadi bukan karena jasa kita semata melainkan juga atas campur tangan Tuhan dengan segala berkat dan belas kasihNya. Untuk itu, nyatakanlah ucapan syukur kepada Tuhan lewat doa dan persembahan misa kudus, seperti perayaan misa syukur ulang tahun Rumah Sakit Fatima ke-61.
Kedua, mari kita merefleksikan kembali tentang karya pelayanan RS Fatima Parepare selama kurang lebih 61 tahun. Kita menyadari bahwa RS Fatima merupakan perpanjangan tangan Gereja Katolik lokal KAMS dalam mengemban misi sosial Gereja dalam bidang pelayanan bagi orang sakit. Karena itu, seyogianya RS Fatima mengedepankan model pelayanan yang dilandasi oleh kasih sebagaimana diwartakan Kristus sendiri. Dalam hal ini, patut direnungkan bersama tentang implementasi dari misi suci tersebut oleh segenap direksi, para medis, segenap karyawan/wati dan pihak yang terkait seperti organ YSI. Hal-hal apa yang telah dilakukan dan tantangannya, dan bagaimana menyikapi atau mengatasi berbagai tantangan tersebut.
Ketiga, untuk perjuangan kita ke depan, RS Fatima dituntut membangun komitmen baru. Hal yang menjadi komitmen baru ke depan adalah apa yang terumus dalam tema peringatan ultah RS Fatima ke-61. Menurut penulis, pola hidup sehat tidak hanya mencakup hal-hal yang bersifat fisik, melainkan juga menyangkut non fisik (rohaniah). Dalam pepatah Latin ditegaskan, dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat (mens sana in corpore sano). Hal-hal yang perlu dilakukan berkaitan dengan pola hidup sehat secara rohaniah yakni, setiap pihak dituntut untuk bekerja dengan jujur, setia, bertanggung jawab, lebih peduli terhadap pasien dan melayani pasien dengan penuh kasih. Apabila hal tersebut dapat dilaksanakan dengan baik maka RS Fatima akan tetap menjadi pilihan masyarakat di masa mendatang.
KEBIJAKSANAAN HATI
Sehubungan dengan itu, pada hari orang sakit sedunia ke-23, tanggal 11 Februari 2015, Paus Fransiskus menyampaikan pesan penting kepada segenap umat, termasuk sukarelawan kesehatan, yang dikenal dengan nama kebijaksanaan hati (sapientia cordis). Dalam pesannya itu Sri Paus mengajak segenap umat agar dapat melayani saudara-saudari yang sakit dengan kebijaksanaan hati. Dalam arti, umat diajak untuk menjadi mata bagi orang buta, dan kaki bagi orang lumpuh. Ada 5 hal pokok ditekankan Sri Paus dalam pesannya, yakni sebagai berikut.
Pertama, kebijaksanaan hati tidak bersifat teoritis, pengetahuan maya, hasil penalaran. Kebijakasanaan hati merupakan sebuah cara melihat hal-hal yang diresapi oleh Roh Kudus dalam pikiran dan hati orang-orang yang peka terhadap penderitaan saudara-saudarinya. Kedua, kebijaksanaan hati berarti melayani saudara-saudari kita, yakni menjadi mata bagi orang buta dan kaki bagi orang lumpuh. Dalam hal ini, umat diajak untuk menjadi dekat dengan orang sakit yang membutuhkan perawatan berkesinambungan dan membantu dalam mencuci, mengenakan pakaian dan makan. Ketiga, kebijaksanaan hati berarti berada dengan saudara-saudari kita yang sakit. Sri Paus mengajak kita meluangkan waktu bersama dengan orang sakit sehingga yang sakit merasa dicintai dan terhibur. Keempat, kebijaksanaan hati berarti keluar dari diri sendiri dan menuju saudara-saudari kita yang sakit. Kita diharapkan tidak terjebak dalam kesibukan kita sendiri, mengabaikan orang lain dan tidak bertanggung jawab terhadap nasib mereka. Kelima, kebijaksanaan hati berarti kita menunjukkan solidaritas kepada orang sakit (Diedit dari sumber, http://katekesekatolik.blogspot.com/2014/12).
Jadi, semestinya pesan Sri Paus tersebut dapat menjadi pegangan segenap keluarga besar RS Fatima Parepare di masa mendatang yakni, pelayanan kepada pasien dan keluarganya didasarkan atas kebijaksanaan hati.
APRESIASI DAN PENGHARGAAN
Pada kesempatan itu penulis menegaskan, segenap organ YSI mendukung sepenuhnya atas berbagai program positif RS Fatima Parepare. Hal ini dimaksudkan agar RS Fatima semakin sukses dalam karya pelayanannya di tengah masyarakat. Dalam rapat organ pengurus YSI tanggal 25-26 April 2015, pengurus telah memutuskan beberapa hal strategis dalam rangka pengembangan RS Fatima. Pertama, perlu dilakukan renovasi total gedung Elisabeth, untuk mengatasi kesulitan ruangan terutama untuk perawatan pasien rujukan BPJS. Sebab sejak ditetapkan sebagai salah satu rumah sakit rujukan BPPJS, jumlah pasien semakin meningkat. Kedua, sedang diupayakan negosiasi dengan Pemerintah tentang tukar guling (ruislag) tanah ex Lapas Parepare dengan tanah YSI. Ketiga, pengurus mendukung sepenuhnya program reakreditasi RS Fatima, peningkatan kualitas SDM, kesejahteraan pegawai dan program lainnya dengan memperhatikan urgensi dan skala prioritasnya.
Selanjutnya, penulis memberikan apresiasi dan penghargaan yang tinggi kepada semua pihak yang telah memberikan dukungannya kepada RS Fatima sehingga RS Fatima tetap eksis melayani orang sakit sampai pada usianya ke-61. Secara khusus penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Direktris RS Fatima, drg Merly Gosal dan Dewan Direksi, para medis, dan segenap karyawan yang telah bekerja keras sehingga RS Fatima mengalami berbagai kemajuan. Berbagai keberhasilan tersebut yakni, "bed occupancy ratio" (BOR) atau persentase penggunaan tempat tidur meningkat, SHU mengalami kenaikan dan tingkat pelayanan semakin baik.
Tak lupa pula penulis menghaturkan limpah terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada kongregasi Biarawati Karya Kesehatan (BKK) yang telah mendirikan Rumah Sakit Fatima 61 tahun lalu. Atas jasa mereka sehingga kita dapat melaksanakan misi Gereja di bidang kesehatan di Kota Parepare, yakni melayani orang sakit tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras, golongan dan latar belakang ekonomi. Kita doakan agar karya pelayanan BKK khususnya di bidang kesehatan semakin sukses di masa mendatang.
Akhirnya, atas nama pengurus YSI KAMS penulis mengucapkan "proficiat" kepada segenap karyawan/wati Rumah Sakit Fatima dan Akper Fatima Parepare yang telah mendapatkan penghargaan dari Yayasan atas dedikasi dan pengabdiannya yang tulus, selama kurang lebih 10 tahun, 15 tahun, 20 tahun, 25 tahun, 30 tahun dan 35 tahun. Semoga semangat pengabdiannya dapat menjadi inspirasi bagi karyawan/wati lainnya.
Juga penulis ucapkan "proficiat" kepada Direktris, segenap Dewan Direksi, para medis dan segenap karyawan/wati atas ulang tahun RS Fatima Parepare ke-61. "Hiduplah dan jayalah selalu Rumah Sakit Fatima Parepare, untuk mengabdi kepada masyarakat Parepare, kawasan 'Ajatapareng', Sulawesi Selatan, Indonesia dan bahkan Dunia". *** Penulis: Antonius Sudirman, Ketua YSI KAMS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar