Sedianya rapat Forum Direktur Caritas dan Rapat Tahunan Karina 2015 ini akan diselenggarakan di Tana Toraja. Tetapi dalam perjalanan waktu dan dalam perhitungan pembiayaan maka pada akhirnya diselenggarakan di Yogyakarta. Untuk tempat dipilihlah Syantikara, persis berada di tengah-tengah keramaian kota gudeg, Yogyakarta. Forum Direktur berlangsung tanggal 26-27 Mei dan Rapat Tahunan Karina pada 28-30 Mei 2015.
Tujuan dari pertemuan forum direktur adalah untuk mendapatkan pembelajaran dan pemahaman bersama tentang perencanaan dan pelaksanaan program resiliensi (ketangguhan) masyarakat serta berbagi pengalaman dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab sebagai seorang direktur/ketua/koordinator Caritas/Lembaga sosio-pastoral Keuskupan.
Tanggal 26-27 Mei diisi dengan kegiatan Forum Direktur. Hari pertama peserta yang adalah semua direktur Caritas dari semua keuskupan seluruh Indonesia, mendapatkan materi Emergency Response’s Leadership dari Mbak Yenni dari CRS (Catholic Relief Services). CRS adalah salah satu organisasi kemanusiaan terkemuka di dunia. Badan ini membantu mereka yang miskin dan kurang beruntung di berbagai penjuru dunia, melaksanakan program bantuan kemanusiaan dan pembangunan di sekitar 95 negara dan teritori. CRS bekerja di Indonesia sejak tahun 1957 melalui Nota Kesepahaman dengan Kementerian Sosial RI.
Hari kedua masih dalam kegiatan Forum Direktur, peserta diajak mengunjungi proyek CBR (Community Based Rehabilitation), kalau dibahasa Indonesiakan menjadi RBM (Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat). Suatu metode pemberdayaan difabel (orang dengan kemampuan berbeda). Kata ini sengaja dipakai untuk menghindari kata cacat yang bernuansa diskriminatif. Proyek ini diawali adanya gempa bumi yang melanda wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah pada tanggal 27 Mei 2006. Dimana ada ribuan orang menjadi difabel, di antaranya mengalami cidera tulang belakang khususnya di wilayah Bantul dan Klaten.
Dari hasil kegiatan RBM Karina Keuskupan Agung Semarang: pertama, lahirlah yang namanya SHG (Self Help Group) di wilayah program yang memiliki kegiatan yang bersifat produktif. Kedua, memberikan bantuan modal usaha bagi difabel dan kelompok difabel a.l mendirikan koperasi yang dikelola oleh difabel; ketiga, mendorong berdirinya PAUD Inklusi; keempat, mendirikan tim RBM: kelima, memfasilitasi terbitnya kebijakan (Perda & Perbup) tentang Pemberdayaan difabel/hak-hak difabel dan terakhir mendorong diberikannya anggaran untuk difabel dari APBD II, APBD I dan Dana Pemerintah Pusat dan lembaga lain.
Tanggal 28-29 Mei 2015 diselenggarakan Rapat Tahunan Karina yang pesertanya bukan hanya direktur caritas tetapi masing-masing keuskupan mengutus juga staf manajemen.
Rapat Tahunan Karina mengagendakan beberapa tema a.l (1). Kerjasama antar lembaga sosial Gereja. Untuk mengurai tema ini Mgr.H.Datus Lega, Uskup Manowari-Sorong dan Ketua Komisi PSE KWI, memberikan judul makalahnya “Berawal dari dignity bermuara ke dignity”. Oleh karena itu ensiklik Deus Caritas Est dari Paus Benediktus XVI menjadi landasannya. Semua ASG kaya dengan nilai-nilai kemanusiaan. Tetapi nilai-nilai tidaklah cukup kalau tidak menjadi keutamaan hidup. Value (s) harus menjadi virtue (s). (2). Pengelolaan keberlanjutan lembaga (yang dalam hal ini Caritas). Para donor yang selama ini mendukung kegiatan Karina satu persatu “meninggalkan” Karina sehingga mau tidak mau baik Karina KWI sendiri maupun Karina atau Caritas yang ada di keuskupan-keuskupan berpikir mengenai dukungan dana untuk kegiatan Caritas. (3).Kerjasama dan koordinasi dengan pemerintah. Disadari oleh Karina, membangun jejaring dengan pemerintah menjadi kekuatan gerakan dalam mengatasi kemiskinan dan penanggulangan kebencanaan. (4).Gerak Lembaga Sosial Pastoral Gereja dalam kaitannya dengan MUSRENBANG. R.Yando Zakaria (Mantan Tenaga Ahli Pansus RUU Desa, DPR RI) dalam makalahnya yang berjudul “Menata Kampung, Menyembuhkan Indonesia” dengan mengambil titik pijaknya Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa. Pada akhir diskusi Pak Yando, demikian panggilan sehari-harinya mengajak peserta dalam hal ini penggiat Caritas untuk menghidupkan gerakan Musrenbang. Anggota masyarakat desa diwajibkan untuk terlibat dalam Musrenbang karena seluruh kebijakan pembangunan desa diputuskan oleh peserta Musrenbang. Dana yang bakal dikuncurkan ke desa senilai 1,4 M menjadi modal utama untuk pembangunan desa. Dalam waktu dekat sosialisasi dan animasi undang-undang desa menjadi program kerja oleh caritas-caritas keuskupan baik dalam regio maupun di keuskupan masing-masing.
Akhirnya Forum Direktur dan Rapat Tahunan Karina ditutup dengan misa penutup.*** Penulis: Pastor Linus Oge Pr
Tidak ada komentar:
Posting Komentar