Berawal dari semangat dan usaha umat di rukun yang merupakan representasi dari keluarga sebagai basis umat Allah dan gereja kecil dalam hidup menggereja yang saling melayani sehingga kemudian Paroki Mariso telah dapat mengadakan Lomba Paduan Suara antar rukun dalam memperingati pesta pelindung Santo Yakobus. Secara geografis dan hasil program pendataan umat, paroki saat ini telah memiliki 28 rukun yang berada di 5 wilayah dan 5 rukun yang berada di Stasi Santo Albertus Agung Tanjung Bunga dengan jumlah 1320 KK dan 5178 jiwa. Lomba paduan suara antar rukun tersebut sebenarnya telah beberapa kali diselenggarakan dan yang terakhir pada tahun 2015 dalam rangka memperingati HUT Paroki ke-65.
Sejalan dengan visi KAMS yakni Gereja Lokal KAMS yang bersosok kawanan kecil tersebar sebagai pelayan berdasarkan dan berpolakan Yesus Kristus yang harus terus menerus membaharui diri, mewartakan Kerajaan Allah dengan meresapi tata dunia sehingga segala-galanya menjadi baik maka melalui hasil evaluasi pelaksanaan kegiatan lomba paduan suara antar rukun di paroki serta dalam rapat Depas Harian kemudian telah diputuskan untuk mengadakan lomba paduan suara paroki yang sebelumnya juga menjadi keinginan Yang Mulia Uskup KAMS Mgr. Dr. John Liku-Ada’, Pr. Selain itu pula sudah sejak lama kiranya tidak pernah lagi diadakan lomba tersebut, sehingga melalui kesempatan ini paroki berinisiatif dan berusaha menindak-lanjuti keinginan dan harapan tersebut dengan membentuk kepanitiaan lomba yang terdiri dari Andre Mira Runtuwene (Ketua), Febrianus Seda (Waka I) dan Israel Rante Lebang (Waka II).
Tujuan dari rencana pelaksanaan lomba paduan suara paroki adalah untuk memupuk persaudaraan dan mendorong paduan suara yang ada di setiap paroki agar lebih bersemangat dalam melaksanakan pelayanan dan membantu atau mengantar umat lebih menghayati Ekaristi Kudus. Diharapkan melalui rencana lomba tersebut akan ada keterlibatan umat yang sudi kiranya dalam meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk dapat bekerja bersama dalam suatu bentuk kepanitiaan demi efektifitas, kesuksesan dan kelancaran selama pelaksanaan lomba tersebut.
Berbicara mengenai peran musik dan nyanyian dalam bidang liturgi resmi yang adalah perayaan sakramen, sabda dan liturgi harian atau ibadat harian maka tingkat kemeriahan suatu perayaan liturgi juga ikut ditentukan melalui ada atau tidaknya nyanyian dan kelompok kor. Suatu perayaan yang tanpa nyanyian tentu akan menjadi hampa dan terkesan gersang. Untuk mendorong dan menumbuhkan semangat umat dalam bernyanyi, peran kor sangatlah dominan dan perlu. Peranan kor ternyata bukan hanya sebagai pengiring dan pemberi suasana bagi perayaan tetapi juga membawa umat untuk semakin dapat berdoa dan bernyanyi dengan baik serta dapat menjadi pewarta sabda akan misteri Allah sendiri. Dengan nyanyian, umat beriman dibantu untuk masuk ke dalam misteri penyelamatan Tuhan yang sedang dirayakan dalam Perayaan Ekaristi Kudus. Disamping itu kor juga berperan untuk meningkatkan nilai estetis perayaan liturgi tanpa menggusur peran umat yang lain dalam suatu perayaan. Kor yang terlatih dan bersemangat tetapi khidmad akan sangat membantu umat dalam berliturgi.
Memaknai istilah “Que bene cantat bis orat” yang berarti bernyanyi dengan baik sama dengan berdoa dua kali maka terdapat sebuah ungkapan yang mencerminkan bahwa manusia bisa “berkomunikasi” dengan Allah Bapa dengan segala macam cara. Nilai yang terkandung dalam bernyanyi ternyata diyakini sama dengan melakukan doa sebanyak dua kali sehingga diharapkan umat dengan segenap kemampuan, dengan segenap keahlian, dengan segenap curahan hati dan dengan segenap pikiran dapat berlatih dan bernyanyi dengan sungguh hati dan penuh sukacita. Bernyanyi tanpa melihatkan hati pun ibarat makan sayur tanpa garam yang serasa hambar. Lagu yang bagus sekalipun, akan terasa datar dan tidak bermakna bila dinyanyikan dengan cara yang biasa saja. Perayaan Ekaristi merupakan sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani (LG 11) sehingga merupakan tingkatan tertinggi dari seluruh Perayaan Liturgi Gereja. Untuk itulah peran musik dan nyanyian liturgi dalam suatu perayaan sangat diperlukan agar dapat membawa suasana hati pribadi umat senantiasa berarti dalam mengikuti Perayaan Ekaristi.
Suatu tempat kor yang disertai dengan keterlibatan dirigen dalam suatu Perayaan Ekaristi sebaiknya di depan dan samping serta tidak menghalangi pandangan umat ke altar, sehingga dapat berkomuniasi dengan umat dan pemimpin liturgi. Penempatan kor sebaiknya tetap melambangkan bahwa mereka bagian dari umat dan tidak terpisah. Bilamana ada nyanyian atau lagu baru untuk umat, maka umat dapat dilatih dengan bantuan suara paduan suara sebelum Perayaan Ekaristi di mulai. Kor yang terlatih dan menguasai lagu dengan baik pada Perayaan Ekaristi dapat membawa umat pada suasana liturgi yang sungguh bermakna.
Melalui semangat dan keterlibatan umat di rukun dalam Perayaan Ekaristi Kudus di Paroki Mariso maka kini sungguh semakin bermakna (sempurna). Untuk itulah melalui lomba paduan suara ini diharapkan umat akan dapat semakin menghayati dan merasakan karunia kasih yang telah diterima dari Allah sebagai sumber kehidupan yang perlu selalu dijaga dan dipelihara. Demikian pula kiranya akan semakin banyak umat di paroki-paroki yang terlibat dalam latihan kor yang senantiasa menjadi budaya dan warna di rukun, wilayah atau stasi dalam membangun semangat hidup menggereja. *** (Penulis: N. Tri Suswanto Saptadi, Pengurus Depas Harian dan Seksi Dokumentasi Panitia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar