Minggu, 24 Juli 2016

HUT 70 TAHUN DAN PERBERKATAN GEDUNG GEREJA PAROKI SANTO PETRUS RASUL PAREPARE


Paroki Santo Petrus Rasul Parepare, Keuskupan Agung Makassar, merayakan HUT Pendirian Gereja ke -70 dan Pemberkatan Gedung Gereja, Sabtu, 28/7/2016.
Ulang tahun pendirian dan pemberkatan ini dirayakan dengan Perayaan Ekaristi Kudus yang dipimpin Uskup Agung Makassar, Mgr. Dr. John Liku- Ada’, Pr didampingi  Vikep Makassar, Rm. Alex Lethe, Pr, Vikep Sultra, Rm. Willibrordus Welle, Pr, pastor Paroki Santo Petrus Rasul Parepare, Rm. Anton Sarunggaga, Pr. dan para imam konselebran lainnya. Acara ini mengangkat tema “Sebab Bait Allah adalah Kudus dan Bait Allah adalah Kamu” (1Kor.3:17b).
Menurut  Mgr. John Liku-Ada’, Pr, saat memasuki usia ke-70 dan pemberkatan gedung gereja yang megah ini hendaknya umat paroki Parepare tidak saja berhenti di sini, melainkan terus berjuang dan berkembang mengubah pola pikir dan pola tindak yang mengarah kebersamaan, persatuan dan persaudaraan sejati sebagai warga umat Paroki Santo Petrus Rasul Parepare. ‘Karena pola pikir dan pola tindak berubah, maka cara kerja dan melayani juga harus berubah. Perubahan ini tidak menggeser semangat kebersamaan dan inti iman ajaran pokok Gereja Katolik, yakni bagaimana membuktikan bahwa Allah itu bukan Allah yang jahat melainkan Allah yang Maha Kasih, Allah yang Kudus. Allah yang Maha Kasih dan Kudus itu menjelma dalam pribadi Yesus yang menjadi manusia dan tinggal di antara kita. Karena itu bagi orang Katolik tidak menerima Allah di atas awan, melainkan Allah yang nyata dalam pribadi Yesus. Kitab Suci mengatakan lewat Yesus (hidup dan karyanya) kita melihat Allah. Oleh sebab itu, selama kita masih tetap melihat Yesus sebagai Allah, maka kejahatan seperti bom, teror, pembunuhan dan sebagainya tidak terjadi. Allah itu menampakkan diri dalam Yesus, hendaklah kita saling mengasihi satu sama lain, sebab bait adalah kita’, tuturnya dalam kotbah.
Sebelum Misa Syukur Pemberkatan Gereja dimulai, terlebih dahulu Mgr. John Liku-Ada’, Pr didampingi para imam konselebran sebanyak 25 orang menerima penyerahan gedung gereja  yang diawali dengan pengguntingan pita pintu dan dilanjutkan dengan pemberkatan pintu masuk gereja,  pemberkatan bagian-bagian gereja, pemberkatan Salib Gereja, kursi      pimpinan, mimbar sabda, meja altar dan tabernakel serta arca Yesus dan Bunda Maria.
Pemberkatan pintu masuk gereja dan seluruh isi/perlengkapan gereja merupakan simbol bahwa umat Paroki Santo Petrus Rasul Parepare sudah resmi menggunakan gedung gereja sebagai tempat ibadat. Bapak Uskup berpesan, gedung yang megah dan tercepat pembangunannya ini perlu dijaga dan dirawat dengan memperlihatkan kualitas iman umat Parepare yang semakin meningkat pula.
Selain acara HUT pendirian Paroki ke-70 dan Pemberkatan Gedung Gereja, Mgr. John Liku-Ada’, Pr  juga pada 27 Juli 2016 berkenan memberikan sakramen krisma kepada 120 orang umat Paroki Santo Petrus Rasul Parepare. Uskup mengemukakan, ‘dengan menerimakan sakramen krisma kepada 120 orang, kehidupan beriman di Paroki ini diharapkan semakin dewasa karena mereka telah diutus menjadi rasul-rasul yang siap menyebarkan cinta kasih Tuhan yang nyata dalam hidup dan karyanya’*.
Paroki Santo Petrus Rasul Parepare memiliki umat  2.500 jiwa dari 420 kepala keluarga. Mereka tersebar di lima Kabupaten, yaitu Kota Madya Parepare, Kabupaten Barru, Kabupaten Pinrang, Kabupaten Sidrap dan Kabupaten Enrekang.
Membangun gedung gereja yang baru adalah wujud kebersamaan umat dari kelima Kabupaten, tutur Lambertus Wake, Ketua Pembangunan Gereja Santo Petrus Rasul Parepare. Maka ‘kebersamaan’ menjadi kata kunci yang tumbuh dan berkembang dalam pemikiran dan tindakan umat Paroki Santo Petrus Rasul Parepare sehingga bisa membangun gereja dua lantai yang menelan anggaran 5,428 miliar. Hal ini terwujud pada visi misi umat yang telah dirumuskan pada awal membangun gereja pada tahun 2012, yaitu: ‘Bersama pasti kita bisa’.
Untuk mengetahui lebih jauh, seperti apa profil dan potensi umat Paroki Santo Petrus rasul Parepare ini, berikut petikan wawancara dengan Ketua Pembangunan Gereja, Lambertus Wake yang ditemui tim humas persiapan peresmian gereja Santo Petrus Rasul, Minggu Pertama Juli 2016. Tokoh NTT yang lahir di Peibenga, 18 September 1962 ini sebagai polisi aktif dengan pangkat Aiptu bertugas di Parepare sejak  bulan Februari tahun 1984.

Apa yang khas dan khusus dari Umat Paroki Santo Petrus Rasul Parepare?
Umat Paroki Santo Petrus Rasul Parepare adalah masyarakat yang sangat heterogen/beraneka ragam karena berasal dari berbagai daerah seperti Toraja, Mamasa, Polewali, Makassar, Flores, Lembata, Adonara, Sumba, Sumbawa, Timor, Manado, Papua, Muna, Buton, Jawa, Kalimantan dan Ambon. Mereka berbeda suku, budaya, karakter, ekonomi, pendidikan dan bahasa tetapi satu sebagai warga Paroki Santo Petrus Rasul Parepare.
Menurut data Paroki, dari jumlah umat 2.500 jiwa, 30%  adalah berasal dari Toraja dan sisanya dari wilayah lain. Walaupun warga Toraja yang lebih besar tetapi kebersamaan tetap terbangun. Warisan kebersamaan yang tumbuh dan berkembang ini menjadi basis yang kokoh dalam membangun gereja pada awal peletakan batu pertama, 29 Juni 2012. Jadi yang khas di Paroki Santo Petrus Rasul Parepare adalah ‘kebersamaan’. Umat Paroki Santo Petrus Rasul Parepare merasa bersalah bila KDM (Kartu Dana Mandiri) bulanannya tidak  diserahkan ke Panita Pembangunan Gereja sesuai ikrar awal pembangunan gereja tahun 2012 dengan  enam kategori, yaitu: Kategori Pertama Rp 350.000/bulan, kategori dua Rp 250.000/bulan, kategori tiga Rp 200.000/bulan, kategori empat Rp 150.000/bulan, kategori lima Rp 100.000/bulan dan kategori keenam Rp 50.000/bulan. Dari keenam kategori tersebut umat dihimbau untuk memilih sejauh kemampuannya.
Soal kehidupan rohani, umat di sini mempunyai sejumlah kelompok kategorial, seperti kelompok doa Karismatik, kelompok doa WKRI, kelompok doa Kerahiman Ilahi, Legio Maria, Pria Sejati Katolik (Priskat), Kombas (Komunitas Basis) Santo Yakobus, kelompok orang jompo, THS-THM, SEKAMI dan kelompok doa OMK. Mereka mempunyai ketekunan dan kebersamaan dalam menghidupkan serta mengembangkan kelompoknya. Hal itu terbaca dalam kegiatan yang terjadwal dan partisipasi anggota dalam seluruh kegiatannya. Tentu saja, hal itu menjadi basis kekuatan Paroki dan mendasari kegiatan dalam banyak hal.

Bagaimana cara pengumpulan dana untuk membangun gereja yang semegah ini?
Sebagai Ketua Panitia Pembangunan Gereja, yang berasal dari Ende Lio Utara pulau Flores, saya coba merespon berbagai kekhasan dan kelebihan umat Paroki Santo Petrus Rasul Parepare dan berprinsip saya tidak bekerja sendiri, tetapi bersama dengan pastor paroki dan umat. Awal perencanaan pembangunan Gereja tahun 2012 berpijak pada Injil Lukas 12:33 tentang hal kekuatiran, yaitu: ‘Juallah segala milikmu dan berikanlah sedekah’, buatlah bagimu pundi-pundi yang tidak dapat menjadi tua, suatu harta di surga yang tidak akan habis, yang tidak dapat didekati pencuri dan yang tidak dirusak ngengat’ dan Injil Matius 22:21 tentang takaran membayar pajak, yaitu: ‘Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan berikanlah kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah’.  Berpijak pada dua dasar biblis ini maka kami telah merumuskan visi-misi pembangunan Gereja tahun 2012. Visi-misi itu adalah: ‘Bersama kita pasti bisa membangun Gereja’.
Kehidupan Paroki Santo Petrus Rasul Parepare tidak terlepas dari situasi kondusif yang aman, damai dan saling bekerjasama antarumat beragama di Parepare. Itu kekuatan kedua yang memungkinkan umat Paroki Santo Petrus Rasul Parepare bergandengan tangan membangun gereja selama tiga tahun yang mulai dengan dana awal sebesar Rp 38 juta.
Selama ini banyak orang baik yang membantu umat Paroki Parepare menjadi donatur, baik yang ada di Parepare maupun yang dari luar paroki, termasuk Pemerintah Kota Parepare yang menciptakan situasi yang aman dan damai.  Hal itu membuat dana pembangunan Gereja kami selalu ada. Walaupun dana kolekte Mingguan Paroki selalu berkisar antara angka 1 juta sampai 2 jutaan, tetapi kami tidak pesimis karena uang itu bisa dicari dan dikomunikasikan pasti ada jalan dan yang terpenting apakah kita mau membangun gereja atau tidak. Sebab modal paroki kami cuma dua, yaitu ‘bersatu dan kondusif’ sehingga kami bisa mengumpulkan dana  melalui partsispasi KDM umat untuk membangun gereja yang baru dan megah.
Terkait soal kesejahteraan umat, Paroki Santo Petrus Rasul Parepare belum ada program riil yang tepat sasaran dan tepat guna untuk meningkatkan kesejahteraan umat. Kami masih tergantung pada kreativitas dan inisiatif masing-masing umat dalam membangun kehidupan ekonomi keluarganya. Umat Parepare menyadari keberadaannya bahwa mereka keluar dari kampung halamannya mencari sesuap nasi di Parepare sudah pasti harus lebih baik dari kampungnya. Karena sekali melangkah harus sudah mempertimbangkan secara matang apa yang dilakukannya ke depan demi memperbaiki pola hidup sebelumnya. Umat Paroki Parepare tergolong beruntung karena memiliki hidup yang berkecukupan, walaupun belum masuk dalam kategori sejahtera. Karena sampai saat ini belum ada kabar bahwa umat Paroki Parepare yang mati karena kelaparan. 

Setiap bulan umat menyumbang dengan Kartu Dana Mandiri (KDM)?
KDM umat sebagai wujud partisipasi bersama untuk membangun gereja. KDM umat menjadi ujung tombak, pelaku utama dalam membangun gereja secara bersama. Persoalannya, ada umat yang menyadari janji dan ikrar setianya pada awal mengisi KDM tahun 2012, tetapi ada juga yang lupa atau pura-pura lupa dengan seribu alasan. Berhadapan dengan umat yang pura-pura lupa, ditingkatkan melalui sosialisasi dan penyuluhan baik melalui ketua-ketua rukun maupun lewat sentilan kotbah melalui mimbar sabda, seperti: ‘berjanji di hadapan manusia itu boleh-boleh saja, tetapi berjanji dengan Tuhan, pasti Tuhan tidak akan menutup mata-Nya’. 
Sosialisasi KDM menjadi efektif walaupun lambat. Tetapi yang pasti Gereja baru Paroki Santo Petrus Rasul Parepare telah berdiri megah dan diberkati oleh Uskup Agung Makassar, Mgr. Dr. John Liku  Ada, Pr  pada 28 Juli 2016 lalu. Itu semua terjadi karena ada kebersamaan yang tumbuh dan berkembang pada diri umat Paroki Santo Petrus Rasul Parepare. *** (Penulis: Martinus Jimung, Dosen Akademi Keperawatan Fatima Parepare)

Tidak ada komentar: