Rabu, 20 Agustus 2014, merupakan hari yang begitu membahagiakan bagi segenap umat Paroki Santo Paulus Ge’tengan. Pada hari itu, Gereja Katolik Maria Ratu Ge’tengan, gereja pusat Paroki Santo Paulus Ge’tengan diberkati oleh Uskup Agung KAMS, Mgr. John Liku-Ada’.
Gereja ini telah diusahakan dibangun oleh seluruh umat sejak kurang lebih 7 (tahun), diawali dengan pembentukan Panitia Pembangunan pada 3 September 2006 dan peletakan batu pertama oleh Mgr. John Liku-Ada’, pada 10 Oktober 2007. Cikal bakal gereja ini berawal dari sekelompok umat yang mendiami daerah Ge’tengan, sebuah wilayah yang baru dibuka di periode akhir 1970-an dan awal 1980-an. Sebuah bekas kandang ayam dimanfaatkan oleh umat sebagai tempat ibadah sementara pada lokasi yang cukup luas sekitar 2ha, sebagai Cabang Kebaktian dari Stasi Minanga, yang saat itu merupakan Pusat Paroki St. Paulus Mengkendek. Oleh karena lokasi yang cukup luas, berbagai kegiatan gereja, seperti ziarah, camping, dll, baik tingkat paroki hingga tingkat keuskupan sering diadakan di tempat ini. Seiring dengan perkembangan umat dan perkembangan wilayah Depas Paroki Mengkendek dan P. Hendrik Nyiolah, pastor paroki waktu itu, kemudian merencanakan untuk menjadikan wilayah Ge’tengan sebagai Pusat Paroki Mengkendek dengan membangun sebuah gereja permanen sekaligus pastoran. Pada tahun 1985 gereja dan pastoran permanen tersebut diberkati sekaligus secara resmi pemindahan pusat paroki dari Minanga ke Ge’tengan. Oleh karena perkembangan umat, pada tahun 2012 Minanga kemudian dimekarkan menjadi paroki sendiri terpisah dari Paroki Ge’tengan. Dengan semakin berkembangnya umat serta kondisi gereja lama yang semakin tidak memungkinkan, sejak tahun 2006 umat bersama dengan pastor paroki (saat itu P. Johni Kanan, Pr) kemudian mewacanakan pembangunan gereja baru yang lebih representatif. Atas usaha keras umat dan bantuan berbagai pihak, gereja tersebut akhirnya dapat diberkati pada tanggal 20 Agustus 2014.
Pemberkatan dan peresmian Gereja Maria Ratu Ge’tengan ini dilaksanakan secara inkulturatif dalam budaya Toraja yang dalam budaya Toraja disebut Acara Mangrara. Rangkaian kegiatan dilaksanakan selama 3 (tiga) hari. Pada hari pertama, dalam budaya Toraja disebut Manta’da, yaitu kegiatan untuk mengenang dan berdoa bagi leluhur. Di hari pertama ini, 18 Agustus 2014, dilaksanakan Misa Bersama yang dipimpin oleh Vikep Toraja, Pastor Natanael Runtung, Pr didampingi oleh Pastor Paroki Ge’tengan, P. Nikodemus Tangke, Pr, dan P. Johni Kanan, Pr, pastor paroki sebelumnya, dihadiri oleh segenap umat. Pada hari kedua, 19 Agustus 2014, dalam budaya Toraja disebut Ma’tarampak di mana seluruh kerabat berkumpul. Pada hari kedua ini, dilaksanakan Perayaan Ekaristi bersamaan dengan Penerimaan Sakramen Krisma bagi 215 kaum muda se-Paroki Ge’tengan. Misa Penerimaan Krisma dipimpin oleh Uskup Agung KAMS, Mgr. John Liku Ada’, Pr, didampingi oleh Vikep Toraja, P. Natanael Runtung, Pr, pastor paroki, P. Nikodemus Tangke, Pr dan P. Vius Oktavianus, Pr, Pastor Paroki Mamasa. Pada sore hari dilaksanakan kegiatan massomba tedong, mohon berkat untuk kerbau, babi dan ayam yang besoknya akan digunakan dalam pemberkatan Gereja, dan tarian ma’bugi’.
Hari ketiga merupakan puncak acara kegiatan, yaitu Misa Pemberkatan dan Peresmian. Kegiatan dimulai dengan Misa Pemberkatan pada jam 08.30 wita. Mgr. John Liku-Ada’, Pr memimpin perayaan ekaristi didampingi oleh 4 konselebran, yaitu P. Natanael Runtung, Pr (Vikep Toraja), P. Martinus Pasomba, Pr (Vikep Sulbar), P. Hendrik Nyiolah, Pr (Pastor Paroki pertama sejak paroki pindah ke Ge’tengan), dan P. Johni Kanan, Pr (Pastor Paroki Ge’tengan 2005-2013), serta kurang lebih 40 imam yang hadir dari berbagai tempat, tidak hanya dalam lingkup Kevikepan Toraja tetapi juga dari Kevikepan Sulbar, Luwu dan Makassar. Umat yang hadir berjumlah ribuan. Perarakan dilaksanakan secara inkulturatif diiringi dengan berbagai tari-tarian adat. Bapak Uskup dalam kotbahnya mengatakan bahwa gereja yang sesungguhnya adalah seluruh umat beriman, oleh karena itu, bila gereja ini diberkati dan dikuduskan hari ini maka yang pertama-tama diberkati dan dikuduskan adalah gereja yang hidup, yakni seluruh umat beriman.
Setelah Misa Pemberkatan, acara dilanjutkan dengan peresmian yang ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Bapa Uskup Agung, Mgr. John Liku-Ada’ dan pemukulan gong oleh Ketua DPRD Kab. Tana Toraja Bpk. Welem Sambolinggi, SE. Suasana yang begitu meriah nampak dalam perarakan lettoan (usung-usungan, biasanya berbentuk rumah adat Toraja, yang dihiasi dan diisi dengan seekor babi) yang terdiri dari 42 lettoan dari berbagai stasi, paroki, kelompok, bahkan gereja-gereja Protestan tetangga. Perarakan lettoan diiringi dengan tarian ma’bugi’, tarian pa’gellu’, tarian ma’dena’-dena’, pa’lambuk, dan tidak ketinggalan drumband dari murid-murid SMP Katolik Minanga.
Bapa Uskup, dalam sambutannya, mengucapkan selamat kepada seluruh umat Paroki Santo Paulus Ge’tengan atas pemberkatan gereja yang telah diusahakan oleh seluruh umat dan mengharapkan agar seluruh umat memelihara dan merawat gereja ini agar tetap indah dan semakin mendorong umat dalam meningkatkan iman. Sementara itu Ketua Panitia Pembangunan, Bapak N.T. Tandiarrang dalam laporannya menyampaikan bahwa selama proses pembangunan terdapat berbagai macam tantangan dan hambatan khususnya dalam hal dana, namun berkat usaha seluruh umat dan bantuan berbagai pihak, gereja ini akhirnya bisa dirampungkan kurang dari 7 tahun, dan sudah menghabiskan dana kurang lebih Rp 3,8 milyar. Oleh karena itu, mewakili seluruh umat, Ketua Panitia Pembangunan menyampaikan limpah terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu pembangunan gereja ini. Sejalan dengan itu, Ketua Panitia Pemberkatan, Ibu Rosina Palloan, juga menyampaikan banyak terima kasih kepada berbagai pihak atas bantuan dan partisipasinya sehingga Perayaan Pemberkataan gereja ini dapat berjalan dengan lancar dan meriah. Acara kemudian dilanjutkan dengan jamuan makan bersama seluruh umat yang hadir. *** Penulis: Pius Tandiarrang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar