Konon, Makassar bagi banyak orang luar menampilkan citra buruk, sebagai kota di mana aksi-aksi anarkis dan brutal mudah merebak. Anehnya, banyak orang luar juga yang suka datang ke Makassar. Sejumlah kegiatan penting berskala nasional maupun internasional telah diadakan di Makassar. Tahun ini, dari 19-22 Mei, misalnya, Makassar dipilih para tokoh dunia sebagai tempat penyelenggaraan “The Second General Assembly of the Centrist Asia Pacific Democrates International” (CAPDI), Konferensi Perdamaian Kawasan Asia Pasifik kedua, yang digagas organisasi non-pemerintah di Asia Pasifik. Konferensi pertama digelar dengan sukses di Kamboja. Demikian pula halnya di lingkungan Gereja Katolik, Makassar agaknya tetap menarik. Tahun 2013 ini saja sejumlah kegiatan tingkat regional dan nasional telah dan masih akan diselenggarakan di Kota Anging Mammiri: (1) Kegiatan Ongoing Formation Imam Unio Regio MAM (Makassar-Ambon-Manado) dengan tema “Imam dan Katekese”, 14-17 Mei 2013; (2) Pertemuan Komunitas Basis Gerejawi (KBG) yang diselenggarakan Komkat KWI, 20-23 Mei 2013; (3) Konfernas Legio Maria, 6-8 September 2013; (4) Konfernas Choice, 12-15 September 2013; dan (5) Pesta Emas Konstitusi “Sacrosanctum Concilium” tentang Liturgi Suci, diselenggarakan oleh Komlit KWI, 8-10 Oktober 2013.
Dipilihnya Makassar sebagai tempat penyelenggaraan sejumlah kegiatan penting gerejawi tersebut tentu merupakan suatu kehormatan yang patut disyukuri. Kita berharap dan berdoa, semoga kegiatan-kegiatan tersebut ikut menunjang pelaksanaan visi Gereja lokal KAMS hasil Sinode Diosesan 2012: Gereja yang melayani, dalam ke-8 misinya. Dalam perspektif inilah rubrik Dari Meja Uskup Agung kali ini memilih menampilkan sosok Legio Maria.
Selayang Pandang Legio Maria
Legio Maria (bahasa Latin: Legio Mariae) adalah suatu perkumpulan Umat Katolik yang melayani Gereja atas dasar sukarela; didirikan oleh Frank Duff di Dublin, Irlandia, pada tanggal 7 September 1921. Antara tahun 1921 dan 1922 mulai berkembang dan mempunyai cabang-cabang di Irlandia, Inggeris, Skotlandia, Wales, dan di Amerika Serikat serta India. Kongres Ekaristi berlangsung di Dublin pada tahun 1932. Sesudah itu Legio mengalami perkembangan yang lebih cepat. Karena para Uskup dari seluruh dunia yang menghadiri Kongres Ekaristi tersebut berkesempatan bertemu dengan Legio, dan mereka bertekad memulainya di negeri mereka sendiri. Dewasa ini Legio Maria terdapat di 163 negara dari 191 negara yang tercatat di seluruh dunia.
Di Keuskupan Agung Makassar kehadiran Legio Maria sesungguhnya sudah mulai sejak 1954. Pertama kali didirikan di Makassar oleh Pastor Jef Hauben, CICM, pada 17 Oktober 1954. Pada tahun yang sama pimpinan di Dublin mengutus Miss Su dari Hongkong ke Makassar. Pastor Jan van Hersel, CICM, mendirikan Legio Maria di Nonongan, Tana Toraja. Sekitar tahun 1957-1958 Tana Toraja mendapat giliran kunjungan Miss Su. Sayang agaknya Legio Maria di Toraja tidak berjalan sebagaimana mestinya. Tampaknya bagi umat yang masih sangat muda Legio Maria, dengan persyaratan dan disiplinnya yang sangat ketat, masih sulit untuk diresapi dan dijalankan. Maka ketika Pastor Gijs van Schie, CICM, bertugas di Nonongan, selain mendirikan Dewan Paroki (DEPA), beliau juga mendirikan Aksi Katolik, yang praktis menggantikan Legio Maria. Pastor yang dikenal bersemangat maju itu berani mengambil terobosan dalam rangka memupuk rasa tanggung jawab awam dalam menggereja dan dalam kerasulan. Baik Depa maupun Aksi Katolik itu didirikan dengan anggaran dasar yang disetujui Uskup. Dengan demikian Stasi Nonongan menjadi Stasi pertama di Tana Toraja yang secara nyata mulai mengikutsertakan umat dalam kepengurusan Gereja. Di tahun 1960-an Legio Maria toh didirikan di sejumlah tempat, termasuk dan khususnya di wilayah Makale.
Legio Maria sebagai tentara rohani (legio= pasukan, bala-tentara) bertekad menghayati devosi kepada Bunda Maria dengan berdoa serta merasul. Saat ini Legio memiliki antara 3-4 juta anggota aktif dan 7-8 juta anggota auxilier di seluruh dunia. Gambaran umum jumlah anggota dari benua ke benua dapat dilihat sebagai berikut (hanya disebut 3 negara dengan jumlah anggota terbesar di masing-masing benua): Di Afrika, Nigeria mempunyai 226.107 anggota, Republik Demokratik Kongo 152.688, dan Angola 137.632 anggota. Di Asia & Ocenia, Korea Selatan memiliki 268.977, Filipina 153.288 dan India 102.615 anggota. Di Amerika Latin, Brasil 347.399, Meksiko 80.191 dan Kolumbia 50.330 anggota. Di Amerika Utara, Amerika Serikat 25.202, Republik Dominika 18.135 dan Haiti 9.868 anggota. Sedangkan di Eropa, Spanyol 5.321, Polandia 5.080, dan Portugal 4.966 anggota.
Tetapi sebagaimana ditekankan oleh Presiden Legio Maria sendiri dalam sambutannya pada Kongres Ekaristi Internasional, Juni 2012, unsur kuantitatif sering tidak mencerminkan keadaan Gereja di masing-masing benua. Malahan di mana jumlah legioner relatif kecil, mereka menjadi sumber inspirasi. Karena Legio tidak pertama-tama mementingkan jumlah melainkan orang per orang, anggota individual, jiwa individual yang memiliki potensi besar demi hidup rohani dan perkembangan.
Selanjutnya, marilah kita sekilas pandang melihat relevansi kerasulan Legio Maria dari benua ke benua:
Eropa
Paus Emeritus Benediktus XVI, dan Beato Paus Johannes Paulus II sebelum beliau, telah mendorong evangelisasi baru atau re-evangelisasi Eropa. Sebagaimana siklus kehidupan, Gereja pernah bersemi di Eropa. Tujuan re-evangelisasi ialah mengupayakan agar Gereja kembali bersemi. Ketika Komunisme mulai memudar, terbukalah kemungkinan-kemungkinan baru bagi Legio dan Gereja. Perkembangan baru terjadi di negeri-negeri seperti Latvia, Lithuania, Belarus, Kroasia, Slowenia, Ukraina dan Moldova. Baru-baru Legio mulai lagi di Bulgaria dan Serbia, dan di tempat-tempat lain, puji Tuhan, Legio dapat mulai juga. Legio telah bertumbuh di negeri-negeri ini berkat kemurahan khususnya para legioner di Jerman dan Austria, yang telah mengunjungi para Uskup dan mendapatkan ijin untuk memulai. Dan kini negeri-negeri seperti Kroasia telah berkembang dan sendiri menyebar ke negeri-negeri lain yang bertetangga.
Amerika
Legio di Amerika Serikat dan Kanada telah mengalami pasang-surut dari waktu ke waktu. Mereka juga telah menanggapi panggilan untuk melayani komunitas-komunitas berbeda di berbagai Keuskupan. Terdapat kelompok-kelompok Legio yang giat di kalangan para imigran Korea, Vietnam, Cina, dan komunitas-komunitas lainnya. Terdapat sejumlah besar komunitas berbahasa Spanyol yang tersebar di seluruh Amerika Serikat. Persentase tertentu dari mereka telah bergabung ke dalam keanggotaan Legio, dan kemungkinan lebih banyak lagi yang dapat bergabung. Namun terdapat pula banyak komunitas yang mengalami kemunduran dan butuh dihidupkan lagi. Selain itu di AS dan Kanada terdapat 65 kelompok Indian Asli yang potensial.
Berkaitan dengan Amerika Latin, Legio Maria diperkenalkan ke hampir semua negara di tahun 1950-an. Karya kerasulan besar sedang dijalankan di negeri-negeri Amerika Tengah dan Selatan. Anggota-anggota legioner muda yang giat mendukung para legioner tua, sebagaimana dapat dilihat dalam laporan-laporan dari Paraguay, Venezuela, Honduras, dan lain-lain. Sejumlah legioner kita berkarya di dalam situasi yang sulit, terkadang karena Gereja dipandang remeh. Di negeri-negeri lain bercokol kemiskinan besar, atau terjadi bencana alam yang menimbulkan malapetaka berbagai tingkat. Sekte-sekte terus bergiat dan telah memenangkan keluarga-keluarga miskin dengan menawarkan bantuan uang. Tetapi ketika Legio mengundang orang-orang ini kembali, umumnya mereka menanggapi positif. Senyatanya mereka tetap Katolik di hati dan ingin kembali ke asalnya. Di Brazil secara teratur Konsilium mendengar laporan para legioner melayari sungai Amazon dengan perahu, sambil berhenti di desa-desa, mempersiapkan umat untuk kunjungan imam, membentuk praesidia dan selanjutnya berlayar lagi ke arah hulu ke desa berikutnya. Para Uskup negeri ini melihat manfaat memobilisasi umat awam. Konsilium juga mendapat bantuan dari beberapa dewan Legio. Misalnya para legioner Merida di Meksiko telah membantu dengan mengunjungi, membangun hubungan dengan legioner di Guatemala. Baru-baru kita mendengar dalam laporan dari Amerika Selatan, bahwa para legioner Guetamala menyampaikan ucapan terima kasih kepada legioner Merida atas bantuan besar yang mereka terima dan atas persahabatan yang telah bertumbuh di antara mereka.
Australia dan New Zealand
Sejak banyak tahun yang lalu para legioner Australia dan New Zealand menyetujui membantu Konsilium mengambil alih pemeliharaan banyak pulau di Lautan Pasifik. Dan sembari banyak kebutuhan harus dipenuhi di kedua negeri tersebut dengan memperkenalkan Legio kepada generasi muda, para legioner telah melaksanakan penugasan tersebut dengan baik. Kini terdapat kelompok-kelompok legioner yang sedang bertumbuh di tempat-tempat seperti Kiribati, Samoa Amerika dan Samoa Barat, Fiji, Vanuatu dan Nauru. Begitulah halnya di Kepulauan Solomon.
Afrika
Banyak hal dapat dikatakan mengenai benua yang besar dan beragam segi ini. Kita mempunyai contoh-contoh legioner Uganda yang memiliki Buku Pegangan Legio dan Tessera yang diterjemahkan ke dalam 9 bahasa yang paling banyak digunakan di negeri ini. Juga tentang berkunjung ke penjara-penjara pria dan wanita dan mendirikan praesidia dan curiae Legio di dalam penjara, serta membentuk Legio di asrama-asrama tingkat dua dan tiga, di kalangan polisi dan staf rumah sakit. Kita mempunyai contoh-contoh karya kerasulan mengagumkan yang dijalankan oleh para legioner di Republik Demokratik Kongo, Angola, Burundi juga ketika negeri-negeri ini sangat menderita akibat perang. Kita dengan sendirinya teringat pada genosida tragis yang terjadi di Rwanda. Beberapa tahun kemudian, seorang Pastor Irlandia, yang berkunjung sebagai bagian dari delegasi internasional, melaporkan bahwa ketika dia berkunjung ke salah satu penjara, pemerintah spontan mengakui jika saja bukan Legio Maria yang bekerja di antara para tahanan, tentu telah terjadi penganiyaan yang luar biasa. Sampai sekarang para legioner negeri itu giat menangani post-effects dari masa tragis tersebut.
Terbuka kemungkinan untuk berbuat lebih banyak di sejumlah negeri, tetapi juga terdapat potensi besar.
Asia
Secara geografis Asia adalah benua terbesar, dan dihuni oleh hampir dua pertiga penduduk bumi. Asia juga adalah tempat kelahiran semua agama besar dunia, dan rumah bagi banyak kebudayaan dan peradaban tua yang kaya. Wilayahnya yang maha luas membentang dari Indonesia yang iklimnya selalu panas sampai ke Siberia yang sangat dingin. Banyak karya telah dilaksanakan oleh para legioner dari Jerman dan Austria yang memperkenalkan Legio ke Siberia dan Kazakhstan, dan oleh Bernardo de Nardo ke Georgia dan Armenia. Terdapat benih-benih kecil di kalangan komunitas-komunitas Katolik baru, dan yang dalam perjalanan waktu, bila dikehendaki Allah, akan bertumbuh dan berkembang lebih lanjut. Untuk pertama kalinya perutusan legioner dari Tanah Suci hadir dalam Kongres Ekaristi di Dublin tahun yang lalu, dan berkunjung ke Konsilium. Di negeri-negeri lain di Timur Tengah kaum migran telah mendirikan Legio di kalangan komunitas India, Filipina dan Korea. Para legioner ini seringkali harus berkorban besar untuk menghadiri Misa, pertemuan Legio dan karya kerasulan pada satu-satunya hari bebas yang mereka peroleh.
Korea Selatan mempunyai kehadiran Legio yang sangat besar pada tingkat paroki, tidak saja praesidia melainkan juga curiae dan terkadang juga comitia. Satu laporan bercerita mengenai 97 praesidia di satu paroki. Karya pelayanan di kalangan para katekumen sangat menonjol.
Di India terdapat 100.000 legioner. Namun jumlah ini terlalu kecil dibandingkan dengan besarnya jumlah penduduk negeri itu. Para legioner sangat baik hubungannya dengan tetangga-tetangga Hindu dan Muslim. Vietnam adalah salah satu wilayah lainnya di mana Legio sangat aktif. Satu laporan mengisahkan para legioner yang mengunjungi daerah pegunungan dengan naik motor untuk mendirikan Legio di situ. Ternyata mereka menemukan curia yang sudah 25 tahun hadir tanpa diketahui keluar. Umat Katolik di Vietnam meliputi 13% dari keseluruhan penduduk negeri itu.
Filipina merupakan sebuah wilayah lainnya dengan legioner dalam jumlah besar. Upaya-upaya kerasulan membawa mereka mengunjungi rumah-rumah, rumah sakit, penjara, barrios, pasar, stasiun-stasiun bis dan kereta api, menolong anak-anak jalanan dan orang-orang yang terperangkap dalam prostitusi, narkoba dan minuman keras.
Di Indonesia terdapat dua Senatus: Senatus “Sinar Bunda Karmel” Malang, dengan wilayah karya meliputi Jawa Tengah ke Timur sampai Papua, dan Senatus Jakarta, dengan wilayah kerja bagian Indonesia yang tersisa (Jabar-DKI-Banten-Kalimantan-Sumatera). Senatus Malang diresmikan pada 5 Juli 1964 oleh Sr. Joaquina Lucas, utusan Konsilium dari Dublin. Senatus Malang kini mengasuh 3 Regia (Maumere, Kupang dan Semarang), 3 Komisium (Surabaya, Manado dan Makassar), 10 Kuria, dan 2 Pra-Kuria (Timika, Ambon). Senatus Malang mempunyai anggota aktif tercatat 24.425; sedangkan anggota auksilier diperkirakan berjumlah dua kali lipat anggota aktif.
Sistem Keorganisasian dan Keanggotaan
Organisasi Legio Maria mengambil model Tentara Romawi mulai dari presidium sebagai unitnya yang terkecil, dan dari sini bergerak ke atas. Presidium adalah satu kelompok yang biasanya terdiri dari 4-20 anggota, yang bertemu di parokinya setiap minggu. Kuria adalah tingkat berikutnya, dan satu Kuria mengawasi beberapa Presidium. Tingkat berikutnya adalah Komisium, yang bertanggungjawab atas beberapa Kuria, biasanya di sebuah wilayah seperti kotamadya atau sebagian dari sebuah propinsi. Tingkat berikutnya adalah Regia, yang bertanggungjawab atas daerah-daerah yang lebih luas seperti sebuah propinsi atau negara bagian (di Amerika Serikat dan Brazil). Senatus adalah tingkat tertinggi berikutnya. Senatus bertugas mengontrol Regia-Regia dalam sebuah wilayah yang sangat luas, biasanya sebuah negara atau daerah yang sangat luas. Konsilium adalah tingkat yang tertinggi, berkedudukan di Dublin, Irlandia, dan memimpin seluruh Legio.
Setiap tingkat Legio Maria mempunyai perwira yang sama: Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, dan Bendahara, serta Pemimpin Rohani. Pemimpin Rohani haruslah seorang imam atau religius. Semua tugas lainnya dipegang oleh awam pria atau wanita.
Keanggotaan terbuka bagi semua orang yang dibaptis Katolik. Setelah mengunjungi presidium beberapa kali, seseorang dapat bergabung sebagai anggota masa percobaan. Keanggotaan percobaan ini berlangsung tiga bulan. Setelah itu dia harus memutuskan apakah ia mau bergabung sebagai anggota aktif permanen. Selama masa percobaan, anggota percobaan belajar mengenai sistem legio dengan membaca Buku Pegangan Legio Maria dan karya-karya aktifnya dengan mendengar laporan tentang karya-karya yang dijalankan sesama legioner. Pada akhir masa percobaan, anggota mengucapkan sumpah “Janji Legio”, suatu ikrar setia kepada Roh Kudus dan kepada Maria, sebagai syarat menjadi anggota aktif tetap. Keanggotaan dalam Legio Maria pada hakekatnya didasarkan pada disiplin dan komitmen. Para anggota mengabdikan waktu dan doa mereka untuk intensi-intensi Maria, Bunda Allah. Anggota dapat berhenti dari Legio dengan memberitahu Ketua presidiumnya.
Dibedakan beberapa macam anggota, sebagai berikut:
Anggota Aktif: Mereka secara teratur mengikuti pertemuan-pertemuan mingguan presidium mereka dan setiap hari mendoakan doa Legio, Catena Legionis, yang pada hakekatnya terdiri dari Magnificat dan beberapa doa singkat. Peran utama mereka terletak pada kerasulan aktif untuk Legio dan Gereja. Anggota aktif di bawah usia 18 tahun tidak diperkenankan mengucapkan “Janji Legio” sampai mereka genap berusia 18 tahun. Para anggota usia 18 tahun ke bawah dicatat sebagai anggota yunior. Mereka dapat memegang tugas mana pun kecuali Ketua dalam presidium mereka. Di atas tingkat presidium, tiada yunior yang boleh berfungsi sebagai perwira.
Anggota Auksilier: Mereka mendukung Legio melalui doa mereka. Mereka mendoakan seluruh buku kecil doa-doa Legio, Tessera, setiap hari. Tessera terdiri dari Doa pembuka, doa-doa kepada Roh Kudus, Rosario, Catena, dan doa-doa penutup Tessera.
Pretorian: Ini adalah tingkat lebih tinggi anggota aktif. Sebagai tambahan pada tugas-tugas mereka sebagai anggota aktif, para Pretorian berdoa Rosario, Ofisi Ilahi dan menghadiri Misa Kudus setiap hari.
Ajutor: Ini level lebih tinggi anggota auksilier. Para Ajutor mendoakan doa Ofisi Ilahi dan menghadiri Misa Kudus setiap hari, sebagai tambahan.
Para Pretorian dan Ajutor tidak memiliki status lebih tinggi atau pangkat lebih tinggi di dalam sistem Legio. Tingkat-tingkat ini hanya merupakan hasrat untuk kehidupan yang lebih berbakti, dan bukan untuk status lebih tinggi. Memasuki tingkat ini dilaksanakan dengan mencatatkan pada daftar Pretorian/Ajutor dan selanjutnya memenuhi tugas-tugas mereka.
Rapat-Rapat Legio
Altar Legio Maria
Presidium Legio normalnya berapat seminggu sekali, organ-organ yang lebih besar biasanya sebulan sekali atau bahkan pada kesempatan-kesempatan yang lebih jarang.
Untuk setiap sidang, Altar Legio disiapkan. Altar ini terdiri dari patung Perawan Maria (yang ditampilkan sebagai wanita dengan pakaian sederhana, rendah hati, murni dan saleh berdiri di atas bola bumi, kedua tangannya terentang, meremukkan ular dengan kakinya). Patung tersebut ditempatkan di atas kain meja berwarna putih bertuliskan “Legio Maria”. Pada kedua sisi patung diletakkan dua vas dengan bunga, seringkali bunga ros (bunga yang dikaitkan dengan Maria). Pada kedua ujung depan kain berdiri dua tempat lilin dengan lilin bernyala. Pada sisi kanan Maria, diletakkan veksilum Legio (panji Legio). Panji ini terbuat dari logam dan batu akik, dan menunjukkan Roh Kudus dalam bentuk burung merpati, serta Medali Ajaib.
Dalam rapat-rapat semua doa Tessera diucapkan. Sidang-sidang dibuka dengan doa-doa pembukaan kepada Roh Kudus dan Maria. Ini meliputi lima puluhan Rosario. Acara sidang selanjutnya berupa bacaan rohani dan perkara-perkara administratf. Setiap anggota mengisahkan secara singkat bagaimana ia telah melaksanakan tugas-tugas yang dipercayakan kepadanya pada sidang sebelumnya. Mereka juga mendiskusikan dan/atau membaca sebuah bab dari Buku Pegangan Legio. Selanjutnya Pemimpin Rohani atau (jika dia tidak hadir) Ketua menyampaikan homili singkat mengenai hal-hal rohani (allocutio). Akhirnya, tugas-tugas baru untuk legioner dibagikan. Setiap rapat diakhiri dengan doa penutup Tessera serta doa untuk beatifikasi Frank Duff.
Spiritualitas
Spiritualitas Legio Maria pada hakekatnya berlandaskan pendekatan St. Louis-Marie Grignon de Montford sebagaimana dilaporkan dalam bukunya Devosi Sejati Kepada Maria. Grignon de Mortford mempromosikan “pengabdian total” kepada Kristus melalui devosi kepada Santa Perawan Maria, yang kemudian juga mempengaruhi para Paus seperti Johannes Paulus II, sebagaimana disebutnya dalam Surat Apostolik beliau Rosarium Virginis Mariae.
Unsur penting lainnya yang membentuk spiritualitas Legio, devosi Frank Duff kepada Roh Kudus. Dia mempromosikan adorasi tiga pribadi Tritunggal Maha Kudus melalui Perawan Maria, hal yang dalam devosi populer sering diabaikan. Frank Duff melihat Perawan Maria sebagai “gambar kelihatan” dari Roh. Itulah sebabnya mengapa doa-doa pembukaan dan Janji Legio ditujukan kepada Roh Kudus dan vexillium Legionis membawa gambar-Nya dalam bentuk seekor burung merpati.
Tujuan hakiki Legio Maria adalah penyucian para anggotanya melalui doa, sakramen-sakramen dan devosi kepada Maria dan Trinitas, dan penyucian seluruh dunia melalui kerasulan Legio.
Gagasan sebuah organisasi di mana kaum awam biasa dalam segala situasi hidup bekerja untuk penyucian diri mereka sendiri dan untuk pertobatan dunia sungguh merupakan terobosan awal pada zamannya. Baru ketika Konsili Vatikan II (1962-1965) mempromosikan gagasan-gagasan sedemikian dalam dokumen-dokumennya, pendekatan seperti itu mendapatkan penerimaan lebih luas dalam Gereja Katolik.
Tema Konfernas dalam Konteks Visi-Misi KAMS
Sebagaimana sudah disinggung pada bagian introduksi di awal tulisan ini, kita berharap penyelenggaraan Konfernas Legio Maria di Makassar, 6-8 September yang akan datang, sungguh merupakan kairos, waktu yang tampan dalam memperkokoh motivasi untuk menindaklanjuti visi-misi hasil Sinode Diosesan Gereja lokal KAMS 2012. Sebab “semangat Legio Maria adalah semangat Maria sendiri” (Buku Pegangan Legio Maria, Malang 1999:13). “Suri teladan yang sempurna bagi hidup rohani dan hidup merasul itu ialah Santa Perawan Maria, Ratu Para Rasul. Selama di dunia ia menjalani hidup kebanyakan orang, penuh kesibukan keluarga dan jerih payah, tetapi selalu mesra bersatu dengan Putera-Nya, dengan cara yang sangat istimewa ia bekerja sama dengan karya Sang Penyelamat…. Hendaknya semua saja penuh khidmat berbakti kepadanya, dan menyerahkan hidup serta kerasulan mereka kepada perhatiannya yang penuh rasa keibuan” (AA,4; dikutip dalam Buku Pegangan, ibid). Sinode Diosesan KAMS ditutup pada 31 Mei 2012, pesta SP Maria Mengunjungi Elisabet. Sinode tersebut menemukan visi: GEREJA YANG MELAYANI. Dengan pesta Maria Mengunjungi Elisabet, Tuhan mau mengingatkan Gereja lokal ini untuk meneladan spiritualitas kepelayanan Maria.
Adapun tema Konfernas Legio Maria kali ini ialah “LEGIO MARIA DAN TUGAS KATEKESE IMAN”. Tentu tema ini ada kaitannya dengan “Tahun Iman” yang sedang berlangsung. Memang peran KATEKESE dalam pengembangan hidup beriman umat sangatlah penting. Sadar akan pentingnya tugas tersebut, pada Sidang Tahunan KWI tahun 2011, para Uskup menyelenggarakan hari studi tentang katekese. Hasilnya kemudian disampaikan kepada Gereja Indonesia dengan judul “Pesan Pastoral Sidang KWI 2011 tentang Katekese”. Sedangkan PKKI X (Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia ke-10), yang berlangsung di Cisarua, 10-16 September 2012, mengambil tema “KATEKESE DI ERA DIGITAL”. Sesuai dengan tema, Konfernas Legio Maria yang akan datang kiranya akan berfokus pada pembahasan tentang tugas katekese iman. Dan tema ini langsung berkaitan dengan misi pertama hasil Sinode Diosesan KAMS, tentang Re-evangelisasi. Baiklah kita catat di sini apa yang pernah dikatakan Paus Benediktus XVI, bahwa masa depan Gereja ada pada berbagai Gerakan (yang lahir dalam Gereja).
Mari kita dukung Konfernas Legio Maria ini semoga sukses, “demi kemuliaan Tuhan… dan kebahagiaan manusia” (LG,17; AG,9).
Makassar, Medio Juni 2013
+ John Liku-Ada’
Sumber:
1. Buku Pegangan Legio Maria, diterjemahkan dari Bahasa Inggeris Edisi 1993, direvisi oleh Team Senatus Malang, (Malang, 1999).
2. Sile Ni Chochlain, President of the Legion of Mary, “Address at (50th International Eucharistic) Congress; World Wide View of Legion of Mary, IEC 16th June 2012”, dlm Majalah: Maria Legionis; The Voice of the Legion of Mary, edition 4 of 2012: 6-11.
3. Info dari Catholic Lay Society Marian Devotional Society, Dublin, Irlandia.
4. Info dari Legio Maria Senatus Malang, 9 Juni 2013.
5. G. van Schie, CICM, Gereja Katolik di Tana Toraja dan Luwu; Sejarah tentang Awal Perkembangannya, (Jakarta, 2000): passim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar