Tahun Rahmat Tuhan telah tiba. Seiring dengan berjalannya waktu, dan karena kasih karunia Allah, kita boleh menapaki hari-hari hidup, karya dan pelayanan, untuk menanggapi panggilan Allah. Sejarah telah membuktikan bahwa sungguhpun mengalami lika-liku, cobaan, suka dan duka datang silih berganti, namun Societas Jesus Maria Joseph tetap eksis dalam karya dan pelayanan sehingga boleh merayakan 190 tahun berdirinya Societas JMJ (1822), 50 tahun otonom sebagai Provinsi Indonesia (1962) serta Lustrum I Provinsi Makassar, setelah 5 tahun Provinsi JMJ Indonesia dimekarkan menjadi 3 Provinsi, yakni Provinsi Jakarta, Provinsi Makassar, Provinsi Manado.
Berawal dari cita-cita Pater Mathias Wolff SJ untuk memperbaiki situasi masyarakat Belanda yang mengalami kemerosotan pada awal abad ke-19, khususnya pendidikan yang diakibatkan oleh situasi status sosial ekonomi masyarakat yang sangat memprihatinkan terutama gadis-gadis yang tidak mendapat kesempatan mengecap pendidikan, maka pada 29 Juli 1822 didirikan Societas suster-suster JMJ di negeri Belanda yang tahun ini berusia 190 tahun.
Pater Mathias Wolff merumuskan visinya: mendambakan terciptanya langit dan bumi baru serta solidaritas terhadap dunia. Dan untuk mencapai visinya ini, diisyaratkan kepada para anggota JMJ yaitu Kesiapsediaan apostolik dan ketaatan yang keluar dari kebebasan hati untuk melakukan kehendak Allah. Dengan demikian, mampu untuk hidup dan berkarya dengan memberi diri untuk membahagiakan orang lain.
Ketika melihat dan merefleksikan perjalanan sejarah perjuangan para pendahulu JMJ yaitu suster-suster dari Belanda dalam karya misionernya sampai ke tanah air kita Indonesia sungguh menjadi sumber motivasi serta inspirasi bagi para suster JMJ khususnya dan umat Allah pada umumnya.
Pertama kali menginjakkan kakinya di bumi Indonesia pada 17 Juli 1898, merupakan suatu perjuangan yang tidak mudah dan pengorbanan yang luar biasa ketika harus meninggalkan kenyamanan dan kemakmuran negaranya untuk datang ke suatu tempat yang sama sekali tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Dengan kekuatan Kristus dan didorong oleh semangat pendiri, sejak awal para pendahulu siap dan berani untuk menghadapi tantangan dan kesulitan.
Waktu tidak terasa bergulir dengan cepat. Kekhasan JMJ yang siap sedia dan peka untuk membaca dan menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman, merupakan suatu pedoman untuk pengembangan karya kerasulan para suster. Satu hal konkrit untuk JMJ di Indonesia yaitu pada tahun 1962, mengambil langkah yang cukup berani untuk masa depan, memutuskan untuk mulai mengelola Societas JMJ Indonesia secara otonom yang sebelumnya berpusat di Belanda. Tanpa disadari bahwa tahun ini juga Kepemimpinan Societas JMJ Indonesia merayakan 50 tahun berdiri secara otonom.
Selanjutnya seiring dengan pertambahan jumlah anggota dan luasnya wilayah karya para suster di Indonesia serta demi intensifnya pembinaan kepada setiap anggota Societas menjadi suatu motivasi dimana pada 31 Juli 2007 Kepemimpinan Societas Indonesia dimekarkan menjadi 3 wialayah yaitu: Makassar, Jakarta dan Manado dengan pengelolaan karya dan hidup para suster secara mandiri. Momen yang bersejarah ini kita rayakan pada 31 Juli 2012 sebagai Lustrum yang pertama Societas JMJ Indonesia dimekarkan menjadi 3 wilayah.
Suatu tonggak sejarah yang penting bagi keluarga besar Societas JMJ pada umumnya dan Societas JMJ Provinsi Makassar pada khususnya untuk berefleksi kembali tentang maksud dan tujuan tatkala Societas JMJ didirikan serta perjalanan sejarah karya JMJ sejak berdirinya sampai ke bumi Indonesia, yang serentak juga mendorong para suster JMJ untuk senantiasa menyegarkan dan memberi makna dalam pemberian diri bagi hidup pelayanan demi membahagiakan orang lain.
Momen-momen penting inilah menjadi alasan untuk kita bersyukur, berefleksi dan serentak itu pula bersyukur bahwa perjalanan karya yang sungguh menumbuhkan rasa bangga dan kagum atas penyelenggaraan Tuhan, juga kami menyadari bahwa ada begitu banyak tangan-tangan kasih yang turut berperan bersama kami membangun dunia baru, dunia kepunyaan Tuhan.
Karena itu penghargaan dan rasa terima kasih kepada para pendahulu yang telah menanamkan semangat perjuangan dan pengorbanan yang sungguh menjadi sumber kekuatan dan inspirasi bagi para anggota JMJ di zaman ini. Kepada Hirarki gereja, pemerintah dan masyarakat serta mitra dan pemerhati JMJ yang dengan cara dan bentuknya masing-masing telah mengambil bagian dalam rangka mendukung, mendoakan perkembangan karya dan kelestarian semangat pendiri kami untuk selalu siap sedia melayani sesama.
Berbagai kegiatan dalam rangka memaknai perayaan tersebut dilaksanakan di provinsi masing-masing yaitu, Manado, Jakarta dan Makassar. Dan sebagai puncak acara dilaksanakan selama 2 hari yaitu tgl. 30-31 Juli 2012 yang dipusatkan di provinsi Makassar tepatnya di Kompleks Persekolahan Bumi Rajawali.
Perayaan tersebut dihadiri oleh Pemimpin Umum Soc. JMJ, Sr. Theresia Supriyati, Anggota Dewan Pimpinan Umum Sr. Showri Tresa, Para Provinsial: Sr. Justien Tiwow (Provinsial Manado), Sr. Lusia Tolok (Provinsial Jakarta) dan Sr. Jeanette Runtu (Provisial Makassar yang baru terpilih 26 Juli 2012), serta para suster yang datang dari Belanda, Ghana, Jakarta dan Manado bersama para suster serta tamu undangan lainnya yang berasal dari Sulawesi Selatan, Barat dan dari NTT.
Dengan sukacita dan rasa syukur kami mengungkapkan kegembiraan, dan terima kasih atas anugerah Tuhan untuk usia 190 tahun berdirinya Societas JMJ, 50 tahun sebagai provinsi Indonesia dan Perayaan Lustrum yang pertama sebagai provinsi Makassar, maka pada 30 September 2012, dibantu oleh seniman kita bapak Santonio dari “The Winner Platinum” Surabaya dikemas visualisasi sejarah yang merupakan kilas balik dari dari kurun waktu itu, dalam mengemban tugas pelayanan di bidang pendidikan, kesehatan dan sosial pastoral, dengan segala suka-duka, manis-pahit dan pasang surut yang silih berganti dalam bentuk seni, drama, musik dan tari dengan judul: ‘BE WISH, BE HOPE AND BE REAL” yang disaksikan oleh + 2500 penonton.
Selanjutnya pada 31 Juli 2012, perayaan ekaristi mulia yang dipimpin oleh Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Makassar, Pastor Ernesto Amigleo, CICM. Dalam kotbahnya kita diajak untuk mengagungkan Tuhan atas moment historis ini. Peristiwa luar biasa ini menjadi tonggak harapan masa depan Societas untuk melangkah maju mengambil bagian dalam karya pelayanan Gereja semesta.
Dijiwai oleh semangat Kristus dan Pendiri Societas para suster JMJ tersebar di seluruh dunia. Pada tahun 1898, suster perintis dari Belanda tiba di Manado dan pada tahun 1927 ada 7 suster perintis dari Belanda yang tiba di Makassar, mereka mendirikan biara yang kita kenal adalah biara Rajawali, dan mereka juga langsung menanggapi kebutuhan gereja dan masyarakat waktu itu dengan membuka sekolah katolik yang kita kenal dan banggakan adalah sekolah Rajawali. Dan untuk menjawab kebutuhan dan tuntutan zaman pada tahun 1939 mendirikan sebuah Rumah Sakit yang kita kenal dengan nama RS Stella Maris. Nama Stella Maris mengandung dua arti yaitu: karena letaknya tepat di tepi pantai dan pedoman/arah para nelayan pada malam gelap. Dalam perjalanan waktu kedua karya itu yang mendapat apresiasi yang tinggi di kalangan gereja dan masyarakat sehingga cepat berkembang sampai di pelosok Keuskupan Agung Makassar seperti, Toraja, Mesawa, Palopo, Kendari dan Raha.
Semoga semangat hidup dan daya juang Pater Mathias Wolff, SJ tetap terpatri dalam jiwa para suster JMJ serta semua orang yang terlibat dalam karya pelayanan.*** Penulis: Sr. Theresia Tulung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar