Kedamaian yang sejati hanya ada di dalam keluarga kita sendiri
Rangkaian kegiatan acara Hari Keluarga (Harga) dimulai dengan Misa Jumat Pertama, 3 Agustus 2012 yang dipimpin oleh Pastor Benediktus Pangkey, MSC (Pastor Paroki Mamajang) dan Pastor Felix Amias, MSC (Pastor Paroki Saluampak), dan dilanjutkan dengan Adorasi Sakramen Mahakudus. Setelah itu umat semua ke Aula paroki St. Fransiskus Assisi dan beramai-ramai menikmati ubi dan pisang goreng yang telah disediakan panitia. Dilanjutkan dengan sarasehan keluarga, diberikan gambaran secara umum oleh Pastor Benediktus Pangkey, MSC dan didampingi oleh Pastor Felix Amias, MSC tentang bagaimana keluarga kita adalah gereja kecil dan menjadi pembawa berkat sukacita kepada sesama.
Pastor Benediktus Pangkey, MSC mengatakan bahwa beliau bukanlah ahli dalam hal berkeluarga, karena selama ini hanya teorilah yang beliau baca, praktek yang sebenarnya itu ada pada kami para peserta sarasehan ini, tapi tidak ada yang mustahil bagi Tuhan untuk terjadi, jika kita sebagai satu keluarga ingin dan mau menjadikan keluarga kita masing-masing sebagai suatu gereja kecil (ecclesia domestica). Pada kesempatan ini juga, ada sesi tanya jawab dimana umat boleh menanyakan hal-hal mengenai masalah-masalah yang biasa dijumpai dalam keluarga dan kaitannya dengan hukum gereja.
Ada satu pernyataan yang amat indah dari Pastor Benediktus Pangkey, MSC, yaitu janganlah kita hanya menyediakan “house” bagi keluarga kita, tapi hendaknya di dalam “house” itu semua anggota keluarga harus merasa “at home”, yang artinya: apalah gunanya rumah megah dan mewah serta fasilitas yang lengkap, jika tiada kebersamaan dan kedamaian di dalam rumah itu (tentu akan lebih bagus lagi jika “house” kita juga mewah dan lengkap, serta ada “home” yang hangat dalam “house” itu, hahaha..). Saya jadi teringat dengan film keluarga yang pernah tayang di TVRI dulu, setiap hari Minggu siang jam 2, yaitu: “Little House on The Prairie”, di mana ada Pa, Ma, Marry, Laura dan Carrie di rumah (house) mereka yang begitu sederhana, namun ada kebahagiaan, kedamaian dan ketentraman (home) yang begitu nyata. Selain itu juga film “Keluarga Cemara”, ada Abah, Emak dan Cemara yang menyajikan hubungan keluarga yang begitu akrab dan damai. Tidak mudah memang mengubah sebuah “house” menjadi “home” yang nyaman bagi seluruh anggota keluarga kita, tapi sepanjang ada niat dan usaha serta doa dari kita sebagai keluarga dalam “house” itu, sekali lagi ditekankan bahwa tidak ada yang tidak mungkin dalam nama Tuhan, “home” yang nyaman dan damai bisa kita ciptakan dalam keluarga kita masing-masing.
Kegiatan acara “Harga KAMS” dilanjutkan pada Sabtu, 4 Agustus 2012, dengan mengadakan kuis kitab suci dengan dihadiri oleh utusan-utusan dari paroki-paroki. Panitia sedikit kecewa karena jumlah peserta kuis ini jauh di bawah jumlah peserta yang kami harapkan, tapi puji Tuhan, acara ini berjalan dengan lancar hingga selesai, dan juara kuis kitab suci ini diraih Paroki Tello.
Puncak acara peringatan Hari Keluarga KAMS ini dirayakan pada Minggu, 5 Agustus 2012, yaitu dengan diadakannya misa keluarga yang dipimpin oleh Pastor Paroki St. Fransiskus Assisi, Pastor Victor Patabang, Pr. Beliau juga kembali mengingatkan betapa pentingnya arti dari sebuah keluarga, dan bagaimana besarnya peran sebuah keluarga di dalam satu lingkungan atau gereja, dan kotbah yang beliau bawakan sungguh mengena dengan peringatan hari keluarga ini, yaitu bagaimana selama ini kita lebih banyak disibukkan dengan hal-hal yang hanya bersifat duniawi, kita lebih banyak mengisi kehidupan keluarga kita dengan roti duniawi, tapi roti rohani keluarga kita masih kosong. Tapi tidak pernah ada kata terlambat untuk mulai membenahi keluarga kita dan membuat kehidupan berkeluarga kita menjadi semakin bahagia, sehingga keluarga kita bisa juga menjadi pembawa damai dan berkat bagi orang di sekitar kita...
Setelah misa, acara dilanjutkan dengan lomba-lomba yang seru dan memang bertujuan untuk lebih mengakrabkan dan melatih kekompakan keluarga. Diawali dengan lomba Bakiak Keluarga, yang pesertanya harus satu keluarga inti yaitu Bapak, Ibu dan 2 anak. Heboh, penuh tawa dan sorakan dari penonton membuat acara lomba bakiak ini menjadi lomba pembukaan yang amat seru. Ada 2 babak dalam lomba ini, di mana tiap babak ada 3 peserta, lalu pemenang 1 dan 2 dari masing-masing babak kembali berlomba untuk memperebutkan juara 1, 2 dan 3, dan sebagai pemenang dalam lomba ini adalah Paroki Katedral, disusul Paroki Andalas dan Paroki Mamajang. Selamat!
Lanjut dengan perlombaan kedua, Balon Berpasangan, yaitu lomba menari berpasangan dengan meletakkan balon di antara dahi peserta, yang pesertanya boleh Bapak dan Ibu, boleh Bapak dengan anak, atau Ibu dengan anak, Opa/Oma dengan cucu, atau anak dengan anak (bersaudara), yang jelas harus keluarga satu garis lurus. Yang keluar sebagai pemenang dalam lomba ini kembali diraih Paroki Katedral, lalu Paroki Kare, dan juara III adalah Paroki Assisi.
Setelah 2 lomba berturut-turut, acara jeda sejenak untuk menikmati penampilan tari Poco-Poco yang disajikan oleh ibu-ibu WK Assisi. Peserta dibuat kagum dan terpesona dengan kekompakan, kelincahan, dan keindahan tari yang mereka bawakan. Teriknya matahari yang lumayan panas tidak menyurutkan semangat mereka dalam menyuguhkan tarian Poco-Poco, tidak sadar peserta yang hadir semua ikut bergoyang-goyang di tempat mengikuti tarian ibu-ibu WK, dan sebagai kebanggaan buat Paroki tuan rumah, ibu-ibu WK Assisi juara II loh di perlombaan tari Poco-Poco WKRI se-Kevikepan Makassar!
Acara dilanjutkan di Aula dengan mengadakan Lomba Bapak Merias Ibu, dan ternyata ada banyak bapak-bapak yang mempunyai bakat terpendam dalam hal rias merias wajah ini, terbukti dengan hasil para ibu-ibu (istri) yang cantik-cantik setelah dirias oleh para bapak, sehingga juri pada lomba ini lumayan sulit untuk menentukan juaranya, karena hasilnya cantik-cantik semua. Tetapi sudah ada kriteria-kriteria tertentu yang telah ditetapkan oleh juri sejak awal lomba sehingga akhirnya didapat pemenang lomba ini adalah peserta dari Paroki Andalas, lalu Paroki Katedral dan Paroki Sungguminasa.
Lomba berikutnya adalah lomba yang paling seru sekaligus sebagai lomba penutup dalam rangkaian acara peringatan Hari Keluarga ini, yaitu Lomba Rebut Kursi, lomba yang biasanya diadakan di pesta-pesta ulang tahun anak-anak ini ternyata menjadi lomba favorit bagi para peserta. Heboh dan lucu juga melihat bagaimana para bapak dan ibu yang menjadi peserta rebut kursi ini, ternyata para bapak dan ibu peserta lomba ini tidak kalah heboh dari anak-anak. Di balik wajah-wajah serius para bapak dan ibu kita ternyata tetap ada tersimpan rasa humor yang tinggi, lucu dan amat menghibur kita semua. Setelah melalui beberapa putaran yang amat seru, akhirnya pemenang lomba berhasil didapatkan, yaitu pemenang I diraih Paroki Kare, lalu Paroki Tello dan juara III kembali diraih Paroki Assisi.
Akhirnya kemeriahan peringatan acara Hari Keluarga KAMS ini ditutup dengan penyerahan hadiah kepada para pemenang lomba. Hadiah berupa kompor gas, rice cooker dan kipas angin, ada juga hadiah-hadiah hiburan berupa baju kaos. Acara penutup dengan penyerahan piala bergilir Komisi Keluarga KAMS yang disumbangkan oleh Bapak Julius Yunus Tedja, dan tahun ini sebagai juara umum diraih Paroki Katedral.
Camp Wanita Bijak Katolik
Camp Wanita Bijak Katolik Angkatan Pertama di Makassar, dilaksanakan pada 6–8 Juli 2012 bertempat di Hotel Cokelat Makassar. Para peserta berasal dari paroki-paroki yang ada di Makassar, serta ada juga beberapa peserta dari luar kota, antara lain Baubau, Sinjai, Palopo, dan Toraja. Jumlah peserta Camp angkatan pertama sejumlah 68 peserta.
Apa sih Camp Wanita Bijak ini?
Banyak wanita yang memiliki kebutuhan untuk ditolong saat berada dalam krisis dan pergumulan batin dalam dirinya terutama dalam hal gender. Bersamaan dengan itu dampak atas gerakan yang mulai terjadi lewat pelayanan Camp Pria Sejati; para pria (suami) dipulihkan, di sisi lain para wanita (istri) butuh dipersiapkan untuk menerima proses pemulihan suami, dirinya sendiri dan tentunya keluarga/pernikahannya. Inilah yang menjadi dasar dan semangat untuk menjawab kebutuhan para wanita, sehingga Camp Wanita Bijak ini bertumbuh dan berkembang.
Adapun VISI dari Camp Wanita Bijak ini adalah: “Melalui Keunikannya Wanita Berfungsi dan Menjadi Teladan (Titus 2:3-7)”, lewat VISI ini akan melahirkan Wanita yang: Menerima Keunikan dan Keberhargaannya dengan benar, mengerti bagaimana Berfungsi sesuai dengan yang Tuhan inginkan, menjadi Teladan bagi wanita lain dan dapat bekerja sama dengan pria untuk membangun Kerajaan Allah di mana saja.
Sedangkan MISI yang dibawa adalah: “Membina Wanita dari berbagai kelompok usia untuk menjadi TELADAN bagi wanita lain”. Bagaimana MISI ini dilakukan? Yaitu dengan: Melakukan pembinaan (bentuk belajar bersama) untuk para wanita dalam bentuk: pra-camp, Camp, kelas pembinaan, dan berbagai kelompok pembinaan wanita, serta bekerja sama dengan pelayanan Pria Sejati atau bentuk pelayanan lainnya untuk menjangkau dan melayani wanita di berbagai kota di Indonesia. Lalu apakah WANITA BIJAK itu? Wanita Bijak adalah: “Wanita yang dapat menerapkan secara praktis kebenaran Firman Tuhan dalam kehidupannya sehari-hari, baik dalam keputusannya maupun tindakannya”.
Perjalanan kami mengikuti Camp Wanita Bijak Katolik angkatan pertama ini juga tidaklah mudah. Banyak pertimbangan dan halangan yang kami hadapi, terutama dari dalam hati kami sendiri, apakah betul kami sendiri yang mau dan sadar untuk berubah dan meninggalkan segala tingkah laku kami yang selama ini mungkin amat sangat membuat orang di sekitar kami tidak nyaman, tapi amat nyaman bagi kami sendiri. Belum lagi ada pekerjaan dan keluarga yang harus ditinggalkan selama 3 hari 2 malam, serta banyak godaan lainnya seperti lebih enak pergi berlibur dengan keluarga atau ke mal dengan teman-teman. Ada juga respons dari teman-teman yang mengatakan untuk apa dan apa gunanya ikut-ikut camp kayak itu, buang-buang waktu, pikiran dan uang saja.
Acara dimulai pada hari Rabu, 4 Juli 2012, pukul 18.00 Wita, dengan Pra-Camp yang diawali misa di Katedral Makassar yang dipimpin oleh Pastor Ignatius Bambang Sudaryanto, CICM. Setelah misa kami dibekali dengan pengarahan oleh para pembicara tentang apa dan bagaimana model Camp yang akan kami ikuti. Berlanjut di hari Jumat, 6 Juli 2012, pukul 08.00 pagi peserta diminta berkumpul di Hotel Cokelat untuk registrasi dan diatur sesuai dengan kelompok masing-masing. Tepat pkl. 10.00 Camp dimulai, diawali dengan doa dan pujian lalu masuk ke sesi-sesi yang pembicaranya adalah para ibu-ibu (Ibu Fanny, Ibu Lina, Ibu Sri, Ibu Yuli dan Ibu Niniek) dari Surabaya yang luar biasa talenta dan berkatnya. Begitu banyak pengalaman indah yang dibagikan kepada peserta, tentang bagaimana suka duka hidup mereka. Semakin mereka mau jauh dari Tuhan, semakin Tuhan merangkul mereka lewat cara-cara yang indah dan menjadikan mereka pelayan-Nya serta menjadi penyelamat bagi banyak wanita lain yang mungkin merasa bahwa hidup mereka adalah hidup yang tidak ada gunanya.
Banyak sekali hal positif yang didapatkan selama mengikuti Camp Wanita Bijak, sesi dan materi yang diberikan betul-betul mengena dan menyentuh hati. Peserta diajarkan banyak sekali hal yang bisa dilakukan untuk memperbaiki diri dan menjadi berkat bagi keluarga.
Camp Wanita Bijak Katolik berakhir pada hari Minggu, 8 Juli 2012. Bagian sesi terakhir yang begitu luar biasa indah dampaknya bagi para peserta, di mana mereka diingatkan bahwa ada suami dan anak-anak yang begitu mencintai mereka, dan menanti cinta untuk mereka, dan mereka bersedia mendukung untuk berubah menjadi wanita, istri dan ibu yang lebih baik lagi bagi mereka.
Retret Couples for Christ
Retret Couples for Christ (Pasangan untuk Kristus) diselenggarakan pada 24-26 Agustus 2012, di Paroki Santo Fransiskus Assisi KAMS.
Couples for Christ (CFC) adalah Komunitas Basis Keluarga Katolik, yang diakui dan diresmikan Tahta Suci Paus di Vatikan pada tahun 1999, dan pada tahun 2005 mendapatkan pengukuhan tetap sebagai Asosiasi Awam Internasional untuk Kaum Beriman (Tarekat Awam), dan adalah satu-satunya yang berasal dari Asia.
Pada 25 Juni 2009, CFC International berusia 28 tahun. Jika melihat ke belakang, maka kita takjub akan karya Tuhan. CFC bermula dari 16 pasangan Katolik di Manila, Filipina, pada tahun 1981. Sekarang telah berkembang menjadi sejumlah anggota yang berdedikasi. Saat ini CFC Global sudah berada di 160 Negara.
Dengan restu dari Uskup Agung Jakarta, CFC pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1990 dan medio 2009 ini sudah dikenal di 23 Keuskupan Indonesia. Di Indonesia, CFC dikenal juga dengan sebutan PASUKRIS (Pasangan Untuk Kristus).
Adapun VISI dari CFC ini adalah: “Keluarga dalam Roh Kudus memperbarui muka bumi”, dan MISI dari CFC adalah: “Utamanya memulai hubungan yang lebih baik dengan Allah melalui interaksi harmonis dalam kelurga sehari-hari. Dan dari keluarga yang harmonis, berbagai masalah sosial bermasyarakat dapat diperbaiki. Peduli pada si miskin”.
Ada 3 aspek yang langsung tampak dalam kegiatan-kegiatan CFC, yaitu:
1. Mengembangkan komunitas basis gereja, dengan keluarga sebagai unit terkecil berkumpul bersama-sama keluarga-keluarga lain dalam kelompok kecil, saling berinteraksi dan bertumbuh bersama dalam ajaran gereja.
2. Mengembangkan pelayanan keluarga seutuhnya yaitu dengan program yang khusus bagi setiap anggota keluarga: pasangan suami-istri (CFC), single parent (HOLD/SOLD), anak dewasa (SFC), anak remaja (YFC), dan anak-anak (KCF).
3. Memberdayakan umat awam agar semakin bertumbuh secara pribadi, dalam keluarga, semakin aktif hidup menggereja, dan melayani semua yaitu membawa Terang Kristus kepada keluarga-keluarga lainnya.
Program CFC ini bertujuan untuk lebih meningkatkan iman dengan agenda doa bersama setiap minggu, sama halnya dengan kita mengadakan doa rukun, tetapi lebih khusus dan khas, karena ada sesi saling mendoakan antar-anggota dan juga ada sharing kelompok. Dan di dalam program CFC ini, tidak terbatas hanya untuk kepada pasangan suami-istri saja, tetapi akan ada pembagian kelompok yang sesuai dengan keadaan kita masing-masing, ada khusus kelompok pasutri, ada kelompok khusus wanita mandiri (janda), ada khusus untuk pria mandiri (duda), dan ada juga khusus untuk para lajang (single).
Retret yang belum lama diadakan ini hanya merupakan dasar, di sana diberikan gambaran secara umum bagaimana situasi dunia yang semakin hari semakin menjauhkan kita dari hidup kristiani, sehingga kita perlu untuk tetap bersekutu dalam nama Tuhan dan setia menjalankan ajaran-Nya. Selama ini mungkin kita berpikir asal kita rajin ke gereja dan tidak berbuat jahat kepada orang lain itu sudah cukup, tetapi ternyata masih kurang sempurna, kita masih harus terus belajar dan menguatkan iman kita sendiri, dan kita juga perlu untuk “menarik” orang atau teman-teman kita yang hidupnya masih jauh dari Tuhan. Dalam hal ini, bukan berarti bahwa kita lebih pintar, lebih beriman, dan lebih hebat dari orang yang akan kita ajak untuk ikut, namun paling tidak kita sudah sadar duluan dan mau mengisi hidup kita dengan melayani Tuhan, tetapi apakah hal ini mudah? Ternyata sangat sulit, karena kita telanjur berada di zona nyaman dan merasa hidup kita sudah baik, kadang kita melayani dengan asal melayani, kita melayani tapi masih bersungut-sungut, kita melayani tapi kita sombong dan merasa diri jauh lebih hebat dibanding dengan saudara kita yang tidak melayani, kita melayani tetapi ada kepentingan yang ingin kita capai, kita rajin ke gereja tetapi jiwa kita sesungguhnya kosong, dan ke gereja hanya merupakan kewajiban belaka, begitu kita keluar dari gereja kita masih membicarakan keburukan orang lain, malah kadang saling memaki gara-gara persoalan sepele di tempat parkir, tetapi tidak pernah ada kata terlambat, kalau kita mau membuka diri dan pelan-pelan bersedia untuk mengubah diri menjadi lebih baik lagi, yakinlah dalam nama Tuhan tidak ada yang mustahil.
Ada begitu banyak hal indah yang kami dapatkan dari pelayanan teman-teman tim CFC Jakarta dan Yogyakarta, di mana mereka melayani dengan sepenuh hati (dengan membiayai sendiri dan meninggalkan pekerjaan mereka). Untuk itu, kami mengajak teman-teman agar juga mau dan bersedia ikut serta dalam program CFC/Pasukris ini. Mungkin hidup kita memang sudah baik adanya, tetapi tidak ada salahnya untuk mau bertumbuh dan membuat hidup kita menjadi lebih baik serta lebih berguna lagi bagi sesama. *** Penulis: Mariana Tamin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar