Selasa, 21 Desember 2010

Narasi SAGKI 2010: Perjuanganku sebagai Pengikut Yesus dalam Budaya Dayak

Saya dilahirkan di kota Sintang, sebuah kabupaten dalam wilayah Propinsi Kalimantan Barat, yang penduduk aslinya Suku Dayak. Pertemuan pertamaku dengan Yesus terjadi kala aku berusia tiga bulan dan dipermandikan di Gereja Katedral Kristus Raja Sintang.

Ayahku berstatus Pegawai Negeri Sipil. Kami hidup dalam lingkungan keluarga sederhana. Sebagai anak, kami dibesarkan oleh kedua orang tuaku dalam tradisi agama Katolik dan adat istiadat Dayak (Kantuk dan Kayan). Selama dalam proses pendidikan dalam keluarga kami merajut keterpaduan antara ajaran Yesus Kristus dalam Gereja Katolik dan adat istiadat kami.

Kala masih kecil sebagai orang Dayak saya tinggal di hulu Sungai Kapuas. Berenang bersama ikan-ikan kecil bukan masalah baru. Saya sudah akrab hidup dan bergaul dengan alam bebas. Berladang, bercocok tanam, mencari tetumbuhan di hutan dan berburu termasuk bagian hidup tradisional masyarakat Dayak. Obat-obatan diramu dari akar, batang dan daun tetumbuhan. Kesatuan hidup dengan alam sangat terasa dan tak tersangkalkan.

Titik awal perjumpaanku sebagai orang Dayak dengan Yesus kualami melalui kehadiran kedua orang tuaku yang selalu menyadarkanku sebagai orang Katolik, murid Yesus Kristus. Cara hidup mereka di dalam keluarga dan tempat kerja menunjukkan keterpaduaan serasi antara kebudayaan Dayak dan iman kekristenan.

Selama mengenyam pendidikan di sekolah Katolik ini aku mengalami bahwa sosok Yesus benar-benar hadir dan membawa berkah dalam hidupku. Kehadiran seorang bruder yang penuh kepekaan akan kesulitan hidup mencerminkan kehadiran Yesus di tengah-tengah hidupku. Yesus telah memberikan semua kemudahan pada waktu kami harus mengatasi seluruh tantangan dan kesulitan hidup.

Titik awal perjumpaanku dengan Yesus melalui orang tua, dunia pendidikan formal dan lingkungan hidup. Perjumpaan ini mengubah isi hidupku sebagai pengikut-Nya.

Setelah merasakan kehadiran Yesus dalam diriku aku terus terpacu meningkatkan kualitas imanku sebagai orang Dayak Katolik melalui berbagai kegiatan di lingkungan Gereja. Bercermin pada Yesus yang berjuang hingga akhir hayat di kayu salib, saya berjuang mengembangkan diri melalui jalur pendidikan, baik formal maupun informal. Hingga akhirnya aku menjadi seorang pegawai negeri sipil dan bekerja di kantor Bupati Kabupaten Sintang pada bagian Pemerintahan Desa. Sejak dua tahun lalu, saya diangkat menjadi Camat Kecamatan Kelam Permai. Di sini saya temukan kekayaan rohani yang terpadu dengan tugas-tugas dalam bidang pemerintahan. Bagaimanakah sebagai sebagai seorang Katolik saya dapat menunaikan tugas pelayanan yang saya terima dari Pemerintah?

Ibarat seorang “gembala“ (Yoh 10:10), sekarang saya bertugas membina masyarakat di sebanyak 254 desa, yang mayoritas penduduknya berasal dari etnis Dayak. Sebagai seorang camat saya memberikan yang terbaik untuk meningkatkan mutu hidup, pendidikan dan masa depan masyarakat dalam kecamatanku. Dengan semangat Yesus saya membawa Kabar Baik bagi mereka yang memerlukan uluran tanganku. Tantangan yang menghadang tidak sedikit. Namun, saya tidak merasa takut dan gentar, karena Yesus selalu besertaku dalam hidup dan tugas pelayananku. Keadaan transportasi yang masih memprihatinkan, mutu pendidikan dan kesehatan masyarakat masih perlu segera diperbaiki.

Sebagi camat saya berperan sebagai “Christoforus“ yang membawa Kristus kepada mereka yang memerlukan-Nya. Sungai kuseberangi. Bukit kudaki dan lembah kutelusuri. Kristus menjadi perisai dalam penunaian tugasku mengantar Kristus ke tengah-tengah masyarakat. Di tengah pelayanan aku menempatkan diri sebagai seorang “gembala“ yang mencari domba-domba yang sakit, menderita dan hidup di tengah-tengah globalisasi.

Perjumpaanku dengan Yesus melalui budaya Dayak telah mengubah, membaharui dan mengisi hidupku sebagai seorang pribadi yang terus bertumbuh dalam melaksanakan tugas pengutusan dari Yesus. Di tengah-tengah perubahan zaman, krisis nilai dan pergumulan hidup, saya tetap berpegang pada filsafat hidup sebagai seorang Dayak yang berjiwa Katolik dan membawa Kristus ke mana pun saya melangkahkan kaki dan menunaikan tugas pelayanan.

Di dalam Yesus, saya menimba kekuatan-kekuatan yang tidak bisa disalurkan oleh dunia. Ini sungguh sebuah perjumpaan yang memperkaya seluruh hidup dan perjuangan pribadiku.*** Penulis: Hendrika, Keuskupan Sintang

Tidak ada komentar: