Senin, 18 Maret 2013

Umat Bertanya, Imam Menjawab


Pengantar Redaksi: Rubrik baru ini dibuka sebagai tindak lanjut dari acara Talk Show “Umat Bertanya, Imam Menjawab” yang diprakarsai Panitia OC Sinode KAMS, 12 Februari 2012, di Aula Gereja Gotong-Gotong; Bidang Kitab Suci dijawab oleh P. Hendrik Njiolah, Bidang Hukum Gereja oleh P. Frans Nipa, Bidang Liturgi oleh P. Sani, MSC, Bidang Pendidikan oleh P. Alex Lethe dan Kebijakan Dasar KAMS oleh Uskup. Maka umat dapat bertanya secara tertulis dan disampaikan ke Redaktur Majalah Koinonia.
 Pertanyaan:

Dalam edisi koinonia yang terakhir, Uskup menulis perihal memaknai Tahun Iman. Dalam rangka itu, pada rubrik Umat Bertanya Imam Menjawab, P. Hendrik Njiolah kembali menggarisbawahi agar sepanjang Tahun Iman ini kita umat Katolik menyegarkan kembali dan terus mendalami Syahadat Iman –yang terdiri atas 12 pokok iman – sehingga sungguh-sungguh kita pahami dan hayati dalam hidup harian kita. Nah, sekarang kita sampai pada bulan yang ketiga dengan fokus pendalaman yakni Ia dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh perawan Maria dan menjadi manusia. Mohon  penjelasan singkat; juga apa maksudnya sehingga diberi catatan “diucapkan sambil membungkuk, khusus pada Hari Raya Natal berlutut”.
Sebelumnya saya menghaturkan terima kasih atas penjelasan Pastor.

Jawaban:
Ketika Malaikat Gabriel mewartakan kabar sukacita tentang kelahiran Yesus kepada Maria (bdk. Luk.1:26-38), Maria dalam keheranannya menanggapi kabar tersebut, “Bagaimana mungkin hal itu akan terjadi, karena aku belum bersuami”. Kemudian, Malaikat Gabriel menjawab, “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab anak itu yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah”.
Berita Malikat Gabriel ini menegaskan bahwa anak yang dikandung Maria bukanlah seorang anak hasil keinginan dan perbuatan seorang lakl-laki (bdk. Yoh. 1:17), melainkan karena Roh Kudus dan atas dasar kuasa Allah yang Mahatinggi. Karena itulah, Ia akan disebut Anak Allah, dan memang adalah Anak Allah (bdk. Mat. 27:54). 
  Keterpilihan Maria sudah dipersiapkan sendiri oleh Allah semenjak manusia pertama, Adam dan hawa jatuh dalam dosa. “ Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya” (Kej.3:15). Janji Allah ini senantiasa diulang dalam perjalanan sejarah bangsa Israel (bdk. Yes. 7:14; Zef. 3:14-15; Za. 9:9). Keperawanan Maria dinyatakan oleh dirinya sendiri ketika menerima keterpanggilan sebagai ibu, “aku belum bersuami”, dan juga penegasan Malaikat Gabriel, bahwa “anak yang ada dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus” ( Mat.1:20).
  Gereja menggunakan istilah inkarnasi untuk peristiwa Allah yang menjelma, Allah yang mengambil kodrat manusiawi agar dapat menyelamatkan manusia. Rencana Keselamatan Allah yang telah ditawarkan kepada manusia sejak kejatuhannya dalam dosa (bdk. Kej. 3:15), ditanggapi oleh manusia secara kurang utuh. Berulang kali dan dengan pelbagai cara Allah memilih para utusan-Nya untuk mewartakan Kabar Keselamatan, tetapi berulang kali pula mereka kurang mampu mengemban tugas tersebut. Akhirnya, setelah kegenapan masa tiba, Allah mengutus Putra Tunggal-Nya untuk menyelamatkan manusia dengan tinggal di antara manusia (bdk. Ibr. 1:1-4; Gal. 4:4).
  Liturgi Gereja kita memiliki simbolisasi yang sangat luar biasa kaya, antara lain simbolisasi yang dinyatakan dalam tata gerak, misalnya: berlutut atau membungkuk. Tata gerak membungkuk merupakan ungkapan iman sebagai tanda hormat dan sembah bakti kepada Allah; dan tata gerak berlutut  merupakan ungkapan Iman menghormat dan menyembah Allah secara lebih mendalam.
Ketika mengucapkan Ia dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh perawan Maria dan menjadi manusia dan kita diajak untuk membungkuk, artinya kita diajak untuk menghormat dan menyembah serta memuji Allah karena janji keselamatan sungguh-sungguh sudah terpenuhi. Dan kalau pada Hari raya Natal kita diajak mengucapkannya sambil berlutut, artinya kita bukan hanya menghormat, menyembah, dan memuji-Nya saja, tetapi juga karena kita saat ini (saat Hari Raya Natal) diperkenankan untuk mengenang dan memperingati kembali peristiwa agung Allah yang menjelma, Allah yang mengambil kodrat manusiawi, Allah yang beserta kita, Immanuel. ***

Tidak ada komentar: