Sabtu, 03 Oktober 2009

Tim Promosi Panggilan Kaum Muda

Dalam diskusi bersama kaum muda, Fr. Urbanus Takasi, CMM bertindak sebagai ketua sekaligus pemandu acara. Dalam acara pembukaan dan kata pembuka, Fr. Urbanus menjelaskan tentang maksud dan tujuan kedatangan tim ke Bantaeng, yakni untuk memperkenalkan serta mempromosikan cara hidup membiara kepada umat setempat khususnya kepada anak-anak dan kaum muda. Lewat kegiatan ini diharapkan kelak ada kaum muda juga yang berasal dari paroki setempat memilih hidup membiara baik sebagai pastor, frater, maupun suster. Penjelasan ini berlangsung sedikit lama karena pada umumnya peserta yang hadir pada saat itu tidak sempat mengikuti acara pertemuan serta tanya jawab yang diadakan pada malam hari.

Setelah menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan tim, acara kemudian dilanjutkan dengan perkenalan dari tim yang hadir pada saat itu. Dalam acara perkenalan tersebut peserta diminta untuk menceritakan secara singkat motivasinya sehingga memilih hidup membiara.

Seusai perkenalan, acara kemudian dilanjutkan dengan penjelasan serta uraian singkat dari Pastor Daru, CICM tentang hidup selibat. Secara singkatnya Pastor Daru mengungkapkan bahwa pada hakikatnya memilih mengabdikan hidup kepada Tuhan dan Gereja-Nya melalui hidup membiara merupakan suatu bentuk panggilan hidup yang sangat mulia. Namun dewasanya ini, seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju dan menawarkan berbagai macam kenikmatan, panggilan hidup membiara menjadi kurang menarik lagi bagi kaum muda. Namun menurut Pastor Daru, alasan tersebut bukanlah merupakan satu-satunya alasan penyebab kurangnya orang-orang yang dipanggil secara khusus untuk menjadi pekerja-pekerja di ladang Tuhan. Alasan lainnya adalah kurangnya dukungan dari keluarga. “Oleh karena itu, melalui kegiatan ini kiranya keluarga sebagai gereja kecil diharapkan mampu untuk menjadi motivator bagi putra-putrinya untuk menjadi pastor, frater, maupun suster”. Ungkap Pastor Daru menutup penjelasannya. Untuk semakin membuat peserta paham dengan baik tentang hidup membiara, oleh Fr. Urbanus acara kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab.

Adapun pertanyaan-pertanyaan yang muncul pada saat itu adalah:
1. Bagaimana cara untuk menjadi calon pastor, frater, dan suster?
2. Bagaimana tanggapan dan respon orang tua terhadap pilihan hidup yang suster, frater, dan pastor telah pilih?
3. Apa yang pastor, frater dan Suster lakukan dalam menghadapi kurangnya dukungan dari pihak keluarga tersebut?
4. Sebagai manusia normal walaupun pastor, frater dan suster telah memilih hidup untuk menjadi kaum religius, akan tetapi godaan terhadap lawan jenis pasti tetap ada juga. Bagaimana cara pastor, frater, dan suster mengatasi semuanya itu?
5. Apabila terdapat sikap/kelakuan yang kurang terpuji dari calon pastor, frater, dan suster selama menjalani proses pembinaan, apakah semuanya itu dapat dijadikan standar penilaian untuk menentukan layak dan tidaknya bagi calon yang bersangkutan untuk melanjutkan pendidikan ke proses selanjutnya atau ada pertimbangan/kebijakan lainnya?
6. Faktor apa yang menyebabkan sehingga kaum religius yang walaupun telah berikrar untuk hidup kekal dalam tarekat yang telah dipilihnya, tetapi pada akhirnya ada juga yang memilih meninggalkan panggilan sucinya?
7. Bagaimana sikap Gereja dengan para pastor, frater, dan suster yang telah mengikrarkan janji untuk hidup setia/kekal dalam tarekat yang telah dipilihnya dan ternyata dalam perjalanan waktu dia memilih keluar/meninggalkan tarekatnya? Sanksi apa yang kemungkinan akan diterima oleh pribadi yang bersangkutan?
8. Mengapa kaum religius tidak boleh menikah?
9. Apa perbedaan antara pastor, frater, dan suster?

Setelah tanya-jawab, acara kemudian dilanjutkan dengan pembagian brosur dari masing-masing tarekat dan sebagai acara penutup diakhiri dengan doa penutup oleh salah seorang frater novis HHK.

Anggota-anggota tim :
P. Daru, CICM; Fr. Urbanus Takasi, CMM; Sr. Helen, CIJ; Sr. Enjel, JMJ; Sr. Dionisia, JMJ; 2 Fr. Novis HHK.***

Tidak ada komentar: