Minggu, 19 September 2010

Pelatihan Pendidikan Nilai Pendamping OMK Regio MAM plus Papua

Selang 4 (empat) bulan setelah pertemuan Pelatihan Pendidikan Politik (16 s/d 19 Maret 2010), para Pembina OMK (Orang Muda Katolik) tingkat regio MAM (Manado, Amboina dan Makassar) dipertemukan kembali dalam suatu kegiatan lain, yakni: Pelatihan Pendidikan Nilai. Pelatihan ini diselenggarakan atas kerjasama Komisi Kepemudaan (KomKep) KAMS dan Ditjen Bimas Katolik Kementerian Agama RI. Pada kegiatan ini peserta ditambah, diperluas menjangkau teman-teman dari regio Papua (diwakili Keuskupan Sorong-Manokwari) dan berdasar kepesertaannya pertemuan ini disebut pertemuan Para Pembina OMK regional Sulawesi Amboina Papua (SulAmPap). Jumlah peserta seluruhnya ada 42 orang dengan rincian: 36 orang adalah Pembina OMK utusan Keuskupan (ada 4 keuskupan) plus 6 orang lainnya adalah Pembina OMK atas nama karyawan Bimas Katolik. Peserta terbanyak datang dari Makassar, selaku tuan rumah (ada 22 orang).

Adapun agenda kegiatan disusun oleh panitia pusat bekerjasama dengan KomKep KWI. Acara hari pertama dan hari keempat, hari terakhir (masing-masing setengah hari) diisi oleh pihak pemerintah dengan tekanan mata acara pada kegiatan seremonial ala proyek pemerintah; pembukaan dan penutupan secara resmi. Lalu agenda 2 (dua) hari penuh lainnya menjadi kewenangan KomKep dan dipandu langsung oleh Pengurus inti Komkep KWI, yakni P. Yoh. Dwi Harsanto, Pr (Sekretaris KomKep KWI) dan P. Yulius Malli, Pr (Ketua Komkep KAMS sekaligus Koordinator KomKep regio MAM). Materi ataupun bahan pelatihan adalah “Pendidikan Nilai”, yang merupakan 1 (satu) dari 5 (lima) Program Pokok Komkep seluruh Indonesia, sebagaimana yang telah diputuskan oleh rapat pleno pengurus inti KomKep KWI 2010. Penjabaran rinci dari materi Pendidikan Nilai telah selesai digarap oleh Komkep KWI dan tersaji dalam apa yang disebut Formatio Dasar Orang Muda (FDOM). Intinya tiada lain adalah Pendidikan Karakter bagi OMK atau habitus yang harus dimiliki, terhayati oleh orang-orang muda kita ke depan dalam membangun jati dirinya dan terlebih lagi dalam kebersamaan hidupnya, ataupun dalam hidup bersesama dengan siapa saja, pada kesempatan apa saja, di manapun. Oleh karena itu, para Pembina/Pendamping OMK harus paham betul akan FDOM kita itu, yang saat ini telah diterbitkan bukunya; dalam 3 (tiga) buku, masing-masing: buku FDOM untuk anak usia setingkat SLTP ; untuk anak usia setingkat SMA dan untuk Mahasiswa. Buku dicetak oleh penerbit Kanisius per th. 2009, dalam jumlah terbatas karena dimaksudkan memang hanya diperuntukan kepada para Pembina/Pendamping OMK seluruh Indonesia.

Materi ataupun nilai utama FDOM untuk semua tingkatan (SMP, SMA, MAHASISWA) adalah 4 (empat) nilai dasar, yang sama, yakni: Hidup, Cinta, Magis dan Adil-Damai. Materi ini jugalah yang digarap bersama dalam pelatihan 2 (dua) hari penuh itu, dengan pegangan/pedoman pada buku FDOM tingkat SMA (masing-masing peserta dibagikan gratis bukunya). Mengingat pentingnya 4 (empat) nilai dasar, yang harus dimiliki/dibatinkan dalam diri OMK kita, maka para Pendampingnya harus terlebih dahulu menggumulinya. Artinya, buku-buku FDOM tidak dimaksudkan dan tidak diperkenankan untuk dioperasikan begitu saja oleh para pendamping OMK di lapangan, melainkan harus menyusun ulang, membuat modul baru berdasar tema/nilai yang akan dioperasikannya dan ini membutuhkan tim (tak mudah dan tak mungkinlah melakukannya seorang diri, sekali pun modul telah tersedia). Dengan rambu-rambu yang digagas-tegas seperti itu oleh nara sumber, Rm. Yoh. Dwi Harsanto, Pr. para peserta pun lalu mengaminkannya, Selanjutnya, disusunlah time schedule baru acara 2 (dua) hari penuh secara bersama-sama. Untuk itu, para peserta dibagi 4 (empat) kelompok sesuai sebutan pilihan nilai FDOM, masing-masing: Kelompok Hidup ; Kelompok Cinta ; Kelompok Magis dan Kelompok Adil-Damai. Tugas kelompok, sama untuk semua kelompok, yakni: membuat presentasi berdasarkan modul yang ada dalam buku FDOM. Tugas lain yang diatur per kelompok Keuskupan adalah acara liturgi. Begitulah masing-masing kelompok disibukkan dengan tugasnya masing-masing. Ada saja yang lucu dan menarik dalam proses melaksanakan tugas kelompok itu. Yang pasti para peserta tidak hanya tekun, rajin dan terlihat serius dengan tugasnya tetapi juga terlihat semakin akrab, semakin senasib sepenanggungan. Karenanya tak heranlah, kalau ada kelompok yang rela mengorbankan waktu istirahat dan waktu tidurnya, guna merampungkan tugas-tugasnya. Ya, demi kelompoklah, ungkapnya. Lebih seru lagi, saat-saat di mana kelompok akan mempresentasikan hasil kerja kelompoknya; ada yang berkomentar, “sulit tidurlah”, padahal fasilitas hotelnya berbintang lho? haa.. haa.. haa. Untung saja tidak ada yang sakit. Semuanya tetap fit, sehat dan happy, karena memang suasana kebersamaan dan persaudaraan terasa kuat dan penuh keakraban. Ini nyata, antara lain dalam sesi simulasi/presentasi kelompok. Masing-masing kelompok tampil penuh percaya diri, kerjasama tim dalam menyajikan materi dan penguasaan tematisnya sungguh dikawal. Mereka terlihat sangat siap dan meyakinkan (maklum, umumnya mereka adalah aktifis, selaku pendamping iman umat). Luar biasa, dan pantaslah kerja mereka diapresiasi jempol dan ini memang yang diharap dari buku FDOM, yang walau tampaknya siap saji, tapi harus diolah baru oleh pemakainya dan tidak benar bila disajikan seorang diri, tapi harus ditampilkan secara tim.

Akhirnya, baik narasumber, pihak bimas katolik dan para peserta semuanya diyakinkan, bahwa Pelatihan Pendidikan Nilai, dengan mengolah kembali modul dalam buku FDOM, di mana Makassar merupakan yang pertama kali dilaksanakan, perlu terus ditindaklanjuti, baik di tingkat regional, tapi juga di tingkat keuskupan masing-masing. Hendaknya, pendidikan nilai sebagai ajang penciptaan habitus baru untuk OMK kita harus terus menjadi perhatian dan prioritas karya Komisi Kepemudaan. *** Penulis: Frans Tio, Komisi Kepemudaan KAMS

Tidak ada komentar: