Jumat, 19 Maret 2010

Open House Lintas Agama Paroki St. Petrus Rasul Parepare

Paroki St. Petrus Rasul Parepare, menutup tahun 2009 dan membuka lembaran baru tahun 2010 dengan mengadakan 'open house' lintas agama di pastoran, Minggu, 3 Januari 2010. Sekitar 100 tokoh agama yang mengikuti acara open house itu, hadir juga Asisten I Kota Parepare, Anwar Saad.SH.MH yang mewakili bapak Wali Kota Parepare.

Mengawali kata pembukaan 'open house' lintas agama, Pastor Wilhelmus Tulak, pr selaku pastor paroki St. Petrus Rasul Parepare menjelaskan bahwa lahirnya 'open house' lintas agama ini sebagai wujud kerja sama umat Katolik dengan Pemerintah dan masyarakat beda agama dan beda gereja di Kota Parepare. Menurutnya, 'open house' ini menjadi langkah awal gereja Katolik Kota Parepare membangun dialog kehidupan dan karya dengan pemerintah dan agama lain.
'Open house' lintas agama, lanjutnya, adalah tanda keterbukaan umat Katolik Kota Parepere terhadap pemerintah dan agama lain. Umat Paroki St. Petrus Rasul Parepare yang berjumlah 3.808 jiwa tidak merasa kecil hati di tengah agama mayoritas, melainkan sebagai bagian dari pembangunan fisik dan spiritual Kota Parepare. 'Open house' lintas agama Paroki St. Petrus Rasul Parepare yang didukung oleh AKPER Fatima Parepare dan Rumah Sakit Fatima Parapare mengandung makna bahwa 'kehadiran umat Katolik Kota Parepare patut diperhitungkan' dalam kanca pembangunan fisik dan rohani. Seperti pembangunan lembaga pendidikan, kesehatan dan ekonomi Kota Parepare. Dengan demikian, umat Katolik Kota Parepare menjadi umat yang mandiri dan memiliki daya pikat bagi pemerintah dan umat agama lain, harapnya.

Sedangkan Asisten I Kota Parepare, Anwar Saad, SH.MH yang mewakili Walikota Parepare mengatakan: 'umat Katolik Kota Parepare telah memberi kontribusi yang sangat besar bagi pembangunan Kota Parepare melalui lembaga pendidikan dan kesehatan maupun melalui pribadi-pribadi yang langsung mengabdikan diri pada lembaga pemerintahan Kota Parepare'. Anwar menilai kehadiran lembaga pendidikan Katolik mulai dari tingkat SD sampai Perguruan Tinggi dan Rumah Sakit Fatima Parepare sangat membantu pemerintah daerah untuk mengurangi angka buta huruf, kematian dini dan penyediaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Kota Parepare di satu sisi. Di pihak lain, umat Katolik Kota Parepare tidak melakukan keonaran-keonaran yang membuat pemerintah bekerja ekstra hati-hati. la melanjutkan, semoga umat Katolik Kota Parepare tetap eksis di tengah agama mayoritas, tegas Anwar mengakhiri kata sambutannya.

Acara ini diikuti juga oleh siswa-siswi SD Katolik dan kelompok The Rise Voice (vocal grup ekumene) gereja-gereja sekota Parepare. Mereka menyumbangkan berbagai atraksi dan nyanyian, seperti tarian dan lagu betapa indah kita hidup rukun bersaudara.

Pendapat Penulis
‘Open house’ lintas agama Paroki St. Petrus Rasul Parepare di tengah agama mayoritas merupakan hal yang langka dalam kehidupan menggereja. Disebut langka karena bisa dicurigai kehadirannya. Bahkan bisa dituduh sebagai proses “Katolik”sasi. Para tokoh agama yang mengadakan 'open house' lintas agama dilabel sebagai kaum liberalisme gaya baru yang merusak doktrin agama. Hal ini bisa menimbulkan kegelisahan bagi kalangan umat beriman. Pertanyaannya, apakah 'open house' lintas agama akan mengganggu kehidupan beragama seseorang?

Realitanya, tidak sesederhana yang diasumsikan itu. Ada agama yang menutup diri terhadap dunia iuar. Tidak mau ajaran agamanya diketahui atau dipelajari oleh orang agama lain. Bahkan kalau ada orang agama lain yang hidup dan berkembang di lingkungannya ia berusaha sekuat tenaga untuk menyingkirkannya. Tetapi ada agama yang justru lebih terbuka, mau hidup berdampingan dan suka berdialog dengan agama lain, baik dialog kehidupan dan dialog karya maupun dialog dogma/iman. Terlepas dari label positif dan negatif di atas, open house adalah suatu kegiatan membuka 'rumah hati kita' untuk bersilaturahmi dengan sesama, baik yang seiman maupun bukan seiman.

'Open house' lintas agama sangat mengandaikan para penginisiator memahami agamanya dan agama orang lain yang mendasari tindakannya, sehingga tuntutan hidup berdampingan sesuai perintah pasal 29 UUD 1945 bisa terwujud. Muncul pertanyaan, mungkinkah hal itu bisa terjadi dalam kehidupan menggereja, Masjid, Wihara dan Pura?
Paroki St. Petrus Rasul Parepare, yang dinakodai oleh Rm. Wilhelmus Tulak, Pr pada 3 Januari 2010 mengadakan 'open house' lintas agama bersama jajaran PEMDA Kota Parepare. Acara ini terinspirasi oleh tema Natal Tahun 2009, yakni: Tuhan itu baik bagi semua orang" (Mz. 145:9). Artinya, orang beriman mesti menghayati 'Tuhan yang baik bagi semua orang' itu dalam kehidupan nyata. Karena Tuhan itu bukan milik sekelompok agama tertentu, melainkan Dia ada untuk semua. Agama-agama yang dihayati manusia Indonesia hendaknya mencetuskan wajah Tuhan yang baik itu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang nyata dalam sikap hidup yang peka dan toleran terhadap agamanya dan agama orang lain.

'Open house' lintas agama sebagai fundasi awal dalam membangun dialog kehidupan dan karya antar agama, sebagaimana ditegaskan oleh RM. Wilhelmus Tulak.Pr pada kata pembukaan acara 'open house' lintas agama paroki St. Petrus Rasul Parepare di tengah agama mayoritas, bukanlah yang sudah jadi, melainkan menjadi sesuatu yang perlu diperjuangkan. la lahir dari suatu kesadaran iman bahwa membangun kerja sama lintas agama merupakan suatu kebutuhan mendesak untuk menghasilkan kaum beriman yang tangguh dan tanggap dalam kehidupan bersama. Kenyataan ini diwujudkan dalam sikap dan perbuatan kasih kepada agama-agama lain yang lahir dari keyakinan kepada agama yang dianutinya. Dengan kata lain, 'open house' itu adalah salah satu 'titik awal' membangun dialog beda gereja dan beda agama. ia tidak bertentangan dengan ajaran agama, melainkan berada dalam koridor kepentingan bersama. Maka 'open house' lintas agama paroki St. Petrus Rasul Parepare di tengah agama mayoritas, mungkin patut ditiru.

Fenomena ini menunjukkan bahwa umat Katolik Kota Parepare yang berjumlah 3.808 jiwa 'terbuka' untuk berdialog dengan semua agama dan pemerintah daerah Kota Parepare. Umat Katolik Kota Parepare tidak menutup diri terhadap dunia sekitarnya, melainkan dia terlibat dan bekerjasama dengan pemerintah. Kenyataan ini diperkuat oleh pernyataan Asisten I Kota Parepare, Anwar Saad.SH.MH dalam kata sambutannya mewakili Wali Kota Parepare 'memuji keberadaan' umat Katolik Kota Parepare. Menurut Anwar, umat Katolik Kota Parepare telah memberi kontribusi yang sangat besar bagi pembangunan Kota Parepare meialui lembaga pendidikan dan kesehatan maupun meialui pribadi-pribadi yang langsung mengabdikan diri pada lembaga pemerintahan Kota Parepare. Anwar menilai kehadiran lembaga pendidikan Katolik mulai dari tingkat SD sampai Perguruan Tinggi dan Rumah Sakit Fatima Parepare sangat membantu pemerintah daerah untuk mengurangi angka buta huruf, kematian dini dan penyediaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Kota Parepare di satu sisi. Di pihak lain, umat Katolik Kota Parepare tidak melakukan keonaran-keonaran yang membuat pemerintah bekerja ekstra hati-hati, tegas Anwar mengakhiri kata sambutannya.

Maka, 'open house' lintas agama paroki St. Petrus Rasul Parepare di tengah agama mayoritas akan tetap menjadi relevan dan aktual apabila dikembangkan kemampuan secara kontinu dalam berbagai lini kehidupan. Di satu pihak, kemampuan untuk tetap berpegang teguh pada apa yang diyakini. Di lain pihak, tetap terbuka pada pandangan alternatif. Artinya, umat beragama harus berani untuk terbuka, berani untuk membangun dialog beda agama dan beda gereja. 'Open house' lintas agama dapat dipilih sebagai salah satu alternatif proses pembaharuan diri dalam kehidupan beragama, bermasyarakat dan berbangsa.

Dengan demikian, ada tiga poin penting yang dapat kita tarik dari 'open house' lintas agama paroki St. Petrus Rasul Parepare di tengah agama mayoritas. Pertama, kita perlu memahami agama lain dan agama sendiri secara baik dan benar. Kedua, berani memulai membuka diri berdialog dengan agama lain. Ketiga, mengkritisi diri bahwa keselamatan itu milik semua agama. Mungkinkah hal itu terjadi?

Kalau Paroki St. Petrus Rasul Parepare bisa, bagaimana dengan kita? Mari kita memulai.*** Penulis: Martinus Jimung, Dosen Tetap Yayasan Sentosa Ibu pada Akademi Keperawatan Fatima Parepare

Tidak ada komentar: