Rabu, 18 Maret 2009

Pemberkatan Gereja Stasi Barru

Gereja Stasi Barru berdiri tahun 1972 dengan jumlah umat 102 jiwa, yang pada umumnya berstatus PNS. Pada awal pendirian Gereja Barru dipakai bergantian bersama umat Gereja Kibait sampai tahun 1996. Izin Membangun Bangunan (IMB) gereja baru dikeluarkan oleh pemerintah setempat pada tanggal 15 Agustus 1997 dengan nomor IMB: 612/IMB/BR/1997. Sejak dikeluarkannya IMB, umat Barru mulai membangun gereja secara bahu membahu bersama masyarakat setempat.

Proses pembangunan Gereja Barru sangat lama, yakni mulai dari tahun 1997 sampai tahun 2009 karena jumlah umatnya sangat sedikit, yakni: 82 jiwa dan 18 KK. Walaupun demikian, umat Barru tetap sabar dan percaya bahwa dalam kekecilan itu Tuhan selalu bersama mereka. Keyakinan inilah yang memotivasi mereka untuk terus membangun hingga berhasil diberkati pada tanggal 11 Januari 2009 oleh Bapa Uskup Agung Makassar, Mgr. John Liku-Ada’. Acara peresmian dimulai dengan Misa Kudus yang dipimpin langsung oleh Bapa Uskup Agung Makassar serta didampingi oleh Pastor Paroki St. Petrus Rasul Parepare, P. Willem Tulak Pr; Direktur Baruga Kare, P. Rudy Kwary Pr; Rektor Seminari Menengah St. Petrus Claver Makassar, P. Willi Welle Pr; dan Ekonom Keuskupan Agung Makassar, P. Albert Arina Pr. Misa pemberkatan yang direncanakan jam 9.30 terpaksa tertunda ke jam 10.30 karena rombongan umat dari Kota Parepare dan Pinrang terlambat tiba di tempat perayaan akibat hujan lebat dan terjebak pohon asam yang tumbang menghalangi jalan di Mallustasi.

Walaupun alam tidak bersahabat, tetapi umat yang hadir dalam Misa Pemberkatan Gereja Stasi Barru tetap bersemangat. Hal itu terlihat dari antusias umat dalam mengikuti perayaan Ekaristi pemberkatan gereja. Saat pemberkatan umat sangat antusias mengikuti proses pemberkatan sampai selesai walaupun hujan deras dan angin kencang disertai kilat tidak mengurangi semangat umat untuk bersyukur kepada Tuhan. Perayaan Ekaristi dimeriahkan oleh koor gabungan St. Sisilia Kota Parepare dan umat Stasi Pinrang.

Usai perayaan puncak Ekaristi, Uskup Agung Makassar, Mgr. John Liku-Ada’, para Pastor konselebran bersama para undangan diundang menuju tenda resepsi untuk mengikuti acara penandatanganan prasasti peresmian Gereja Barru dan resepsi bersama. Acara penandatanganan prasasti dan resepsi dihadiri oleh Wakil Bupati Barru, H. Kamril Daeng Mallongi, SH dan Kasi Penerangan Agama Islam Barru sebagai Wakil Kakandepag Barru, Drs. H. Arifin Arsyad. Acara penandatanganan prasasti dilakukan oleh Bapak Uskup Agung Makassar, Mgr. John Liku-Ada’ dari pihak gereja dan Wakil Bupati Barru, H. Kamril Daeng Mallongi, SH dari PEMDA setempat serta didampingi oleh utusan Kepala Kantor Departemen Agama Barru, Drs. H. Arifin Arsyad. Sedangkan acara resepsi sangat meriah karena diisi oleh kata sambutan dari Kakandepag Barru, Bapak Uskup Agung Makassar dan Bapak Wakil Bupati Barru serta lagu dan tarian dari berbagai kelompok umat basis.

Dalam kata sambutan resepsi, Wakil Bupati dan utusan Kakandepag Barru menyampaikan bahwa pemerintah setempat pada dasarnya mendukung pembangunan rumah ibadat semua agama demi peningkatan iman umatnya serta siap melindunginya dari berbagai ancaman yang mengganggu proses peribadatan menurut keyakinan agama masing-masing. Karena itu kehadiran pemerintah setempat untuk melayani semua golongan tanpa pilih kasih.

Sedangkan Bapa Uskup Agung Makassar, Mgr. John Liku-Ada’ dalam kata sambutannya menyampaikan terima kasih yang tulus kepada umat Barru yang begitu sabar dan bekerja keras bersama masyarakat setempat serta para donaturnya membangun Gereja Barru hingga pemberkatan. Selain itu, Uskup juga menyatakan syukur kepada umat Barru yang ‘berani’ memulai membangun rumah Tuhan dari kekurangan di tengah kelompok mayoritas. Inilah nilai iman yang patut dipertahankan serta disebarluaskan di kalangan Gereja Katolik, bahwa sesuatu itu akan menjadi luar biasa kalau ada tekad dan kemauan yang kuat dari setiap kaum beriman. Sebab Gereja adalah umat Allah (umat beriman, red.) dan pembangunan gereja harus mulai dari umat itu sendiri, tegas Bapa Uskup.

Selanjutnya, Bapa Uskup mengajak umat Barru untuk memperlihatkan identitas minoritas di tengah mayoritas dengan melakukan hal-hal yang berguna bagi Gereja dan masyarakat agar orang lain bisa melihat cahaya Kristus yang hidup di tengah umat Katolik Barru. Tugas ini memang berat, tetapi bersama Kristus segala sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.

Pemberkatan Gereja Stasi Barru bukanlah akhir dari perjuangan umat kelompok minoritas di tengah mayoritas, melainkan awal pembangunan iman yang sesungguhnya. Dengan pemberkatan gereja, umat Barru ibarat sebuah ‘lilin kecil’ yang bernyala menerangi sesama yang ada di sekitarnya. Cahaya lilin itu akan redup kalau umat Barru sendiri tidak berani memulai melakukan sesuatu dalam karya nyata bagi diri dan sesamanya. Maka umat Barru harus diyakinkan bahwa karya pertolongan Tuhan masih mungkin tumbuh di tengah minoritas jika umat Barru berusaha keras dan mampu membangun misi cinta kasih Tuhan bagaikan lilin kecil yang terus menyala di tengah dunia, tegas Bapak Uskup dalam mengakhiri kata sambutannya.*** Penulis: Martinus Jimung

Tidak ada komentar: