Jumat, 26 September 2008

”World Youth Day 2008, We have received the Power...!!”






Dalam rangka mengikuti WYD di Sydney, kami peserta dari Keuskupan Agung Makassar berjumlah 15 orang (di antaranya 2 imam) dan seorang volunteer/relawan. Kami berangkat menuju Jakarta untuk bergabung dengan Tim KWI yang berjumlah seluruhnya 191 peserta. Di antara mereka ada 5 uskup dan 27 imam dan 3 suster. Tim KWI sendiri menuju Australia dengan tiga gelombang penerbangan. Sebelum berangkat peserta berkumpul di Wisma Samadi Klender untuk mengikuti perkenalan, pembekalan serta mempersiapkan misi Tim yaitu: menyuarakan tema APP 2008 Lingkungan Hidup. Oleh karena itu Tim KWI juga menyebutnya dirinya, ”Indonesia Green” dengan jaket resmi berwarna hijau. Agar tim tetap kompak dan bersemangat dibuatlah yel-yel: Indonesia… Indonesia… Indonesia.. Green.. e a e..e a e ae.. e” (disertai gerakan)

Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang selama 9 jam dengan transit di Bali, kami tiba di Sydney, 14 Juli sekitar jam 6 pagi waktu setempat. Ketika tiba Bandara Sydney suasana sudah ramai dan padat. Hari itu ternyata merupakan kedatangan peserta yang paling banyak. Kami yang tadinya merasa tim besar seakan tenggelam di antara ribuan peserta yang lain. Kami melihat ada rombongan dari Chile, Brasil, Italia dan Amerika Serikat dan juga peserta dari negara bagian Australia. Ada beberapa kelompok yang begitu kreatif. Di tengah suasana itu sambil juga menunggu infromasi tentang lokasi penginapan, mereka membentuk lingkaran, bernyanyi dan bergerak dengan pola tertentu (“mirip dero”) diiringi musik. Atraksi itu sekaligus menjadi penghangat maklum kami sudah merasa kedinginan dengan suhu sekitar 10 derajat celsius.

Panitia asal Indonesia menjemput kami di bandara dan selanjutnya mengarahkan kami menuju tiga lokasi yang berbeda. Ternyata kami ditempatkan di sekolah-sekolah dan menginap serta tidur di ruang-ruang kelas dengan alas sleeping bag dan matras yang kami bawa. Kami ditempatkan di tiga sekolah yang jaraknya beberapa kilometer yaitu di Jerusalem College, Amborisian College, dan di Betlehem College. Di sekolah-sekolah itu ternyata juga ditempati rombongan lain. Kami yang kelompok putra (setengahnya imam) berada di Jerusalem bersama dengan tim Italia. Kami ditempatkan di ruang kelas berbeda dengan Italia tetapi kamar mandi cuma ada satu. Dalam kamar mandi itu ada tiga pancuran. Jadilah kami mandi bertiga (awalnya sempat risih) dan kadang-kadang hanya diam saja karena masing-masing hanya tahu bahasa negaranya.

15 Juli 2008 merupakan hari pembukaan WYD. Acara pembukaan diawali dengan pertemuan berdasarkan keuskupan atau berdasarkan negara masing-masing. Peserta Indonesia mengikuti “Indonesian Gathering”. Pertemuan ini diprakarsai oleh umat katolik Indonesia yang berada di Sydney dan diadakan di Sydney Convention Centre. Ada 35 grup Indonesia yang jumlah seluruhnya sekitar 2000 orang. Sekitar 1000 datang dari Indonesia dan sekitar 1000 lagi berasal dari kelompok kaum muda katolik yang tinggal di Australia. Acara dimeriahkan dengan pentas seni, narasi drama “Go to Sydney” dan renungan yang dibawakan oleh Ketua KWI. Pada kesempaatan ini konjen RI di Sydney juga hadir dan memberikan sambutan. Acara ini ditutup dengan Penyembahan Sakramen Maha Kudus dan lagu-lagu puji-pujian.

Setelah acara Indonesian Gathering, kami berjalan sekitar 2km menuju Barangaroo untuk mengikuti misa pembukaan. Di dalam perjalanan ini kami menjumpai peserta dari negara lain. Perasaan takjub muncul ketika melihat peserta yang berasal dari negara masing-masing dengan seragam, yel-yel dan bendera masing-masing. Dalam perjalanan peserta saling menyapa, ada yang berkenalan atau berfoto bersama. Sementara perjalanan itu, peserta dikejutkan oleh suatu pemandangan di langit. Sebuah tulisan yang menyapa semua peserta, “welcome” dituliskan dengan asap dari pesawat jet.

Acara dimulai dengan sambutan dari PM Australia Kevin Rudd. Misa pembukaan dipimpin oleh Uskup Agung Sydney didampingi ratusan Kardinal dan Uskup serta ribuan imam. Setelah misa disediakan makan malam. Peserta secara berkelompok menukarkan kupon makannya di outlet-outlet yang tersedia. Sesudahnya peserta balik ke penginapan. Kami pun berjalan menuju stasiun kereta api.

Selama WYD peserta wajib memakai kartu pengenal. Dengan kartu pengenal itu peserta dapat bebas naik kereta dan bis tanpa bayar. Agar peserta tidak tersesat, di setiap persimpangan jalan dan perhentian stasiun yang akan dilewati peserta, ada volunteer yang berdiri di sana dan dengan ramah menunjukkan arah jalan.

Kegiatan katekese diadakan setiap pagi sampai siang pada 16-18 Juli 2008, pengajaran iman diberikan sehubungan dengan tema WYD. Katekese wajib diikuti oleh semua peserta dan diadakan per negara/keuskupan, dibawakan oleh uskup masing-masing negara/keuskupan. Kelompok Indonesia mendapatkan Katekese di gereja Paroki Newton. Ada tiga uskup yang membawakan katekese. Katekese ditutup dengan Perayaan Ekaristi. Setelah misa dilanjutkan dengan makan siang. Acara makan siang ini begitu dirindukan. Maklum selama WYD hanya pada kesempatan inilah kami dapat menikmati nasi serta lauk bercita rasa Indonesia. Sarapan pagi dan makan malam adalah makanan umum dalam kemasan.

Pada 16 Juli sore bertempat di Darling Harbour, Tim KWI menunjukan aksinya yang bertajuk "Preferential for the Nature" (Keberpihakan pada Alam). Tim KWI membentuk sebuah lingkaran besar dan merentangkan baliho di dalamnya. Di atas baliho itu dibawakan beberapa orasi dan pernyataan sikap agar negara-negara lain ikut peduli terhadap lingkungan hidup. Agar menarik, peserta dari tim tampil dengan pakaian daerah masing-masing diiringi oleh musik kombinasi dari lagu-lagu daerah, di antaranya “sajojo” yang diperdengarkan dengan speaker yang cukup besar. Dalam waktu yang tidak lama berkumpullah peserta-peserta dari negara lain. Mereka bahkan masuk dan ikut menari bersama tim. Beberapa media baik surat kabar dan televisi datang dan melakukan wawancara. Sementara itu beberapa peserta lain membagikan brosur tentang pentingnya memelihara lingkungan hidup dalam bahasa Indonesia, Inggris, Jerman, Spanyol, dan Mandarin.

Selesai aksi, kami menuju stasiun kereta yang membawa kami mengikuti “Asian Gathering” atau pertemuan peserta asia. Acara ini diisi acara seni dari setiap negara di Asia. Indonesia diwakili Tim KWI membawakan tarian Sajojo. Yang paling besar acaranya adalah dari Filipina (maklum peserta terbanyak dari Asia, sekitar 7000 orang).

Selama kegiatan ini banyak sekali acara, festival, pertunjukan, aksi yang diadakan di beberapa tempat dan bahkan bersamaan. Terserah peserta atau grup mau melihat dan menghadiri kegiatan apa. Salah satu yang kami ikuti bersama beberapa orang adalah konser musik yang dibawakan Guy Sebastian, Australian Idol dan penyanyi lagu resmi WYD, “Receive the Power”. Senang juga boleh melihat dan mendengar langsung dari penyanyinya.

17 Juli 2008 disebut “Super Thursday”. Hari yang ditungu-tunggu oleh sebagian peserta, yaitu penyambutan Paus Benediktus XVI di Pelabuhan. Untuk menuju pelabuhan peserta harus berjalan kaki beberapa kilometer dan hanya boleh masuk menggunakan kartu peserta. Sekitar 140.000 peserta menghadiri penyambutan Bapa Suci di pelabuhan. Petugas keamanan berjaga-jaga di setiap lokasi dan kelihatannya keamanan sangat ketat untuk pemimpin katolik ini. Kami harus berdesakan untuk menjadi bagian terdepan agar dapat melihat Paus tiba (namun tidak bisa lolos juga). Tidak beberapa lama setelah tiba di Pelabuhan, Paus akhirnya muncul dengan menaiki kapal dan diiringi oleh 10 kapal lainnya yang berisi 1900 peziarah dengan bendera negaranya masing-masing. Di angkasa ada 8 helikopter berputar-putar mengapit kapal Paus. Melalui monitor, kami melihat Paus tak henti-hentinya melambaikan tangannnya dan tersenyum kepada ratusan ribu orang muda katolik yang menyambutnya. Lambaian bendera yang beraneka ragam dikibarkan oleh peserta dan teriakan yang menyebutkan nama Paus:Be-ne-det-to…. terdengar dimana-mana. Suasana penyambutan Paus kiranya menggambarkan bagaimana kekatolikan itu sendiri: beranekaragam tapi satu dan bersatu di bawah pimpinan Sang Paus. Paus pun turun dari kapal dan disambut dengan tari-tarian dari suku pribumi Aborigin. Setelah itu Paus bergerak masuk rombongan dengan menggunakan papal mobil melewati peserta. Paus selanjutnya memimpin ibadat dan menyampaikan salam hangat untuk peserta.

Keesokan harinya, Jumat, 18 Juli 2008, setelah katekese rutin pada pagi harinya, diadakan drama Jalan Salib yang diperankan oleh 100 aktor. Sebanyak 270.000 orang di seluruh kota menyaksikan prosesi yang juga turut disiarkan langsung di saluran televisi. Lokasi-lokasi pemberhentian jalan salib diambil di berbagai tempat di seluruh penjuru kota Sydney. Perhentian pertama diperingati di Katedral Santa Maria, tempat Bapa Paus menginap. Perhentian kedua dan ketiga diperingati di The Domain dan di sebuah galeri seni. Peristiwa Yesus di hadapan Pilatus sampai Ia memanggul salib-Nya diperingati di Sydney Opera House dan kisah Simon Kirene yang membantu Yesus sampai perhentian terakhir dimana tubuh Yesus diturunkan dari salib diperingati sepanjang Darling Harbour sampai di dekat lokasi para peziarah berkumpul. Prosesi Jalan Salib ini berlangsung selama 3 jam. Pada saat ini juga para peziarah diajak untuk merenungkan akan apa yang telah mereka alami selama WYD. Apapun yang mereka alami mulai dari berangkat sampai saat itu, bila ada masalah atau penderitaan karena adaptasi-adaptasi yang harus dilakukan, mereka diingatkan bahwa Yesus yang pernah menderita dan mati bagi mereka, tetap ada dan hadir bersama-sama dengan mereka.

Sabtu, 19 Juli 2008, peziarah melakukan peziarahan dalam arti yang sebenarnya. Seluruh peserta berjalan menuju Randwick racecourse sejauh 9 kilometer. Semua peserta memikul sendiri bawaannya; pakaian secukupnya, sleeping bag, matras dan keperluan lain. Perjalanan seperti ini adalah perjalanan terbesar di dunia. Hampir semua jalan di kota Sydney ditutup. Meskipun perjalanan melelahkan karena sudah berhari-hari berjalan mengikuti kegiatan, namun kita tetap bersemangat berjalan sampai di lokasi. Setelah tiba di lokasi, peserta lalu menempati kapling-kapling lapangan Randwick. Di tempat ini ada sekitar 250.000 peziarah yang datang dan tidur di alam terbuka dengan suhu sekitar 7 derajat, menanti misa puncak besok yang akan dipimpin Paus. Dari siang sampai sore para peziarah yang sudah berada di sekitar Randwick dihibur oleh performa yang ditampilkan pada Youth Festival. Band-band musik menyanyikan lagu-lagu dari berbagai negara termasuk theme song WYD 2008, Receive the Power. Pada kesempatan ini juga, tampil seorang bekas mafia London yang membagikan kesaksian pertobatannya tentang bagaimana ia menerima keselamatan yang diberikan Yesus Kristus dan akhirnya terpanggil untuk memberitakan penyelamatannya kepada kaum muda di seluruh dunia.

Pada malam harinya Paus hadir bersama-sama dengan para peziarah untuk bersama-sama berdoa dalam Evening Vigil. Malam begitu indah, lampu dipadamkan dan hanya terang lautan lilin yang memancarkan cahaya. Lautan lilin ini semakin indah ketika peserta melambaikan lilinnya sambil menyanyikan “receive the power”. Setelah Evening Vigil ini, lalu dibuka kesempatan bagi peserta untuk menerima Sakramen Pengakuan dan Adorasi hingga keesokan harinya.

Minggu, 20 Juli 2008, diawali dengan doa pagi. Sekitar pukul 9.00, Bapa Paus tiba di lokasi misa dan berkeliling lapangan untuk menyapa para peziarah. Dalam kesempatan tersebut, sejumlah bayi memperoleh ciuman Bapa Paus dan salah satunya ialah keturunan keenam St. Joseph Luu, seorang santo asal Vietnam. Dalam misa yang dirayakan dalam bahasa Inggris dan Latin ini, Bapa Paus juga menerimakan sakramen krisma kepada 24 pemuda dari Australia dan seluruh dunia.

Dalam kotbahnya Paus menyapa kaum muda dengan menyadarkan bahwa masa kini seiring dengan kemakmuran materi, telah terjadi kekeringan rohani: kekosongan jiwa, ketakutan yang tidak jelas penyebabnya, dan keputusasaan. Banyak orang mencari dan mengisi hidupnya ternyata sia-sia seperti membangun bak air yang kosong, rapuh dan retak (Yer 2:13). Paus menyatakan bahwa hidup yang sungguh berarti barulah ditemukan dalam dalam mengasihi. Anugerah terbesar Kabar Suka Cita yaitu panggilan untuk menemukan kepenuhan dalam cinta. Inilah pewahyuan kebenaran tentang manusia dan kebenaran tentang hidup.

Paus menyatakan Gereja membutuhkan iman, idealisme, dan kemurahan hati kaum muda. Dengan demikian Gereja akan selalu muda dalam Roh (bdk Lumen Gentium 4). Gereja membutuhkan kawula muda. Gereja bertumbuh dengan kuasa Roh Kudus yang memberikan sukacita dan inspirasi untuk melayani Tuhan dengan sukacita. “Bukalah hati kalian bagi kuasa Roh Kudus”. Paus juga menghimbau secara khusus kepada mereka yang terpanggil menjadi imam dan religius. Jangan takut mengatakan "YA" kepada Yesus, temukanlah sukacita dalam melayani kehendakNya, berikan sepenuhnya hidup kalian untuk mengejar kekudusan dan menggunakan semua talenta untuk melayani sesama.

Di akhir misa, Paus menyatakan rasa terima kasih dan kekagumannya atas acara yang telah dipelopori oleh Paus Yohanes Paulus II, pendahulunya. Pada WYD Sydney ini, Bapa Paus memperoleh pengalaman yang tak terlupakan dari karya Roh Kudus melalui para peziarah, panitia, sukarelawan, pemerintah dan seluruh personel yang terlibat. Sebagai penutup, Paus mengumumkan tuan rumah WYD2011 adalah kota Madrid, Spanyol. Paus juga mengharapkan kaum muda mempersiapkan diri untuk WYD 2011. Verle en Madrid!

Kesan Peserta WYD:
Alleluia....Alleluia… Sungguh tak terlupakan dan sangat berkesan pengalaman ikut WYD Sydney 2008. Ketika kembali di Indonesia, pertanyaan pertama yang diberikan kepadaku adalah apa kesanmu ikut WYD. Saya menjawab tak terlukiskan! Suka dan duka yang saya alami sungguh sangat bermakna bagi saya. Cuaca dingiiin, lingkungan baru, orang-orang yang saya temui, membuat saya dapat berkata Tuhan hadir di mana-mana... Selfi Gorety, 30, Kendari.

WORLD YOUTH DAY!!! Wow, amazing! saya jadi pengen ngulang lagi suasana pas WYD. Penderitaan dan kegembiraannya kerasa banget dan itu ditanggung bareng-bareng. Everyday I miss them alot! and I really received the power from Him. Bukan hanya power tapi saya mendapat banyak banget teman-teman dari seluruh Dunia yang sampai sekarang masih keep in touch. I hope on the next WYD2011 (Madrid-Spain) saya bisa jadi volunteer. See ya in Madrid-Spain!! Veronika Wijaya, 18, Mamuju.

Very exciting… enjoy banget. Dalam forum akbar ini kita dapat saling berjumpa, berkenalan, bersahabat, bernyanyi, misa dan berdoa bersama… dapat saling berdialog dengan penuh persaudaraan, penuh kehangatan di tengah dinginnya udara Sydney. Setiap hari selalu berkumpul dan berjalan bersama dengan ratusan ribu orang dari berbagai negara. Ziarah ini menyegarkan iman. In WYD we want to show to the word that we are unity in love and peace.
Perasaan bangga bahwa dalam Gereja Katolik kesatuan universal itu sangat kuat. Juga bersyukur atas ide dan semangat yang ditinggalkan oleh Bapa Suci kita. Andre Lomena, 42, Makassar.*** Penulis: P. Yulius Malli, Pr

Tidak ada komentar: