Minggu, 24 Juli 2016

Peresmian, Pemberkatan Gereja St.Clemens Kolaka dan Tahbisan Imam Baru


1.    Peresmian dan Pemberkatan
a.    PROFIL PAROKI SANTO CLEMENS-KOLAKA
              Sejauh dapat ditelusuri, dapat dikatakan bahwa Gereja Katolik di Kabupaten Kolaka baru mulai nampak setelah era kemerdekaan bangsa Indonesia, bahkan sekitar tahun 1960 barulah mulai berdatangan orang-orang Katolik secara pribadi ke Kolaka, khususnya di wilayah pertambangan Nikel Pomalaa yang ketika itu dikelola oleh Bapak Sampetoding dengan perusahaan PT. Perto. Mereka secara diam-diam bergabung mengikuti ibadah di Gereja Protestan yang sudah lama –sejak penjajahan Belanda, dibawa oleh Zending dan para Pendeta yang berkebangsaan Belanda,- ada di Kolaka. Maka dapat dikatakan bahwa permulaan agama Katolik masuk di Kabupaten Kolaka berawal dari Pomalaa sehingga penamaan Pelindung Paroki memakai nama Santo Clemens Pomalaa-Kolaka pada awalnya.
Pada waktu -dapat disebut disini- satu keluarga Katolik anggota polisi asal Flores Larantuka yaitu Bapak Th. Antarani, secara diam-diam menelusuri keluarga-keluarga yang menurut informasi adalah penganut agama Katolik atau setidaknya simpatisan, didapatlah satu keluarga Katolik yaitu Dominikus Alip dan sejumlah keluarga keturunan Tionghoa simpatisan yang sekaligus didaftar, kemudian mengajak mereka untuk setiap hari Minggu bersama beribadah di rumah kediaman Bapak Th. Antarani di Kampung Bajo (sekarang Kelurahan Sea, Kecamatan Latambaga).
Komunitas kecil ini selanjutnya mendapat pelayanan berkala dari Kendari oleh Pastor Paulus Cattry, CICM dan Pastor dr. Clemens, CICM, Pastor Robert Suykens, CICM dan Pastor Jack Catteuw, CICM dari Keuskupan Agung Ujung Pandang (sekarang Makassar). Di kemudian hari datang pula sejumlah umat baru asal Flores pencari kerja yang ditampung oleh Bapak Th. Antarani, kemudian mereka berpencar mencari pekerjaan di Pomalaa dan Kolaka.
Menurut Buku Permandian, umat Katolik yang pertama dibaptis di Kabupaten Kolaka diawali dari Pomalaa, khususnya di Pulau Maniang. Di Pomalaa ketika itu sudah ada pula umat yang bekerja pada PT. Perto kemudian perusahaan itu diambil alih oleh PT. Aneka Tambang, suatu perusahaan BUMN yang tetap menampung sejumlah karyawan penganut agama Katolik yang sebagian besar suku Toraja dan Flores.
Di kota Kolaka pada akhir tahun 1960-an jumlah umat sudah berkisar puluhan jiwa terdiri dari beberapa keluarga termasuk keluarga keturunan Tionghoa yang dibaptis oleh Pastor Paulus Catry CICM dan sejumlah umat asal Flores yang ditampung oleh Bapak Th. Antarani masih melaksanakan peribadatan di rumah Bapak Th. Antarani. Melihat bahwa umat di Pomalaa sudah dapat tertampung dengan baik pada bangunan gereja yang dibangun oleh PT. Aneka Tambang sementara umat Kolaka belum memiliki suatu bangunan yang representatif untuk beribadat maka pada tahun 1969 oleh Pastor Clemens dibelilah sebuah bangunan  semipermanen yang sedianya diperuntukkan untuk kantor camat Kolaka  ketika itu, namun dibatalkan dan oleh yang empunya dalam hal ini Bapak Baso Lewa dijual kepada Gereja Katolik dengan demikian pada tanggal 17 Maret 1969 secara resmi umat Katolik di kota Kolaka memperoleh bangunan untuk tempat beribadah yang terletak di Jalan Pahlawan No. 67 Kolaka.
Dalam perjalanan waktu selanjutnya umat di kota Kolaka sedikit demi sedikit bertambah banyak dan pendatang baru maupun pertambahan karena kelahiran dalam tiap keluarga. Bangunan yang ada tidak cukup memadai
lagi dan perlu dipikirkan pembangunan suatu bangunan gereja yang lebih representatif. Tindak lanjut pembangunan Gereja baru disusunlah panitia pembangunan gedung gereja Kolaka, yang  diketuai Bapak J. Soehardjo ketika itu menjabat Kepala Kantor Transmigrasi Kabupaten Kolaka, sekretaris Bapak Susanto Antonius yang saat itu menjabat Kepala Dinas Peternakan dan bendahara Ibu Christina Susanto dengan pastor pendamping ketika itu Pastor Lambertus L. Pr secara berkala datang dari Makassar guna melayani umat di wilayah ini. Panitia pembangunan gedung gereja dimaksud akhirnya mulai terwujud dengan peristiwa yang sangat membahagiakan ketika itu bahwa   peletakan batu pertama dilakukan oleh yang mulia Mgr. Dr. Theodorus Lumanauw pada tahun 1980, dihadiri pula oleh MUSPIDA Kolaka dan sejumlah umat. Pembangunan gereja itu berlangsung dalam bimbingan pastor pendamping masing-masing pastor Lambertus L. Pr., Pastor Hilarius Manguntu Pr. dan terakhir Pastor Matheus Bakolu, Pr., yang finalnya diresmikan pada tanggal 13 November 1984 oleh Mgr. Dr. Franciscus van Roessel CICM dan    pengguntingan pita pada pintu gereja oleh Bupati Kokaka yang diwakili oleh Sekretaris Daerah Drs. Maula Daud.
Pada tahun 2003 dengan jumlah umat yang ada biasa tidak mencukupi lagi maka oleh pengurus yang diketuai Bapak Bantu Ginting, SH seorang Ketua Pengadilan Negeri Kolaka ketika itu telah mensponsori tambahan sayap gereja di sebelah kanan dengan ukuran 8 X 8 meter. Meskipun sudah ditambah sayap kanan dimaksud namun saat perayaan hari-hari besar gereja ketika umat dari stasi lain bergabung sudah gedung gereja tidak bisa menampung umat lagi bahkan biasanya masih memasang tenda di luar oleh karena itu disamping daya tampung relatif sudah kurang memadai ditambah lagi dengan gaya bangunan yang sudah lama dan hampir ketinggalan maka dirasa perlu merencanakan rehabilitasi berat pada bangunan gereja ini dengan memperhatikan kebutuhan yang ada serta syarat-syarat pembangunan sebuah gereja yang representatif yang layak sesuai dengan perkembangan kota Kolaka dewasa ini. Perlu ditambahkan di sini bahwa bangunan gereja Katolik Kolaka dimaksud ketika itu diberi nama pelindung “Hati Kudus” yaitu suatu nama yang dipesan oleh donatur dari negeri Belanda kepada Mgr. Th. Lumanauw, ketika menerima bantuan di sana dan disampaikan pada saat peletakan batu pertama pembangunan gereja ini.
Dapat ditambahkan bahwa  pastor pelayan umat di Kolaka sejak awal dilakukan oleh para misionaris CICM berturut-turut Pastor RP.dr. Clemens, CICM., RP.Paulus Cattry, CICM., RP.Robert Zuykens, CICM., dan RP.Jack Catthew, CICM., dan kemudian dilanjutkan dengan para Pastor Projo (Pr) berturut-turut: RD, Emanuel Parapak, RD.Yoseph Padang, RD.Alex Sariang, RD.Jimmy  Sattu, RD.Paulus Atta Patunggu  (dibantu RD.Simon Tunreng Malatta), RD. Piet Majina La Oji, dan terakhir yang sampai saat ini masih bertugas  yaitu RD.Simon Tunreng Malatta (yang dulu pernah menjadi Pastor Bantu pada tahun 2004-2006).
Umat di Paroki ini tersebar di Pusat Paroki dan  di sejumlah stasi seperti Stasi Pomalaa, Stasi Pelambua, Stasi Watalara, Stasi Puubunga, Stasi Puubenua,  Stasi Welulu, Stasi Oko-Oko, Stasi Poleang, dan Persiapan Stasi Lasusua, dan Wolo serta di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Damai Jaya Lestari. Stasi-stasi ini tersebar di Kabupaten Kolaka, Kabupaten Kolaka Utara, dan Kab. Bombana.
Pada 27 Mei 2012, RD.Piet Majina La Oji meletakkan batu pertama untuk renovasi total gereja lama, dilanjutkan dan diselesaikan oleh RD.Simon Tunreng Malatta. Daya tampung gereja diperluas mengingat gereja lama tidak memadai lagi menampung jumlah umat yang beribadat pada Hari Minggu.

b.    Peresmian dan Pemberkatan Gereja St.Clemens Kolaka
Setelah kurang lebih 4 tahun, dengan kerjasama yang baik antara umat dan pihak-pihak donatur, baik Pemerintah Daerah maupun kalangan dunia usaha, sekarang tersedia      bangunan Gereja yang megah di pusat Kab.Kolaka yang bisa menampung umat untuk beribadat. Bangunan Gereja yang baru ini diresmikan oleh Bupati Kolaka Ahmad Safei dan diberkati oleh Mgr.John Liku-Ada’ pada tanggal 3 Agustus 2016.
Dalam acara Peresmian Gereja, ketua Panitia Pembangunan, Fredy Sirande mewakili seluruh umat menyampaikan rasa bahagia karena cita-cita dan harapan untuk memiliki rumah ibadat yang layak bagi umat Katolik di Paroki St.Clemens Kolaka kini terwujud.
Ketua Panitia Peresmian dan pemberkatan Gereja, Komandan Kodim 1412 Kolaka, Letkol CZI.Cosmas Manukallo Danga; Bupati Kolaka, Ahmad Safey, juga memberikan kata sambutan. Senada dengan itu, Uskup Agung Keuskupan Agung Makassar, Mgr. John Liku-Ada’, mengajak umat Katolik untuk keluar dari zona aman dan bergulat dan melibatkan diri di tengah-tengah masyarakat sekitar; untuk membangun masyarakat yang lebih baik, mengambil bagian dan mendukung program pemerintah. Umat Katolik diminta untuk menghidupi “seratus persen Katolik, seratus persen warga Negara”, papar Uskup Agung KAMS, Mgr. John Liku-Ada’ dalam sambutannya, baik pada peresmian maupun pada pemberkatan Gereja.

2.    Tahbisan Imam Baru
Gedung Gereja yang baru diresmikan dan diberkati sehari yang lalu, kini menjadi saksi sejarah untuk pertamakalinya di Kabupaten Kolaka diadakah Tahbisan Imam.  Diakon Fransiskus Wogha Pati, anak dari Ambrosius Lela (alm.) dan Maria Wende, yang ditahbiskan adalah Putra Paroki Kolaka. Paroki Kolaka telah menyumbangkan empat orang putra  terbaiknya menjadi imam yaitu RD. Made Markus Suma, Syprianus Baso, Ferdinand Lagoli dan Fransiskus Wogha Pati.  Setahun sebelum acara Tahbisan Imam di Kolaka, umat Paroki Kolaka melalui Depas meminta secara resmi kepada pihak Keuskupan agar pelaksanaan Tahbisan Imam tahun 2016 dilaksanakan di Paroki Kolaka. Harapan umat adalah      dengan Tahbisan Imam ini, ada anak-anak muda yang tergerak untuk juga menyiapkan diri menjadi imam. Selain itu, acara ini menjadi sejarah penting bagi Paroki Kolaka untuk pertama kalinya mengadakan Tahbisan Imam. Kecuali itu, acara ini juga menjadi momen yang bagus bagi umat untuk memperkenalkan diri lebih jauh kepada pemerintah daerah dan masyarakat setempat.
Peresmian dan pemberkatan Gereja telah terlaksana pada tgl 3 Agustus 2016, Tahbisan Imam telah dilangsungkan tgl 4 Agustus 2016,  dihadiri 73 imam yang berkarya di Keuskupan Agung Makassar.
Akhirnya, dengan penuh syukur, Depas dan seluruh umat di Paroki Kolaka mengucapkan berlimpah terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dengan caranya sendiri dalam menyukseskan acara ini.
Proficiat kepada seluruh umat Paroki Kolaka. *** (Penulis: RD. Simon Tunreng Malatta, Pr, Pastor Paroki)

Tidak ada komentar: