Senin, 27 Juni 2011

Menanti Imam Dambaan Umat dari Anging Mammiri

Mendengar kata retret, kebanyakan orang pasti akan langsung membayangkan suatu suasana penuh keheningan, silentium, tanpa senyuman, pokoknya semuanya serba menegangkan. Memahami retret seperti ini pasti akan membuat orang takut dan tidak tertarik mengikutinya. Namun berbeda jika retret itu dipahami sebagai sesuatu yang menyenangkan, bukan paksaan dan bukan sebuah kewajiban. Retret adalah waktu berlibur bersama Yesus. Artinya, retret sungguh menjadi saat yang menggembirakan bersama Yesus. Saat yang penuh kasih antara diri kita dengan Yesus.

Retret dengan Prinsip MTB
Para Frater Seminarium Anging Mammiri, calon imam Prajasuta dari Keuskupan Agung Makassar (KAMS) juga mengadakan retret, liburan bersama Yesus selama 5 hari, 17-21 Juni 2011 di Wisma Pojok, Yogyakarta. Liburan bersama Yesus ini dipandu oleh Mgr. F.X. Prajasutasuta, MSF, Uskup Emeritus Banjarmasin dengan mengambil tema Berlibur Bersama Yesus, Agar Lebih Mengenal Yesus dan MencintaiNya.
Pada sesi awal, Mgr. Prajasuta memang sudah menegaskan bahwa retret ini harus dipahami sebagai liburan bersama Yesus. “Setelah satu tahun menggeluti kuliah di kampus, sekarang saatnya kita berlibur bersama Yesus. Jadikan retret ini sebagai saat yang menyenangkan bagi Anda. Karena itu pegang prinsip MTB: Makan kenyang, Tidur nyenyak, dan Berdoa banyak. Selain itu, retret bukanlah seminar rohani. Retret adalah saat intim bersama dengan Yesus”, demikian katanya.

Dalam retret ini para frater diajak untuk merenungkan makna luhur di balik panggilan menjadi imam. Mgr. Prajasuta mengatakan bahwa panggilan menjadi imam adalah suatu panggilan yang sangat luhur dan mulia. “Saya berani mengatakan bahwa panggilan yang paling luhur dan mulia adalah panggilan menjadi imam. Karena hanya imamlah yang bisa mengubah roti dan anggur menjadi tubuh dan darah Yesus. Betapa luhurnya panggilan itu, sehingga tidak ada alasan bagi Anda untuk tidak mensyukuri panggilan ini. Anda harus bersyukur bahwa Anda dipanggil oleh Tuhan untuk menjalani panggilan khusus ini. Anda bukanlah orang sembarangan. Anda adalah orang pilihan”, demikian beliau membakar semangat panggilan para frater. Beliau menambahkan bahwa untuk bisa bersyukur, pertama-tama harus ada rasa cinta dalam diri kita. Tuhan begitu mencintai kita, bukan pertama-tama karena kita baik, saleh, atau karena kita hebat, tetapi Tuhan mencintai kita karena kita adalah anakNya. Jadi, Tuhan itu sungguh mencintai kita sebagai anakNya, karena itu kita harus selalu beryukur dan bergembira. “Jadi imam itu harus S2. Kalian tahu to S2? S2 berarti Suka Senyum. Tetapi jangan S3, karena S3 berarti Suka Senyum Sendiri”, kata Mgr. Prajasuta dengan senyumannya yang khas diikuti oleh gelak tawa para frater.

Menjadi Imam yang DRS
Mgr. Prajasuta begitu blak-blakan mengupas profil imam dambaan umat sekarang ini. Beliau melihat bahwa para imam dewasa ini kadang terlalu banyak menuntut dari umatnya. Padahal mereka tidak tahu betapa umat juga sebenarnya punya hak. Paling kurang ada 2 hak umat yang harus diperhatikan oleh para imam. Pertama, umat berhak mendapatkan suri teladan hidup dari sikap dan perilaku imamnya. Kedua, umat berhak mendapat pelayanan pastoral yang sepenuh hati. Umat tidak menuntut banyak dari para imamnya. Mereka hanya mengharapkan agar imamnya benar-benar memberikan pelayanan yang tulus kepada mereka. Kadang ada imam yang bukannya melayani tetapi justru minta dilayani. “Ingat! Imam di dunia modern ini harus DRS. Tau apa itu DRS? DRS adalah Disponable (melayani), Rendah hati, dan Sederhana. Imam bukan bos, bukan birokrat gerejawi, dan bukan manager paroki. Imam adalah gembala. Jadi, sebagai gembala, mereka harus melayani dan bukan minta dilayani. Kalau mau jadi imam, harus menjadi imam yang bermutu. Bukan imam asal-asalan. Kalau memang tidak mau, keluar saja dari frater sekarang!”, katanya dengan tegas.

Berhadapan dengan realitas banyaknya imam yang saat ini meninggalkan imamatnya, Mgr. Prajasuta mengatakan bahwa paling kurang ada 2 penyebabnya. Pertama, karena si imam melupakan Tuhan, jarang berdoa. Kedua karena ia bekerja sendiri, tidak melibatkan orang lain. Imam-imam yang meninggalkan imamatnya bukan pertama-tama karena perempuan, tetapi karena mereka telah melupakan Tuhan. Imam sudah tidak pernah berdoa. Selain itu karena si imam tidak memiliki kebiasaan sharing pada rekan imamnya. Mgr. Prajasuta mensyaringkan pengalamannya selama lebih dari 20 tahun menjadi uskup di keuskupan Banjarmasin. Ia mengatakan bahwa selama menjadi uskup di sana, tidak ada satu orang imam pun di keuskupannya yang meninggalkan imamatnya. Salah satu kuncinya adalah karena di sana imam memiliki kebiasaan bersharing. Setiap sebulan sekali diadakan sharing bersama para imam untuk mensharingkan segala keberhasilan dan kegagalannya dalam menggembalakan umat. Ingatlah bahwa kebersamaan itu menentukan panggilan. Dan selain itu, di sana ada kebiasaan saling mendoakan. Imam mendoakan umatnya dan umat mendoakan imamnya. Kekuatan doa itu paling besar pengaruhnya. Karena itu jadi imam jangan malas berdoa.

Menjadi Imam Dambaan Umat
Pembahasan mengenai Imam Dambaan Umat ini diutarakan berdasarkan masukan dari ratusan umat yang telah dikumpulkan langsung oleh Mgr. Prajasuta. Permenungan mengenai imam dambaan umat dimulai dari upacara pentahbisan yang dialami oleh seorang imam ketika ditahbiskan. Setiap imam harus selalu ingat apa yang dilakukan dan diucapkan dalam tahbisannya. Di sana ada janji imamat yang diucapkan dengan begitu gagah dan agung. Ingatlah bahwa dalam tahbisan tersebut seorang imam telah berjanji untuk melaksanakan tugas imamat dengan cermat dan dalam kerja sama yang setia dengan uskup menggembalakan umat Tuhan di bawah bimbingan Roh Kudus. Sekali lagi imam bukan bos, bukan birokrat gerejawi dan bukan manager paroki, imam adalah gembala. Imam ada bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani.

Kedua, imam telah berjanji untuk merayakan misteri Yesus dalam Gereja dengan hormat dan setia. Imam harus mempersiapkan diri agar dapat merayakan sakramen dengan khidmat. Jangan hanya asal membaca rubrik. Jangan loncat dari tempat tidur langsung memimpin misa karena terlambat bangun. Ketiga, imam telah berjanji untuk mewartakan Sabda Allah dengan pantas dan bijaksana. Dalam berkhotbah gunakan bahasa Jepang (JElas dan gamPANG). Jangan bahasa yang sulit-sulit. Dan ingat, apa yang Anda ajarkan itu haruslah yang Anda dalami, hayati dan laksanakan dalam hidup Anda. Jangan berkotbah tentang kasih sementara Anda dengan sesama pastor di satu pastoran tidak saling mengasihi.

Keempat, imam berjanji untuk semakin erat mempersatukan diri dengan Yesus Sang Imam Agung. Hidup para imam harus bersumber dan berpusat pada Yesus dengan doa, sabda dan ekaristi. Hidup para imam harus dibimbing oleh Roh Kudus dan dihiasi oleh buah-buah Roh dan menghayati Sabda Bahagia, serta hidup bersama Maria sebagai ibu dan pelindung imam. Dan kelima, para imam telah berjanji untuk menghormati dan mentaati uskup dan para penggantinya. Para imam tidak boleh melekat pada tempat atau pekerjaan tertentu. Ingatlah, di manapun engkau dapat berbuat baik, di situlah tempatmu.  

Selain itu hidup para imam harus selalu dihiasi oleh buah-buah roh: kasih, suka cita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelembutan hati, pengendalian diri, dan kerendahan hati. Para imam harus melayani dengan penuh kasih dan gembira. Jangan sampai ada orang yang pergi dari Anda tanpa mendapatkan apa-apa. Anda sebagai imam harus menjadi saluran kasih dan berkat bagi sesama. Anda harus melayani dengan gembira karena Anda adalah pewarta kabar gembira.

Sadarilah....
Menjadi imam itu sulit. Menjadi imam itu berat. Tetapi jangan lalu berkecil hati. Ingatlah, kata-kata Leonardo da Vinci, “Otak Anda lebih cemerlang dari pada yang Anda duga”. Demikian pun dengan kemampuan Anda, lebih besar dari pada apa yang Anda pikirkan. Dan hati Anda lebih hebat dari pada yang Anda duga. Sadarilah, masa depan Gereja Indonesia dan khususnya masa depan KAMS ada di pundak Anda. Dan yakinilah, Anda tidak sendirian. Dia yang telah memanggil Anda masing-masing akan selalu setia. Dia akan selalu memberikan kekuatan kepada Anda untuk mampu melaksanakan tugas berat ini. Sehingga mudah-mudahan kelak Anda akan menjadi imam-imam yang bermutu, imam-imam yang baik, imam yang dapat dijadikan suri teladan, imam yang melayani dengan sepenuh hati, imam yang rendah hati, dan sederhana. Itulah imam dambaan umat.***
Penulis: Fr. Cornelius Timang.
Penulis adalah Calon imam dari Keuskupan Agung Makassar. Tinggal di Seminarium Anging Mammiri, Yogyakarta, dan sekarang sedang menjalani masa Tahun Orientasi Pastoral di KAMS.

Tidak ada komentar: