Jumat, 24 Juni 2016

KEUANGAN KELUARGA: Bagaimana Mengelolanya?


Dalam seminar sehari yang digagas oleh Credit Union (CU) Mekar Kasih, dalam rangka sewindu CU Mekar Kasih, Bapak Uskup Mgr John Liku Ada’ sebagai salah satu narasumber mengatakan “saat ini  ada 3 masalah yang mengancam kehidupan berumah tangga umat yaitu menyangkut relasi, iman dan ekonomi”. Uskup mengingatkan bahwa perhatian dan pembinaan dalam keluarga harus mendapat prioritas dalam kerasulan gereja.
Menyangkut ekonomi, Keuskupan Agung Makassar di bawah koordinasi  Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi menghadirkan gerakan Credit Union. Di antara gerakan CU ini, terdapat dua CU yang berkembang cukup baik yakni CU Sauan Sibarrung dan CU Mekar Kasih. Dalam jaringan Puskopdit Badan Koordinasi Credit Union Kalimantan  (44 Credit Union Primer) kedua CU ini cukup diperhitungkan meskipun usianya masih relatif muda. Pada RAT Puskopdit BKCU Kalimantan, bulan April  2016 yang lalu di Pangkalan Bun, Penghargaan BKCU Kalimantan Award diberikan kepada CU Sauan Sibarrung yang menduduki posisi pertama, sedangkan CU Mekar Kasih sebagai adik kandungnya menduduki posisi nomor empat.
Pertama-tama bukan masalah jumlah anggota dan aset yang berhasil dihimpun dua CU ini melainkan perubahan paradigma tentang Credit Union (bahkan koperasi). Credit Union tidak lagi dipahami sebagai lembaga keuangan tetapi CU dalam misi dan visinya menjadi lembaga pemberdayaan manusia. Itu berarti para anggota yang merupakan pemilik dan juga pengguna jasa CU bersama-sama terlibat dalam gerakan pemberdayaan bersama untuk meningkatkan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup ini dalam gerakan CU di KAMS diharapkan terjadi mulai dalam keluarga sesuai dengan hasil seminar CU Mekar Kasih  baru-baru ini. Pemberdayaan dalam keluarga diharapkan meningkatkan kesejahteraan hidup anggota keluarga baik secara fisik (ekonomi), moral,  dan iman. Kemajuan dalam bidang ekonomi diharapkan terjadi seiring juga dengan kemajuan dalam iman dan perilaku sosial.

Financial Literacy atau Pendidikan Cakap Keuangan
Hal yang menarik yang dikembangkan PSE KAMS dalam 5 tahun terakhir adalah melakukan pendidikan Financial Literacy atau Kecakapan Keuangan. PSE KAMS mendorong agar CU Sauan Sibarrung dan CU Mekar Kasih melakukan pelatihan pencerdasan keuangan bagi anggota. Penyadaran tentang keuangan dilakukan karena dirasakan bahwa sejak lahir di dunia banyak orang tidak pernah mendapatkan pendidikan  tentang melek keuangan. Kita bertumbuh dalam lingkungan keluarga yang jarang melakukan pembelajaran tentang keuangan tetapi kita langsung diperkenalkan dengan lembaran-lembaran uang. Begitupun di kala kita telah memasuki dunia pendidikan. Di setiap jenjang pendidikan tidak ada mata pelajaran atau mata kuliah yang mengajarkan tentang bagaimana uang bekerja, bagaimana mengontrol penggunaan uang, bagaimana hemat dan tekun dalam mengelola uang dan seterusnya. Maka kebanyakan dari kita belajar tentang keuangan secara alamiah saja.

Gerakan Kecakapan Keuangan dalam Keluarga
Dalam rangka pembinaan keluarga-keluarga entah sebagai anggota CU atau tidak, pembinaan tentang Kecakapan Mengelola Keuangan sangat penting. Uang dan keluarga sangat berkaitan. Bagaimana keluarga mampu mengelola pendapatan, belanja, dan utang piutangnya sehingga dapat mencapai tujuan hidup bersama dalam keluarga.

Kesadaran tentang uang perlu ditingkatkan.
Uang bukanlah segalanya dalam hidup, namun jika tidak memiliki dan tidak mampu mengelola uang dengan baik, bisa memicu munculnya sejumlah persoalan dalam keluarga. Tidak Punya uang dapat menjadi konflik, punya banyak uangpun bisa jadi konflik. Konflik mengenai uang paling sering terjadi dalam keluarga. Hal ini disebabkan karena cara pandang dan penggunaan uang yang tidak tepat sasaran dan tidak dikendalikan dengan benar. Kebanyakan orang tidak mengenali tujuan keuangan dalam setiap tahap kehidupan mereka  karena mereka menjadikan uang sebagai tujuan kehidupan itu sendiri.
Dalam Sinode Keuskupan Agung Makassar 2012, telah dirumuskan butir-butir yang menjadi fokus utama dalam pengembangan karya kerasulan Gereja, teristimewa dalam lingkup Gereja Lokal Keuskupan Agung Makassar.  Salah satu pokok perhatian dalam Sinode gereja lokal KAMS adalah pembinaan keluarga. Keluarga adalah gereja dalam konteks yang terkecil. Dalam keluargalah manusia dapat dibentuk, baik moral maupun imannya. Selain aspek pembentukan iman dan moral yang baik dalam keluarga, ada aspek lain yang perlu diperhatikan yaitu aspek keuangan. Keuangan keluarga, jika tidak dikelola dengan baik, bisa menjadi salah satu pemicu konflik dalam rumah tangga.
Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi (KPSE) KAMS melihat masalah ini sebagai salah satu masalah yang harus dicarikan jalan keluarnya. Langkah yang dilakukan Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi KAMS yaitu mengadakan Pelatihan Kecakapan Keuangan atau Financial Literacy bekerjasama dengan Komisi Keluarga KAMS.  Tujuan diadakannya pelatihan ini salah satunya adalah membimbing keluarga-keluarga muda dan pribadi-pribadi agar cerdas dalam mengelola keuangan, sehingga keuangan dalam keluarga bisa lebih sehat. Maka Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi KAMS bekerjasama dengan   Komisi Keluarga KAMS mengadakan Pelatihan Financial Literacy pada 7 – 9 April 2016 di Aula KAMS yang ditujukan khusus kepada keluarga-keluarga muda dan para pendamping kursus perkawinan di setiap paroki.
Kecakapan keuangan  mengacu pada seperangkat pengetahuan, keyakinan dan keterampilan yang mendorong seorang individu mampu membuat keputusan yang efektif dan efisien dengan semua sumber daya keuangannya untuk mencapai tujuan hidupnya. Financial Literacy dapat diartikan sebagai kemampuan untuk memahami
» Bagaimana uang bekerja
» Bagaimana seseorang memdapatkannya
» Bagaimana seseorang mengelolanya
» Bagaimana mengambil keputusan tentang uang.
Diharapkan setelah mengikuti pendidikan Financial Literacy ini, keluarga-keluarga muda dan pribadi-pribadi mampu memahami pengelolaan uang, arus kas, konsep keuangan, dan manajemen uang.
Dalam pelatihan Financial Literacy, peserta dilatih untuk mengenal tahapan-tahapan dalam kehidupan manusia. Tahapan dalam kehidupan adalah tahapan yang terjadi dalam kehidupan yang dimana setiap tahapan memiliki kebutuhan keuangan yang berbeda. Ada 12 tahapan kehidupan mulai dari masa kanak-kanak sampai pensiun. Setiap tahapan memiliki kebutuhan keuangan yang harus dipersiapkan setiap manusia. Robert Kiyosaki mengatakan: Salah satu kegagalan terbesar dari sistem pendidikan adalah kegagalan untuk menyediakan pendidikan keuangan untuk murid/siswa. Pendidik tampaknya berpikir bahwa uang memiliki semacam godaan atau noda dari agama atau sekte. Kita percaya bahwa cinta uang adalah kejahatan. Tapi kebanyakan dari kita juga tahu, bahwa kekurangan uanglah yang menyebabkan kejahatan. Berkelahi dengan orang yang anda cintai karena uang adalah jahat. Menjadi serakah adalah kejahatan. Dan melakukan tindakan kriminal atau tidak bermoral untuk mendapatkan uang adalah kejahatan. Uang itu sendiri tidaklah jahat. Uang hanyalah uang.”

PSE mendorong agar melalui gerakan CU seperti di CU Sauan Sibarrung dan CU Mekar Kasih diadakan pelatihan Financial Literacy. Selain itu kedua CU ini bukan hanya memberikan pendidikan tentang kecakapan keuangan tetapi juga meningkatkan produk dan pelayanannya agar memberdayakan anggotanya mulai dalam keluarga. Modul Pendidikan Dasar dan Pendidikan lanjutan diharapkan mengarahkan anggota untuk merancang kehidupannya dengan bantuan keuangan secara bijaksana. Produk dan Pelayanan yang  diciptakan sungguh-sungguh membantu anggota mengelola kehidupannya dengan baik.
Dengan manajemen keuangan yang baik, anggota dapat menyisihkan pendapatannya pada tabungan yang sesuai untuk menjamin tujuan-tujuan keuangan di masa depan. CU idealnya hanya menyediakan produk pinjaman untuk kebutuhan produktif (wirausaha, dll) dan pinjaman untuk membangun kekayaan (Kepemilikan Tanah dan rumah, PMT). Kebutuhan yang bersifat konsumtif dipenuhi melalui penyisihan tabungan secara rutin/tabungan.*** (Penulis: Natalia Boro, Staf  Komisi PSE)

Tidak ada komentar: