Jumat, 24 Juni 2016

MEMBANGUN KOMUNITAS AIR ALKALI


Air Alkali sudah lama didengar oleh banyak orang. Namun tidak banyak orang mengenal lebih dalam tentang Air Alkali. Air Alkali atau Air Elektrolisa atau Air Strum begitu biasa orang menyebutnya. Dari sebutannya Air Strum berarti pengolahan air ini mengambil tenaga dari aliran listrik. Hasilnya akan meningkatkan pH air sampai pada air yang sehat bagi tubuh manusia. Karena begitu penting manfaatnya maka beberapa bulan yang lalu Komisi PSE Keuskupan Agung Makassar mengirim beberapa orang ke Jawa Tengah, tepatnya komunitas Romo Kirjito. Beliau sudah lama berkecimpung apa yang disebut air alkali. Malahan beliau sudah memiliki banyak murid yang berguru kepadanya tentang air alkali, air yang sehat bagi manusia. Tentu saja sasarannya adalah orang-orang miskin yang sulit mendapatkan air sehat atau air mineral. Jadi semangat solider dengan mereka yang miskin,  kecil dan terpinggirkan. Itulah yang menjadi landasan gerakan air alkalin yang kita sosialisasikan sebanyak mungkin orang. Oleh karena itu nasehat yang paling bernilai oleh Romo Kirjito kepada murid-muridnya adalah jangan menjadikan program gerakan ini untuk mencari keuntungan.

Ionisasi Air Sebagai Alternatif Bagi Masyarakat Dapatkan Air Bersih
     Air merupakan salah satu sumber kehidupan bagi manusia, namun ketersediaan sumber air bersih masih menjadi permasalahan klasik hingga di wilayah pedesaan. Privatisasi air yang dikuatkan oleh Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air kian meminggirkan peran negara dalam penyediaan air bersih.
     Namun, ketika UU Nomor 7 Tahun 2004 dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi, pemerintah malah menyatakan tidak siap menyediakan air bersih bagi rakyatnya dan tetap melanjutkan kontrak pada pihak swasta yang telanjur berlangsung lama.
Namun, masih kurangnya ketersediaan air bersih di tengah masyarakat memunculkan berbagai inovasi agar tidak kehilangan sumber kehidupan itu.
Romo Vincentius Kirjito, seorang rohaniwan, sejak dua tahun terakhir melakukan riset dan percobaan pengolahan air hujan sebagai air minum.  Penelitian Kirjito menunjukkan bahwa air hujan di Indonesia memiliki kandungan mineral terlarut (total dissolved solid/TDS) di bawah 20 miligram per liter (mg/l). Padahal, TDS air kemasan banyak yang di atas 100 TDS. Sedangkan ketentuan ilmiah yang ditentukan oleh Kementerian Kesehatan dan World Health Organization (WHO), dimana, WHO mematok kadar mineral dalam air tertinggi yang boleh dikonsumsi adalah 50mg/liter.
     “Semakin banyak nilainya, kemungkinan terlarut zat padat makin tinggi. Makin rendah makin murni. Karenanya, melalui TDS kita bisa memperkirakan kemurnian air itu,” jelas Kirjito saat ditemui di Bentara Budaya, Jakarta, Senin (06/04).
     Selain itu, menurut Kirjito, yang kerap jadi soal adalah proses penampungannya. Air hujan yang melewati genting rumah kemungkinan tercemar kotoran, namun jika dibandingkan air di dalam tanah, potensi kecemaran air hujan yang ditampung tersebut lebih kecil. Sementara, di daerah industri yang mutu udaranya buruk, kemungkinan terjadi hujan asam atau tercemarnya air hujan oleh oksida sulfur dan oksida nitrogen yang bersifat toksik cukup tinggi.
Pada Desember 2014, tingkat keasaman air hujan di beberapa kota di Indonesia di atas batas pH air hujan normal (pH 5,6).”Kondisi hujan asam ini bisa disiasati dengan tidak memakai air hujan yang baru turun, namun menunggu beberapa saat baru ditampung,” katanya. Tubuh bersifat asam dan butuh asupan bersifat basa. Air berfungsi membawa nutrisi dan oksigen bagi tubuh, melarutkan dan mengeluarkan sampah atau racun.
 ”Air bersifat basa bisa berperan lebih baik, termasuk membantu memelihara dan mengganti sel-sel tubuh yang rusak. Air hujan termasuk terbaik karena paling murni. Jika dijadikan alkali, air hujan itu amat baik bagi tubuh,” katanya menjelaskan. 
Apa itu Air Alkali?
Air alkali adalah air yang bersifat basa atau mempunyai pH di atas 7. Tubuh kita membutuhkan air. Tapi air seperti apa yang paling dibutuhkan tubuh? Air pH netral baik untuk tubuh. Tetapi problemnya, hasil pembakaran dan racun yang ada dalam tubuh kita bersifat asam. Jadi kita membutuhkan air yang bersifat basa/alkali.

Bagaimana mendapatkan air alkali?
Romo Kirjito dan komunitasnya  memperagakan teknik sederhana menjadikan air  yang cenderung asam menjadi air basa atau alkali. Mereka menggunakan arus listrik DC agar terjadi ionisasi sehingga air asam dan basa terpisah. Arus listrik tersebut dialirkan ke konduktor stainless foodgrade pada dua bejana yang berhubungan dan berisi air . Cara ini bisa juga dilakukan pada air tanah selama empat jam atau lebih, tergantung kadar pH yang diinginkan.
Makin lama proses terionisasinya, perbedaan pH antara dua bejana itu makin tinggi, satu bejana kian basa dan satunya makin asam. Air basa bisa langsung dikonsumsi, dan yang asam untuk pupuk tanaman.

Komunitas Air Alkali
Dua tahun terakhir ini Komisi PSE Keuskupan Agung Makassar aktif mensosialisasikan air alkali. Bapak LE.Udjianto, aktivis PSE yang tinggal di Unaaha dan sebagai fasilitator sangat terlibat banyak dalam  memberikan pelatihan  air alkali. Murid dari Romo Kirjito ini sudah menciptakan puluhan unit pengolahan air arkali dengan peralatan dan biaya yang sangat kecil. Pelatihan-pelatihan yang dimaksud adalah menciptakan alat pengolahan air alkali itu sendiri. Karena memang misinya adalah pemberdayaan arahnya adalah peserta mampu membuat alat penciptaan air alkali sehingga mampu menghasilkan air mineral yang ketinggian pH-nya sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia.  Alat-alatnya bisa dirangkai sendiri karena komponen-komponen dapat diperoleh dengan mudah dan murah. Untuk Makassar dalam survei kami dana yang dibutuhkan berkisar kira-kira 130.000 – 150.000,- rupiah. Biaya yang cukup tinggi  menyangkut pengadaan tabung air;  karena makin besar tabungnya makin besar biayanya.
Untuk komunitas pastoran Vianey, Jl.Baji Gau II/30, Makassar  sudah kira-kira 6 bulan kami menggunakan cara ini untuk menghasilkan air mineral dengan pH sampai 10, meskipun TDS-nya masih pada angka 300-an.  Sumber air yang kami pakai adalah air PAM dan lama pengolahannya rata-rata 24 jam. Menurut informasi penggunaan air hujan sebenarnya jauh lebih baik lagi. 
Saat  ini CU Sauan Sibarrung  giat melaksanakan pelatihan tentang air alkali  di Kev.Tana Toraja  dan CU Mekar Kasih di Kev.Sulawesi Tenggara. Sehingga secara perlahan-lahan  baik di Kev.Sulawesi Tenggara maupun Kev.Tana Toraja mulai terbentuk komunitas-komunitas air alkali. Komunitas-komunitas yang kemampuan ekonominya terbatas tetapi mereka mampu menikmati air yang murah dan sehat.  *** (Penulis:  P. Linus Oge Pr)

Tidak ada komentar: