Jumat, 24 Juni 2016

YUBILEUM AGUNG KERAHIMAN


1. Pada tanggal 11 April 2015, yaitu Hari Minggu Paskah II yang sekaligus adalah Hari Minggu Kerahiman llahi, Paus Fransiskus mengeluarkan suatu Bulla Apostolik atau Surat Resmi Dari Takhta Suci dengan judul “Misericordiae Vultus” yang berarti “Wajah Kerahiman”. Melalui Surat Resmi ini, Paus Fransiskus menghimbau Gereja di seluruh dunia agar meneladani Yesus Kristus dalam usaha menampakkan wajah kerahiman Allah, baik dengan perkataan maupun dengan perbuatan (MV 12a). Dengan mengutip kata-kata Santo Yohanes Paulus II dalam Ensiklik “Dives in Misericordia” yang berarti “Kaya dengan Kerahiman”, Paus Fransiskus menjelaskan alasan untuk mengeluarkan Bulla Apostolik “Misericordiae Vultus”, yaitu karena lingkungan budaya masa kini sudah melupakan tema kerahiman (MV 11a), padahal kerahiman adalah sumber sukacita, ketenangan, kedamaian manusia (MV 2).
2. Untuk menjadikan Himbauan Apostolik ini menjadi gerakan bersama seluruh Gereja, Paus Fransiskus mencanangkan tahun 2016 ini sebagai “Yubileum Agung Kerahiman” (Inggris: “Extraordinary Jubilee of Mercy”), yang telah dibuka pada 08 Desember 2015 (Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda) dan akan ditutup pada 20 November 2016 (Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam). Paus Fransiskus mengharapkan agar selama tahun 2016 ini, semua orang Kristiani menjadi saksi-saksi kerahiman Allah (MV 10), sehingga di mana pun ada orang-orang Kristiani (di paroki, komunitas, lembaga, dan gerakan), setiap orang dapat menemukan oase kerahiman (MV 12b). Untuk itu, ia menghimbau semua orang Kristiani untuk memohon bantuan Maria “Bunda Kerahiman”, dan para santo/santa serta beato/beata, khususnya Santa Faustina Kowalska “Rasul Besar Kerahiman” (MV 24), supaya dapat menyatakan kerahiman sama seperti Allah (MV 13).
3. Tanggal 8 Desember 2015 dipilih sebagai pembukaan “Yubileum Agung Kerahiman” karena bertepatan dengan peringatan 50 tahun penutupan Konsili Vatikan II pada 08 Desember 1965, Konsili Ekumenis yang membuka lebar-lebar pintu Gereja Katolik, yang sebelumnya bagaikan benteng yang sangat rapat tertutup (MV 4a). Kata “Yubileum” dan momen 50 tahun penutupan Konsili Vatikan II sengaja dipilih mungkin untuk mengingatkan Gereja akan “Tahun Yobel”, yaitu “Tahun Pembebasan” pada tahun ke-50, yang harus dikuduskan oleh semua orang Israel (Im 25:10.12). Pada tahun ini, semua orang Israel dituntut untuk menyatakan “kerahiman” kepada sesamanya, dengan mengembalikan tanah rampasan serta rumah sitaan kepada pemiliknya, dan membebaskan orang upahan serta budak belian pulang kembali kepada kaumnya (Im 25:1-55). Maka sebagai tanda keterbukaan “pintu kerahiman” Gereja, pada 8 Desember 2015 Paus Fransiskus membuka Pintu Suci Basilika Santo Petrus di Roma (MV 3b), dan kemudian menghimbau agar semua pintu gereja (khususnya katedral) dan tempat ziarah di seluruh dunia dibuka lebar-lebar, sehingga semua orang dapat mengalami kerahiman Allah (MV 3c).
4. Agar dapat menghayati kerahiman Allah, Paus Fransiskus mengajak semua orang Kristiani untuk terus-menerus merenungkan misteri kerahiman Allah yang terwujud secara sempurna dalam diri Yesus Kristus, wajah kerahiman Allah (MV 1-2). Dengan berpangkal dari Ef 2:4 (“Allah kaya dengan kerahiman”, yang menjadi judul Ensiklik Santo Yohanes Paulus II “Dives in Misericordia”) dan Kel 34:6 (“Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasihNya dan setiaNya”), Paus Fransiskus menguraikan secara panjang lebar dan mendalam sifat yang paling luar biasa dari Allah Sang Pencipta dan Yesus Kristus Sang Penebus. Secara khusus, Paus Fransiskus menegaskan bahwa kerahiman Allah mengatasi keadilanNya, sehingga seperti dikatakan oleh Santo Agustinus: “lebih mudah bagi Allah untuk menahan kemarahan daripada kerahiman”. Kemarahan Allah hanya sekejap, tetapi kerahimanNya kekal (MV 21), seperti ditegaskan dalam Mzm 136 (MV 7). Maka Paus Fransiskus menghimbau semua orang Kristiani agar penuh kerahiman seperti Allah, sehingga tidak menghakimi dan menghukum orang yang bersalah, melainkan mengampuni dan memaafkan dia (MV 14b). Ajaran Tuhan Yesus: “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati!” (Luk 6:36) harus menjadi program dan gaya hidup setiap orang Kristiani (MV 13). Dengan kata lain, ajaran Tuhan Yesus ini harus dijadikan “motto” Tahun Suci ini (MV 14c).
5. Paus Fransiskus mengingatkan bahwa kredibilitas Gereja terlihat dalam bagaimana ia menunjukkan kasih yang penuh kerahiman dan belas kasihan (MV 10). Maka ia menghimbau agar Gereja membuka mata dan melihat penderitaan sesama, lalu turun tangan memberi pertolongan. Gereja tidak boleh tinggal diam dan jatuh ke dalam ketidakpedulian yang memalukan atau rutinitas yang monoton, yang mencegah mereka untuk menyatakan kerahiman Allah kepada mereka yang menderita (MV 15a). Gereja harus meneladani Yesus, wajah kerahiman Allah, yang selalu tergerak hatiNya oleh belas kasihan jika melihat orang-orang menderita, sehingga turun tangan untuk menolong mereka (MV 8b).
6. Sebagai perwujudan nyata dari kerahiman Allah, Gereja dapat melakukan karya-karya jasmani kerahiman dan karya-karya rohani kerahiman. Karya-karya jasmani kerahiman, antara lain adalah: memberi makan orang yang lapar, memberi minum orang yang haus, memberi pakaian orang yang telanjang, menyambut orang asing, menyembuhkan orang sakit, mengunjungi orang yang dipenjara, dan menguburkan orang mati. Sedangkan karya-karya rohani kerahiman, antara lain adalah: menasihati orang yang bimbang, mengajari orang bebal, menegur orang berdosa, menghibur orang menderita, mengampuni kesalahan, menanggung dengan sabar mereka yang berbuat jahat, dan mendoakan orang yang hidup dan yang mati (MV 15b).  Maka  mengenai hal tersebut,  Paus Fransiskus mengingatkan Gereja akan penghakiman terakhir dalam Mat 25:31-46 dan perkataan Santo Yohanes dari Salib: “Ketika kita bersiap-siap meninggalkan kehidupan ini, kita akan dihakimi atas dasar kasih” (MV 15c).
7. Paus Fransiskus juga menghimbau seluruh gereja agar menghayati dengan lebih intens Masa Prapaskah sebagai momen istimewa untuk merayakan dan mengalami kerahiman Allah. Selama Masa Prapaskah,
Gereja perlu merenungkan teks-teks Kitab Suci yang melukiskan kerahiman Allah, seperti misalnya Mi 7:18-19 dan Yes 58:6-11. Gereja
juga perlu merayakan dengan lebih intens
Sakramen Rekonsiliasi, misalnya dengan prakarsa “24 jam bagi Tuhan”, di mana orang-orang
dapat menghayati suatu “saat doa yang intens”, sehingga “memungkinkan orang-orang untuk menyentuh kemegahan
kerahiman Allah dengan tangan mereka sendiri” (MV 17ab). Maka berkenaan dengan hal ini, Paus Fransiskus menghimbau para bapa
pengakuan agar menerima umat seperti sang bapa dalam perumpamaan tentang anak yang hilang (Luk 15:11-32). Secara khusus,
ia menghimbau agar para bapa pengakuan tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tidak berguna (MV 17c). Agar pesan kerahiman menjangkau semua orang, Paus Fransiskus juga berusaha untuk mengirimkan sejumlah Misionaris Kerahiman dengan wewenang
istimewa ke berbagai keuskupan di seluruh dunia (MV 18). Selama tahun Yubileum ini, ia juga berkenan memberikan indulgensi yang
membebaskan orang-orang dari hukuman dosa (MV 22).
8. Tahun 2016 ini adalah “tahun rahmat Tuhan” (MV 16), yaitu saat yang tepat untuk    mengubah kehidupan (MV 19b), maka Paus Fransiskus menghimbau semua orang untuk bertobat dan kembali kepada Tuhan (MV 19b). Secara khusus, ia menghimbau mereka yang terlibat dalam organisasi kriminal dan dalam kegiatan korupsi yang mendewakan kekayaan untuk segera mengubah kehidupan mereka (MV 19a). Akhirnya, Paus Fransiskus juga mengingatkan Gereja bahwa ada aspek kerahiman  yang  melampaui  batas-batas  Gereja.   Kerahiman  Allah mengaitkan Gereja misalnya dengan Yudaisme dan Islam yang menganggap kerahiman sebagai salah satu sifat Allah yang paling penting. Maka tahun Yubileum ini merupakan kesempatan yang sangat baik untuk mengintensifkan dialog dengan Yudaisme, Islam dan agama-agama lain, sehingga orang-orang saling mengenal dan memahami dengan lebih baik (MV 23).
9.    BEBERAPA PERTANYAAN REFLEKSI:
1. Paus Fransiskus menegaskan bahwa di mana pun Gereja hadir (di paroki, komunitas, lembaga, dan gerakan) kerahiman Allah harus nyata, sehingga setiap orang dapat menemukan oase kerahiman (MV 12b). Sejauh mana kita, sudah menampakkan wajah kerahiman Allah, baik dengan perkataan maupun dengan perbuatan, di tempat tugas kita masing-masing? Apakah selama ini setiap orang sudah menemukan oase kerahiman di tempat tugas kita masing-masing?
2. Paus Fransiskus menegaskan bahwa kerahiman Allah melampaui keadilanNya, sehingga la tidak menghukum orang-orang berdosa, melainkan mengampuni mereka (MV 21). Sejauh mana kita, juga penuh kerahiman seperti Allah, sehingga kita tidak menghakimi dan menghukum orang-orang yang kita anggap bersalah (MV 14bc)?
3. Paus Fransiskus menghimbau semua orang Kristiani agar membuka hati bagi orang-orang yang menderita, dengan melakukan karya-karya jasmani kerahiman dan karya-karya rohani kerahiman (MV 15). Sejauh mana kita, sudah membuka hati bagi orang-orang yang menderita di sekitar kita? Karya-karya jasmani kerahiman dan karya-karya rohani kerahiman apa saja yang telah kita lakukan selama ini? *** (Penulis: Pastor Hendrik Njiolah)

Tidak ada komentar: