Senin, 26 September 2011

Optimalisasi Karya Katekese sebagai Media Evangelisasi Baru

Para rasul menerima mandat dari Yesus yang bangkit untuk melanjutkan pelaksanaan tugas perutusan-Nya yakni untuk memberitakan injil (Mat. 28:18-20). Pewartaan kabar gembira para rasul menumbuhkembangkan Gereja, yang pada gilirannya diutus untuk meneruskan karya pewartaan tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Gereja adalah hasil evangelisasi dari Yesus sendiri dan para rasul-Nya. Gereja mempunyai tugas untuk melanjutkan dan mengembangkan evangelisasi kepada semua bangsa.
Konsili Vatikan II menyadari bahwa tugas perutusan mewartakan injil bukan lagi menjadi monopoli kaum klerus melainkan tugas perutusan Gereja yakni umat Allah. Setiap umat beriman berkat kesatuannya dengan Kristus melalui sakramen inisiasi dipanggil untuk mengambil bagian dalam tri-tugas Kristus sebagai imam, nabi dan raja. Konsili Vatikan II juga menyadari bahwa meskipun ada perbedaan dalam hakekat berdasarkan tahbisan antara klerus dan kaum awam akan tetapi dalam pelaksanaan tugas dan pewartaan keduanya saling melengkapi (bdk. LG. 10).
Katekis dan karyanya adalah ungkapan partisipasi yang nyata dari kaum awam untuk melaksanakan tri-tugas Kristus tersebut. Dalam sejarah pewartaan Gereja Katolik Indonesia, katekis adalah "ujung tombak" yang memiliki peranan sangat besar. Meskipun demikian, dewasa ini eksistensi katekis dan karyanya kurang mendapat perhatian yang semestinya. Mengapa?
Komisi Kateketik Regio MAM dalam pertemuannya yang bertemakan: "OPTIMALISASI KARYA KATEKESE SEBAGAI MEDIA EVANGELISASI BARU" berusaha untuk menjawab persoalan di atas, dengan memberikan penekanan pada identitas dan spiritualitas katekis serta pastoral dan evangelisasi baru.
Berdasarkan input, refleksi dan sharing para peserta, lahir butir-butir penyadaran sebagai berikut:
1. Para katekis menyadari panggilan, keterpilihan dan perutusannya untuk menjadi sarana Allah dan mitra kerja imam dalam mewartakan kabar gembira di tengah Gereja dan masyarakat secara kontekstual.
2. Para katekis juga menyadari keterbatasannya sebagai katekis untuk menginternalisasikan identitas dan spiritualitas tersebut di atas karena faktor kepribadian dan kemampuan.
3. Para katekis menyadari adanya tantangan dalam pelaksanaan tugas perutusannya, antara lain:
» Kurangnya dukungan para imam
» Sikap umat yang masih klerikalistik
» Sarana katekese yang kurang memadai
» Kurangnya penghargaan terhadap hasil karya
» Kesejahteraan katekis kurang diperhatikan
Berdasarkan butir-butir penyadaran tersebut di atas dan demi optimalisasi karya katekese sebagai media evangelisasi baru, para peserta mengharapkan:
1. Karya katekese in sensu stricto pewartaan, yang adalah tugas utama Gereja, harus mendapat perhatian serius oleh hirarki.
2. Uskup, imam dan katekis hendaknya membaca dan mempelajari dokumen-dokumen Gereja yang berkaitan dengan katekese: eksistensi dan karya katekis.
3. Adanya on going formation bagi para katekis dalam bentuk retret, rekoleksi atau studi lanjut.
4. Adanya forum pertemuan antar-katekis untuk saling meneguhkan dan mendukung satu sama tain.
5. Adanya komunikasi dan kerjasama yang lebih baik antara imam dan katekis.
6. Adanya insentif/honor/gaji yang layak sebagai bentuk penghargaan atas hasil karya katekis.

Demikianlah beberapa butir penyadaran dan rekomendasi yang dihasilkan dalam temu Komisi Kateketik Regio Makassar-Amboina-Manado.

Gonzalo Veloso, Karang Panjang Ambon,  04 September 2011.

Tidak ada komentar: