Senin, 26 September 2011

"Bukanlah Kehendakku"


Rencanaku dan rencana Allah sungguh jauh berbeda. Aku bersyukur karena rancanganku dan rancangan Allah berbeda, rancangan-Nya sungguh membahagiakan aku, karena itu aku berkeyakinan bahwa seluruh kejadian pada diriku adalah anugerah dan rancangan-Nya. Oleh sebab itu motto hidup panggilan saya adalah: “bukanlah kehendakku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi” (Luk, 22:42).
Kisah hidup panggilan saya mengalami banyak tantangan dan cobaan serta masalah yang selalu hadir. Tantangan demi tantangan, masalah demi masalah, cobaan demi cobaan telah saya lewati.
Sembilan tahun yang silam saya meninggalkan orang tua saya, saudara-saudari saya serta kampung halaman saya, selama 9 tahun itu pula saya mengalami jatuh bangun, mengalami suka duka, senang bahagia menjadi seorang Frater dan selama 9 tahun itu pulalah saya belum pernah pulang kampung demi meraih cita-cita menjadi seorang Frater. Dan hari ini saya merasa sangat bahagia, diistimewakan, dengan kehadiran umat yang begitu banyak yang turut mendoakan dan mendukung saya sebagai seorang Frater HHK, segenap anggota koor, Bapa Uskup, beserta para Pastor yang juga memimpin misa pada hari ini, dan terlebih dengan kehadiran segenap anggota keluarga saya yang selalu mendoakan dan mendukung saya.
Saya mau menceritakan pengalaman bagaimana saya jatuh cinta pada kongregasi Frater HHK dan bagaimana Tuhan selalu mendampingi saya dalam setiap masalah atau tantangan yang saya hadapi.  Tahun 2002, saya meninggalkan kampung halaman saya dengan tujuan kota Mamuju, Sulawesi Barat di sana saya tinggal dengan kakak saya dan bekerja. Satu tahun saya bekerja, cita-cita saya dulu ingin menjadi Pastor (ketika itu saya masih di Seminari) tidak muncul kembali, hilang dari pikiran saya, dan tidak berpikir lagi untuk masuk biara, sekarang saya ingin menatap masa depan saya dengan bekerja, namun Tuhan berkehendak lain, tahun 2003 saya dipanggil dari Makassar oleh kakak saya untuk melamar masuk Biara Kongregasi Hamba-Hamba Kristus, tanpa memikirkan lebih lama, saya mengambil keputusan untuk meninggalkan pekerjaan saya itu dan masuk biara. Pada tahun 2003 saya diterima dan mulai masa pendidikan di Postulat. Dan saya hampir kehilangan benih panggilan saat kakak saya yang sudah lama hidup bersama saya di Mamuju dan di Makassar telah pergi selamanya. Ia meninggal saat saya masuk Novisiat tahun 2004 pada bulan Desember, meninggalnya di kampung. Saat itulah saya kehilangan arah dan ingin pulang untuk melayat, namun karena mengikuti konstitusi kongregasi Frater HHK bahwa, masa novisiat tidak boleh pulang, maka saya tidak pulang, sampai saat ini belum pernah pulang.
Saya merasa sedih dan menangis. Kenapa saya begitu merasa sedih, karena dia saya anggap sebagai orangtua saya di tanah rantau dan dialah yang mengantar saya ke kongregasi ini dan di hari yang bahagia ini dia tidak ada. Satu hal yang membuat saya semakin merasa sedih dan sempat membuat saya ingin meninggalkan kongregasi adalah sebelum dia meninggal ia mengirim surat yang isinya adalah dia menyerahkan adik di bawah saya kepada saya untuk disekolahkan (kebetulan adik saya itu masih sekolah di sini) yang sebenarnya tanggung jawab dia. Aku ingin keluar untuk mencari pekerjaan sehingga dapat membantu adik ini untuk sekolah, namun ketika niat saya ini final (bulat) untuk keluar dari Kongregasi, saya teringat lagi akan pesan almarhum ini, saat dia pulang ke kampung dan pulang untuk selamanya karena sakit, pesannya adalah “jangan keluar dari biara, Frater”, pesan inilah yang menjadi kekuatan saya lagi untuk meneruskan hidup panggilan saya dan membatalkan niat saya untuk keluar dari biara.
Dan saya berterima kasih kepada Almarhum Fr. Zakarias, HHK, saat itu dia yang menjadi magister saya, dia senantiasa menguatkan dalam masa sulit seperti ini. Semoga beliau tersenyum. Kejadian tersebut sekitar 7 tahun yang lalu dan kejadian yang sama pula kakak saya meninggal lagi pada 8 Maret 2010, bertepatan dengan hari meninggalnya Fr. Zakarias, HHK. Dia kakak sulung saya dan meninggal di sini dan dikubur di Pekuburan Panaikang. Saya tidak bercerita bagaimana hidup panggilan saya pada saat itu, namun pada intinya bahwa dengan kedua peristiwa yang menyedihkan ini saya tetap berjuang, berjuang dan berjuang demi panggilan yang telah Tuhan tentukan bagi saya. Sekitar 7 tahun, 2 kakak saya yang meninggal dan saya belum pernah pulang untuk melayat.
Namun yang terbesar yang kulakukan adalah penyerahan sepenuhnya kepada penyelenggaraan ilahi, Dialah yang memiliki seluruh hidup ini, mungkin inilah kehendak-Nya sehingga saya masih tetap setia dengan keputusan saya tetap menjadi frater. Banyak tantangan dan masalah selain kedua peristiwa di atas ini yang membuat panggilan jatuh, di dalam berkarya dan di dalam pelayanan saya, ditolak, bahkan pelayanan yang sangat melelahkan dan sulit namun Tuhan selalu bersama dengan orang yang dipilih-Nya. Saya selalu berpasrah kepada-Nya dan berkeyakinan bahwa Dia yang telah memanggil saya dan memilih saya, masa Dia meninggalkan saya? Itulah keyakinan saya sehingga tetap mengambil keputusan untuk tetap setia dalam panggilan saya.
Saya masih muda kelihatannya, umur pun masih muda, itu berarti masih banyak tantangan bagi saya dalam menapaki panggilan hidup saya, karena itu doa dan dukungan Anda sekalian sangat berarti bagi saya, sehingga kasih Allah lebih besar dari kasih-kasih yang lain yang datang dari dunia ini. Biarlah kehendak Tuhan terjadi dalam hidupku. *** Penulis: Fr. Laurensius Janu, HHK

Tidak ada komentar: