Senin, 26 September 2011

Kesaksian Keluarga Imam Baru: Gembala Kerbau Menjadi Gembala Umat Allah


Okto kecil (panggilan akrab P. Oktovianus Tandilolo, Pr) yang sangat nakal, dipanggil dan dipilih Allah sebagai alatNya. Kenakalannya bisa dilihat, saat dia marah maka rumahnya ditumbuk-tumbuk sampai dindingnya yang pada saat itu terbuat dari anyaman bambu dan papan seakan mau lepas. Ketika sedang marah juga sepedanya didorong tanpa dinaiki sehingga sepeda tersebut terjungkal.
Walaupun demikian sebenarnya dia sangat penyayang. Okto kecil begitu sayang kepada kakak-kakak dan adik-adiknya terlebih kepada kedua orang tuanya. Bahkan tidak hanya sayang kepada orang tua dan saudara-saudaranya, tetapi juga ketika diberi tugas untuk menggembalakan kerbau maka dia sangat sayang kepada kerbau gembalaannya. Setiap hari kerbaunya dimandikan dan dituntun ke rumput yang hijau.
Sebenarnya Okto kecil kalau ditanya apa cita-citanya maka jawabannya adalah mau jadi Artis Korea. Dalam kehidupan masa kecilnya tidak ada yang istimewa. Okto kecil sebagaimana anak kecil pada umumnya menjalani masa anak-anak dengan bermain, bekerja dan belajar.
Ketika selesai STM Rantelemo, Tana Toraja cita-cita jadi Artis ditinggalkan dan masuk ke Seminari Petrus Claver (SPC) Makassar untuk menjalani panggilan imamat. Setahun di SPC lalu melanjutkan cita-cita barunya ke Tahun Orientasi Rohani (TOR) yang saat itu di Dayak (tempat CICM). Saya ingat betul karena saat itu saya dan keluargaku sempat menjenguk dia dan juga bertemu dengan P. Simon Oscar Gausu, Pr pada sekitar Maret 2004. Setahun di TOR dia melanjutkan panggilannya ke Seminarium Anging Mammiri (SAM) Yogyakarta. Di SAM cita-cita Fr. Oktovianus Tandilolo untuk menjadi imam tidaklah berjalan dengan mulus, itu terlihat dari pernyataan-pernyataan yang dia ungkapkan. Terkadang keinginan hidup sebagai kaum awam terpikirkan olehnya. Namun demikian Fr. Oktovianus Tandilolo menyelesaikan S1 selama 4 tahun kemudian menjalani Tahun Orientasi Pastoral (TOP) di Paroki Mamasa Tajar 2008/2009 dibawah pendampingan P. Alex Maitimo, Pr sebagai pastor paroki saat itu.
Saat Fr. Oktovianus Tandilolo menjalani TOP di Mamasa, sempat saya mampir ke SAM (saya sedang dalam perjalanan dinas untuk studi banding ke Surakarta). Ketika saya bertanya kepada Romo Rektor SAM, Rm. Willem Tee Daia, Pr tentang perjalanan panggilan  Fr. Oktovianus Tandilolo maka Rm. Rektor mengatakan bahwa Frater sedang ragu dan bimbang. Waktu sampai di Asmat, tempat tugas saya, sekembalinya dari Surakarta saya menerima telpon dari satu-satunya kakak perempuan saya yaitu Mama dari Fr. Oktovianus Tandilolo (kami 10 saudara hanya 1 perempuan). Dari nada suara kakak perempuan di seberang telpon terkesan ada kerisauan. Pada kesimpulannya yang menjadi pokok pembicaraan bahwa Fr. Oktovianus Tandilolo sedang ragu dan bimbang. Hal senada yang baru saya dengar dari Rm Rektor SAM. Kakak perempuan berharap agar saya memberi semangat kepada Frater. Beberapa waktu kemudian saya menelpon Frater dan menanyakan tentang hal panggilan imamatnya, menurut pengakuannya saat itu memang lagi sedang ragu dan bimbang. Saya selaku om yang sedikit tahu kehidupan di Seminari Tinggi memberi satu tantangan kepadanya dan saya katakan “kalau Frater tidak mampu atau tidak sanggup silahkan keluar saja”.
Setelah masa TOP selesai Fr. Oktovianus Tandilolo memilih untuk melanjutkan panggilan imamatnya dengan kembali ke SAM. Sesampainya di sana mereka berlima mengikuti test S2 Fr. Oktovianus Tandilolo termasuk tidak lulus karena nilai Bahasa Inggrisnya yang tidak memenuhi standard. Keraguan dan kebimbangannya semakin bertambah. Suatu ketika saya telpon dan menanyakan tentang panggilannya maka Frater mengatakan “fifty-fifty” mi om. Saya sampaikan kepadanya, “Frater hanyalah alat Tuhan, yang akan menentukan adalah Tuhan sendiri, Dia telah memanggilmu dan bila Ia berkehendak maka Dia pulalah yang akan memilihmu. Kalau Tuhan akan memakai engkau, maka engkau tidak akan mampu lari daripadaNya. Sebaliknya kalau Dia tidak menghendaki engkau menjadi imamnya maka usaha apapun yang kau tempuh untuk meraihnya engkau tidak akan bisa. Pasrahkan saja dirimu, minta selalu petunjukNya dalam doa dan meditasimu.”
Saya terkejut ketika pada bulan Januari 2011 saya mendapat berita bahwa Fr. Oktovianus Tandilolo bersama dengan 4 (empat) temannya dari SAM akan menerima Tahbisan Diakon di Kentungan Yogyakarta. Saya hanya mengatakan syukur kepada Tuhan karena Dia telah melaksanakan kehendakNya. Kemudia Diakon Oktovianus Tandilolo, Pr menjalani Diakonatnya di Paroki Mangkutana di bawah pendampingan P. Marinus Tellu, Pr. Dan pada hari ini (Kamis, 4 Agustus 2011) engkau telah sampai pada tahbisan imamat. Suatu panggilan yang kau perjuangkan dengan jatuh bangun dan susah payah (masussa, satu kata yang sering keluar dari mulutmu sendiri). Kami keluarga sangat terharu dan bangga atas perjuanganmu. Selamat... Proficiat Pastor Oktovianus Tandilolo, Pr. Tuhan telah memanggil dan memilihmu menjadi gembala umatNya.
Ini baru awal perjalananmu, oleh karena itu keluarga berpesan:
1. Kami keluarga bangga dan bahagia, oleh karena itu peliharalah kebanggaan keluarga sepanjang perjalanan hidupmu, jangan pernah kau kecewakan kebanggan kami ini.
2. Apabila engkau menemui riak atau bahkan ombak dalam hidup panggilan imamatmu mintalah petunjuk kepada Senior dan Uskupmu. Terlebih kepada Tuhan.
3. Peliharalah hidup imamatmu selalu dalam hubungan dengan Tuhan melalui Doa, Meditasi dan Perayaan Ekaristi setiap hari.
Keluarga menyadari bahwa P. Oktovianus Tandilolo, Pr boleh mencapai panggilan imamatnya karena dorongan, bantuan dan tuntunan dari berbagai pihak, oleh karena itu selayaknya kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Yang mulia Uskup Agung Keuskupan Agung Makassar, Mgr. Johannes Liku-Ada’ yang telah berkenan mentahbiskan anak, saudara terkasih kami P. Oktovianus Tandilolo, Pr.
2. Vikep Toraja, P. Frans Arring, Pr.
3. Rektor dan Pembimbing Seminarium Anging Mammiri Yogyakarta, Rektor dan Pembimbing Tahun Orientasi Rohani, Rektor dan Pembimbing Seminari Petrus Claver Makassar.
4. Pastor Pendamping Tahun Orientasi Pastoral dan Pastor Pendamping Diakonat.
5. Para Pastor, Suster, Diakon dan Frater
6. Para Guru yang pernah mendidik dan mengajar anak, saudara terkasih kami P. Oktovianus Tandilolo, Pr.
7. Serta semua pihak yang tidak sempat kami sebut satu persatu yang telah mengambil bagian dalam hidup anak, saudara terkasih kami P. Oktovianus Tandilolo, Pr mulai dari dia ada sampai saat ini.
Disadur kembali dari Sambutan keluarga yang disampaikan pada saat pentahbisan P. Oktovianus Tandilolo, Pr pada Kamis, 4 Agustus 2011 oleh Yunus M. Tandilolo, S. Sos  ***

Tidak ada komentar: