Rabu, 02 Maret 2016

TAHUN 2016, TAHUN SUCI LUAR BIASA KERAHIMAN ALLAH

Sebagaimana telah kita ketahui bahwa Paus Fransiskus telah memaklumkan Tahun 2016 sebagai TAHUN SUCI (YUBILEUM) LUAR  BIASA  KERAHIMAN ALLAH. Tahun Suci itu dimulai pada tanggal 8 Desember 2015, pada pesta Maria Dikandung Tanpa Noda dan akan berakhir pada  tanggal 20 November 2016, pada Hari Raya Yesus Kristus Raja Semesta Alam.
Mendengar istilah, seruan atau ajakan Tahun Kerahiman Allah dari Paus Fransiskus, rasanya kita tergelitik untuk bertanya, apa yang dimaksud dengan Tahun Kerahiman itu? Mengapa Paus Fransiskus memaklumkan tahun 2016 sebagai Tahun Kerahiman Allah? Apa kiranya tujuannya? Atau apa yang sedang dipikirkan oleh Paus mengenai Gereja? Dan seterusnya?
Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut tentunya bisa didapatkan dengan membaca Bulla Misericordiae Vultus, yang ditulis oleh Paus Fransiskus untuk Tahun Kerahiman Allah. Namun dengan membaca bulla itu saja (cukup panjang), boleh jadi penangkapan atau pemahaman kita tentang apa yang dimaksudkan Paus belum juga lengkap atau sempurna. Maka kiranya tidak ada salahnya bila kita juga mencermati atau menginterpretasi aksi-aksi atau tindakan yang dilakukan oleh Paus sejak mulai memangku jabatan sebagai Paus.
Kalau boleh kita interpretasi (tafsirkan), dalam berbagai kunjungan dan pertemuan dengan banyak kalangan sejak menjadi Paus, Paus Fransiskus di luar dugaan sering menampilkan tindakan yang sangat memesona, mengagetkan (menyentak) tetapi sekaligus mencerahkan. Hal seperti itu dilakukan dengan memberikan perhatian istimewa kepada mereka dianggap tidak masuk hitungan untuk diperhatikan atau menarik perhatian orang dari apa yang diyakini dan dipercaya umum (dunia) sebagai yang harus dipuji dan dijadikan orientasi tertinggi. Peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini dengan adanya gelombang penggungsi  menuju negara-negara Eropa, terpapar wajah kemanusiaan yang amat menantang untuk disikapi. Dalam beberapa kesempatan Paus melakukan tindakan simbolis untuk menyikapi situasi tersebut tentu dengan maksud agar semua pihak memiliki kepedulian terhadap masalah kemanusiaan itu.
Lewat tulisan, pernyataan dan tindakan-tindakan pribadi, kita bisa melihat bagaimana Paus tak pernah lelah mengingatkan agar kita kembali kepada jati diri yang sejati sebagai citra Allah, dengan melihat pada Yesus Kristus yang adalah penampakan wajah Allah yang Mahabaik dan Maharahim. Dunia modern kita adalah dunia yang ramai tetapi penuh kedangkalan, seringkali tampak sangat kontras dengan wajah kerahiman Allah. Kemajuan ekonomi dan gelombang teknologi tersedia untuk menggembirakan karena bisa memoles seseorang hingga merasa menjadi lebih menarik, lebih terkenal, narsis dan menjadi lebih exist. Paus mengingatkan, godaan terbesar di dunia kedangkalan ini adalah hidup dalam kepalsuan dan kesia-siaan, hanya ingin dipandang dan dilihat orang lain. Demi pencitraan, hidup kita bentuk dan abdikan. Sungguh, hidup dalam kepalsuan dan kesia-siaan, ibarat orang yang sibuk merias diri, hanya memberi tampilan kegembiraan semu, dan bukan kedamaian yang mengobarkan hati. Paus mengingatkan, “Janganlah orang jatuh ke dalam perangkap berpikir yang mengerikan bahwa kehidupan hanya tergantung pada uang semata dan itu yang dianggap paling bernilai. Itu tidak lain hanya sebuah khayalan” (MV 19). Sangat seringkali, konsep dan sistim yang dibangun merupakan strategi pola penyembunyian kebenaran atau ketidakjujuran, demi menjaga citra bersih ketokohan diri seseorang atau citra bersih suatu lembaga agar terbebas dari tanggungjawab. Paus mengingatkan, kepalsuan dan kesia-siaan adalah godaan yang akan selalu mendatangi dan merampas kebenaran, karena itu kita harus memeranginya seumur hidup. Wajah Kerahiman Allah akan menghapus kepalsuan dan kesia-siaan hidup itu agar penuh kegembiraan sejati, untuk menjadi saksi kerahiman Allah bagi sesama.
Sejauh dapat kita cermati dalam Bulla, dalam Tahun Suci Luar Biasa Kerahiman Allah ini, Bapa Suci, Paus Fransiskus mengajak semua orang beriman melihat kerahiman Allah itu pada Yesus Kristus, yang adalah wajah kerahiman Bapa (MV 1, 7, 8, 9,) dan merenungkan misteri itu. Ia adalah sumber sukacita, ketenangan dan kedamaian. Keselamatan kita tergantung pada-Nya. Kerahiman adalah tindakan utama dan tertinggi yang olehnya Allah datang untuk menemui kita (MV 2). Kerahiman Allah akan selalu lebih besar dari dosa apapun. Paus menandai waktu kerahiman itu dengan membuka Pintu Suci sebagai tanda simbol pintu kerahiman, yang melaluinya siapapun bisa mengalami kasih Allah yang menghibur dan mengampuni. Pada waktu yang sama agar di setiap Gereja Lokal pintu gereja katedral atau yang setara katedral atau gereja lain yang bermakna khusus, sebuah pintu kerahiman dibuka selama Tahun Suci untuk dikunjungi sebagai tempat ziarah (MV 3).
Kerahiman merupakan dasar dari kehidupan Gereja. Kredibilitas Gereja terlihat dalam bagaimana ia menunjukkan kasih yang penuh kerahiman dan berbelas-kasihan. Kerahiman adalah kekuatan yang membangunkan kita kembali kepada kehidupan baru dan menanamkan dalam diri kita keberanian untuk melihat ke masa depan dengan harapan (MV 10). Gereja ditugaskan untuk mewartakan kerahiman Allah, detak jantung Injil, yang dengan caranya sendiri harus menembus hati dan pikiran setiap orang. Sikap, pelayanan, tindakan dan cara berbicara Gereja harus menyatakan kerahiman, sehingga menyentuh hati semua orang dan mengilhami mereka untuk menemukan jalan yang mengarah kepada Bapa (MV 12). Bermurahhatilah seperti Bapa di Surga (Luk 6:36). Cara ini akan memungkinkan untuk merenungkan kerahiman Allah dan mengadopsinya sebagai gaya hidup kita (MV 13).
Bapa Suci menegaskan bahwa Yesus menunjukkan langkah-langkah peziarahan kerahiman itu, dengan berlaku baik pada semua orang dengan tidak menghakimi dan menghukum melainkan mengampuni, berbelas-kasih, memberi dan memperhatikan atau membuka hati bagi mereka yang lemah dan terpinggirkan (Mat 25:31-45). Itu merupakan karya-karya jasmani kerahiman yang sangat mendesak. Namun janganlah melupakan karya rohani kerahiman: menasehati orang bimbang, mengajari orang bebal, menegur orang-orang berdosa, menghibur orang yang menderita, mengampuni serta mendoakan orang yang hidup dan yang mati. (MV 14, 15).
Secara lebih khusus Paus mengingatkan agar Masa Prapaskah selama Tahun Yubileum ini dihayati dengan lebih intens sebagai momen istimewa untuk merayakan kerahiman Allah. Bapa Suci juga menyerukan perlunya waktu 24 jam bagi Tuhan, pada tanggal 4 dan 5 Maret 2016, seluruh dunia, Gereja diundang untuk melakukan pelayanan Sakramen Tobat (rekonsilisasi) secara serentak (MV 17). Bahkan Paus selama Masa Prapaskah ini berniat mengirimkan Misionaris Kerahiman ke seluruh dunia sebagai tanda perhatian keibuan Gereja bagi umat Allah (MV 18). Melalui Tahun Suci Luar Biasa Kerahiman Allah Paus menyerukan kepada semua orang agar mengubah perilakunya dan menolak dosa yang menjauhkan mereka dari rahmat Allah. Janganlah orang jatuh ke dalam perangkap berpikir yang mengerikan, yang menggantungkan kehidupan mereka semata-mata pada uang, yang dianggapnya paling bernilai dan bermartabat, tetapi yang justru menimbulkan kekerasan, ketidakadilan dan korupsi yang sangat mengerikan (MV 19, 20).
Kerahiman adalah cara Allah untuk menjangkau orang berdosa, menawarkan kesempatan baru untuk melihat diri-Nya, bertobat dan percaya (MV 21). Karena itulah Gereja dipanggil terutama untuk menjadi saksi kerahiman yang dapat dipercaya, mengakukannya dan menghidupinya sebagai inti pewahyuan Yesus Kristus (MV 25).
Sejauh dapat kita cermati dalam Bulla, Tahun Yubileum Kerahiman Allah ini kiranya dimaksudkan sebagai aksi, gerakan seluruh Gereja (umat) yang berakhir nanti 20 November 2016. Perlu kiranya pemahaman atas gerakan ini dibedakan dari Devosi Kerahiman Ilahi (St. Faustina) yang sudah ditetapkan sebagai bentuk devosi tetap oleh Santo Paus Yohanes Paulus II dan dapat dilakukan sepanjang waktu. Namun tentu kedua bentuk gerakan dan devosi ini berkaitan sangat erat dan keduanya saling mengisi dan saling menunjang dalam rangka Tahun Kerahiman ini.
Tahun Kerahiman, kiranya bermaksud mendorong dan mengajak seluruh umat untuk semakin memperdalam pemahaman dan keyakinannya bahwa Allah Maharahim, mengalaminya secara pribadi, menjalankan pertobatan (pengampunan) dan mewujudkan pertobatan itu dalam kehidupan nyata melalui karya-karya jasmani kerahiman seperti memperhatikan orang-orang sakit, mengunjungi orang-orang di penjara, berbelaskasih dan berbagi dengan mereka yang miskin dan terpinggirkan, dst. (Mat 25:31-45). Nampaknya gerakan kerahiman ini untuk menyikapi keadaan dunia dan manusia, yang menurut Paus Fransiskus sudah jatuh dalam pola pikir, sikap-mental, moralitas dan semangat  hidup (spiritualitas) yang mengerikan, yaitu mengandalkan uang sebagai nilai dan martabat yang tertinggi (MV 19). Hal ini menyebabkan korupsi, kekerasan, skandal dan pelbagai kejahatan yang menyengsarakan manusia (MV 19). Di tengah kehidupan dunia seperti itu, umat mau diajak kembali percaya pada kerahiman Allah Bapa, mengalaminya secara pribadi dan menjadi saksi kerahiman Allah itu dalam kehidupan nyata. “Inilah saat yang tepat untuk mengubah kehidupan kita” (MV 19). “Gereja merasakan sebuah tanggungjawab untuk menjadi sebuah tanda hidup dari kasih Bapa di dunia” (MV 4). Demikian tulis Paus dalam Bulla.
Dalam rangka menanggapi ajakan Tahun Kerahiman ini, beberapa kegiatan konkrit (nyata) bisa dilaksanakan para pastor bersama umat di paroki-paroki dan berbagai level lingkungan kategorial. Aksi atau kegiatan dalam rangka Tahun Kerahiman bisa sebagai berikut :
1. Paroki-paroki menetapkan dan menggalakkan kesempatan penerimaan Sakramen Rekonsilisasi bagi umatnya sendiri. Misalnya dengan menetapkan waktu/hari/minggu tertentu sepanjang tahun yang tersedia dan terbuka bagi umat untuk Sakramen Rekonsiliasi itu. Bapa Suci sangat mendorong dan menekankan kesempatan penerimaan Sakramen Rekonsisliasi itu di seluruh dunia.
2. Umat mengadakan kegiatan Adorasi & Devosi Kerahiman Ilahi secara tetap misalnya sekali sebulan, selama tahun kerahiman ini, baik di gereja paroki maupun di kapel-kapel tertentu.
3. Umat paroki mengadakan pekan rohani sekali sebulan dengan tema Kerahiman Allah yang diaplikasikan untuk bidang-bidang atau lingkup tertentu misalnya keluarga, anak-anak, remaja, OMK, mahasiswa, dunia kerja, dunia usaha, sekolah, guru-guru, panggilan, lingkungan hidup, dan lain sebagainya.
4. Umat Paroki bersama Pastor Paroki mengadakan kegiatan amal kasih seperti kunjungan kepada orang-orang sakit, tahanan di penjara, panti asuhan, dan lain-lainnya selama Tahun Kerahiman ini.
5. Paroki sebaiknya juga mengadakan rekoleksi umum, terbuka untuk semua umat bertempat di gereja atau aula paroki dengan tema Kerahiman Allah, setidaknya dua kali dalam Tahun Kerahiman ini.
6. Paroki dapat merancang dan mendorong kegiatan berziarah umat pada tempat-tempat yang ditentukan dalam keuskupan.
7. Umat mendoakan “Doa Tahun Suci Luar Biasa Kerahiman Allah” pada akhir Perayaan Ekaristi setiap hari dan Hari Minggu sepanjang tahun 2016.
8. Dan kegiatan lainnya sesuai sikon umat atau paroki masing-masing.
Demikian kiranya gambaran tema dan maksud Tahun Suci Luar Biasa Kerahiman Allah yang dimaklumkan oleh Bapa Suci ke seluruh Gereja. Menanggapi ajakan Paus tersebut pelbagai kegiatan atau aksi karya-karya jasmani kerahiman maupun karya-karya rohani kerahiman, bisa dilakukan oleh para pastor bersama umat di tempat atau paroki masing-masing.*** Penulis: Pastor Victor Patabang, Ketua Komisi Evangelisasi KAMS

Tidak ada komentar: