Selasa, 02 Juli 2013

Pengalaman Rekoleksi di Pemakaman Pakatto


Setelah menempuh perjalanan kira-kira 30 km dari kota Makassar, Staf Keuskupan Agung Makassar yang berjumlah 17 orang  beserta Pastor Yulius Malli’, Pr (Ekonom) dan Pastor Frans Nipa, Pr (Sekretaris Keuskupan) tiba Taman Pekuburan Rohaniwan Pakatto tempat kami akan mengikuti Rekoleksi.  Rekoleksi berlangsung selama 2 hari yaitu pada 11–12 April 2013. Seperti tahun-tahun sebelumnya rekoleksi ini merupakan salah satu program kegiatan tahunan yang selalu diadakan oleh Keuskupan untuk para staf.

 Acara pertama setelah tiba di Taman Pekuburan Pakatto, yaitu mengunjungi dan mendoakan para rohaniwan (Uskup, pastor dan frater) yang telah beristirahat dalam damai. Setelah rehat sebentar menikmati suasana pekuburan di sore hari, lalu dimulai dengan acara pembukaan. Rekoleksi ini dibawakan oleh Bapak Ronald Runtuwene. Beliau merupakan pimpinan pada sebuah lembaga motivator dan sering membawakan acara di  radio swasta di kota Makassar yaitu radio  Smart FM.

Dalam rekoleksi yang dilalui selama 2 hari itu, Bapak Ronald Runtuwene mengajak para staf merenungkan tema: “Sanggupkah Aku Melayani dengan Apa yang Kumiliki Saat Ini?”. Tema ini mengajak peserta untuk membuat perubahan-perubahan dalam hidup khususnya niat-niat dan tindakan yang baik, karena segala tindakan-tindakan akan mengikuti pengharapan-pengharapan kita.
Tema ini berisi tantangan berat bagi staf Keuskupan Agung Makassar, khususnya dalam tugas dan tanggung jawab masing-masing staf sebagai pekerja di lingkungann gereja.   Bapak Ronald mengatakan: “Segala sesuatu yang akan kita capai diawali dengan mimpi besar.  Dalam hidup kita, kita sering bermimpi. Kadang kita bermimpi menjadi yang terbaik dalam karier, terbaik sebagai orang tua, terbaik dalam kehidupan bersama Tuhan, tetapi kita hanya tinggal dalam mimpi. Padahal mimpi itu hanya bisa terwujud dalam kerja keras dan ketekunan.   (Everything you want, is there you just have, to reach out and grab it dream big – MarkSolution 2012).

Hal yang paling sering menghalangi diri kita untuk maju dan bertumbuh dalam mencapai gambaran hidup yang kita harapkan adalah keengganan untuk “BERUBAH”.

Menurut beliau, ada 5 hal yang muncul dari reaksi diri kita ketika berhadapan dengan sebuah perubahan   yaitu :
1. Penolakan / Denial
2. Amarah / Anger
3. Tawar menawar / Bargaining
4. Tertekan / Depression
5. Penerimaan / Acceptance

Beliau mengambil ayat renungan  dalam kitab suci (Ibrani 11:1):  “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang  tidak kita lihat”.

Dalam rekoleksi ini, selain mendengarkan materi dan tanya jawab, ada pula sesi dimana para staf mensharingkan pengalaman hidup mereka selama menjadi staf di Keuskupan Agung Makassar.
Peserta cukup antusias dan semangat dalam mengikuti rekoleksi tersebut. Hal ini ditandai dengan cukup banyak pertanyaan yang dilontarkan peserta.  Acara juga diselingi dengan nyanyi dan gerak sehingga peserta tidak merasa jenuh dan bosan mengikuti rekoleksi tersebut.

Pertemuan rekoleksi berakhir pada pukul 14.00 yang ditutup dengan misa, yang dipimpin oleh Vikjen Keuskupan Agung Makassar, Pastor Ernesto Amigleo, CICM.  Dalam kotbahnya Vikjen meminta kepada para staf untuk lebih bertanggungjawab terhadap pekerjaan-pekerjaan di kantor, mau membuat perubahan dalam hidup dan selalu berusaha menciptakan suasana kekeluargaan dalam bekerja. *** Penulis: Natalia Boro

Tidak ada komentar: