Selasa, 02 Juli 2013

Aksi Panggilan di Bumi Lakipadada, Toraja: “Panggilan Sebagai Suatu Tanda Pengharapan Berdasarkan Iman”


Baik bila kaum beriman menyelami makna dari kata Panggilan, Perutusan, dan Pewartaan. Sesungguhnya ketiga kata memiliki keterkaitan satu sama lain yaitu Tuhan. Tuhan yang memanggil, Tuhan yang mengutus, sabda Tuhan yang diwartakan. Maka itu, diperlukan sikap umat Allah yang terlibat langsung dalam karya dan karsa. Sehingga, untuk memenuhi dahaga kaum beriman akan Kabar Keselamatan dari Allah, diperlukan banyak pekerja di ladang Tuhan. Dalam rangka itu, aksi panggilan menjadi jalan yang ditempuh oleh Gereja Universal dari waktu ke waktu hingga saat ini, tak terkecuali Gereja di tingkat kevikepan.

Adapun Gereja Katolik Kevikepan Toraja yang bernaung di bawah bendera KAMS, kembali menggelar kegiatan akbar yang dimaksud dan kali ini yang menjadi tuan rumah dari kegiatan Aksi Panggilan tahun 2013 ialah Paroki Santo Paulus Rasul Minanga. Tim Animasi Aksi Panggilan Tahun 2013 pun mengklasifikasikan kegiatan menjadi dua bagian, yakni Temu Akrab bagi Para Remaja dan OMK Se-kevikepan Toraja (tanggal 28 April 2013) dan Temu Akrab bagi Keluarga Uskup, Imam, Frater, dan Suster Se-kevikepan Toraja (tanggal 9 Mei 2013).

Temu Akrab Remaja dan OMK se-Kevikepan Toraja (28 April 2013)
Kegiatan Temu Akrab ini diawali dengan Perayaan Ekaristi yang dipimpin Pastor Vikep Toraja, P.Natanael Runtung, Pr sebagai selebran utama dan didampingi oleh beberapa orang pastor lain, yaitu: P.Filipus Kala’ Pr, P.Barto Pararak Pr, P.Agustinus Sem Pr, P.Hendrik Palimbo Pr, serta Diakon Joni Salama’. Misa pembukaan itu tak hanya dihadiri oleh umat paroki tuan rumah (Paroki Minanga), namun juga komunitas-komunitas suster dan frater yang secara khusus berkarya di Bumi Lakipadada, yakni: Komunitas Suster JMJ, SFIC, Komunitas Frater CMM, dan HHK. Tak terkecuali para mahasiswa(i) dari STIKPAR (Sekolah Tinggi Ilmu Kateketik dan Pastoral Rantepao) dan Para Calon Imam KAMS dari Seminari TOR Sangalla’.

Dalam homilinya, Pastor Vikep Toraja mengatakan bahwa Gereja Katolik sesungguhnya patut berbangga karena hanya Gereja Katolik saja yang mengenal dan mengakui adanya PANGGILAN KHUSUS sebagai salah satu “warisan” dari Sang Guru, Kristus Tuhan, kepada para rasul dan diteruskan kepada kita hingga saat ini. Maka agar “warisan” itu tetap lestari, tak cukuplah jika umat, khususnya kaum muda, jika sebatas berbangga saja. Untuk itu harapan Gereja, terutama di KAMS sendiri, dengan adanya kegiatan ini semakin banyak kawula muda yang mau bergerak dan mengusahakan penumbuh-kembangan benih panggilan Tuhan dalam dirinya. Singkatnya, kaum muda secara sukarela menyerahkan dirinya kepada Gereja untuk menjadi pelayan-pelayan Tuhan demi keselamatan orang banyak.
“OMK Kevikepan Toraja ???”
“Epen-kah? Cupen toh!... Dahsyat.... Ajaib.... Wow!!!”

Sorak-sorai yel-yel OMK se-Kevikepan Toraja itu membahana di langit Paroki Minanga setelah sang komandan acara, P.Hendrik Palimbo, Pr bersama asistennya Diakon Joni Salama’ maju ke depan untuk memimpin para laskar Kristus muda yang berkumpul di halaman SMP Katolik Minanga. Mentari yang semakin meninggi di siang itu justru semakin meningkatkan atmosfer animo 657 OMK yang hadir, yang berasal dari 12 paroki di Kevikepan Toraja. Mereka inilah yang menurut Pastor Vikep Toraja, menjadi anak, cucu-cicit dari Baptisan Pertama di Tampo, Makale 75 tahun silam.

Dalam sharing, tersingkap bahwa cukup banyak orang muda kita yang berhasrat untuk menanggapi bisikan Tuhan namun ada beberapa kendala yang dihadapi, misalnya: kurangnya informasi  mengenai hidup panggilan dan keterbatasan biaya. Tak sedikit pula yang mengakui bahwa peran serta keluarga, khususnya orang tua selaku sponsor utama, sangatlah vital. Tanpanya (orang tua), proses penumbuh-kembangan bibit panggilan akan tersendat dan akhirnya mati! Maka sepatutnyalah keprihatinan di atas menjadi sorotan utama lensa kamera umat dan para pemerhati Gereja KAMS serta semua elemen yang terkait di dalamnya.

Acara Temu Akrab ini juga diisi dengan berbagai hiburan menarik, yakni nyanyi-nyanyian dari STIKPAR dan KTM Makale, serta puisi berantai yang mengocok perut dari para Frater TOR KAMS. Kegiatan ini pun dimeriahkan oleh gerak dan lagu dari para Pastor, Suster, dan Frater yang hadir. Akhirnya, kegiatan Temu Akrab pun ditutup dengan makan siang bersama agar makin mempererat tali persahabatan dan persaudaraan di kalangan OMK sendiri. Sayonara..!!!

Temu Akrab Keluarga Para Uskup, Imam, Suster, dan Frater (9 Mei 2013)
Temu Akrab ini menjadi kegiatan kedua yang diselenggarakan oleh Tim Animasi Panggilan Kevikepan Toraja Tahun 2013 pasca kegiatan Temu Akrab Remaja dan OMK pada 28 April yang lalu. Kegiatan yang masih dilaksanakan di Pusat Paroki Sto. Paulus Rasul Minanga ini, dihadiri oleh puluhan peserta yang merupakan keluarga dari para Uskup, Imam, Suster, dan Frater yang berasal dari 12 paroki dalam Kevikepan Toraja. Acara yang dipimpin oleh Diakon Joni Salama’ ini dimulai jam 8 pagi dan dibuka dengan doa singkat oleh salah seorang suster Kongregasi JMJ. Kemudian dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh Ketua Tim Animasi Panggilan Kevikepan Toraja, P. Bartolomeus Pararak, Pr.

Tim Animasi Panggilan pun menyediakan dua pertanyaan refleksi bagi para peserta yang hadir: Apa saja tantangan yang dihadapi oleh kaum muda dalam menanggapi panggilan Tuhan? dan  Apa saja tantangan para kaum berjubah dalam menghayati panggilan dan tugas perutusannya? Jawaban demi jawaban dari para peserta pun bermunculan ketika sesi sharing dibuka. Sebagian besar berpendapat bahwa tantangan bagi kawula muda dalam menjawab panggilan Tuhan terletak pada perkembangan zaman kini “yang menjanjikan”. Hasil sharing bersama OMK pun memperlihatkan sebagian kecil saja dari mereka yang menyatakan kesediaannya menanggapi Panggilan Tuhan, dan selebihnya menyatakan TIDAK terhadap “jalur khusus”. Sedangkan tantangan bagi para kaum berjubah - menurut para peserta, ada dua macam yaitu internal dan eksternal. Internal berarti berasal dari dalam diri kaum berjubah sendiri: jika mereka masih memiliki pengendalian dan pengusaan diri mereka akan mampu menahan berbagai godaan/tantangan dari luar. Sedangkan yang eksternal bersumber dari luar diri para rohaniawan/wati yang tak lain adalah umat sendiri. Menurut pengamatan umat sendiri, tak sedikit kaum religius yang pada akhirnya meninggalkan sumpah setia mereka pada Gereja, karena umat sendiri yang menjadi batu sandungannya. Dalam bagian akhir kegiatan disimpulkan bahwa minimnya tanggapan kaum muda terhadap panggilan Tuhan disebabkan kurangnya pembinaan iman sejak dini dalam keluarga. Maka peran orang tua dalam keluarga sangatlah penting demi perkembangan benih panggilan dalam diri kaum muda. Perhatian yang sama pun perlu diberikan oleh para orang tua kepada para imam, suster, dan frater, baik itu berupa motivasi maupun kritik dan saran agar mereka yang mengemban tugas suci selalu disadarkan olehnya.

Rangkaian kegiatan Aksi Panggilan dalam rangka Minggu Panggilan Sedunia ke-50 pun ditutup dengan Perayaan Ekaristi. Misa konselebrasi itu dihadiri oleh beberapa imam diosesan KAMS yang bertugas di Kevikepan Toraja (P. Filipus Kala’ Pr, P. Bartolomeus Pararak Pr, P. Stanis Dammen Pr, P. Hendrik Palimbo Pr, P. Petrus Rimba Pr) serta P. Ruben, MSA (berkarya di Keuskupan Pontianak).  Pastor Vikep Toraja, yang menjadi selebran utama, kembali menggarisbawahi peranan orang tua dalam keluarga sebagai motivator utama anak dalam menjawab panggilan Tuhan. Beliau mengutip pesan Hari Panggilan Sedunia: “Daerah-daerah yang di dalamnya berasal banyak imam, suster, dan frater menandakan bahwa pembinaan iman dalam daerah itu sangatlah subur!” Beliau juga tak lupa mengingatkan umat, khususnya para orang tua untuk selalu mendoakan anak-anak mereka yang kini menjadi pelayan Tuhan. *** Penulis: Eliud Edward, TOR-er Sangalla’ 2012/2013

Tidak ada komentar: