Minggu, 29 Desember 2013

In memoriam: Suster dr. Gemma Illigem, BKK


MASA KECIL DAN KELUARGA
              Sr. Gemma Illigem Susanta,BKK, lahir di Takengon, Aceh Tengah pada 5 November 1942 dengan nama Yie Mie Lin dari pasangan suami dan istri: Yie Sen Khiu dan Lie Sen San. Mie Lin adalah anak kelima dari sepuluh bersaudara. Makanan kesukaan Mi Lin semasa kecil adalah rujak dan minuman pacar cina. Dia juga suka mengumpulkan aneka macam serangga, seperti: kumbang hitam bertanduk, jangkrik, belalang jepang dan undur-undur, dll. Gaya hidupnya sederhana dan selalu diliputi dengan perasaan iba terhadap orang lain, terutama terhadap mereka yang kurang mampu dalam hal ekonomi dan mereka yang kurang mendapat kasih sayang dan kurang perhatian dari keluarga, serta iba terhadap mereka yang tidak mendapat kesempatan memperoleh pendidikan. Pandangan dan pemikiran seperti ini akan mempengaruhi jalan hidupnya di kemudian hari. Pada usianya yang kelima belas tahun, tepatnya tahun 1957, dia menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamatnya, dan pada tahun 1959 ia dibaptis di gereja Kristus Raja, Medan. Setelah menjadi katolik, dia selalu rajin berdoa dan merenungkan imannya. Dalam permenungan hidupnya dia menemukan sebuah jawaban mengenai perjalanan hidup di masa depan, yaitu bahwa ia lebih sesuai menjadi seorang biarawati daripada menjadi wanita karier atau membangun kehidupan berkeluarga. Pada tahun 1961, Mi Lin menyelesaikan pendidikan SMA di Medan dan sempat menjadi seorang guru di SD Setia Budi Medan selama satu tahun.

PERJALANAN DAN HIDUP MEMBIARA
Sapaan Allah terhadap Mi Lin untuk menjadi seorang biarawati semakin hari semakin menggema. Sapaan tersebut membuat dia memberanikan diri untuk berkonsultasi dengan pastor paroki Kristus Raja Medan saat itu, yaitu Pastor Joosten OFMCap. Sebagai seorang gembala umat dan sebagai seorang biarawan, P. Joosten mengarahkan Mi Lin untuk menjadi suster di pulau Bangka. Tahun 1962, dia berangkat menuju pulau Bangka dan masuk biara. Niat suci Mi Lin menjadi suster tidak diketahui oleh kedua orang tuanya, karena alasan kepergiannya pada kedua orang tuanya adalah melanjutkan pendidikan. Setelah dia tiba di pulau Bangka barulah mereka mengetahui bahwa dia pergi menjadi suster. Mereka sedih dan menyesal telah mengijinkan dia pergi, sebab dalam benak mereka dia akan menderita di biara. Pada saat masuk Novisiat, nama Mi Lin menjadi Sr. Gemma Illigem Susanta, BKK. Pada awal hidup membiara pergulatannya cukup berat, sebab selalu diliputi antara kerinduan terhadap keluarga dan menjawab panggilan Tuhan. Pertengahan tahun 1967, pertama kalinya Sr.Gemma (panggilan akrabnya) mendapat kesempatan pulang kampung. Melihat senyum dan tawa yang lepas dari Sr.Gemma, perasaan sedih dan penyesalan kedua orangtuanya sirna seketika, sebab Sr.Gemma begitu gembira dan bersemangat. Keadaan ini mendorong kedua orangtuanya untuk terus mendukung pilihan hidup sang anak. Sr.Gemma adalah pribadi yang giat dalam hal studi. Pada saat dia menjadi suster muda, dia melanjutkan pendidikannya di bidang keguruan. Sebagai seorang biarawati sekaligus sebagai guru, bagi Sr.Gemma belumlah cukup untuk melayani semua orang. Karena itu, cita-cita selanjutnya dalam mengemban tugas pelayanannya adalah menjadi seorang dokter. Pemikirannya saat itu, dengan menjadi seorang dokter dia bisa melayani orang-orang sampai ke desa-desa yang belum tersentuh oleh pelayanan kesehatan dan dia mengumpamakan dirinya sebagai "ambulance berjalan". Cita-cita ini mulai terkabul, saat kongregasinya memberi kesempatan untuk studi lanjut, maka dia memilih fakultas Kedokteran di Universitas Atmajaya Jakarta. Pendidikannya diselesaikan pada tahun 1977. Seluruh proses pendidikannya berjalan dengan lancar.

KARYA-KARYA
Biarawati dan dokter menjadi satu kesatuan dalam diri Sr.Gemma Illigem Susanta, BKK. Kebiarawatiannya disempurnakan dalam tugas dan pelayanannya sebagai seorang dokter, dan kedokterannya disempurnakan dalam tugasnya sebagai biarawati. Kedua predikat yang diembankan pada diri Sr.Gemma dijalaninya dengan baik, karena itu dia pernah menjalankan tugasnya sebagai dokter di beberapa rumah sakit. Berikut ini adalah karya-karya nyata dari Sr.Gemma sebagai biarawati dan sebagai dokter:
1. Tahun 1977 sampai dengan tahun 1980, dia bertugas sebagai dokter di rumah sakit Saint Carolus Jakarta.
2. Tahun 1980 sampai dengan tahun 1983, dia bertugas di rumah sakit Brayat Minula Solo.
3. Tahun 1984 sampai dengan tahun 1985, dia bertugas di rumah sakit Fatima, Parepare, Sulawesi Selatan.
4. Tahun 1985 sampai dengan tahun 1987, dia bertugas di rumah sakit Kusta Tangerang, Banten.
5. Tahun 1987 sampai dengan tahun 1990, dia bertugas di rumah sakit Kusta Semarang, Jawa Tengah.
6. Tahun 1992 sampai tahun 2013, Sr.Gemma ditugaskan kembali di rumah sakit Fatima dan rumah sakit Kusta Laureng, Parepare, Sulawesi Selatan.
Demikianlah Sr.Gemma melayani semua orang, semua golongan dalam tugas pelayanannya dengan penuh semangat dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang biarawati sekaligus seorang dokter. Pesan moral dan peneguhan iman dari seorang Sr.Gemma Illigem Susanta bagi kita ketika kami menyusun buku tentang perjalanan dan panggilan hidup dari ketiga suster yang berasal dari Takengon, sebagai catatan kenangan atas reuni 3 suster yang berasal dari Stasi St.Petrus Takengon, pada 26 Mei 2013 lalu adalah Lukas 1:37, "Sebab bagi ALLAH tak ada yang mustahil..." ***
Sumber: Immanuel Husin & Donatus Panggur, S.Ag

Tidak ada komentar: