Rabu, 09 Maret 2011

Kasihku Cintamu, Kisah Kasih Kita Bersama


Valentine’s Day (selanjutnya disingkat V-D) tahun ini jatuh ada hari Selasa. Seperti biasanya hari “bersejarah” ini umumnya dirayakan dengan meriah khususnya di kalangan para kawula muda. Ada apa dengan V-D? Valentine dilambangkan dengan hati (heart), warna pink, pemberian bunga yang biasanya bunga mawar. Secara historis perayaan V-D ini adalah kenangan kepada Valentine, seorang biarawan Katolik yang menjadi martir karena dihukum mati oleh kaisar Claudius II pada 14 Februari 269 lantaran menentang pemuda Romawi menjalin hubungan cinta karena mereka akan dikirim untuk berperang.


Di penjara, Valentine bersahabat dengan petugas penjara bernama Asterius yang mempunyai Putri bernama Julia, yang sejak lahirnya buta. Sebelum dihukum mati Valentine tidak sempat bertemu dengan Julia lagi tetapi ia berpesan lewat goresan tangannya agar tetap dekat dengan Tuhan dan ditambahkan dengan kata-kata, “Dengan cinta dan Valentinmu”. Untuk menghormati St. Valentine ini diabdikanlah sebagai hari kasih sayang yang diperingati setiap tanggal 14 Februari setiap tahunnya.


Di Paroki St. Maria Mamuju, Sulawesi Barat, V-D juga dirayakan dengan meriah. Acara dibuka dengan Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh P. Semuel Sirampun, Pr (Pastor Paroki St. Maria Mamuju). Dalam kotbahnya pastor menjelaskan latar belakang V-D ini yang sampai sekarang menjadi momentum istimewa dalam memaknai cinta kasih secara lebih mendalam.


Bacaan dari Kitab Suci juga membantu merenungkan makna cinta itu. Dalam 1Kor 13:4 mengatakan bahwa, kasih itu sabar, murah hati, tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Makna cinta oleh Paulus dalam suratnya kepada Jemaat di Korintus berdimensi altruisme-universal.


Paus Benediktus XVI juga berbicara tentang cinta. Dalam ensikliknya, Deus Caritas Est (Allah adalah Kasih) tersurat bahwa semua cinta datang dari Tuhan dan memimpin kearahNya. Cinta oleh Paus Benediktus menggunakan dua konsep kunci dalam ensikliknya, "eros" yang berarti cinta asmara dan "agape" menunjuk pada cinta yang tak bersyarat, spiritual, dan tidak mementingkan diri sendiri. Eros ditransformasikan ke dalam agape dalam pengertian bahwa dua orang yang sungguh mencintai tidak lagi mementingkan diri sendiri, kegembiraan dan kepuasan diri sendiri, tetapi pada akhirnya orang mengusahakan kebaikan bagi yang lain. Demikianlah, eros ditransformasikan ke dalam cinta kasih. Namun Paus mengingatkan Gereja universal. Gereja "sebagai komunitas dan dalam suatu cara institusional harus mempraktekkan kasih." "Cinta kasih" dalam pengertian Gereja tidak dapat dibandingkan dengan suatu dorongan kemanusiaan untuk menolong sesama. Cinta mengatasi kekerasan dan dendam karena di dalam cinta itu semua manusia disatukan dalam kesatuan bersama untuk mencintai Tuhannya. Cinta manusia dipanggil untuk tidak mementingkan dirinya sendiri dan mencari untung sendiri. Komitmen menegakkan keadilan adalah sumber cinta yang dimiliki oleh seluruh umat manusia.


Memang V-D mesti dimaknai secara universal karena cinta itu universal. Universalitas cinta itu tampak pada setiap mahluk insani. Semua manusia butuh cinta dan dicintai. Tapi, mungkin karena tidak ada pemaknaan yang lebih mendalam akan cinta itu sehinga dunia ini terasa sudah haus cinta. Itu terbukti dengan terjadinya konflik horizontal yang berkepanjangan dalam berbagai dimensi sosial.


Seusai Perayaan Ekaristi acara V-D dilanjutkan dengan acara hiburan di Pendopo pastoran. Acara dikomandoi oleh Helda M. Pakiding (ketua OMK Mamuju) sambil memandu acara, para penyanyi lokal pun beraksi dengan lagu-lagu pop. Suasana menjadi hangat dan meriah. Semua peserta ikut ambil bagian dalam suasana kasih persaudaraan. Tiba saatnya untuk santap malam bersama yang dipimpin oleh P. John Gratias Pakulayuk, Pr. Yang menarik pada acara makan malam ini adalah semua umat membawa bekalnya sendiri-sendiri dan menikmatinya bersama-sama. Suasana ini mengingatkan kita pada kisah Para Rasul yang berkumpul bersama sambil membagi-bagikan makanan di antara mereka. (bdk. Kis 4:32-37) Tampaklah unsur solidaritas di antara sesama sebagai saudara seiman. Dimana solidaritas ini perlu diinternalisasikan oleh setiap insan agar kemanusiaan kita semakin bermakna.


Acara dilanjutkan dengan renungan Valentin yang dibawakan oleh P. Semuel, Pr. Dalam renungannya beliau menjelaskan esensi dari cinta kasih. Untuk menghidupkan suasana Pastor meminta beberapa umat untuk mengingat kembali makna cinta yang dibangun beberapa puluh tahun yang lalu. Suasana pun jadi ramai tapi menghibur ketika para pasutri mulai mensharingkan pengalaman mereka.


Sebelum mengakhiri acara ini dengan api unggun, para remaja saling bertukar kado sebagai tanda cinta dan perhatian mereka. Akhirnya, acara ini ditutup dengan penyalaan api unggun. Hangatnya api unggun membuat suasana semakin hangat pula. *** Penulis: Anton Ranteallo, Penyuluh Agama Katolik Kanwil Kemenag Sulbar

Tidak ada komentar: