Rabu, 09 Maret 2011

Bakti Sosial Panitia Natal Nasional 2010



Perayaan Natal tahun 2010 telah berlalu. Namun bagi umat Paroki Makale menjadi “kenangan yang amat spesial” karena dua hal. Pertama, Perayaan Ekaristi Malam Natal dan Hari Raya Natal dipimpin langsung oleh Bapa Uskup Agung KAMS. Kedua, Ketua Umum Panitia Nasional 2010 Ibu Mari Elka Pangestu (Menteri Perdagangan RI ) bersama Ketua Pelaksana Natal Nasional 2010, Bapak Drs. Goris Mere beserta rombongan, hadir dan merayakan malam Natal bersama umat Paroki Makale. Liturgi Perayaan Natal dikemas dalam budaya Toraja dan dimeriahkan oleh Koor Cantemus dengan musik tradisional “kulintang” Grup SMP Pelita Bangsa. Setelah Perayaan Ekaristi malam Natal dilanjutkan dengan ramah-tamah, makan bersama yang dihadiri oleh Bapak Bupati Tana Toraja, Theofilus Allo Rerung, SE dan tokoh-tokoh Agama dan tokoh masyarakat setempat.

Perayaan Agung Malam Natal dan Hari Raya Natal
Rintik hujan yang menyegarkan dan menyejukkan alam semesta pada sore hari seakan-akan menjadi pertanda bahwa perayaan kelahiran sang Juru Selamat adalah rahmat bagi semua mahluk hidup. Gerimis hujan menjadi undangan khusus bagi umat untuk cepat-cepat mempersiapkan diri dan segala sesuatunya untuk hadir bertemu dengan Sang Mesias. Kehadiran sekitar 3000 umat menjadikan suasana malam natal di kota Makale makin semarak, agung dan meriah. Lagu “Fajar telah Menyingsing” menghantar petugas liturgi dan umat masuk dalam keheningan malam natal. Alunan musik kulintang, gitar, yang mengiringi koor Cantemus makin meciptakan suasana malam yang syahdu.

Tata perayaan Malam Natal yang disusun oleh bidang Liturgi Depas Paroki bersama Panitia Natal dirancang dalam nuansa budaya Toraja. Pesan dan nilai-nilai injili diungkapkan melalui simbol-simbol, tata gerak dan busana (tarian), nada dan lagu, serta hiasan-hiasan ruang yang dekoratif kental dengan kekayaan alam dan nuansa Toraja. Oleh Ketua umum Panitia Nasional 2010 Ibu Mari Elka Pangestu, dalam kata sambutannya, memberikan apresiasi dan kekaguman akan liturgi perayaan malam natal yang inkulturatif. Beliau menyebutkan beberapa yang mengesan dan perlu terus menerus dikembangkan, yakni:
1. Sarana musik tradisional, gendang, biola, kulintang, musik bambu;
2. Busana tradisional para petugas liturgi: pakaian kebesaran tiga Raja; pakaian para penari tarian toraja (Pa’gellu’ dan to ma’gandang); pakaian pengiring perarakan bayi Yesus, para pengarak persembahan ;
3. Pakaian para malaikat cilik;
4. Lagu-lagu yang ada beberapa dinyanyikan dalam bahasa Toraja dengan iringan musik tradisional pula.

Sebagaimana tujuan dan usaha gereja dalam mengakarkan dan mengungkapkan iman melalui perayaan-perayaan liturgi yang inkulturatif, penegasan ARDAS KAMS poin kelima menganjurkan agar upacara atau Perayaan Ekaristi yang makin membudaya dalam akar budaya setempat; Gereja Katolik di kevikepan Toraja dari tahun ke tahun teristimewa pada setiap hari raya Gereja (Natal, Trihari Paskah, Pentakosta) dan pada perayaan istimewa (seperti pemberkatan Gereja, pentahbisan imam baru, syukur panen, pemberkatan rumah tongkonan, dsb) dan secara khusus pula pada upacara pemakaman, liturgi Ekaristi makin hidup dan meriah.

Ibu Mari Pangestu, sebagai ketua umum panitia Natal Nasional 2010, mengajak umat Katolik dan Kristen Protestan di seluruh Indonesia, agar merekat tali persatuan dan persaudaraan sebagai satu bangsa dengan nilai-nilai asli budaya bangsa Indonesia. Panitia Natal Nasional 2010 sebagaimana yang telah dilakukan pada tahun sebelumnya, Natal 2009, membagi diri dan waktu untuk berkunjung ke daerah-daerah agar di sana dalam kasih persaudaraan sebagai satu umat beriman akan Kristus Yesus, merayakan Natal dengan umat setempat. “Hadir”, “ada” bersama itulah keselamatan yang kita rayakan dalam Natal. Allah ada ditengah-tengah kita. IA, Yesus Kristus bergelar “Immanuel” yang berarti Allah beserta kita. IA ada, IA selalu hadir dalam setiap peristiwa hidup kita, teritimewa disaat-saat kita manusia mengalami kesepian, kemalangan. IA tidak pernah meninggalkan kita. IA adalah Allah yang setia. Maka sebagai murid-muridNya marilah kita juga hadir, ada untuk yang lain. Kehadiran diri di antara sesama itu akan sangat dirasakan keberadaannya di saat sesama mengalami ketidakberdayaan. Solidaritas Allah yang ditunjukkan Allah dalam peristiwa Natal, Allah menjadi manusia, mewajibkan kita yang merayakan Natal untuk terus-menerus menyatakan solidaritas dengan sesama anak bangsa tanpa melihat perbedaan suku, agama, status atau jabatan. Untuk itu dalam doa dan melalui derma, pengumpulan dana, kita berusaha meringankan beban bagi saudara-saudari kita yang tertimpa bencana alam di Wasior-Papua, korban Gunung Merapi-Jateng; tsunami di Mentawai-Sumatera dan di tempat lain yang kurang mendapat perhatian media massa.

Bapa Uskup dalam kotbahnya, mengajak seluruh umat manusia agar memelihara martabat dan hakekatnya sebagai ciptaan yang telah ditebus di dalam Yesus Kristus. Allah dalam Yesus Kristus mengambil rupa sebagai manusia, menegaskan kepada kita semua bahwa Allah sungguh mencintai dan mau mengembalikan martabat kita manusia yang telah rusak karena dosa. Peristiwa inkarnasi adalah peristiwa pemuliaan manusia sebagai ciptaan mulia dari Allah Bapa Pencipta dan Penyelengara hidup. Setiap tindakan, rencana dan usaha yang ditempuh manusia untuk hidup baik mendapat tempat di hati Allah.

Setelah perayaan Ekariti malam Natal, acara dilanjutkan dengan santap malam bersama. Nasi kotak sejumlah 3500 kotak yang telah disiapkan sebelumnya langsung dibagikan pada umat di pelataran Gereja.

Rombongan Panitia Natal Nasional, Bapa Uskup, Vikep Toraja, Bupati Tana Toraja dan tokoh-tokoh agama, umat, masyarakat mendapat jamuan malam di Aula Pastoran. Aula pastoran ditata sedemikian rupa bagaikan “istana”. Di bawah kordinator Ibu Elisabeth Palamba’ dan tuntunan tim dari Jakarta, makanan yang disajikan semuanya ala Toraja. Makanan khas Toraja menjadi menu utama. Oleh Ibu Menteri dan Bapak Goris Mere serta rombongan dan para tamu lainnya, malam itu menjadi malam persaudaraan. Acara Ramah Tamah diawali dengan upacara penyambutan secara resmi kepada Ibu Menteri dan Bapak Goris Mere. Pasutri L.K. Pongmasak, mewakili Depas dan umat Paroki Makale, mengenakan simbol-simbol kebesaran masyarakat Toraja. Kepada Ibu Menteri dikenakan Sarung, Salendang khas tenunan Toraja, dan Sepu’. Sedangkan kepada Bapak Goris Mere, kepadanya dikenakan “Passapu’, Parang, dan Sambu’ berwarna putih. Dalam kata sambutannya, Vikep Toraja, P. Frans Arring mengungkapkan kegembiraan atas kedatangan tamu terhormat. Adalah suatu kehormatan besar bagi kami, bahwa Ketua umum dan Ketua panitia pelaksana Natal Nasional 2010 memilih Keuskupan Agung Makassar khususnya kevikepan Toraja untuk hadir merayakan Natal, di Makale. Kehadiran mereka memberi peneguhan bahwa kita satu dalam iman, kasih dan harapan.

Dalam sambutan singkatnya, Bapak Goris Mere menyampaikan ucapan selamat Natal dan selamat menyongsong Tahun Baru 2011. Mari kita semua tak jemu-jemunya berbuat baik, menghindari segala yang dapat merusak diri, keluarga, masyarakat dan bangsa.

Pada kesempatan yang istimewa itu pula, di hadapan seluruh umat, Penanggung jawab seluruh kegiatan perayaan Natal yang juga sebagai Pastor Paroki Makale menyampaikan dua hal pokok:
1. Proficiat dan penghargaan kepada seluruh umat yang dari saat ke saat semakin berperan aktif sesuai dengan keterampilan dan keahlian masing-masing dalam karya pelayanan dan pengembangan Gereja. Paroki Makale terdiri dari 3 wilayah dengan 28 stasi. Sebuah Gereja induk yang terbagi dalam 6 rukun. Data terakhir Desember 2010, jumlah keseluruhan kepala keluarga Paroki Makale, 2043 KK. Pada setiap perayaan hari Natal dan Paska (pekan suci) dipusatkan pada 4 sampai 5 tempat.
2. Dalam rangka menyongsong pesta intan Paroki Makale, maka diprogramkan pembenahan kompleks gereja induk ini. a. pembangunan Aula serba guna dan kantor paroki dengan biaya Rp 750 juta; b. pembuatan pagar yang seusai dengan tempat dan kedudukan Gereja yang berada jantung kota Makale, dengan biaya Rp 75 juta; c. Perawatan/pengecatan Gedung Gereja dengan biaya Rp 50 juta. d. Renovasi Pastoran dengan biaya Rp 325 juta. Total biaya Rp 1,2 M.

Akhir kata terimakasih atas kehadiran Bapa Uskup Agung, yang telah memimpin langsung perayaan Malam Natal ini merupakan kebanggaan kami umat paroki Makale. Terimakasih kepada Bapa Vikep Toraja dan P. Sem Porak yang turut ambil bagian dalam perayaan malam ini. Secara khusus kepada tamu istimewa dari Jakarta, Ibu Elka Mari Pangestu, Bapak Goris Mere beserta seluruh Rombongan panitia Natal Nasional 2010, terimakasih atas kunjungan persahabatan dan atas pilihannya memilih Gereja induk paroki Makale untuk merayakan Natal tahun ini.

Misa Hari Raya Natal 25 Desember 2010 dipimpin langsung oleh Bapa Uskup Agung KAMS, dimeriahkan oleh koor Cantemus. Suasana Ekaristi Natal yang inkulturatif kembali ditampilkan oleh seksi liturgi Depas. Perarakan masuk dengan diiringi dengan tarian yang dipadukan dengan lagu “Yesus, Selamat Datang” menciptakan suasana dan kegembiraan di hati umat. Umat makin gembira saat menyanyikan lagu “Para Malaikat” (Gloria) dengan iringan musik tradisional dan tari-tarian, Memuliakan Tuhan Yesus yang lahir/hadir di tengah-tengah dunia.

Dalam kotbahnya, Bapa Uskup mengisahkan pengalaman-pengalaman di masa kecilnya. Cara mendidik orang tua banyak yang membuat anak tidak berani tampil dan kreatif. Di beberapa tempat dan instasi, pun dalam hidup menggereja, diakui bahwa orang Toraja itu pintar, cerdas, rajin, setia, jujur, bertanggung jawab tetapi bila diminta kesediaannya untuk memimpin, kadang menolak, merasa tidak mampu dan berkata: “Ah, kasihlah orang lain, masih banyak yang lebih tua atau pantas”. Yesus datang sebagai terang. Terang yang menerangi sisi-sisi gelap kehidupan manusia. Salah satu sisi gelap kehidupan orang Toraja adalah sistem, cara mendidik dari leluhur, atau orang tua untuk menanamkan nilai-nilai dalam diri anak-cucunya. Dengan cara mengancam, menakut-nakuti: awas ada ular di sana, ada “bombo” di situ. Semuanya itu memupuk keragu-raguan, ketidakberanian, ketidakpercayadirian dalam diri anak. Semoga kita menemukan titik-titik gelap dalam tradisi kita, dan mari kita terangi dengan Injil keselamatan.*** Penulis: P. Natan Runtung Pr.

Tidak ada komentar: