
Archdiocese of Makassar, Indonesia
Dari tanggal 10 s/d 16 Agustus 2009 yang lalu berlangsung Sidang Pleno IX FABC di Manila, Filipina. Dari Indonesia hadir 4 Uskup perutusan: Mgr. Martinus Dogma Situmorang OFMCap (Ketua KWI), Mgr. Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo, Mgr. Leo Laba Ladjar OFM., dan saya. Menurut Statuta FABC, Ketua Konferensi ex officio menjadi peserta Sidang Pleno. Sedangkan peserta lainnya dipilih oleh Konferensi Uskup yang bersangkutan, berdasarkan ketentuan jumlah Keuskupan dalam Konferensi ybs.: 1-30 Keuskupan diwakili 2 utusan; 31-45 Keuskupan diwakili 3 utusan; 46-60 diwakili 4 utusan; 60 ke atas 6 utusan. Demikianlah, KWI yang beranggotakan 37 Keuskupan berhak diwakili 3 utusan. Sebetulnya setiap Kardinal selalu mendapat undangan khusus menghadiri Sidang Pleno. Tetapi karena halangan kesehatan, Rm. Kardinal Julius Riyadi Darmaatmadja SJ kali ini absen.
FABC adalah singkatan dari Federation of Asian Bishops’ Conferences, “Federasi Konferensi-Konferensi Para Uskup Asia”. Awalmula keberadaan FABC dapat ditelusuri ke belakang, saat berlangsungnya Konsili Vatikan II. Ketika itu banyak Uskup Asia bertemu untuk pertama kali. Persahabatan mulai terbentuk, dan suatu kesadaran akan identitas yang sama membawa pada gagasan membentuk sejenis organisasi yang dapat memungkinkan terwujudnya interaksi berkelanjutan.
Dibedakan dua macam anggota: (1) anggota dari Konferensi Waligereja dan (2) anggota dari Gereja lokal yang tidak/belum tergabung dalam sebuah Konferensi, disebut ‘Associate Member’. Dewasa ini FABC mempunyai 18 anggota Konferensi Waligereja: Bangladesh (CBCB); CBCI, India; CCBI, India; Syro Malabar, India; Syro-Malankara, India; Indonesia (KWI); Jepang (CBCJ); Kazakhstan (KKEK); Korea (CBCK); Laos-Kambodia (CELAC); Malaysia-Singapura-Brunei (CBCMSB); Myanmar (CBCM); Pakistan (CBCP); Filipina (CBCP); Sri Lanka (CBCSL); Taiwan (CRBC); Thailand (CBCT); Viet Nam (CBCVN).
Kami, 117 peserta, para Uskup Katolik se-Asia, bersama dengan utusan Sri Paus yaitu Kardinal Francis Arinze, Uskup Agung Robert Sarah, Sekretaris Kongregasi untuk Evangelisasi Bangsa-Bangsa dan Utusan-utusan persaudaraan dari Konferensi Para Uskup lain (Australia, Kanada, Amerika Serikat, Spanyol dan Konfrensi para Uskup Katolik Oceania), para fungsionaris dalam lingkungan FABC, serta perwakilan dari mitra pendana (Missio, Misereor dan Stichting Porticus), wakil Konferensi Kristen Asia- berkumpul di Manila untuk Sidang Pleno IX dari FABC(10-16 Agustus). Dengan perhatian pastoral yang besar, kami datang berkumpul bersama untuk merayakan, berdoa, merenungkan dan dengan disermen dan menyediakan orientasi-orientasi pastoral dan rekomendasi-rekomendasi pada tema: “Menghayati/menghidupi Ekaristi di Asia.”
Mgr Piet Timang, Para Imam, Konfrater yang baik dan saudara–saudari semua.
Team OF KAMS adalah team yang dibentuk untuk membantu Bapa Uskup dalam tugasnya membina dan mendampingi serta menganimasi para imamnya baik secara individu maupun secara kolegial komunitas para imam di Keuskupan Agung Makassar ini. Pertanyaan yang selalu menggelitik dalam pertemuan kami adalah bagaimana kami sebagai tim membantu Bapa Uskup dalam mengembankan tugas yang penting ini. “Apa yang bisa ditawarkan/diberikan oleh tim ini bagi rekan-rekan imam se-KAMS secara pribadi maupun secara kelompok kolegialitas hidup para imam dalam pengembangan diri dan keterampilan serta pengetahuan demi peningkatan efisiensi dan efektivitas pelayan kepada umat. Dalam pertemuanya pada tanggal 15 April 2009 dijabarkan beberapa program kerja tahunan yang dianggap cukup realistis dan terjangkau. Selain kegiatan retret tahunan yang diorganisir oleh team OF (On-going Formation) ada lagi kegiatan kunjungan ke setiap kevikepan oleh team OF.
Keluarga Mahasiswa Katolik (KMK) dipandang sebagai satu kelompok strategis bagi pastoral kemahasiswaan. Di sini berkumpul para mahasiswa katolik di kampus/ fakultas/program studi masing-masing. KMK dapat disebut sebagai suatu komunitas basis mahasiswa Katolik yang dilandasi oleh nilai-nilai kekeluargaan yang berfungsi sebagai wadah pembinaan dan aktualisasi diri bagi anggotanya untuk menghadirkan Kerajaan Allah di segala aspek kehidupan. Melalui wadah KMK ini para mahasiswa katolik diharapkan untuk berpikir dan bersikap yang mengacu pada dimensi katolisitas dan intelektualitas di dalam masyarakat. Melalui berbagai macam kegiatan yang bertumpu pada dimensi katolitas dan intelektualitas itu. Pembinaan kelompok melalui wadah Keluarga Mahasiswa Katolik (KMK) kerap kali memunculkan berbagai kegiatan yang bermakna bagi perkembangan kepribadian maupun lingkungan mereka. Retret, rekoleksi, dan misa kampus hendaknya selalu diadakan. Pun merupakan kesempatan untuk membentuk persaudaraan, membina dinamika hidup bersama yang senantiasa tetap terbuka terhadap gaya pastoral baru pendidikan nilai yang ditanam melalui metode outbound.
TOT (training of trainers) KMK di Panti Samadi Malino dari tanggal 9 s.d. 14 Agustus 2009 merupakan satu program kegiatan untuk menjawab pembinaan khusus itu. Dalam kerja sama antara Ditjen Bimas Katolik Depag RI c.q. Direktur Pendidikan Tinggi dan KomKat KWI diselenggarakan kaderisasi 6 hari calon Pembina Mahasiswa. TOT KMK di Malino merupakan kegiatan post care dan follow up dari TOT tingkat Nasional di Wisma Samadi Klender Jakarta, 16-21 Mei 2009.
Sasaran dari TOT ini ingin menghasilkan para pembina atau pendamping dan fasilitator/pemandu kegiatan Komunitas Basis Mahasiswa (KBM). Diharapkan agar mereka mampu meningkatkan atau mereformasi KMK-KMK menuju kualitas KBM (tanpa mengubah nama KMK yang bersangkutan) sebagai Strategi Hidup Menggereja seperti dicanangkan SAGKI 2000 dan SAGKI 2005; atau membentuk KBM baru di mana belum ada wadah pembinaan mahasiswa. Mereka harus mempu memotivasi dan menghimpun mahasiswa Katolik dalam Komunitas, dan mengisi pertemuan-pertemuan rutin komunitas tersebut dengan kegiatan-kegiatan terprogram yang berbobot pembinaan.
Pelatihan pembina Komunitas Basis Mahasiswa (KBM) berlangsung selama enam hari, dimulai pada tanggal 9 Agustus sampai 14 Agustus 2009 di Panti Semadi Malino Kab. Gowa yang diikuti 27 peserta terdiri dari delegasi: Marauke 2 orang, Jaya Pura 3 orang, Palu 2 orang, Menado 4 orang, Kendari 3 orang, Tana Toraja 4 orang, dan Makassar sebagai tuan rumah mengutus 9 orang. Adapun tema kegiatan yakni “Melalui Pertemuan Pembina/Calon Pembina Mahasiswa Katolik Kita Tingkatkan Kualitas dan Peran Serta Mahasiswa Katolik Bagi Gereja dan Bangsa”
Pernyataan inilah menjadi spirit awal peserta yang diungkapkan oleh Rm Yumartono, SJ dalam homili misa pembukaan. Tuhan tidak menilai akhir yang dicapai tapi proses yang dilalui. Peserta diajak untuk betul-betul fokus pada selama kegiatan berlangsung. Maka untuk mendukung hal itu handphone (HP), note book, kamera dan barang-barang berharga lainnya wajib disimpan pada panitia.
Dalam homili misa penutup, Romo John Da cunha, Pr sangat mengharapkan para peserta pelatihan agar dapat tetap menjadi garam dan terang minimal di lingkungan sekitarnya dan memberikan pelayanan terhadap sesama beralaskan KASIH. mengakhiri homilinya Rm John meneriakkan:
Caritas Makassar mengadakan kegiatan Organizational Development (OD/Pengembangan Organisasi) bertempat di hotel Santika Makassar pada 4-7 Agustus 2009. Tim Karina (Caritas Indonesia) KWI yang terdiri dari Rm. Sigit Pramudji, Sri Murniati, dan Ditto Santoso mendampingi 20 peserta kegiatan yang datang dari beberapa kevikepan di KAMS.
Peserta dibagi ke dalam beberapa kelompok dan melakukan proses diskusi kelompok untu menentukan Visi-Misi, Nilai dan Bidang Kegiatan Utama Caritas Makassar. Hasil yang disepakati: Visi: Bela rasa demi keutuhan ciptaan. Misi: Mengembangkan gerakan solidaritas kemanusiaan untuk membela kaum lemah, miskin dan terpinggirkan, Menjalankan tugas animasi, fasilitasi, koordinasi dalam kerja sama dengan lembaga dan gerakan solidaritas kemanusiaan di dalam maupun di luar Gereja. Memberdayakan kaum lemah, miskin dan terpinggirkan menjadi pelaku utama perubahan sosial menuju keutuhan ciptaan.
Di akhir kegiatan, peserta memberikan tanggapan positif atas kegiatan OD Caritas Makassar. Laurenciana Sampebatu menuturkan bahwa ia menjadi lebih mengenal apa itu Caritas Makassar dengan menyusun visi, misi dan program kerja. P. Noel Para’pak memuji suasana dalam proses kegiatan yang amat kondusif, juga berkat pendampingan Ibu Murni terhadap kelompok yang membimbing dan mengarahkan.
Di tengah-tengah kesibukan pemeriksaan portofolio dalam rangka sertifikasi Guru Pendidikan Agama Katolik Dalam Jabatan, kami diminta untuk menuliskan beberapa hal terkait dengan pelaksanaan Wisuda IV STIKPAR Tana Toraja. Setiap kesempatan yang ada kami manfaatkan untuk memberikan gambaran mengenai pelaksanaan Wisuda IV STIKPAR.
Wisudawan dari lulusan November 2008 D3 meraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) pada rentang 2,40 hingga 3,59 dengan masa tempuh 3 Tahun. IPK rata-rata adalah 2,88 dan IP rata-rata Ujian Negara 2,71. IPK tertinggi untuk lulusan Program D-3 diraih oleh Alde Gonda Angela Mangambu. Wisudawan dari lulusan November 2007 Program S1 meraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) pada rentang 3,00 hingga 3,56. IPK rata-rata adalah 3,23 dan IP rata-rata Ujian Negara 3,36. IPK tertinggi untuk lulusan 2007 Program S1 diraih Yosep Limbu. Sedangkan wisudawan dari lulusan Juni 2008 Program S1 meraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) pada rentang 2,54 hingga 3,5. IPK rata-rata adalah 2,54 dan IP rata-rata Ujian Negara 3,00 IPK tertinggi untuk lulusan 2008 Program S1 diraih oleh Noriva Ira Sumule. Dengan Wisuda IV ini, maka STIKPAR secara keseluruhan telah meluluskan 293 orang dengan rincian sebagai berikut: