Sabtu, 03 Oktober 2009

Pesan Sidang Pleno IX FABC Manila, Filipina, 10-16 Agustus 2009

Kami, 117 peserta, para Uskup Katolik se-Asia, bersama dengan utusan Sri Paus yaitu Kardinal Francis Arinze, Uskup Agung Robert Sarah, Sekretaris Kongregasi untuk Evangelisasi Bangsa-Bangsa dan Utusan-utusan persaudaraan dari Konferensi Para Uskup lain (Australia, Kanada, Amerika Serikat, Spanyol dan Konfrensi para Uskup Katolik Oceania), para fungsionaris dalam lingkungan FABC, serta perwakilan dari mitra pendana (Missio, Misereor dan Stichting Porticus), wakil Konferensi Kristen Asia- berkumpul di Manila untuk Sidang Pleno IX dari FABC(10-16 Agustus). Dengan perhatian pastoral yang besar, kami datang berkumpul bersama untuk merayakan, berdoa, merenungkan dan dengan disermen dan menyediakan orientasi-orientasi pastoral dan rekomendasi-rekomendasi pada tema: “Menghayati/menghidupi Ekaristi di Asia.”

Panggilan ke Komunitas
Tema Sidang Pleno adalah sangat penting bagi seluruh Gereja di Asia, untuk hidup dan perutusan kita. Oleh karena itu, haruslah diusahakan mengadakan refleksi yang berkesinambungan demi pemaknaannya. Dengan demikian diharapkan muncul suatu semangat baru untuk menjadikan perayaan Ekaristi suatu yang utama dan penting sebagai pertemuan dengan Yesus, Tuhan yang telah bangkit, serta mengantar kepada communio. Partisipasi yang aktif dan dalam suasana doa dengan mendengarkan Sabda dan ikut dalam pemecahan Roti akan membawa kita menuju pertemuan yang pribadi dan intim.

Di dalam sakramen ini, Tuhan Pemersatu datang meresapi dan menyelubungi hidup kita, secara pribadi dan dalam kebersamaan, membawa anugerah persatuan dengan Dia dan dengan sesama. Kita mesti juga menyadari bahwa orang Asia menghargai keluarga, makan bersama dan perayaan-perayaan komunitas untuk memelihara dan memajukan kesatuan. Ekaristi sebagai kurban dan perjamuan, awal mulanya disebut “Perjamuan Tuhan,” dan selanjutnya ”Pemecahan Roti.” Nama-nama ini mengungkapkan unsur (dimensi penting): keintiman dengan Yesus dan seperti kesatuan kekeluargaan di antara orang-orang yang berbagi roti. Perayaan-perayaan kita mesti membangkitkan semangat di dalam hati setiap orang keberanian untuk membangun komunitas sejati yang mendamaikan, mengampuni, melayani orang miskin dan yang terpinggirkan.

Cinta yang telah dibuat sempurna di dalam pengorbanan diri Yesus, diperbaharui di dalam Ekaristi, menuntut tidak kurang daripada sebuah gaya hidup cinta yang berkorban. Ini sendiri akan membawa keselarasan dan damai sejati. Jiwa Asia haus akan keselarasan universal. Ekaristi menjawab hasrat ini. Masing-masing dan setiap orang Kristen serta setiap komunitas harus menjadi apa yang mereka rayakan: kesatuan dalam keanekaragaman. Santo Paulus menunjukkan anugerah dan tugas Ekaristi tersebut dengan kata-kata yang mengesan ini: ”Karena roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu.” (1 Kor 10:17), Ekaristi harus benar-benar merupakan sekolah di mana kita bertumbuh harmoni dan diberdayakan untuk memperkembangkannya.

Kita tidak dapat merayakan Ekaristi dan pada waktu yang sama mempertahankan, mempraktekkan atau mentolerir diskriminasi berdasarkan agama atau suku, adat atau bahasa, kasta atau golongan. Jikalau kita dicangkokkan pada Tuhan Ekaristik, kita akan bertumbuh dan menjadi orang-orang yang berfungsi “menjembatani” dalam dunia yang semakin cenderung terpecah-belah.

Panggilan Mendengarkan Sabda
Merayakan Ekaristi adalah hidup dalam iman; iman yang tertanam, terpelihara dan terawat oleh Sabda. Ini menuntut kita menjadi pendengar yang berkontemplasi dan perenung-perenung Sabda, seperti Perawan Maria, Ibu kita. Saudari-saudara kita dari agama-agama lain di Asia memiliki devosi yang besar terhadap Kitab-Kitab Suci mereka. Mereka mendaraskan dan mendalami Sabda itu. Budaya mendengarkan ini merupakan undangan lebih lanjut untuk menjadi jemaat yang menghormati dan mendevosikan diri mereka kepada Sabda dan kepada pemecahan roti. Cara mendengarkan sedemikian itu tentu akan membawa ke penghayatan di dalam terang Sabda. Konteks ideal untuk mendengarkan Sabda secara mantap dapat berlangsung di komunitas-komunitas sel atau rukun (SCCs=Small Christian Communities) yang sudah lazim dalam Gereja di Asia. Kami mengingatkan semua yang bertugas memberi pelayanan animasi kepada komunitas- komunitas Ekaristik, khususnya para imam, bahwa mereka mempunyai tanggungjawab besar untuk menjadikan Ekaristi suatu peristiwa yang mentransformasikan. Ini menuntut persiapan yang memadai, perayaan yang efektif, dan secara khusus homili yang mengena dan menyentuh hati.

Semestinya ada devosi mendengarkan Sabda setiap hari di rumah sebagai satu keluarga, khususnya menjelang hari-hari Minggu, sebagai persiapan untuk Ekaristi, dengan membaca dan mendoakan Sabda yang akan dibacakan pada Hari Tuhan. Kebiasaan demikian tentu akan menghasilkan buah-buah pembaharuan hidup kristiani. Ini akan membawa budaya mendengarkan Sabda di paroki-paroki dan komunitas-komunitas kita.

Panggilan kepada Iman dan Pengharapan
Kita adalah peziarah di bumi ini, yang berjalan di dalam terang dan gelap, yang terlunta dalam kekuatiran dan ketidakpastian. Rasa sakit dan derita, seringkali menimpa kita. Kita menghargai Ekaristi, karena di dalamnya kita menerima Sabda kehidupan dan terang, yang membuka mata kita, serta Roti kehidupan yang menghangatkan hati kita. Kesatuan Sabda dan Roti di dalam Ekaristi mengundang kita untuk menghargai dan menghayati kedua segi ini.

Tanpa anugerah ini, kita hanya akan meraba-raba dalam kegelapan, berjalan melalui terowongan tanpa melihat seberkas sinar pengharapan. Berkat kedua pemberian ini, kita akan menemukan, seperti kedua murid dalam perjalanan ke Emaus (Luk 24:13-dst.), arti yang lebih dalam dan panggilan ilahi untuk berharap di tengah segala sesuatu yang kita alami dalam hidup: kekalutan ekonomi yang tiba-tiba, pemanasan global yang terus meningkat, bencana alam, penganiayaan, penderitaan tak terungkapkan begitu banyak manusia di mana-mana, khususnya kaum perempuan dan anak-anak, para pengungsi, dan juga mereka yang kebebasannya dirampas di berbagai negara di Asia.

Bagi mereka yang mengalami kekosongan dan tidak punya arti kehidupan, kita mesti membawa kenangan akan Yesus, yang tersalib dan bangkit, kenangan yang dibuat nyata dalam Ekaristi, sebuah kenangan yang mampu menyembuhkan trauma ketidakberdayaan. Misteri Paskah memiliki kekuatan untuk menafsirkan pengalaman-pengalaman hidup kita. Sebab di dalam Yesus dihadirkan bukan saja Allah, tetapi juga arti hidup kemanusiaan kita dengan segala kekayaan dan kerapuhannya. SabdaNya dapat menerangi setiap pengalaman kita.

Panggilan untuk Misi
Perayaan Asia mempunyai ciri kegembiraan, kesederhanaan dan keikutsertaan. Hati orang Asia dikobarkan oleh kontemplasi keindahan di alam. Perayaan Ekaristi kita perlu menyentuh hati orang Asia yang mencintai warna, bunga-bunga, simbol-simbol, musik dan kontemplasi. Simbol-simbol Asia, melodi-melodi Asia, dan lebih lagi nilai-nilai Asia, mesti membuat perayaan kita menciptakan gema yang mendalam di hati orang Asia. Seberapa besar kesaksian iman kita - Kristus telah datang bukan untuk menghancurkan melainkan untuk menyempurnakan - sedemikian pulalah adanya Ekaristi! Ajakan Paus Johanes Paulus II untuk menampilkan ‘Wajah Asia Yesus’ kepada saudara/i kita bergema segar di telinga kita (Ecclesia in Asia).

Kita yakin bahwa perayaan Ekaristi yang penuh rmakna, kontemplatif, terhayati dan bernuansa doa mempunyai potensi untuk memberdayakan komunitas-komunitas Kristen Asia menjadi saksi-saksi penuh daya akan Yesus, saksi-saksi yang menampakkan kehadiranNya, cintaNya dan daya penyembuhanNya. Perayaan Ekaristi berakhir dengan panggilan untuk misi: “Pergilah, kamu diutus.” Ekaristi harus dihayati dengan menjadi komunitas-komunitas yang penuh perhatian, keramahan, pelayanan tanpa pamrih kepada orang miskin, yang tersingkirkan dan tertindas. Pemecahan Roti mesti berlanjut. Itulah tandanya bahwa kita menghayati Ekaristi (Joh 13: 1-17).

Maria adalah “wanita Ekaristi” (Ecclesia de Eucharistia). Kepadanya, pada Pesta Maria Diangkat ke Surga, kita persembahkan Gereja Asia. Semoga ia mendampingi kita dalam komitmen kita menghayati Ekaristi di Asia.

16 Agustus 2009-Manila, Filipina

Tidak ada komentar: