Sabtu, 03 Oktober 2009

"Requiem Mass for Joss"

Mgr Piet Timang, Para Imam, Konfrater yang baik dan saudara–saudari semua.

Di hari yang mungkin tidak akan pernah terlupakan dalam perjalanan hidup kita ijinkanlah saya menyampaikan renungan saya saat kita bersama sama menghantar P. Jos ke rumah Bapa di surga.

Belum genap 1 minggu namun masih jelas dalam ingatan saya; Hari minggu pagi yang baru lewat, saya bersama keluarga saya mengantar kepergian kakak saya kembali kepada Tuhan. Saya merasa semua berjalan begitu cepat karena kakak saya harus dikuburkan dalam waktu 24 jam. Dan rasanya waktu untuk berkabung juga tidak ada karena pikiran saya dialihkan pada situasi P. Jos yang kondisinya masih kritis dan P. Clem yang saat itu sedang bergulat dengan penyakitnya. Saya masih ingat setelah pemakaman selesai dan orang-orang sudah pada pergi hanya ada 2 orang yang tertinggal di sisi kuburan kakak saya, yaitu kakak saya perempuan dan saya sendiri. Saat-saat kami berbincang di tengah kesedihan yang ada saya perhatikan begitu banyak daun-daun kering yang berjatuhan dari pohon dan berserakan di sekitar pemakaman. Ketika saya perhatikan semua itu terlintas dalam pikiran saya bahwa hidup kita itu seperti daun-daun hijau yang mewarnai keindahan dunia tapi juga akan tiba waktunya bahwa hidup kita akan berjatuhan satu per satu dan kembali menyentuh bumi meski pohon kehidupan akan terus bertumbuh. Saya tahu tidak hanya keluarga besar darah daging saya, tapi juga keluarga Tarekat saya satu per satu berjatuhan.

Lebih dari 23 tahun yang lalu saat saya bergabung dengan Tarekat CICM, banyak pastor-pastor dari Eropa dan Filipina yang masih muda muda saat itu dan mereka nampak gagah sebagai misionaris yang tangguh, yang berani bermimpi dan berani menerima panggilan Tuhan untuk pergi ke negeri yang jauh tanpa tahu dimana harus atau akan berakhir. Di sini, di tanah nusantara yang mereka cintai meski masih terus dilukai oleh berbagai macam kekerasan, mereka telah menemukan kebaikan, mereka telah mendapatkan perhatian, kasih, persahabatan yang sejati dari umat Tuhan yang mereka layani. Saya ingat juga P. Jos saat itu yang masih nampak muda, gagah, murah senyum dan bersahaja dengan jenggotnya yang panjang. Dan selama saya berjalan bersama CICM saya sudah menyaksikan pastor-pastor yang saya kenal satu per satu meninggalkan kami dan pulang untuk hidup dalam Damai Tuhan. Memang sangat menyedihkan sekali tapi kami juga selalu dihibur oleh Tuhan dengan tunas tunas baru yang Tuhan berikan untuk meneruskan semangat dan karya pendahulu-pendahulu kami.

Pagi ini saat saya berdiri di tempat ini begitu banyak kenangan tapi juga pengalaman bersama banyak orang yang ikut ambil bagian dalam merawat P. Jos di RS Carolus dan Medistra. Tidak ada suatu pengalaman yang menggetarkan dan menusuk hati saya sebagai sahabat dan imam dari P. Jos selain saat saya harus pergi ke rumah sakit sebelum fajar terbit dan ayam berkokok karena mendapat kabar bahwa P. Jos sudah koma. Itu terjadi pada hari Kamis, 30 Juli 2009. Dengan ditemani Agus, sahabat P. Jos yang begitu setia mengantar dan menjemput P. Jos untuk memberikan sakramen pengakuan di Santa Theresia setiap Sabtu dan Minggu, saya dalam keadaan begitu sedih dan air mata tidak bisa tertahankan lagi saya memberikan sakramen perminyakan lalu mengantarnya ke ICU.

Hari demi hari lewat kami semua selalu bertanya apa yang terjadi dengan dengan P. Clem, apa yang terjadi dengan P. Jos. Sering terdengar kabar yang membawa pengharapan bahwa kondisi mereka lebih baik, tapi juga kabar yang menyedihkan bahwa tidak ada perubahan.

Ya, benar ada batas waktu untuk semuanya di dunia ini. Dan ada batas waktu untuk kita semua. Dan saya percaya sekali apa yang dikatakan firman Tuhan bahwa “Ada waktu untuk segala galanya di bawah sinar matahari. Waktu untuk lahir dan waktu untuk kembali kepada dia yang memberi hidup. Waktu untuk tertawa tapi juga waktu untuk menangis. Waktu untuk menari dan waktu untuk berkabung. Ya, semua ada waktunya dalam hidup ini. Beberapa orang menikmati waktu yang panjang, tapi beberapa orang menikmati batas waktu yang pendek. Pada hari Selasa malam, 11 Agustus, 2009 di hari ulang tahun pastor Robert Suykens, CICM yang ke-70, P. Jos telah mencapai batas waktu dan garis akhir perjalanan hidupnya dan kembali kepada Allah sumber kehidupannya.

Jika kita menengok kehidupan kita masing masing, begitu banyak orang-orang yang datang dan pergi dalam hidup kita. Beberapa dari mereka hadir dalam hidup kita dan pergi tanpa banyak kenangan yang tersimpan. Tapi banyak juga orang yang hadir dalam kehdupan kita, mereka menyentuh hidup kita, mereka merubah, mereka mewarnai dan mereka memberikan arti yang dalam dan mereka tidak pernah akan kita lupakan. Saya yakin P. Jos telah hadir dalam hidup kita semua dan kita tidak pernah akan melupakannya. Dia telah hadir dalam hidup kita sebagai pribadi, imam, dan gembala yang baik.

Ya, saya percaya kepergian orang-orang yang kita cintai dalam hidup kita meninggalkan kesedihan yang begitu mendalam. Kita merasakan rumah kita dan hidup kita tidak pernah sama lagi. Saya percaya juga kepergian P. Jos meninggalkan kesedihan yang mendalam dalam banyak hati sahabat-sahabat yang hadir di sini dan para konfrater CICM sendiri. Saya tahu dengan kepergiannya rumah kami juga tidak pernah sama lagi- kamar tidur di atas akan menjadi kosong, kamar kerja di bawah tempat dia menghabiskan banyak waktunya akan kosong, juga bahkan masalah rumah termasuk belanja juga akan kosong. Tetapi kami tetap berharap, kami masih bisa dapat makan. Dan yang akan merasakan kehilangan juga adalah ikan-ikan koi di kolam belakang. Karena P. Jos rajin memberikan makan dan mengunjungi kolam itu.

Hari ini Santo Paulus berkata: “jika kita hidup untuk Tuhan, kita juga mati untuk Tuhan. Baik hidup maupun mati kita milik Tuhan”. Saya percaya sebagai seorang gembala umat yang baik, P. Jos telah memberikan yang terbaik di dalam karya dan tugas penggembalaannya. Ia telah belajar hidup baik tidak saja untuk sesamanya tetapi juga untuk Tuhan. Saya percaya Tuhan yang ia layani dan ia cintai saat ia hidup tidak akan pernah melupakannya bahkan tetap mengenalnya saat ia kembali. Ia benar-benar milik Tuhan, baik waktu hidup maupun mati. Dan Tuhan telah menjadi Allah kebangkitan dan kehidupan kekalnya.

Saya kadang bergelut dengan apa yang ada di dalam hati dan pikiran dari mereka yang akan meninggalkan kita. Mungkin P. Jos juga memiliki kerinduan yang sama seperti apa yang saya coba ungkapkan lewat percikan hati dan batin saya:

Ketika aku meninggalkan kamu napas akhirku tidak mengucapkan selamat tinggal. Karena cinta persaudaraan sehati dan sejiwa kita tidak mengenal waktu dan jauh dari sentuhan kematian.
Aku tinggalkan pikiranku, kasihku, tawaku, keberanianku bermimpi kepadamu semua melebihi emas dan batu permata.
Aku berikan padamu apa yang pencuri tidak dapat ambil kenangan akan kebersamaan kita sebagai sahabat dan rekan imam: saat saat yang dipenuhi kasih, keberhasilan yang kita bagi bersama, hari-hari berat yang membawa kita semua semakin dekat dengan Tuhan dan jalan kehidupan yang telah kita lewati bersama.
Aku meninggalkan kamu sebuah janji suci bahwa setelah aku bersama Allah di surga, aku akan selalu dekat dan hadir ketika engkau mengenang dan memanggilku.
Tenagaku akan terus mengalir oleh kekuatan kasih kita bersama.
Jangan cemas dan gelisah, ingatlah semua yang kubawa bersamaku adalah kasih dan sejuta kenangan yang pernah kita bagi bersama di setiap tempat dimana Tuhan menempatkan aku dalam pelayanan.
Jangan cemas ataupun bersedih engkau semua yang aku kasihi karena dalam pohon kehidupan akarmu dan akarku selamanya terikat dalam kasih yang kekal.


Jos, meskipun berat kami saudara-saudaramu satu Tarekat ingin megucapkan selamat jalan. Vaya con Dios - pergilah bersama Tuhan. Semoga kebahagiaan kekal dan kerinduanmu untuk bersatu dengan Tuhan dan orang orang engkau cintai akan terpenuhi. Semua pengalaman yang baik dan berharga akan selalu mengikat kita bersama baik di surga maupun di bumi dengan semangat sehati sejiwa.
Selamat jalan Jos!*** Penulis: Anton Pras, H, CICM, Provinsial CICM Indonesia

EULOGY
Nama lengkap: Joseph Marcel Cobbe
Lahir: 2 Januari 1942
Tahbisan imam: 6-8-1967
1969-1973: Pastor wilayah Sa’dan dan Nangala
1974-1977: Pembina di Ikar Rantepao
1977-1978: Pastor paroki Palopo dan sekitarnya
1979-1982; Pastor wilayah Rembon
1984-1989: Pemimpin umum HHK
1989-1992: Socius Novisiat CICM Makassar
mulai aktif dengan ME sampai akhir hidupnya
1992-1994: pastor paroki Salvator Slipi Jakarta
1995-2000: Provincial CICM Indonesia
2000-2004: Pastor Paroki St. Bernadete Jakarta
2005-2009: Rektor dan ekonom CICM Provincial House
Bapa Pengakuan Paroki berbahasa Inggris
11-8-2009: Meninggal dunia di rumah sakit Medistra Jakarta. RIP.

Tidak ada komentar: