Sabtu, 19 Juni 2010

LKK PMKRI Cabang Makassar St. Albertus Magnus: Kader Harus Berbenah

Sejak perjuangan bangsa Indonesia merintis kemerdekaan memasuki abad ke-20, kita menyaksikan bahwa pemuda selalu dikait-kaitkan dengan peristiwa-peristiwa besar politik dan pembangunan bangsa. Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) yang memiliki basis orang muda dengan orientasi pada mahasiswa turut mengambil peran yang sangat strategis dalam melahirkan pemimpin-pemimpin muda yang memiliki eksistensi untuk terus memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan.

Menjadi pekerajaan rumah Dewan Pimpinan Cabang (DPC) adalah membangun sebuah pondasi yang kokoh untuk berubah “waktu berubah dan kita pun di dalamnya turut berubah”. Perjalanan yang cukup melelahkan namun penuh makna, Latihan Kepemimpinan Kader (LKK) memberi warna cerah di awal kepengurusan dan menjadi pijakan tiap kader untuk melangkah lebih baik.
Menyadari bahwa pembentukan karakter seorang pemimpin yang militan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tidak hanya berpatokan pada berapa lama proses yang harus dilewati namun bertitik tolak pada bagaimana berproses didalamnya, dan tidak hanya berhenti pada suatu aksi. Dalam kewenangan DPC untuk menindaklanjuti hal tersebut yakni dengan memberikan mandat kepada mereka (steering committee) yang telah pernah berproses di dalamnya, memiliki integritas positif terhadap perhimpunan dan komitmen untuk bergumul dalam penyusunan konsep pembinaan kader yang relevan dengan dinamika riil perhimpunan saat ini.

LKK diharapkan mampu menguatkan kader untuk bisa memberi respon positif terhadap kegelisahan selama ini. Ada apa dengan PMKRI? Bagaiamana dengan PMKRI Cabang Makassar St. Albertus Magnus? LKK bukanlah jaminan satu-satunya bahwa PMKRI akan totalitas langsung berubah. Namun point penting dan menjadi impian adalah adanya perubahan mind set dan mental model .
LKK yang berlangsung dari tanggal 9 sampai 14 Maret sangat direspon baik dari pemerintah kota Makassar, Bapak Walikota Makassar Ilham Arif sebelum membuka secara resmi, beliau mengungkapkan bahwa meskipun situasi dinamika sosial kemasyarakatan yang lagi bergejolak tetapi tidak jadi penghalang bagi mahasiswa Katolik yang berhimpun dalam PMKRI untuk melakukan pengkaderan, dan menyiapkan kadernya yang militan.

Koordinator Steering Committee (SC), Kartini Angelina dalam penjelasan alur proses LKK di hadapan seluruh peserta menegaskan bahwa value of responsibility dan ability communication menjadi kerangka upaya pencapaian maksud diadakannya LKK. Konsistensi peserta selama kegiatan berlangsung akan menjadi input SC untuk merumuskan metode evaluasi berikutnya dan bentuk pendampingan terhadap peserta, serta menjadi acuan penilaian kelulusan peserta.
Dalam penjelasan selanjutnya, beliau pun mengungkapakan bahwa dalam proses pembinaan ini value (nilai-nilai) dalam perhimpunan yang akan mengontrol melalui refleksi di tiap akhir kegiatan. Selain peserta dilatih untuk menjadi seorang pemimpin yang tidak asal berpikir, berkata-kata, dan bertindak namun peserta juga dirahkan mampu untuk mengatur waktu, mana yang lebih utama harus dilakukan.

Materi–materi bersumber dari penjabaran Tiga Benang Merah Perhimpunan (intelektualitas, fraternitas, kristianitas) seperti yang diungkapkan oleh sekretaris SC (Vitalis Viser), penyelarasan materi dengan spirit gerakan perhimpunan tersebut (Tiga Benang Merah) dimaksudkan sebagai penguatan pada identitas anggota yang menjadi nilai pembeda, dan semakin mempertajam karakter kader PMKRI.

Sangat tertantang terhadap salah satu isu sentral yang diangkat oleh SC adalah bagaimana kebijakan yang diambil oleh PMKRI pusat terhadap kondisi PMKRI saat ini. PMKRI yang memiliki orientasi pada ruang sosial kemasyarakatan dan dengan mengedepankan pembinaan dan perjuangan, faktor cohesiveness (kerekatan, red.) anggota akan sangat mempengaruhi ruang gerak perhimpunan.
Menjawab akan hal tersebut, Stefanus Asat Gusma selaku Ketua Presidium PP PMKRI periode 2009-2011 mengungkapkan dalam pemaparan materinya bahwa proses perubahan sosial dalam organisasi harus selalu mendorong siapa saja atau apa saja yang mempunyai karakteristik anasir maju, sedangkan anasir penghambat harus diselesaikan dengan cara-cara kolektif. Kebijkan nasional dua tahun ini harus bisa merepresentasikan sebuah “rekonsolidasi menuju PMKRI yang satu dan kontributif”.

Besar harapan bahwa proses pembinaan ini memberikan implikasi untuk terus berpacu mengembangkan kemampuan kepemimpinan kader tanpa meninggalkan nilai-nilai moral dan sebagai bentuk penyegaran kepemimpinan dalam perhimpunan.
Proficiat kepada peserta LKK! Semoga gerak perjuangan berlandaskan nilai-nilai spritual perhimpunan semakin menyemangati untuk menjadi yang terdepan, dan karya nyata semakin nampak. Dan terimakasih kepada semua pihak yang turut mengambil bagian di dalamnya. *** Penulis: Johni Matalangi, Presidium PMKRI

Tidak ada komentar: