Jumat, 26 September 2008

Imam Projo di Tengah Konteks Multikultural

Laporan dari Munas IX Unio Indonesia

Imam Projo di Tengah Konteks Multikultural
“Menemukan Benih-Benih Sabda di Toraja”


Musyawarah Nasional IX Paguyuban Imam Projo (UNIO) Indonesia
Makassar-Toraja, 04-10 Agustus 2008

Musyawarah Nasional IX Unio Indonesia yang mengambil tema: “Imam Projo di tengah Konteks Multikultural” dengan Sub Tema: “Menemukan Benih Sabda di Toraja” baru saja selesai. Ada beberapa hal menarik yang patut dicatat dari Munas kali ini: merupakan perhelatan nasional UNIO yang pertama kali digelar di luar Jawa-Bali; perayaan ekaristi yang pembuka yang dipimpin oleh Duta Vatikan Mgr. Leopoldo Girelli, dibuka langsung oleh Gubernur Sulawesi Selatan Bpk. Syahrul Yasin Limpo, dihadiri oleh 11 orang Uskup (Mgr.Leopoldo Girelli – Dubes Vatikan, Mgr.Blasius Pujaraharja, Pr. – Uskup Ketapang, Mgr.Prajasuta MSF – Uskup Banjarmasin, Mgr.Agustinus Agus, Pr. – Uskup Sintang, Mgr.Jos Suwatan, MSC – Uskup Manado, Mgr.Julius Sunarka, SJ – Uskup Purwokerto, Mgr.P.C. Mandagi, MSC – Uskup Amboina, Mgr.H. Datus Lega, Pr. – Uskup Sorong, Mgr.Nicolas Adi Seputra, MSC – Uskup Agung Merauke, Mgr.John Philip Saklil, Pr. – Uskup Timika, Mgr.John Liku Ada’, Pr. – Uskup Agung Makassar, Mgr.Piet Timang, Pr. – Uskup Terpilih Banjarmasin) bersama dengan beberapa utusan negara tetangga (Malaysia – 1 orang , Filipina – 1 orang , Timor Leste – 2 orang, Thailand – 2 orang), dan dihadiri oleh kurang lebih 87 orang imam dari 37 Keuskupan di Indonesia.

Fakta yang paling menarik adalah untuk pertama kalinya dalam sejarah Unio Indonesia, pelaksanaan terbagi dalam dua kegiatan besar di dua tempat yang berbeda. Kegiatan Persidangan dilaksanakan di Makassar pada tanggal 04–07 Agustus 2008. Sementara Kegiatan Refleksi bersama Umat dilaksanakan di Toraja pada tanggal 07–10 Agustus 2008. Pemilihan Toraja sebagai tempat refleksi bersama umat dan masyarakat terjadi atas dasar permintaan para peserta Munas VIII UNIO Indonesia di Palasari, Bali tahun 2005 yang lalu. Hal ini terjadi karena para peserta Munas UNIO pada waktu itu merasa perlu melihat bagaimana iman kristiani dapat berkembang di tengah kebudayaan yang demikian unik seperti Toraja.
Untuk memperjelas bagaimana proses pelaksanaan Munas ini berjalan, berikut kami memberikan gambaran pelaksanaan Munas baik yang terjadi di Makassar maupun di Toraja.

Kegiatan di Makassar, 4–6 Agustus 2008
Kegiatan di Makassar berlangsung 4-6 Agustus 2008. Pada tahap ini, seluruh rangkaian kegiatan secara khusus diperuntukkan bagi pelaksanaan berbagai macam sidang.

1. Pra Kegiatan dan Penjemputan Peserta, Sebelum 4 Agustus 2008
Sejak dibentuk pada akhir 2007, Panitia Pelaksana Munas IX Unio Indonesia sudah disibukkan dengan berbagai kegiatan: rapat-rapat persiapan dan lobi ke pihak pemerintah dan donatur, serta proses pencarian dana. Sebagai catatan, hal yang sama juga terjadi di Toraja. Puncak kesibukan persiapan adalah hari-hari terakhir menjelang pembukaan kegiatan. Proses terakhir dari persiapan kegiatan adalah penjemputan peserta yang mulai berdatangan sejak hari pertama dalam bulan Agustus.
Diawali dengan kedatangan Dubes Vatikan, rangkaian kedatangan peserta dimulai. Para peserta (termasuk para uskup) diantar untuk menginap pada keluarga-keluarga yang menyatakan kesediaannya untuk menerima mereka. Proses refleksi peserta sebenarnya sudah mulai terjadi pada tahap ini: peserta diajak untuk mengenal kehidupan umat yang berada di tengah kesibukan dan tantangan kota besar seperti di Makassar.

2. Perayaan Ekaristi dan Acara Pembukaan, 4 Agustus 2008
Tepat pukul 17.00 pada tanggal 04 Agustus 2008, perayaan ekaristi pembukaan Munas IX Unio Indonesia dimulai. Perayaan dilaksanakan di Paroki St. Fransiskus Asisi Panakkukang dan dipimpin oleh Duta Vatikan, Mgr. Leopoldo Girelli bersama para uskup yang hadir dari berbagai keuskupan di Indonesia, perwakilan pengurus Unio Indonesia (Ketua: P. St. Ferry Sutrisna) serta Perwakilan Unio Internasional (Fr. Franco Mulakkal). Dalam suasana inkulturatif Makassar para uskup dan para imam, baik peserta maupun imam Keuskupan Agung Makassar dengan jumlah kurang lebih 167 orang berarak memasuki Gereja dengan diiringi tabuhan gendang dan tarian “Batara” sebagai ungkapan penyambutan tamu agung.

Di awal perayaan, Pastor Paroki – P. Victor Patabang - atas UNIO Unit KAMS dan umat di Paroki St. Fransiskus Asisi menyampaikan ucapan selamat datang kepada seluruh peserta. Antusiasme umat untuk hadir dalam perayaan sangat terasa. Hal itu nampak dari dipenuhinya seluruh tempat duduk dan lokasi yang berada di sekitar Gereja. Suasana menjadi sedemikian meriah dalam perayaan itu dengan hadirnya persembahan lagu yang merupakan kolabolarasi Paduan Suara Resurrectionis dengan kelompok pengiring langgam keroncong “Bunga Desa” (yang berlatar belakang saudara-saudari kaum muslim), serta kelompok nyanyi anak-anak dengan iringan angklung dari BMA (Bina Musik Assisi).

Dalam khotbahnya, Uskup Agung KAMS, Mgr. John Liku-Ada’, mengajak umat dan para imam untuk merenungkan pertanyaan Yesus: “Menurut kamu siapakah Aku ini?”. Lewat pertanyaan tersebut umat dan imam yang mengikuti perayaan ekaristi diajak untuk melihat pentingnya pengenalan akan pribadi Yesus Kristus lewat proses inkulturasi. Proses seperti itulah yang akan terjadi selama munas berlangsung. Para imam akan diajak untuk sungguh mengalami dan mengenal kehadiran Yesus dengan segala bentuk khas dan tantangannya dalam budaya setempat baik di Makassar maupun di Toraja.

Setelah perayaaan ekaristi, acara dilanjutkan di halaman gereja St. Fransiskus Asisi. Gubernur Sulawesi Selatan Bpk. Syahrul Yasin Limpo, berkenan hadir untuk memberikan sambutan dan membuka Munas IX Unio Indonesia. Gubernur mengingatkan pentingnya usaha untuk mempererat tali silahturahmi antarumat beragama. Selain itu, sekali lagi, Gubernur menegaskan bahwa ia adalah pemimpin untuk semua kelompok, suku, dan agama di propinsi Sulawesi Selatan. Sambutan Bapak Gubernur ini mendapatkan aplaus yang meriah dari seluruh umat dan peserta yang hadir. Rangkaian acara pembukaan juga dimeriahkan oleh berbagai macam tarian, lagu, dan acara hiburan lain. Acara ini kemudian ditutup dengan makan malam bersama dan penyampaian proses kegiatan selama munas oleh Panitia Pelaksana.

3. Proses Persidangan, 5-6 Agustus 2008
Keesokan harinya, dimulailah proses persidangan. Persidangan selama Munas IX Unio Indonesia dilaksanakan selama 7 kali dengan tahapan sebagai berikut::

a. Sidang Pertama. Sidang ini merupakan bagian pendahuluan yang berisi berbagai sambutan. Duta Besar Vatikan, Mgr. Leopoldo Girelli mengingatkan hendaknya munas dijadikan sebagai bagian dari sarana on going formation. Para peserta diajak untuk sungguh-sungguh belajar dari pengalaman yang akan sharingkan oleh para peserta sendiri berdasarkan situasi konkret yang terjadi di masing-masing keuskupan. Lewat pembelajaran seperti ini, pada akhirnya para imam akan menjadi imam yang misioner dalam karyanya setiap hari. Sementara itu, Dirjen Bimas Katolik Bpk. Stef Agus mengharapkan supaya Munas ini sungguh-sungguh dapat dijadikan sebagai wadah para imam projo untuk saling berbagi pengalaman pastoral di masing-masing tempat serta memberikan sumbangan tidak hanya bagi gereja tetapi juga bagi masyarakat warga. Hal ini disebabkan oleh karena para imam yang berkumpul dalam Munas – dalam tugasnya sehari-hari, tidak jarang langsung bersentuhan dengan berbagai soal yang berkaitan dengan politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan keamanan. Akhirnya, Perwakilan Confederation of Apostolic Union of Clergy (AUC) – Unio Internasional, Fr. Franco Mulakkal, mengingatkan perlunya para imam projo meningkatkan diri baik dari segi jumlah maupun kemampuan. Hal itu akan terungkap lewat karya dan semangat pelayanan para imam dalam hidup sehari-hari.

b. Sidang Kedua; pada sidang ini Pengurus UNIO Indonesia menyampaikan laporan pertanggungjawaban masa tugas periode 2005-2008. Dalam Laporannya sebagai ketua, P. St. Ferry Sutrisna Wijaya mengingatkan sekali lagi tujuan keberadaan Unio, yaitu: menjadi salah satu sarana pengembangan hidup imamat dan pelayanan imam diosesan Indonesia dalam semangat persaudaraan (bdk. Statuta Unio Indonesia no. 35). Setelah itu, berturut-turut pengurus lain menyampaikan Laporan Pertanggungjawabannya: Laporan Sekretaris (P. Yohanes Driyanto dan P. D.G.B. Kusumawanta), Laporan Bendahara (P. Samuel Pangestu dan P. B. Hardijantan Dermawan), Laporan Pastoran Unio (P. Edy Purwanto), Laporan On Going Formation (P. Dedy Pradipta dan P. Terry Panomban), Laporan Bidang Publikasi dan Komunikasi (P. Aloysius Budi Purnomo), Laporan Para Animator Regio (P. Bernard Lie, P. A. Deny Firmanto, P. Piet Apot, P. Marcel Bria, dan P. John Kandam).

c. Sidang Ketiga; Sidang ini diisi oleh sharing para peserta yang berasal dari negara tetangga: India (Fr. Donald de Souza), Thailand (Fr. Anthony Vorayuth Kitbamrung – Keuskupan Bangkok dan Fr. Michael Vatcharin Tonprueksa – Keuskupan Agung Tharae-Nongsang), Timor Leste (P. Mateus Alfonso – P. Sabino Pintode Souza Gama), Filipina (Mgr. Tirsa Alcala – Keuskupan Surigao Mindanao), dan Malaysia (Fr. Dionysius Mathews – Keuskupan Agung Kuala Lumpur). Pada umumnya sharing utusan negara tetangga ini menceritakan perjuangan dan tantangan mereka sebagai imam projo yang hidup di tengah masyarakat yang multikultural. Selain itu, mereka juga menceritakan bagaimana para imam projo berusaha mengembangkan diri di tengah berbagai persoalan yang dihadapi.

d. Sidang keempat; Dalam sidang ini para peserta mendapakan masukan dari narasumber: Bpk. Ishak Ngeljaratan (Budayawan) dan Bpk. Stanislaus Sandarupa (Antropolog). Bpk Ishak Ngeljaratan membawakan makalah tentang: Mengembangkan Wujud KeIndonesiaan. Makalah ini berisi refleksi kritis kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Secara khusus beliau menguraikan mengenai kemajemukan bangsa Indonesia dalam budaya serta kekayaan yang termuat dalam perbedaan itu. Sementara itu, Bpk. Stanislaus Sandarupa membawakan makalah yang berkaitan dengan Kebudayaan Toraja. Makalah ini dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta guna semakin mengenal budaya Toraja berhubung proses kedua dari Munas akan dilaksanakan di Toraja.

e. Sidang Kelima; proses persidangan pada tahap ini adalah sharing dan diskusi peserta Munas atas berbagai input yang diperoleh selama sidang berlangsung. Proses ini berlangsung dalam suasana penuh kekeluargaan dan persahabatan di antara para peserta.

f. Sidang Keenam; Sidang ini berisi masukan dari 2 (dua) orang uskup: Mgr.Blasius Pujaraharja (Keuskupan Ketapang) dan Mgr.H. Datus Lega (Keuskupan Sorong – Manokowari). Mgr.B. Pujaraharja berbicara mengenai Refleksi 25 Tahun UNIO Indonesia yang mengungkapkan bagaimana awal berdirinya Unio Indonesia hingga pelaksanaan Munas VIII Unio di Palasari Bali. Sementara Mgr.H. Datus Lega mengungkapkan sharingnya dalam makalah yang berjudul: Imam Misioner-Global: “Kekuatan” Projo di Masa Depan. Dalam sharing ini, Mgr. Datus Lega memberi bayangan bahwa imam projo di masa depan akan lebih berkiprah sebagai imam-imam misioner tanpa batas (priest without frontiers) yang harus dapat men-global di tengah dunia yang makin penuh tantatangan.

g. Sidang Ketujuh; Sidang ini dimaksudkan untuk memilih pengurus UNIO Indonesia periode 2008-2011. Pada tahap ini terlebih dahulu dipilih para pengurus Inti. Setelah itu para pengurus inti (khususnya Ketua dan Wakil Ketua) menentukan komposisi kepengurusan untuk periode 2008-2011. Berikut ini susunan Kepengurusan Unio Indonesia, periode 2008-2011:

Pelindung : Mgr. Blasius Pujaraharja, Mgr. J.M. Pujasumarta
Penasehat : Mgr. John Liku-Ada’, Mgr. Hilarion Datus Lega, Mgr. Agustinus Agus
Ketua I : P. St. Ferry Sutrisna Wijaya
Ketua II : P. Edy Purwanto
Sekretaris I : P. D.G.B. Kusumawanta
Sekretaris II : P. Fabianus Muktiarso
Bendahara I : P. Lukas Paliling
Bendahara II : P. Vinsensius Dwi Sumarno
Tim Foundraising: P. Jacobus Tarigan, P. Paulus Tongli
Kepala RT Unio: P. Edy Purwanto
Sie Publikasi/Komunikasi: P. Alf Boedi Prasetijo
Sie On Going Formation: P. Dedy Pradipta, P. Terry Panomban, P. FX Sukendar WS, P. Marcel Bria
Animator Regio Papua: P. John Kandam
Animator Regio Ende: P. Manfred Habur
Animator Regio Kupang: P. Y. Tjung Phoa
Animator Regio Sumatera: P. E. Belo Sede
Animator Regio Jawa: P. C.B. Mulyatno
Animator Regio Kalimantan Timur: P. Simon Edi Kabul
Animator Regio Kalimantan Barat: P. Piet Apot
Animator Regio MAM: P. Terry Panomban

Sidang ini juga menetapkan bahwa Munas X Unio Indonesia akan dilaksanakan pada tahun 2001 di Kuskupan Sintang. Tema yang diusulkan adalah Pastoral Dialogis atau Pastoral Ekumene atau Pastoral Migran. Cadangan tempat untuk Munas X adalah Keuskupan Atambua. Sementara untuk Munas XI pada tahun 2014 menurut rencana akan dilaksanakan di Keuskupan Kupang.

4. Rekreasi bersama House Couple dan Umat, 6 Agustus 2008
Akhir dari rangkaian kegiatan persidangan di Makassar adalah rekreasi bersama di Pantai Akkarena yang dimulai pukul 17.00 WITA. Bersama dengan keluarga tempat peserta menginap dan panitia, para peserta diajak masuk dalam suasana rekreatif: renang, nyanyi bersama, makan dan minum khas Makassar. Kegiatan ini dimulai sejak sore hari sampai malam hari. Akhirnya, pukul 21.30 WITA acara ditutup dan peserta diajak kembali ke rumah penginapan masing-masing untuk mempersiapkan perjalanan menuju ke Toraja keesokan harinya.

B. Proses Refleksi di Toraja, 7-10 Agustus 2008
Pada 7 Agustus 2008, para peserta memulai perjalanannya menuju Toraja. Sepanjang perjalanan para peserta dipandu oleh tour guide yang sudah dipersiapkan oleh panitia pelaksana. Peserta menyempatkan diri beristirahat di Bambapuang - Enrekang untuk bersantap siang bersama. Acara santap siang bersama ini dipersiapkan oleh umat yang berada di Paroki St. Petrus Rasul Pare-Pare. Setelah bersantap siang dan berfoto dengan latar belakang keindahan alam Bambapuang, peserta melanjutkan perjalanan yang masih tersisa menuju Toraja.
Tepat pukul 16.15, para peserta memasuki Kota Makale. Raungan sirine mobil Kepolisian yang mengawal sejak dari Makassar dan rombongan kendaraan roda dua dari Kelompok Bela Diri THS-THM Wilayah Toraja mengawali kedatangan peserta di Toraja. Para peserta kemudian diantar menuju kantor DPRD Kabupaten Tana Toraja untuk berganti pakaian dan menikmati minuman khas penyambutan di Toraja: jus tamarillo (terung belanda, red.). Dari suasana persidangan yang resmi, peserta mulai diajak masuk dalam situasi yang lebih santai dan bernuansa adat Toraja. Berikut ini laporan perjalanan pelaksanaan kegiatan munas di Toraja.

1. Penyambutan Adat dan Penerimaan Resmi Peserta
Penyambutan secara adat para peserta Munas UNIO Indonesia dilaksanakan sesaat setelah peserta tiba di kota Makale pada 7 Agustus 2008. Setelah berganti pakaian – para peserta diminta untuk memakai jubah - peserta diarak oleh rombongan pa’pelle’, pa’katirra dan ma’tenten menuju halaman Gereja Katolik Paroki Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria Makale. Bersama anggota Muspida yang lain, Bupati Toraja – Bpk. J.A. Situru – sudah menanti di gerbang gereja untuk menyambut secara resmi peserta dengan upacara pengenaan passapu’ kepada para uskup yang hadir dan utusan dari negara tetangga. Penyambutan ini menjadi pertanda bahwa kehadiran peserta di Toraja tidak hanya menjadi tamu umat Katolik di Kevikepan Toraja tetapi juga tamu masyarakat Toraja. Setelah diterima oleh Muspida Tana Toraja, peserta masih disuguhi berbagai macam acara adat: ma’papanggan (sorongan sepu’) dan ma’pairu’ (sorongan wailassu - tadoan tole’) sambil diiringi dengan tari-tarian penyambutan sebagai ungkapan penerimaan resmi secara kekeluargaan umat Katolik Kevikepan Toraja dan masyarakat Toraja.

2. Live-In: Menemukan Benih-Benih Sabda di tengah Umat dan Masyarakat di Toraja
Setelah upacara penyambutan dan penerimaan resmi di Makale, peserta Munas diantar menuju tempat tinggal yang tersebar di beberapa paroki: Paroki Mengkendek; Paroki Makale; Paroki Sangalla’; Paroki Nonongan; Paroki Rantetayo, dan Paroki Pangli. Setiap peserta mendiami salah satu rumah umat yang telah dipersiapkan dan ditunjuk oleh panitia setempat. Maksud dari penempatan peserta tinggal di rumah-rumah umat tidak lain agar peserta dapat menggali secara mendalam bagaimana iman kristiani berkembang berdasarkan kehidupan keseharian umat yang berlatar belakang budaya Toraja, sekaligus supaya para imam dapat berinteraksi dengan masyarakat yang berada di sekitarnya. Selain itu, melalui kegiatan ini umat juga diharapkan untuk semakin mengenal dan memahami situasi kehidupan para imam dengan segala kesulitan, kegembiraan dan tantangannya setiap hari.

3. Tour dan Seminar Budaya
Berbagai macam pengalaman yang ditemukan peserta pada saat tinggal bersama umat semakin diperdalam dengan tour budaya yang dilaksanakan pada 8 Agustus 2008. Kegiatan Tour Budaya ini dimaksudkan untuk melihat bagaimana penghayatan hidup religius masyarakat dalam budaya Toraja. Peserta tour diajak melihat beberapa kuburan khas mayarakat Toraja (Bori’, Ke’te Kesu, Lemo, Sangalla’, dan Suaya, Tondok Batu), permukiman adat (Marante, Bokko-Balik, Karatuan, Penanian, dan Pangli). Secara khusus para peserta diajak untuk melihat secara dekat upacara Rambu Solo’ dari Ibu Gerarda Re’tek (Nenek dari Pastor Aidan Putra Sidik) di Randan Batu – Sanggalangi’. Pada kesempatan itu, para peserta diterima secara resmi sebagaimana setiap tamu yang datang mengungkapkan rasa kekeluargaan dengan keluarga yang berduka. Bahkan para peserta diperkenankan untuk ikut terlibat dalam tarian ma’badong serta mendoakan keselamatan arwah almarhumah lewat doa bersama yang dipimpin oleh Pastor Paroki Sangalla’, P. John Manta’.

Peserta Munas Unio, tidak hanya diajak untuk melihat dan mengalami berbagai perjumpaan di atas, melainkan juga diajak untuk merefleksikannya. Untuk itu, pada 9 Agustus 2008, setelah berkunjung ke pasar hewan di Pasar Bolu Rantepao, peserta Munas diajak masuk dalam Seminar Budaya yang dilaksanakan di Aula Pongtiku Kodim 1414 Tana Toraja. Seminar yang dipandu oleh Uskup terpilih Keuskupan Banjarmasin Mgr. Piet Timang menampilkan dua narasumber (Bpk. Stanislaus Sandarupa – seorang antropolog – dan Mgr. John Liku-Ada’ – Uskup Agung Keuskupan Agung Makassar). Mengawali Seminar, P. Stanis Dammen, sebagai penanggungjawab kegiatan seminar memberikan pengantar dan latar belakang pelaksanaan seminar. Dalam seminar yang berjudul: “Menemukan Benih-Benih Sabda di Toraja”, kedua narasumber mengajak peserta untuk merefleksikan nilai-nilai religius dalam budaya Toraja sekaligus menemukan tempat inkulturasi iman dalam budaya tersebut. Antusiasme terhadap seminar ini ternyata sangat besar. Hal itu terbukti dari keingintahuan peserta dan kehadiran umat yang di luar perkiraan banyaknya. Satu pelajaran berharga yang diperoleh dari seminar ini, ada begitu banyak hal menyangkut persoalan budaya yang masih harus dimaknai oleh Gereja agar iman Kristiani semakin mengakar di Kevikepan Toraja.

4. Perayaan Syukur bersama Umat Katolik Kevikepan Toraja
Puncak dari perjalanan peserta adalah pelaksanaan Perayaaan Syukur bersama umat di Wilayah Kevikepan Toraja pada 10 Agustus 2008 bertepatan dengan Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga. Perayaan ini dilaksanakan di Gereja Katolik Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria - Makale. Perayaan ini bagian dari Peringatan 70 Tahun pembaptisan pertama umat katolik dan syukuran panen Gereja Katolik di Kevikepan Toraja. Hal lain yang disyukuri adalah Peringatan Ulang Tahun UNIO Indonesia ke-25 dan Penutupan Munas IX Unio Indonesia. Bersama dengan seluruh umat yang berasal dari 11 paroki di Kevikepan Toraja para peserta sungguh-sungguh diajak untuk mengalami bagaimana umat katolik di Kevikepan Toraja mengungkapkan syukur. Perayaan syukur tersebut dirancang dalam suasana budaya Toraja, dalam misa inkulturatif dengan iringan koor Orang Muda Katolik dari Paroki Rantepao maupun dalam berbagai acara adat sebelum dan sesudah misa: lettoan (babi yang ditempatkan dalam miniatur rumah Toraja dan dipikul beramai-ramai oleh umat), pa’gellu’, pa’katia, manimbong, pa’barrung, pa’bass (musik bambu), sisemba’, dan lelang babi dll. Lettoan dan acara-acara tersebut dipersiapkan oleh masing-masing paroki yang berada di wilayah Kevikepan Toraja. Kehadiran umat yang membludak memenuhi gereja dan halaman gereja menjadi ungkapan terdalam bahwa kegiatan ini sungguh dirindukan dan disambut positif oleh umat di Kevikepan Toraja.

Akhirnya, setelah seluruh acara selesai, pada malam harinya para peserta kembali ke Makassar untuk selanjutnya melanjutkan perjalanan ke tempat tinggal masing-masing. Terima kasih untuk seluruh bantuan dan partisipasi siapapun juga lewat caranya masing-masing menyukseskan perhelatan akbar ini. Banyak pesan yang terungkap dari kegiatan ini. Para peserta pada umumnya merasa sangat puas karena sungguh mengalami perjumpaan budaya yang sangat memperkaya tugas dan panggilannya sebagai imam. Sementara umat dan masyarakat Toraja sendiri merasakan kegembiraan yang luar biasa karena penghayatan iman dan budayanya mendapatkan apresiasi yang sungguh luar biasa dari peserta. Bagi Gereja Katolik di Kevikepan Toraja, satu-satunya ungkapan yang mewakili seluruh ungkapan kebahagiaan, rasa syukur, dan harapan tidak lain adalah kata-kata yang tertuang dalam buku panduan seminar budaya di Toraja pada pelaksanaan Munas IX Unio Indonesia:

Denno upa’ ta po upa’
Paraya ta po paraya
Anna ra’pak-ra’pak Puang sola passakke Pela’ba’
La unrondong ki lan te kasipulungan,
La untaranak ki’ la tumengka lu lako,
Anta tontong situntun tua’
Unnola tampo malolo
Tadoyang tang silambanan
Umpentoe Kada Puang,
Bisara tang balle-balle
KURRE-KURRE-KURRE SUMANGA’


Sampai Jumpa di Munas X Unio Indonesia di Sintang tahun 2011

Sekretariat Panitia
Munas IX Unio Indonesia

Tidak ada komentar: