Senin, 24 Desember 2012

Indonesian Youth Day: 20-26 Oktober 2012, Sanggau, Kalimantan Barat


Sebanyak 41 peserta dari Keuskupan Agung Makassar  yang terdiri dari pastor moderator OMK, pendamping dan OMK bertemu bersama dalam  acara  Indonesian Youth Day (IYD) yang pertama kali  dalam sejarah Gereja Katolik Indonesia. IYD pertama ini dilaksanakan  di Keuskupan  Sanggau, Kalimantan Barat, pada tanggal 20—26 Oktober 2012 dengan melibatkan Keuskupan Agung Pontianak dan Keuskupan Sintang. Sebanyak  1.914  peserta (di luar panitia lokal dan nasional) dari 35 keuskupan di Indonesia dan satu Keuskupan Kuching dari Malaysia hadir pada kesempatan ini.  Peserta berkumpul untuk mewujudkan  tema:  ”Berakar dan Dibangun dalam Yesus Kristus, Berteguh dalam Iman” (Kol 2:7), serta subtema: Makin Beriman, Makin Mengindonesia: 100 % katolik, 100 % Indonesia.

Indonesian Youth Day (IYD) adalah suatu ajang pertemuan bagi pendamping dan  OMK se-Indonesia untuk berbagi dalam keberagaman; berbagi pengalaman iman,  saling meneguhkan, saling menginspirasi satu sama lain sehingga  peserta  memperoleh keberanian untuk menjalani ajaran Kristus dalam kehidupan sehari-hari. IYD dirancang dengan inspirasi dari Word Youth Day (Pertemuan Orang Muda Katolik se-dunia) yang diprakarsai oleh Paus Yohanes Paulus II dan  Asian Youth Day (Pertemuan Orang Muda Katolik se-Asia)

Kegiatan ini diawali dengan live-in di paroki paroki yang ada dalam wilayah tiga keuskupan, yang langsung diadakan setelah peserta tiba di Pontianak.  Metode live-in adalah see, judge, and act.  Live in merupakan suatu kegiatan dimana para peserta tinggal di berbagai paroki di keuskupan tuan rumah. Peserta diajak untuk merasakan kehidupan sosial, beragama dan budaya di paroki yang mereka tinggali. Peserta dari Makassar sendiri live-in di Paroki Darit, yaitu paroki ujung dari Keuskupan  Pontianak yang digembalakan oleh para imam MSC. Peserta disebar di rumah-rumah umat katolik.  Kegiatan selama live-in diatur oleh OMK setempat. Selama live-in, peserta melakukan kegiatan keakraban,  kunjungan ke stasi serta baksos (mengecat gereja paroki). Untuk lebih mengenal adat setempat, peserta mendapatkan presentasi   yang dibawakan oleh ketua dewan adat pada malam harinya yang diselingi dengan lagu dan tarian dari Dayak. Pada keesokan harinya peserta  diajak untuk mengenal lebih dalam lagi salah satu adat Dayak yaitu upacara adat Dayak. Dalam kesempatan ini peserta diterima secara resmi sebagai tamu di kampung melalui upacara yang diadakan di sebuah tempat yang dianggap keramat dimana terdapat patung-patung dari kayu untuk para leluhur. Meskipun live-in hanya beberapa hari di Darit, tapi suasana kearaban dengan Para Pastor, umat dan OMK Darit serta  juga rumah tempat  menginap sungguh memberi kesan amat mendalam bagi peserta. Malam sebelum berpisah diadakan upacara perpisahan antara peserta IYD Makassar dan OMK Paroki Darit. Pada kesempatan ini tarian dari Toraja yaitu Pagellu ditampilkan. Para peserta tak lupa memberikan kenang-kenangan bagi paroki maupun bagi tuan rumah tempat  menginap.

Para peserta meninggalkan lokasi live-in dan menuju Sanggau untuk mengikuti inti dari kegiatan yaitu IYD. Di sinilah untuk pertama kali seluruh peserta dari 35 keuskupan bertemu. Bertempat di halaman Kantor Bupati Sanggau, peserta dengan atribut keuskupan masing-masing lengkap dengan pakaian adat berkumpul untuk mengawali pawai peserta menuju lokasi kegiatan di megatenda. Masyarakat Kota Sanggau turun ke jalan-jalan menyaksikan upacara ini, bagaikan menyaksikan pawai budaya indonesia. Pawai ini dibuka oleh Bupati Sanggau dan seluruh peserta masuk dalam urutan pawai berdasarkan Propinsi Gerejawi masing-masing. Setelah tiba di lokasi kegiatan,  IYD dibuka dengan Perayaan Ekaristi Pembukaan IYD 2012 yang dipimpin oleh Mgr. Martinus Situmorang, OFMCap (Ketua Presidium KWI) didampingi para uskup dan imam yang hadir. Setelah makan malam diadakan upacara perkenalan dan yel-yel dari semua keuskupan.


Hari kedua berkumpul di Sanggau, diawali dengan misa pagi bersama. Misa ini memiliki keunikan karena doa umat yang dibawakan dalam 6 bahasa daerah.  Setelah misa diadakan upacara pembukan  yang  melibatkan  pemerintah propinsi Kalimantan Barat dan juga dalam upacara ini akan diperkenalkan sejarah Keuskupan Sanggau.  Dari megatenda peserta berarak menuju depan Rumah Betang untuk mengikuti penyambutan propinsi Kalbar kepada peserta dimana di dalamnya dibacakan sambutan Gubernur Kalimantan Barat kepada peserta IYD. Selanjutnya ditampilkan Pergelaran kolosal dari Keuskupan Sanggau.  Pergelaran ini menggambarkan sejarah Keuskupan Sanggau sejak awal berdirinya. Puncak dari kegiatan ini adalah upacara pembukaan yang  ditandai dengan pemukulan kolintang oleh Mgr. Martinus, Mgr. John Philip Saklil (Ketua Komisi Kepemudaan KWI), dan Mgr. Giulio Mencuccini (Uskup Keuskupan Sanggau).

Setelah upacara pembukaan, peserta mengikuti workshop yang dilaksanakan  di  kompleks megatenda dan di beberapa tempat yang difasilitasi oleh gereja dan pemerintah daerah.  Workshop ini memiliki 8 pilihan topik, dengan narasumber  dari  komisi-komisi di KWI.

Selain workshop, selama IYD peserta juga mendapatkan katekese dari Bapa Uskup. Katekese ini diadakan agar peserta semakin mengenal dan memahami tema dari IYD  berakar dalam Kristus. Para peserta tidak hanya diajak untuk mengenal apa artinya berakar dalam Yesus, tetapi juga peserta diajak mengalami dan menimba kekuatan dari Kristus sendiri. Oleh karena itulah pada malam hari setelah acara katekese diselenggarakan Penyembahan Sakramen Mahakudus di megatenda. Para peserta khusuk dalam keheningan doa dan syukur untuk dirahmati oleh Yesus Kristus. Peserta dituntun dalam penyembahan  untuk sampai pada pembaharuan dan semangat. Sesudah doa adorasi, para peserta melakukan pengakuan dosa secara pribadi yang dilayani oleh puluhan imam yang hadir. Pengakuan ini sendiri berlangsung sampai tengah malam. Beberapa peserta setelah pengakuan malah ada yang adorasi sampai pagi.

Kegiatan IYD sebagai kegiatan OMK dilaksanakan dalam suasana selebrasi sebagaimana ciri orang muda itu sendiri. Warna selebrasi nampak dalam pameran masing-masing stand keuskupan dan memuncak dalam pergelaran budaya. Berhubung waktu tidak memungkinkan, maka yang tampil dalam pergelaran budaya adalah wakil dari propinsi gerejawi. Untuk propinsi gerejawi MAM, diwakili oleh peserta dari Makassar. Pada malam budaya, peserta Makassar menampilkan tarian 4 multi etnis dari Sulsel. Sekali lagi acara pergelaran budaya ini menyatakan kekatolikan dalam keindonesiaan, seperti yang sering diteriakkan oleh MC dalam kegiatan ini, “100% Katolik, 100% Indonesia, ... Hidup OMK Indonesia!!!”

Setelah melewati serangkaian kegiatan, IYD akhirnya ditutup dengan misa. Misa dipimpin  oleh Ketua KWI bersama 7 uskup termasuk Nuntius, Mgr. Antonio Guido Filipazzi. Dalam homilinya, Mgr. Martinus Situmorang berpesan agar orang muda selalu mengembangkan talentanya. Orang muda harus berakar dalam Kristus, dan berbuah dalam karya. Pada akhir misa, Nuntius membacakan pesan Paus Benedictus XVI bagi orang muda katolik Indonesia. Gereja Indonesia bergantung pada kalian, Gereja Indonesia memerlukan amal kasih kalian yg aktif! Nuntius juga memberikan berkat apostolik dan indulgensi penuh dari Bapa Suci bagi seluruh OMK Indonesia yang mengikuti IYD.

Usai misa acara dilanjutkan dengan upacara penutupan.  Pada kesempatan ini turut hadir Menteri Pertahanan Republik Indonesia, Purnomo Yusgiantoro. Setelah memberikan sambutan, Bapak Menteri memukul gong sebanyak 7 kali sebagai simbol ditutupnya IYD secara resmi. Turut hadir juga ketua Badan Narkotika Nasional, Goris Mere; Bupati Sekadau, serta pejabat-pejabat lainnya. Dalam upacara ini wakil OMK Indonesia menyampaikan ikrar OMK Indonesia. Selanjutnya, Bupati Sanggau menyerahkan estafet salib IYD kepada Mgr. Martinus Situmorang atas nama KWI, dimana penyelenggaraan IYD kedua akan ditentukan oleh para Uskup dalam rapat KWI.


Kegiatan IYD telah berarkhir dan telah melahirkan sejarah dalam Gereja Katolik di Indonesia. Mgr. Martinus mengatakan ini merupakan sejarah yang luar biasa. Bermula di Sanggau, OMK makin meng-Indonesia! Tuhan memang sedang bekerja dalam diri saudara dan akan terus bekerja dalam diri saudara! Romo Santo, Ketua Panitia IYD sekaligus juga Sekjen Komkep KWI mengemukakan, yang ingin dicapai IYD adalah pola pembinaan yang berjenjang, berkelanjutan, dan berjejaring pada tingkat nasional. Semoga jika IYD menjadi tradisi, akan terbentuk jaringan kerjasama awam dan imam seluruh Indonesia. “Semoga awam dan imam serta eks peserta IYD, dapat membuat Indonesia makin adil dan bermartabat.

Banyak kisah dan pengalaman yang dialami oleh para peserta. Salah satu grup yang terdapat di facebook yaitu Grup Indonesian Youth Day menjadi media para peserta mengungkapkan pengalaman mereka. Bagaimana kesan dari Peserta IYD dari Makassar? Pastor Matius Patton, selaku moderator OMK wilayah kepulauan kevikepan Sultra mengatakan kesannya:   “Muncul rasa bangga terhadap OMK. Pertama, Lewat perjumpaan dengan teman-teman dari berbagai keuskupan, kelihatannya orang muda menemukan identitasnya sebagai OMK. Lewat perjumpaan dan sharing itu sendiri saya melihat bahwa OMK justru menemukan Kristus yang ada dalam diri teman-teman OMK yang lain yang tampil dengan berbagai latar belakang budaya masing-masing namun dalam iman yang satu dan sama. Kedua, Ternyata Kalau OMK bersatu merupakan suatu kekuatan yang dahsyat.

Yunanto, peserta dari Kendari mengatakan: “IYD ini Indonesia sekali.... sharing iman OMK di masing-masing keuskupan dan lintas keuskupan. Mengenal budaya dan tradisi se-antero Indonesia... Kita seperti orang-orang pilihan yang diutus dan berkumpul dalam satu wadah... Bangga bisa menjadi peserta IYD angkatan perintis... Kesan itu masih terbawa setelah IYD... Harapannya, momen tersebut bisa kita share dengan rekan-rekan OMK di paroki masing-masing, sehingga dapat pula merasakan atmosfir IYD.... Sukses untuk IYD.... 100% Katolik 100% Indonesia.

Kegiatan IYD telah disampaikan oleh panitia dalam rapat konfrensi para Uskup. Demikian pula IYD selanjutnya telah diserahkan kepada KWI  untuk menentukan kapan dan di mana IYD kedua akan dilaksanakan. Dalam rapat penutup sidang IYD para uskup telah menyepakati bahwa IYD kedua akan diadakan pada tahun 2017 di Keuskupan Manado.*** Penulis: P. Yulius Malli, Ketua Komisi Kepemudaan KAMS

Tidak ada komentar: