Senin, 24 Desember 2012

Retret Para Imam: Faith in Priesthood “Preparing for the Year of Faith”


Judul tulisan ini merupakan tema retret imam yang diselenggarakan oleh Lumen 2000 di hotel Ibis Balikpapan pada 3-7 September 2012. Retret ini diperuntukkan para imam di regio Kalimantan. Namun panitia menawarkan kesempatan retret ini kepada imam di Keuskupan Agung Makassar. Tawaran ini disambut baik oleh para imam dari KAMS. Sebanyak 34 imam dari KAMS mengikuti retret ini. Total peserta yang hadir dalam retret ini adalah 48 orang. Mgr. Yustinus Harjosusanto, MSF, Bapa Uskup Tanjung Selor, ikut serta dalam retret ini dan didoakan secara khusus para imam dan panita berkenaan dengan hari ulang tahun bapa uskup yang ke-59 pada 5 September 2012.

Pembimbing retret adalah Fr. Gino Henriques, CSsr. Father Gino mendampingi para imam dalam doa brevir (Ibadat Harian) dengan kekhasannya yaitu memberikan penjelasan mazmur yang didaraskan atau dilagukan. Hal ini dilakukan agar dalam mendaraskan 3 mazmur atau bacaaan lain dalam doa brevir para imam sungguh meresapkan apa maksud dari Sabda Allah. Father Gino memberikan masukan atau info awal tentang Tahun Iman dan merenungkan bersama beberapa poin penting di sekitar Tahun Iman ini.

Dalam kesempatan retret ini para imam diajak untuk mengingat lagi setiap saat atau tahap yang telah dilalui sampai menjadi imam dan dibawakan dalam doa yang kita kenal dengan Hora Sancta. Di hadapan Sakramen Maha Kudus, para imam menunjukkan hormat bakti kepada Sang Imam Agung dan membaharui janji imamat. Perayaan ekaristi yang diadakan setiap hari menjadi puncak dari setiap permenungan dalam retret ini.

Selain berdoa, para imam diberi kesempatan untuk sharing dalam kelompok beranggotakan 5 atau 6 orang. Dalam sharing kelompok, dinamika sharing tiap kelompok berbeda tetapi tetap kaya makna. Juga kesempatan untuk menerima sakramen tobat menjadi bagian dari retret ini di mana para imam mengakui dosa dan menjadi bapa pengakuan. Suatu kesempatan yang sangat indah.

Retret ditutup dengan perayaan ekaristi. Peserta mengenakan pakaian seragam yang disiapkan oleh panitia Lumen 2000, sekaligus menjadi hadiah istimewa bagi peserta. Tak lupa sesi foto bersama untuk kenang-kenangan dalam kebersamaan selama retret 6 hari di Balikpapan. Terima kasih kepada Father Gino yang setia mendampingi para imam dan membagikan pengalaman imannya dan pengetahuannya.  Terima kasih kami sampaikan kepada Lumen 2000, Ibu Karmadji dan tim yang telah memfasilitasi kegiatan retret ini.*** Penulis: P. Victor Wiro Patinggi Pr

Indonesian Youth Day: 20-26 Oktober 2012, Sanggau, Kalimantan Barat


Sebanyak 41 peserta dari Keuskupan Agung Makassar  yang terdiri dari pastor moderator OMK, pendamping dan OMK bertemu bersama dalam  acara  Indonesian Youth Day (IYD) yang pertama kali  dalam sejarah Gereja Katolik Indonesia. IYD pertama ini dilaksanakan  di Keuskupan  Sanggau, Kalimantan Barat, pada tanggal 20—26 Oktober 2012 dengan melibatkan Keuskupan Agung Pontianak dan Keuskupan Sintang. Sebanyak  1.914  peserta (di luar panitia lokal dan nasional) dari 35 keuskupan di Indonesia dan satu Keuskupan Kuching dari Malaysia hadir pada kesempatan ini.  Peserta berkumpul untuk mewujudkan  tema:  ”Berakar dan Dibangun dalam Yesus Kristus, Berteguh dalam Iman” (Kol 2:7), serta subtema: Makin Beriman, Makin Mengindonesia: 100 % katolik, 100 % Indonesia.

Indonesian Youth Day (IYD) adalah suatu ajang pertemuan bagi pendamping dan  OMK se-Indonesia untuk berbagi dalam keberagaman; berbagi pengalaman iman,  saling meneguhkan, saling menginspirasi satu sama lain sehingga  peserta  memperoleh keberanian untuk menjalani ajaran Kristus dalam kehidupan sehari-hari. IYD dirancang dengan inspirasi dari Word Youth Day (Pertemuan Orang Muda Katolik se-dunia) yang diprakarsai oleh Paus Yohanes Paulus II dan  Asian Youth Day (Pertemuan Orang Muda Katolik se-Asia)

Kegiatan ini diawali dengan live-in di paroki paroki yang ada dalam wilayah tiga keuskupan, yang langsung diadakan setelah peserta tiba di Pontianak.  Metode live-in adalah see, judge, and act.  Live in merupakan suatu kegiatan dimana para peserta tinggal di berbagai paroki di keuskupan tuan rumah. Peserta diajak untuk merasakan kehidupan sosial, beragama dan budaya di paroki yang mereka tinggali. Peserta dari Makassar sendiri live-in di Paroki Darit, yaitu paroki ujung dari Keuskupan  Pontianak yang digembalakan oleh para imam MSC. Peserta disebar di rumah-rumah umat katolik.  Kegiatan selama live-in diatur oleh OMK setempat. Selama live-in, peserta melakukan kegiatan keakraban,  kunjungan ke stasi serta baksos (mengecat gereja paroki). Untuk lebih mengenal adat setempat, peserta mendapatkan presentasi   yang dibawakan oleh ketua dewan adat pada malam harinya yang diselingi dengan lagu dan tarian dari Dayak. Pada keesokan harinya peserta  diajak untuk mengenal lebih dalam lagi salah satu adat Dayak yaitu upacara adat Dayak. Dalam kesempatan ini peserta diterima secara resmi sebagai tamu di kampung melalui upacara yang diadakan di sebuah tempat yang dianggap keramat dimana terdapat patung-patung dari kayu untuk para leluhur. Meskipun live-in hanya beberapa hari di Darit, tapi suasana kearaban dengan Para Pastor, umat dan OMK Darit serta  juga rumah tempat  menginap sungguh memberi kesan amat mendalam bagi peserta. Malam sebelum berpisah diadakan upacara perpisahan antara peserta IYD Makassar dan OMK Paroki Darit. Pada kesempatan ini tarian dari Toraja yaitu Pagellu ditampilkan. Para peserta tak lupa memberikan kenang-kenangan bagi paroki maupun bagi tuan rumah tempat  menginap.

Para peserta meninggalkan lokasi live-in dan menuju Sanggau untuk mengikuti inti dari kegiatan yaitu IYD. Di sinilah untuk pertama kali seluruh peserta dari 35 keuskupan bertemu. Bertempat di halaman Kantor Bupati Sanggau, peserta dengan atribut keuskupan masing-masing lengkap dengan pakaian adat berkumpul untuk mengawali pawai peserta menuju lokasi kegiatan di megatenda. Masyarakat Kota Sanggau turun ke jalan-jalan menyaksikan upacara ini, bagaikan menyaksikan pawai budaya indonesia. Pawai ini dibuka oleh Bupati Sanggau dan seluruh peserta masuk dalam urutan pawai berdasarkan Propinsi Gerejawi masing-masing. Setelah tiba di lokasi kegiatan,  IYD dibuka dengan Perayaan Ekaristi Pembukaan IYD 2012 yang dipimpin oleh Mgr. Martinus Situmorang, OFMCap (Ketua Presidium KWI) didampingi para uskup dan imam yang hadir. Setelah makan malam diadakan upacara perkenalan dan yel-yel dari semua keuskupan.


Hari kedua berkumpul di Sanggau, diawali dengan misa pagi bersama. Misa ini memiliki keunikan karena doa umat yang dibawakan dalam 6 bahasa daerah.  Setelah misa diadakan upacara pembukan  yang  melibatkan  pemerintah propinsi Kalimantan Barat dan juga dalam upacara ini akan diperkenalkan sejarah Keuskupan Sanggau.  Dari megatenda peserta berarak menuju depan Rumah Betang untuk mengikuti penyambutan propinsi Kalbar kepada peserta dimana di dalamnya dibacakan sambutan Gubernur Kalimantan Barat kepada peserta IYD. Selanjutnya ditampilkan Pergelaran kolosal dari Keuskupan Sanggau.  Pergelaran ini menggambarkan sejarah Keuskupan Sanggau sejak awal berdirinya. Puncak dari kegiatan ini adalah upacara pembukaan yang  ditandai dengan pemukulan kolintang oleh Mgr. Martinus, Mgr. John Philip Saklil (Ketua Komisi Kepemudaan KWI), dan Mgr. Giulio Mencuccini (Uskup Keuskupan Sanggau).

Setelah upacara pembukaan, peserta mengikuti workshop yang dilaksanakan  di  kompleks megatenda dan di beberapa tempat yang difasilitasi oleh gereja dan pemerintah daerah.  Workshop ini memiliki 8 pilihan topik, dengan narasumber  dari  komisi-komisi di KWI.

Selain workshop, selama IYD peserta juga mendapatkan katekese dari Bapa Uskup. Katekese ini diadakan agar peserta semakin mengenal dan memahami tema dari IYD  berakar dalam Kristus. Para peserta tidak hanya diajak untuk mengenal apa artinya berakar dalam Yesus, tetapi juga peserta diajak mengalami dan menimba kekuatan dari Kristus sendiri. Oleh karena itulah pada malam hari setelah acara katekese diselenggarakan Penyembahan Sakramen Mahakudus di megatenda. Para peserta khusuk dalam keheningan doa dan syukur untuk dirahmati oleh Yesus Kristus. Peserta dituntun dalam penyembahan  untuk sampai pada pembaharuan dan semangat. Sesudah doa adorasi, para peserta melakukan pengakuan dosa secara pribadi yang dilayani oleh puluhan imam yang hadir. Pengakuan ini sendiri berlangsung sampai tengah malam. Beberapa peserta setelah pengakuan malah ada yang adorasi sampai pagi.

Kegiatan IYD sebagai kegiatan OMK dilaksanakan dalam suasana selebrasi sebagaimana ciri orang muda itu sendiri. Warna selebrasi nampak dalam pameran masing-masing stand keuskupan dan memuncak dalam pergelaran budaya. Berhubung waktu tidak memungkinkan, maka yang tampil dalam pergelaran budaya adalah wakil dari propinsi gerejawi. Untuk propinsi gerejawi MAM, diwakili oleh peserta dari Makassar. Pada malam budaya, peserta Makassar menampilkan tarian 4 multi etnis dari Sulsel. Sekali lagi acara pergelaran budaya ini menyatakan kekatolikan dalam keindonesiaan, seperti yang sering diteriakkan oleh MC dalam kegiatan ini, “100% Katolik, 100% Indonesia, ... Hidup OMK Indonesia!!!”

Setelah melewati serangkaian kegiatan, IYD akhirnya ditutup dengan misa. Misa dipimpin  oleh Ketua KWI bersama 7 uskup termasuk Nuntius, Mgr. Antonio Guido Filipazzi. Dalam homilinya, Mgr. Martinus Situmorang berpesan agar orang muda selalu mengembangkan talentanya. Orang muda harus berakar dalam Kristus, dan berbuah dalam karya. Pada akhir misa, Nuntius membacakan pesan Paus Benedictus XVI bagi orang muda katolik Indonesia. Gereja Indonesia bergantung pada kalian, Gereja Indonesia memerlukan amal kasih kalian yg aktif! Nuntius juga memberikan berkat apostolik dan indulgensi penuh dari Bapa Suci bagi seluruh OMK Indonesia yang mengikuti IYD.

Usai misa acara dilanjutkan dengan upacara penutupan.  Pada kesempatan ini turut hadir Menteri Pertahanan Republik Indonesia, Purnomo Yusgiantoro. Setelah memberikan sambutan, Bapak Menteri memukul gong sebanyak 7 kali sebagai simbol ditutupnya IYD secara resmi. Turut hadir juga ketua Badan Narkotika Nasional, Goris Mere; Bupati Sekadau, serta pejabat-pejabat lainnya. Dalam upacara ini wakil OMK Indonesia menyampaikan ikrar OMK Indonesia. Selanjutnya, Bupati Sanggau menyerahkan estafet salib IYD kepada Mgr. Martinus Situmorang atas nama KWI, dimana penyelenggaraan IYD kedua akan ditentukan oleh para Uskup dalam rapat KWI.


Kegiatan IYD telah berarkhir dan telah melahirkan sejarah dalam Gereja Katolik di Indonesia. Mgr. Martinus mengatakan ini merupakan sejarah yang luar biasa. Bermula di Sanggau, OMK makin meng-Indonesia! Tuhan memang sedang bekerja dalam diri saudara dan akan terus bekerja dalam diri saudara! Romo Santo, Ketua Panitia IYD sekaligus juga Sekjen Komkep KWI mengemukakan, yang ingin dicapai IYD adalah pola pembinaan yang berjenjang, berkelanjutan, dan berjejaring pada tingkat nasional. Semoga jika IYD menjadi tradisi, akan terbentuk jaringan kerjasama awam dan imam seluruh Indonesia. “Semoga awam dan imam serta eks peserta IYD, dapat membuat Indonesia makin adil dan bermartabat.

Banyak kisah dan pengalaman yang dialami oleh para peserta. Salah satu grup yang terdapat di facebook yaitu Grup Indonesian Youth Day menjadi media para peserta mengungkapkan pengalaman mereka. Bagaimana kesan dari Peserta IYD dari Makassar? Pastor Matius Patton, selaku moderator OMK wilayah kepulauan kevikepan Sultra mengatakan kesannya:   “Muncul rasa bangga terhadap OMK. Pertama, Lewat perjumpaan dengan teman-teman dari berbagai keuskupan, kelihatannya orang muda menemukan identitasnya sebagai OMK. Lewat perjumpaan dan sharing itu sendiri saya melihat bahwa OMK justru menemukan Kristus yang ada dalam diri teman-teman OMK yang lain yang tampil dengan berbagai latar belakang budaya masing-masing namun dalam iman yang satu dan sama. Kedua, Ternyata Kalau OMK bersatu merupakan suatu kekuatan yang dahsyat.

Yunanto, peserta dari Kendari mengatakan: “IYD ini Indonesia sekali.... sharing iman OMK di masing-masing keuskupan dan lintas keuskupan. Mengenal budaya dan tradisi se-antero Indonesia... Kita seperti orang-orang pilihan yang diutus dan berkumpul dalam satu wadah... Bangga bisa menjadi peserta IYD angkatan perintis... Kesan itu masih terbawa setelah IYD... Harapannya, momen tersebut bisa kita share dengan rekan-rekan OMK di paroki masing-masing, sehingga dapat pula merasakan atmosfir IYD.... Sukses untuk IYD.... 100% Katolik 100% Indonesia.

Kegiatan IYD telah disampaikan oleh panitia dalam rapat konfrensi para Uskup. Demikian pula IYD selanjutnya telah diserahkan kepada KWI  untuk menentukan kapan dan di mana IYD kedua akan dilaksanakan. Dalam rapat penutup sidang IYD para uskup telah menyepakati bahwa IYD kedua akan diadakan pada tahun 2017 di Keuskupan Manado.*** Penulis: P. Yulius Malli, Ketua Komisi Kepemudaan KAMS

Lokakarya Tindak Lanjut Hasil Sinode Diosesan KAMS 2012 dan Training for Trainers Pemandu Katekese Politik Umat Basis Kevikepan Sulawesi Barat


Sebagai tindak lanjut penjabaran amanat Sinode Diosesan KAMS 2012, maka Kevikepan Sulawesi Barat mengadakan lokakarya program implementasi hasil Sinode Diosesan KAMS 2012 yang belangsung pada tanggal 14 – 15 Nopember 2012 bertempat di Aula Paroki Santa Maria Mamuju. Lokakakarya tersebut diikuti oleh kelima Paroki dalam wilayah Kevikepan Sulawesi Barat dengan jumlah peserta kurang lebih 44 orang yang terdiri dari; 15 orang utusan Paroki Baras, 6 orang utusan Paroki Mamasa (termasuk Pastor Paroki RD. Vius Oktavian), 4 orang utusan Paroki Messawa (termasuk Pastor Paroki RD. Agustinus Matasak), 2 orang utusan Paroki Polewali (termasuk Pastor Paroki RD. Nikodemus Tangke) dan 12 orang utusan Paroki Mamuju (termasuk 2 orang dari wilayah Tobadak) serta 5 orang panitia termasuk Vikep Sulbar, dua Pastor Paroki (Mamuju dan Baras) tidak dapat hadir karena adanya agenda masing-masing yang sudah terjadwal.

Pelaksanaan Lokakarya tindak lanjut hasil Sinode Diosesan KAMS 2012 di Kevikepan Sulbar dibuka secara resmi oleh Vikep Sulbar (RD. Martinus Pasomba). Dalam sambutan pembukaannya, RD Martinus Pasomba selaku Vikep menghimbau kepada seluruh peserta agar hasil Sinode Diosesan KAMS 2012 ini dapat diimplementasikan dalam program aksi dan karya nyata sebagaimana amanat sinode. Seusai acara pembukaan, dilanjutkan dengan penjelasan teknis tentang Visi-Misi Gereja Lokal KAMS yang telah dirumuskan dalam sinode KAMS dan dipandu oleh Bpk. Philips Tangdilintin (Sekrataris Tim Pendamping Implementasi Sinode KAMS) yang hadir sebagai Fasilitator dalam seluruh rangkaian kegiatan lokakarya.

Setelah penjelasan teknis tentang Visi-Misi, dilanjutkan dengan penjelasan strategi yang akan menjadi indikator pencapaian Visi-Misi Keuskupan Agung Makassar. Setelah selesai penjelasan teknis seluruh komponen Visi, Misi dan Strategi, peserta kemudian dibagi dalam delapan kelompok berdasarkan delapan bidang yang telah dirumuskan dalam Sinode, untuk merumuskan program Kerja Jangka Pendek (2012 – 2013) Kevikepan Sulawesi Barat dengan tetap mempertimbangakan 5 prioritas program sebagaimana telah dirumuskan bersama pada akhir pelaksanaan Sinode Diosesan 2012 yakni :
1. Re-Evangelisasi: Menghidupkan kembali Puspas di Kevikepan
2. Keluarga: Katekese Keluarga
3. Politik: Pendidikan sosial politik dan budaya
4. Sarana Prasarana: Tersedianya database aset Gereja yang lengkap, akurat dan up-to-date
5. Pendidikan: Pendidikan yang seturut nilai-nilai Katolik

Setelah penyusunan rancangan program di kelompok masing-masing, dan kemudian diplenokan, maka dirumuskanlah program kerja jangka pendek Kevikepan Sulawesi Barat yang dijabarkan dalam 27 program berdasarkan bidang masing-masing antara lain :

A. Bidang Re-Evangelisasi
1. Pelatihan/pembekalan Tim Pastoral Kevikepan.
2. TFT untuk calon Formator di bidang Liturgi, Homiletik dan Katekese.

B. Bidang Keluarga
1. Pembentukan tim pastoral pendampingan keluarga
2. Pembentukan kelompok-kelompok kerasulan keluarga
3. Pembekalan bagi pendamping kursus persiapan perkawinan
4. Rekoleksi pasutri.

C. Bidang Politik
1. Pembentukan Tim 25 Kevikepan Sulbar
2. Pemetaan potensi politik di masing-masing paroki
3. Pembentukan ormas-ormas Katolik di tiap-tiap paroki
4. TFT katekese dan pendidikan politik

D. Bidang Sarana-Prasarana
1. Pembetukan tim PGPM Paroki
2. Pelatihan modul tatakelola asset gereja
3. Inventarisasi asset-asset gereja
4. Monitoring dan evaluasi tatakelola aset gereja.

E. Bidang Pendidikan
1. Pembentukan tim peduli pendidikan
2. Pendataan guru-guru beragama Katolik di sekolah-sekolah negeri
3. Pelatihan bagi guru-guru beragama Katolik di sekolah-sekolah negeri.
4. Penyiapan guru-guru agama Katolik di sekolah-sekolah negeri.

F. Bidang Ekonomi
1. Sosialisasi dan pengembangan LKM di setiap Paroki
2. Pelatihan wirausaha
3. Pembentukan kelompok tani berbasis umat Katolik
4. Pelatihan pengembangan pertanian terpadu

G. Bidang Kesehatan
1. Pembentukan tim peduli kesehatan
2. Penyuluhan kesehatan
3. Gerakan bersama “perilaku hidup bersih dan sehat”

H. Bidang Budaya
1. Lokakarya budaya
2. Penerapan inkulturasi budaya dalam perayaan ekaristi/sabda.


Pada 16–17 Nopember 2012 dilanjutkan dengan Training for Trainers Pemandu Katekese Politik Umat Basis, berdasarkan buku panduan “12 Modul Pendidikan Politik Umat Basis”. Setelah mendapatkan beberapa penjelasan teknis dari Fasilitator, peserta kemudian dibagi dalam dua kelompok dan langsung melakukan praktek pelaksanaan katekese pendidikan polik dalam kelompok masing-masing.

Untuk memastikan bahwa program kerja hasil tindaklanjut sinode dan TFT katekese dan pendidikan politik umat basis tidak hanya tinggal menjadi tulisan diatas kertas, maka seluruh peserta merumuskan beberapa hal sebagai kesimpulan dan komitmen  bersama antara lain:

1. Membentuk Tim Pastoral Kevikepan yang bersama Tim Pendamping Implementasi Sinode KAMS akan mendorong, memantau dan mendampingi pelaksanaan program kerja jangka pendek di tingkat kevikepan, sambil mendorong setiap paroki dalam menyusun program pastoral paroki, sebagai penjabaran hasil-hasil Sinode, untuk mewujudkan Kevikepan Sulbar sebagai “Tanah Terjanji”.
2. Sadar bahwa karya pastoral Kevikepan Sulbar merupakan tanggung-jawab seluruh umat, dibawah pimpinan dan arahan hirarki, maka seluruh peserta bertekad untuk meneruskan semangat Sinode Diosesan KAMS dengan selalu berjalan bersama (= sinode: syn-odos) sebagai Umat Allah, saling mengingatkan, saling mendukung, bekerjasama dalam menjalankan program dan kesepakatan yang telah dirumuskan bersama.  
3. Untuk menjamin kesinambungan dan pengembangan berkelanjutan, karya pastoral tidak boleh dibiarkan bergantung pada individu-individu pejabat pastoral yang selalu silih-berganti. Untuk itu diperlukan sistem dan mekanisme kerja yang perlu dirumuskan dipatenkan dalam suatu Pedoman Karya Pastoral yang mengikat semua pihak dalam wilayah gereja local KAMS.
4. Mendengarkan harapan orang muda untuk tidak diperlakukan sebagai “objek” melainkan sebagai “subyek” yang diikutkan dalam proses-proses pengambilan keputusan, serta memberi kepercayaan dan tanggungjawab kepada OMK paroki sebagai bagian dari pembinaan diri mereka.
5. Mendukung dan memfasilitasi pembentukan komunitas-komunitas basis di jalur territorial maupun kategorial, sebagai bagian dari strategi dasar pembinaan dan penggerakan umat. Menyadari pentingnya kehadiran ormas-ormas Katolik, maka ditunjuk para penanggungjawab untuk pembentukan Pengurus Cabang ISKA (Ikatan Sarjana Katolik Indonesia) dan Pemuda Katolik di keempat Kabupaten se-Sulawesi Barat (Mamuju, Mamuju Utara, Mamasa dan Polman) serta persiapan Pengurus Daerah di tingkat Propinsi. 
6. Menyadari bahwa pendidikan politik umat tidak hanya bertujuan untuk menghadapi Pemilu 2014, melainkan suatu proses yang harus berkelanjutan dan dimulai sejak dari usia-dini dalam keluarga-keluarga untuk mewujudkan semboyan Mgr.A.Soegijapranata: “100% Republik, 100% Katolik”.

Untuk mewujudkan komitmen tersebut, maka sangat diharapkan dukungan serta arahan dari para Pemimpin dan pihak-pihak yang berkompeten dalam Keuskupan Agung Makassar. Untuk itu, harapan-harapan tersebut dituangkan dalam rekomendasisebagai berikut :
1. Supaya Hirarki KAMS sebagai representasi Institusi Gereja Katolik lebih proaktif menjalin relasi dan komunikasi dengan Pimpinan Daerah di segala tingkatan, sehingga eksistensi dan identitas “Katolik” lebih dikenal dan diakui (tidak dianggap hanya bagian dari “Kristen”). Merupakan suatu kebanggaan jika melihat Uskup, Vikep serta para Pastor memakai jubah sesuai jabatan pada saat bertamu/bersilaturahmi dan ketika menerima tamu pada hari Natal/Paskah, atau ketika menghadiri acara-acara resmi pemerintah. 
2. Supaya segera merealisasikan rekomendasi Sinode untuk menerbitkan Buku Panduan Tanya-jawab tentang Iman dan Tradisi Katolik. Juga mulai menyiapkan bahan-bahan tematis pertemuan Komunitas Basis yang dibutuhkan untuk mendalamkan dan mendewasakan iman umat. Pola “doa rukun” perlu dilengkapi dengan “pola katekese umat basis”, dan untuk itu dibutuhkan pelatihan pemandu dan pengadaan bahan-bahan pertemuan tematis.
3. Supaya segera merealisasikan rekomendasi Sinode untuk menyiapkan dan menerbitkan Buku Pedoman Keluarga Katolik, merancang pola pembinaan keluarga, khususnya keluarga ‘balita’ yang bisa menjangkau keluarga-keluarga kurang mampu. Bacaan-bacaan inspiratif bagi keluarga-keluarga katolik juga perlu dihadirkan di tengah keluarga-keluarga Katolik, entah melalui media khusus atau diselipkan dalam majalah/bulletin yang sudah ada.
4. Supaya lebih kreatif dan proaktif dalam menangani pastoral orang muda, baik melalui jalur territorial maupun kategorial. SAGKI 2005 tidak hanya menetapkan “Komunitas Basis sebagai Strategi Hidup Menggereja Abad-21” melainkan juga menegaskan “Generasi Muda sebagai Pelaku Utama” dalam gerakan Membangun Kembali Keadaban Publik Bangsa. Kita prihatin melihat OMK semakin menghilang di paroki-paroki karena kegiatan yang tidak terarah dan tidak menarik. Menyiapkan para penggerak dan pemandu kegiatan-bina bagi komunitas-komunitas OMK serta modul-modul pertemuan, harus menjadi perhatian utama.
5. Supaya segera menetapkan dan menyampaikan strategi bersama di bidang kemasyarakatan/sosial-politik menghadapi 2014, khususnya kriteria-kriteria untuk menjaring dan memilih calon-calon legislatif Katolik. Menyiapkan para kandidat-tersaring secara khusus dalam spiritualitas pelayanan, moralitas Katolik serta mentalitas politik (bonum communae) sebelum masuk arena pertarungan Pemilu, merupakan suatu keharusan pula.

Seluruh rangkaian kegiatan Lokakarya tindak lanjut hasil Sinode Diosesan KAMS 2012 serta TFT Katekese politik umat basis di Kevikepan Sulbar ditip dalam sebuah perayaan Misa Kudus yang dipimpin oleh Vikep Sulbar (RD. Martinus Pasomba) sebagai selebran utama didampingi oleh RD. Vius Oktavian (RD. Nikodemus Tangke harus pulang lebih awal karena gangguan kesehatan sedangkan RD. Agustinus Matasak mewakili Vikep untuk menghadiri acara wisuda sarjana lulusan Akper Pertiwi Mamuju). Dalam khotbahnya, Vikep Sulbar kembali menegaskan agar hasil Sinode Diosesan KAMS 2012 tidak hanya tinggal dalam goresan tinta hitam diatas kertas tetapi sungguh-sungguh diwujudkan dalam karya dan aksi nyata melalui penjabaran program kerja di masing-masing paroki.

Akhirnya seluruh peserta mengucapkan banyak terima kasih kepada RD. Martinus Pasomba selaku Vikep Sulbar yang telah memfasilitasi terselenggaranya kegiatan ini, dan secara khusus kepada Bpk. Philips Tangdilintin yang telah meluangkan waktunya untuk hadir sebagai Fasilitator dalam pelaksanaan kegiatan ini.

Semoga Tuhan senantiasa memberkati kita semua dalam setiap karya dan pengabdian kita untuk mengembangkan kerajaan Allah di dunia ini. “Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya.” (Yoh 13:17)*** Penulis: Frans Pakiding