Kamis, 04 September 2014

Bahan Bulan Kitab Suci Nasional 2014: Keluarga Beribadah dalam Sabda






KATA PENGANTAR
Pujian tak berhingga kehadirat Tuhan Yang Mahaesa, karena berkat karunia-Nya Lembaga Biblika Indonesia (LBI) dapat mempersiapkan Buku Panduan Bulan Kitab Suci Nasional Tahun 2014. Buku Panduan ini diharapkan dapat membantu Umat Katolik Indonesia untuk menjadikan Bulan Kitab Suci Nasional, September 2014, semakin bermakna dan berdaya guna untuk mewujudkan kehidupan Kris-tiani pada umumnya dan khususnya kehidupan keluarga yang lebih berkualitas. Hidup yang berkualitas dalam perspektif Kristiani tak lain adalah hidup yang berpijak pada nilai-nilai Kitab Suci.

Pertemuan Nasional Kitab Suci 2012 (PERNAS), yang dilaksanakan di Wisma Samadi –Klender, dihadiri oleh para Delegatus Kitab Suci Keuskupan di Indonesia dan Para Pakar Kitab Suci menetapkan tema “Sabda Allah dalam Keluarga” sebagai pokok permenungan dalam kegiatan Kerasulan Kitab Suci Tahun 2013-2016. Komitmen nasional ini berangkat dari kesadaran akan kompleksitas per-soalan hidud keluarga di satu sisi, sementara di sisi lain, adanya harapan dan ekspektasi akan peran luhur keluarga dalam konteks hidup menggereja. Keluarga tak lain adalah Gereja Mini, Ekklesiola, yang menjadi tanah subur untuk menabur berbagai nilai dan kebajikan kristiani. Realitas hidup keluarga yang paradoksal semcam ini telah mendorong para utusan untuk mengusung tema “Sabda Allah dalam Keluaga” menjadi pokok permenungan dalam ziarah empat tahunan (2013-2016). Komitmen ini diharapkan mampu membawa perubahan citra keluarga katolik dalam ziarah selanjutnya.

Ziarah tahun pertama telah mengusung tema “Keluarga yang bersekutu dan mendengarkan Sabda Allah” (Tahun 2013). Keluarga Katolik diajak untuk mem-bangun iman dan mewujutkan persekutuan keluarga berdasarkan Sabda Allah. Dalam ziarah tahun kedua (2014), melalui tema “Keluarga yang beribadah dalam Sabda,” setiap keluarga katolik diharapkan untuk mewujudkan ibadah yang benar menurut amanat dan semangat Kitab Suci. Ibadah yang benar tidak sebatas kata dan tindakan liturgis yang dikemas dalam sebuah perayaan gerejani, tetapi lebih dari itu, sebuah testimoni dan kesaksian akan kebenaran sabda dalam hidup. Perjumpaan dengan Sang Sabda dalam sebuah ibadah hendaknya memberikan dorongan dan motivasi bagi para penyembah untuk menghayati sabda dalam aksi dan pebuatan nyata. Dalam perspektif ini, keluarga sebagai Gereja Mini, menjadi tempat dan ruang yang strategis untuk mewujudkan mimpi ini menjadi kenyataan.

Lembaga Biblika Indonesia (LBI) telah didaulat dan mendapat mandat dari Konferensi Wali Gereja Indonesia untuk melaksanakan fungsi kerasulan ini bersama Para Bapak Uskup dalam konteks Gereja Katolik Indonesia. Syukur berlimpah bagi Yang Mulia Para Bapak Uskup yang tergabung dalam Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) yang telah memungkinkan karya kerasulan ini berjalan efektif melalui kebijakan Kolekte Bulan Kitab Suci. Dukungan dana yang memadai telah membuat karya kerasulan ini sungguh menjadi sebuah kenyataan dalam pengalaman Gereja Katolik Indonesia. Ucapan terima kasih pantas diarahkan kepada Pimpinan dan segenap staff Lembaga Biblika Indonesia, para pegawai dan karyawan-karyawati. Tanpa koordinasi dan kerjasama yang baik, karya besar ini tak mungkin menjadi sebuah kenyataan. Akhirnya ucapan terimakasih dan penghargaan khusus untuk Pak YM Seto Marsunu, bersama rekan-rekan Unit Naskah yang telah memberikan kontribusi istimewa demi tersedianya Gagasan Pokok dan Naskah Panduan Kegiatan Bulan Kitab Suci Nasional 2014. Kita percaya bahwa segala pengurbanan kita membawa buah yang semakin berlimpah: Kitab Suci semakin dipahami dan membawa dampak bagi kualitas ibadah dalam kehidupan keluarga.

P. YOSEF MASAN TORON, SVD
KETUA LBI

KELUARGA BERIBADAH DALAM SABDA

“Saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran…”
(Yoh. 4:23) 

GAGASAN PENDUKUNG
oleh YM Seto Marsunu

Bulan Kitab Suci Nasional
LEMBAGA BIBLIKA INDONESIA
2014

“Ibu-bu, benarkah anda mengajarkan doa-doa Kristiani kepada anak-anak anda? Benarkah anda, bersama dengan para imam, menyiapkan mereka untuk menyambut sakramen-sakramen, yang mereka terima selagi masih muda: sakramen Tobat, Komuni, dan Krisma? Benarkah anda mendorong mereka, kalau sedang sakit, untuk mengenangkan Kristus yang menderita sengsara, untuk memohon pertolongan kepada Santa Perawan Maria dan para kudus? Apakah anda bersama mendoakan Rosario keluarga? Dan anda, bapak-bapak, benarkah anda berdoa bersama dengan anak-anak anda, dengan seluruh keluarga, setidaknya kadang-kadang? Contoh kejujuran anda dalam pikiran maupun perbuatan, berpadu dengan doa bersama, menjadi pelajaran untuk hidup, tindakan ibadat yang bernilai istimewa. Itulah cara anda membawa damai dalam rumahtangga anda: Pax hic domui, semoga damai turun di atas rumah ini! Ingat, begitulah anda membangun Gereja.” Paus Paulus VI, dikutip oleh
Paus Yohanes Paulus II 
dalam Familiaris Consortio 60.

Keluarga, terutama para orangtua, mempunyai tanggung jawab besar dalam membangun Gereja. Tanggung jawab ini dimulai dan diwujudkan dengan mendidik anak-anak dalam doa. Tentu saja mendidik anak dalam doa tidak sekedar berarti mengajak anak untuk menghafalkan doa-doa Katolik. Lebih jauh hal itu berarti membina anak-anak agar tumbuh menjadi orang memiliki iman yang matang di dalam Kristus dan sungguh berbakti kepada Allahnya. Dalam pemahaman umum, setiap orangtua menghendaki agar anak-anak mereka menjadi orang yang berhasil dalam kehidupannya. Keberhasilan ini tidak mungkin dibatasi hanya pada soal materi dan urusan duniawi. Keberhasilan yang sebenarnya menyangkut soal kedewasaan dalam iman dan bakti kepada Allah. “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya?” (Mrk. 8:36). Yang membedakan kehidupan seorang yang beriman dari yang tidak beriman justru keyakinan akan kebangkitan badan dan kehidupan yang kekal. Orang beriman memang sedang menjalani kehidupan di dunia ini, tetapi ia sekaligus mengarahkan kehidupannya pada kehidupan abadi. Sebaliknya, keyakinan akan kehidupan yang abadi menuntun kehidupannya di dunia ini.

Dalam tulisan ini, kita akan melihat lebih jauh perjumpaan antara keluarga dengan Allah di dalam ibadah yang dilaksanakan oleh keluarga. Untuk itu kita akan belajar dari pengalaman umat Israel mengenai ibadah, kritik para nabi, dan ajaran Yesus. Pertama-tama kita akan melihat perjumpaan antara Allah yang ada dalam surga dengan manusia yang tinggal di dalam dunia. Perjanjian Lama memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana Allah yang tampaknya jauh itu ternyata dekat dan dapat dijumpai oleh manusia di dunia ini. Perjumpaan itu terjadi di dalam ibadah yang dilangsungkan oleh umat yang percaya kepada Allah. Pada dasarnya ibadat merupakan bentuk perjumpaan antara Allah dan manusia yang sehingga terjadi pergaulan yang mesra antara keduanya. Ketika terjadi penyimpangan dalam praktek ibadah yang dilakukan oleh umat Israel, para nabi tampil dan mengingatkan mereka. Umat Israel menganggap ibadah semata-mata upacara keagamaan, yang terlepas dari kehidupan yang sebenarnya. Para nabi menegaskan kembali arti ibadah yang sebenarnya, yakni mengungkapkan bakti mereka kepada Allah yang telah mengasihi mereka. Selanjutnya, kita akan mendalami pengajaran Yesus mengenai ibadah yang benar kepada Allah. Ia menegaskan bahwa untuk beribadah kepada Allah orang harus mengenal Allah yang sejati dan memiliki motivasi yang benar. Berdasarkan seluruh uraian tersebut, kita akan melihat bagaimana pemahaman tentang seluk beluk ibadah dapat mendorong umat Katolik untuk melaksanakan ibadah di dalam lingkup keluarga.

I. ALLAH: TAK TERHAMPIRI, NAMUN SANGAT DEKAT

Bangsa Israel menyadari bahwa keberadaannya sebagai manusia dan sebagai sebuah bangsa tidak dapat dilepaskan dari campur tangan Allah. Dialah yang membuat mereka menjadi ada di dalam dunia dan menjadikan mereka sebuah bangsa, bahkan bangsa yang dipilih oleh Allah menjadi umat kesayangannya. Dengan berbagai cara Perjanjian Lama memberikan gambaran tentang Allah yang menyatakan diri kepada mereka dan apa yang telah dilakukan-Nya bagi mereka dalam perjalanan sejarah mereka. Allah itu tidak kelihatan karena Dia adalah Roh. Dia jauh tak terhampiri oleh manusia, namun sekaligus sangat dekat kepada mereka.

A. Allah Adalah Roh Kata
“roh” yang berasal dari rumpun Bahasa Semit (Ibrani dan Arab) berarti sesuatu yang hidup tetapi tidak berbadan jasmani. Dalam Perjanjian Lama kata “ruakh” dalam arti aslinya adalah udara yang bergerak, seperti angin atau nafas. Bagi manusia dan binatang, ruakh menjadi tanda kehidupan mereka. Ruakh diberikan oleh Pencipta ke dalam manusia (Kej. 2:7) dan binatang (Kej. 7:22). Inilah bahasa kiasan yang berarti “menjadikan hidup”. Manusia adalah makhluk jasmani-rohani. Ia diciptakan oleh Allah untuk hidup selamanya, walaupun badannya akan mati dan menjadi tanah. Ia mempunyai hidup rohani dan tujuan serta maknanya melampaui dunia ini. Ketika dikatakan bahwa Allah adalah roh, biasanya yang dimaksudkan paling tidak adalah bahwa Ia tidak memiliki tubuh fisik, bahwa ia immaterial.
Dalam Kitab Suci Roh seringkali diperlawankan dengan daging. “Orang-orang Mesir hanyalah manusia, bukan ilah; kuda-kudanya daging belaka bukan roh” (Yes. 31:3; Yes. 40:6-8; Kej. 6:3). Dalam kutipan ini daging searti dengan manusia, yang lemah, sedangkan roh searti dengan ilah(i), yang berdaya dan kuat. Yoh. 6:63 juga memperlawankan roh (yang menghidupkan) dengan daging yang tidak berguna sedikit pun. Mat. 26:41 dan Mrk. 14:38 berkata tentang daging yang lemah dan roh yang kuat. Yohanes menyejajarkan lahir dari Roh dengan lahir dari Allah (Yoh. 3:3,6,8; 1:13) sehingga termasuk dalam dunia ilahi.

B. Tak Terhampiri
Dengan banyak cara, Perjanjian Lama mengungkapkan keagungan Allah yang tak terhampiri. Dalam kisah panggilannya (Yes. 6), Yesaya mendapatkan penglihatan yang menyatakan kemuliaan TUHAN. Dalam penglihatan itu Yesaya melihat TUHAN duduk di atas takhta yang tinggi menjulang (ay. 1). Takhta-Nya yang tinggi dan menjulang itu menunjukkan kebesaran dan kemuliaan-Nya yang memenuhi langit dan angkasa. TUHAN digambarkan memakai jubah yang panjang, jubah kebesaran seorang raja. Ia disertai oleh para serafim (ay. 2), yang karena kekudusan dan kemuliaan TUHAN mereka tidak dapat memandang wajah-Nyadan menutupi muka dan kaki mereka. Para serafim memuji-Nya ”kudus, kudus, kuduslah Tuhan semesta alam” (ay. 3). Allah itu kudus, Dia melebihi segala sesuatu. Ia sama sekali berbeda dengan makhluk-makhluk-Nya, jauh melampauinya dan terpisah darinya sehingga Ia tidak terhampiri dan sangat menakutkan (bdk. Kel 33:20).
Menyadari penglihatan itu Yesaya ketakutan, “Celakalah aku! Aku binasa!” (ay. 5). Ia teringat akan akibat dahsyat yang dapat menimpa dirinya karena sebagai manusia yang berdosa ia telah melihat Allah dan kemuliaan-Nya (bdk. Kel 33:20). Tidak ada orang yang tahan memandang wajah Allah karena tidak ada orang yang memandang-Nya akan tetap hidup. Musa yang berbicara dengan TUHAN pun hanya melihat-Nya dari belakang. Dalam terang kekudusan Allah, nabi menyadari kedosaannya: “Aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni Tuhan semesta alam.” Ia sadar akan kemuliaan Allah yang harus disembah dan diagungkan melebihi segala sesuatu. Ia sadar juga akan kehinaannya sendiri serta kesengsaraan bangsanya yang jauh dari Allah.

C. Amat Dekat
Sebaliknya, banyak juga kisah dalam Perjanjian Lama mengajarkan bahwa Allah berkenan turun ke dalam kehidupan dunia dan bergaul akrab dengan manusia. Kisah-kisah itu mengungkapkan bahwa Allah menghendaki hubungan erat dengan manusia. Tampak di dalamnya betapa dekat Allah dengan manusia. Ia sungguh berada di tengah-tengah manusia ciptaan-Nya, menjadi teman hidup mereka, berbicara kepada mereka.
Kisah manusia di Taman Eden membentangkan bagaimana TUHAN berjalan-jalan di kebun dalam kesejukan sore hari dan bergaul dengan manusia. Tetapi, dosa membuat manusia takut berhadapan dengan Allah karena pada mulanya tidak demikian (Kej. 2:8). Jatuhnya manusia pertama ke dalam dosa tidak berarti bahwa Allah menutup diri dan tidak mau lagi bergaul dengan manusia. Henokh hidup dalam suasana persahabatan dengan Allah (Kej. 5:22-24). Demikian pula Abraham, mengingat kepercayaannya, pantas dimaksudkan ke dalam bilangan sahabat Allah. Ia mengunjungi Abraham dalam suasana kekeluargaan dan Abraham menyambut kedatangan-Nya sebagai tamu kehormatan. Ia memberitahukan kepada Abraham rencana-Nya menghukum Sodom dan Gomora (Kej. 18). Kitab Keluaran menceritakan bagaimana TUHAN berbicara kepada Musa dengan berhadapan muka seperti seorang berbicara kepada temannya (Kel 33:11). Musa diperbolehkan merasakan pengalaman istimewa dengan Allah, sekalipun tidak melihat wajah Allah atau langsung memandang wujud-Nya dan hanya melihat punggung-Nya (Kel. 33: 21-23). Kedekatan Allah dengan manusia dalam Perjanjian Lama tampak juga dalam penggambaran Allah sebagai seorang bapa (bdk. Kel. 4:22) dan sebagai seorang ibu yang penuh kasih terhadap anaknya (Yes. 49:15). Gambaran lain yang mengungkapkan kedekatan Allah dengan manusia adalah gambaran tentang gembala yang baik. TUHAN memelihara Israel seperti seorang gembala memelihara kawanannya (Yes. 40:11).

D. Kehadiran Allah
Dalam Dunia Allah yang demikian terlibat dalam kehidupan manusia di dunia. Sebaliknya manusia pun menyadari kebergantungannya pada Allah yang berkuasa atas dirinya dan atas seluruh alam semesta. Ia sadar bahwa ia memerlukan bantuan dari yang ilahi dalam menjalani kehidupan dunia ini. Dalam banyak kesempatan Perjanjian Lama menggambarkan bagaimana Allah hadir menjumpai manusia dan menolongnya. Tempat-tempat di mana Allah pernah hadir dan menjumpai manusia itu dipandang sebagai tempat yang suci. Tempat itu menjadi suci karena telah disucikan oleh kehadiran Allah. Tempat seperti ini sering dikunjungi oleh orang yang ingin berjumpa dengan Allah karena Ia sendiri pernah hadir di tempat itu. Kadang-kadang di tempat itu didirikan bangunan untuk mengenangkan kehadiran Allah.
Tabut Perjanjian. Dalam Perjanjian Lama tempat paling penting dalam kaitannya dengan kehadiran Allah adalah Tabut Perjanjian. Tabut itu berupa peti yang di dalamnya ditaruh loh hukum (Kel 25:16), yaitu dua loh batu yang memuat Dasa Titah yang diterima orang Israel di Gunung Sinai. Loh-loh itu kadang disebut loh-loh hukum Allah (Kel 31:18, Ul 10:2,5); karena itu tabut itu dapat disebut sebagai Tabut Hukum (Kel 25:22). Di atas tabut itu dipa-sang dua patung kerubim (makhluk yang berbadan binatang, bersayap burung dan berkepala manusia) yang melambangkan takhta TUHAN semesta alam (bdk. 1Raj 8:6 7). Tabut yang mula-mula merupakan tempat penyimpanan Dasa Titah itu kemudian menjadi lambang TUHAN sendiri. Tidak dapat dipisahkan antara hukum dengan pemberi hukum. Tabut berperan sebagai lambang kehadiran TUHAN di tengah bangsa Israel. Tabut itu bahkan hampir diidentifikasikan dengan-Nya (bdk. Bil. 10:35-36 Musa menyapa Tabut sebagai TUHAN). Tabut itu menyertai orang-orang Israel pada pengembaraan di padang gurun (Bil. 10:33-36). Ketika orang Israel hendak memasuki tanah terjanji, tabut ini memutus aliran Sungai Yordan sehingga orang Israel dapat menyeberangi sungai itu tanpa menjadi basah (Yos. 3:13 dst). Kemudian tabut ini dibawa keliling tembok Yerikho (Yos. 6) sampai benteng kota itu roboh dan orang Israel dapat merebut kota itu. Di Kanaan Tabut Perjanjian ditempatkan di satu tempat suci dari suku-suku Israel: mula-mula di Gilgal (Yos. 4-5), kemudian Betel (Hak. 20:27), dan akhirnya di Silo (1Sam. 3:3). Di Kanaan ini Tabut menjadi lambang persekutuan suku-suku Israel yang berkumpul di tempat suci itu.
Tempat Suci. Waktu orang Israel memasuki Tanah Kanaan, mereka tidak hanya merebut tanahnya tetapi juga merebut kuil-kuil kuno untuk ibadat kepada El. Orang Israel mengambil alih kuil-kuil yang merupakan tempat ibadat penduduk asli Kanaan ini dan mempergunakannya sebagai tempat ibadat mereka sendiri. Tempat-tempat suci ini penting bagi orang Israel bukan karena mereka merebutnya dari orang Kanaan, melainkan karena kenangan akan peristiwa yang penting bagi iman mereka yang pernah terjadi di tempat itu. Di Sikhem Abraham (Kej. 12:6 dst) dan Yakub (Kej. 33:18-20) mendirikan mezbah. Di tempat ini pula para tua-tua Israel pada zaman Yosua (Yos. 24) mengucapkan janji untuk selalu setia kepada TUHAN dan menolak dewa-dewi Kanaan. Asal muasal tempat suci Betel dikaitkan dengan Yakub (Kej. 28; bahkan dengan Abraham; bdk. Kej. 12:8). Melalui kisah Yakub, dikatakan bahwa Yakub, nenek moyang mereka sendiri telah mengalami bahwa tempat itu adalah tempat suci. Dan dengan demikian selayaknya keturunan Yakub menyembah Allah mereka di tempat itu. Di Hebron ini Daud diurapi menjadi raja (2Sam. 2:4; 5:3). Di tempat ini pula Abraham mendirikan mezbah bagi Allah (Kej. 13:18; bdk. 18:1). Selain itu orang Israel juga mendirikan tempat-tempat ibadah sendiri. Tempat-tempat ini didirikan ketika mereka membuka suatu wilayah dan membangun permukiman. Misalnya, kuil di Gilgal, sekitar 10 km sebelah timur laut Yerikho. Tempat suci ini didirikan oleh suku-suku Israel yang telah meninggalkan Mesir dan masuk wilayah Kanaan (Yos. 4:19 dst) dan menjadi pusat keagamaan pada zaman Saul (1Sam. 11:15) dan Daud (2Sam. 19:15). Kuil ini masih tetap memegang peran penting sampai zaman Nabi Amos (Am. 4:4; 9:15; 2Raj. 2:1; 4:38). Kritik para nabi (Am. 4:4; Hos. 9:15) memberi kesan bahwa kuil Gilgal sangat dipengaruhi oleh tradisi Kanaan. Orang Israel juga mendirikan tempat-tempat ibadat baru di atas puing-puing kota Kanaan, seperti di Silo dan di Nob. Beberapa waktu lamanya Silo dipakai untuk menyimpan tabut. Tempat suci ini hancur dalam pertikaian antara Israel melawan Filistin (bdk. Yer. 7:12; 26:6; bdk. 1Sam. 1-7). Sebelum Daud memindahkan tabut ke Yerusalem, tempat-tempat ibadat itu masih dipergunakan. Belum ada hukum yang memusatkan ibadat di satu tempat. Yerusalem menjadi tempat penting dalam kehidupan agama Israel karena di tempat ini tabut diberi tempat dan peranan yang penting. Pemindahan Tabut Perjanjian ke Yerusalem (2Sam. 6) merupakan hal penting dalam kehidupan agama Israel. Pemindahan itu merupakan wujud pengakuan bahwa TUHAN adalah Allah yang satu-satunya dalam kerajaan Israel yang didirikan Daud. Bait Allah. Pembangunan Bait Allah sebenarnya sudah direncanakan oleh Daud. Daud yang telah berkuasa atas seluruh Israel merasa prihatin karena TUHAN, yang telah membuatnya besar dan mulia, serta mengantarnya ke dalam istana justru tinggal di bawah tenda. Maksudnya, Tabut Perjanjian, tanda kehadiran TUHAN itu, disimpan di dalam tenda, tempat yang sederhana, padahal Daud diam di dalam istana yang megah. Tetapi, TUHAN tidak menyetujui rencana Daud karena Ia tidak memerlukan rumah. Salomolah yang kemudian mewujudkan rencana Daud itu. Ia mendatangkan ahli-ahli bangunan dari luar negeri untuk membangun tempat ibadat yang direncanakannya. Bait Allah ini sebenarnya merupakan satu kompleks bangunan. Ada lapangan luas yang dikelilingi pagar tembok. Di bagian utara lapangan ini berdirilah bangunan Bait Allah yang sebenarnya. Sekalipun menjadi kebanggaan Israel dan dipuji keindahannya, Bait Allah bukanlah bangunan yang besar (panjang: 27,4 m, lebar: 9,4 m, dan tinggi: 13,5 m.) Di depan bangunan ini berdiri mezbah, tempat kurban dibakar. Bangunan itu sendiri dibagi menjadi tiga: 1) tempat masuk, yang berupa serambi beratap dan tertutup; 2) yang kudus, ruangan dengan jendela-jendela dan menjadi tempat para imam menyelenggarakan ibadat tertentu, khususnya mempersembahkan kurban ukupan; 3) ruangan mahakudus, ruangan tanpa jendela (sehingga gelap sama sekali). Di ruang inilah Tabut Perjanjian ditempatkan. Keberadaan Tabut Perjanjian itu menunjukkan bagaimana TUHAN hadir di dalam rumah kediaman-Nya. Kehadiran Tuhan di Bait-Nya menjadi pusat dan pokok ibadat Israel. Berkat kehadiran-Nya, Israel menjadi bangsa terhormat dan terpilih antara bangsa yang lain (Kel. 33:15). Dari dalam bait-Nya TUHAN melindungi umat yang dipilih-Nya.
Bait Allah yang didirikan Salomo bertahan selama 400 tahun sebelum akhirnya dihancurkan oleh tentara Babel (587 SM). Sekembalinya dari pembuangan di Babel, umat Israel membangun kembali Bait Allah di tempat yang sama (selesai tahun 515 SM). Tahun 20 SM – 70 M Herodes Agung membangun Bait Allah yang baru menurut pola dasar Bait Allah yang lama. Dalam Bait Allah yang dibangun sesudah pembuangan dan yang dibangun oleh Herodes tidak lagi diletakkan Tabut Perjanjian karena tabut itu rupanya hilang waktu tentara Babel menghancurkan Bait Allah Salomo. Bait Allah Herodes dihancurkan oleh tentara Roma pada tahun 70 M dan sesudah itu tidak pernah dibangun kembali.

II. IBADAH

Allah yang tak terhampiri namun sangat dekat itu dapat berjumpa dengan manusia itu di tempat suci: Allah dapat menjumpai manusia, dan manusia dapat menjumpai-Nya. Perjumpaan manusia dengan Allah di tempat suci itu diatur dengan tatanan tertentu yang disebut ibadah. Dalam Perjanjian Lama pada umumnya ibadah hanya dapat dilakukan di tempat-tempat suci karena kehadiran Allah dipahami terikat pada tempat-tempat itu. Dalam perjumpaan itu manusia mempersembahkan kurban bagi Allah dengan berbagai tujuan. Mereka bersyukur atas semua yang telah diberikan oleh Allah kepada mereka dan memohon pengampunan dosa. Dalam perjumpaan itu mereka juga merayakan pekerjaan yang telah dilakukan Allah bagi mereka di masa lampau.

A. Etimologi Ibadah
Kata Ibrani “abodah” mulanya menunjuk pada pekerjaan yang dilakukan oleh budak bagi tuannya. Ibadah kepada Allah mengungkapkan pengakuan mereka kepada Allah yang menjadi pemilik dan penguasa mereka. Dalam ibadah manusia menyampaikan kurban dan persembahan kepada Allah, menyampaikan pengakuan akan kekuasaan Allah, menegaskan kesediaan untuk hidup sebagai umat dan hamba-Nya, serta memohon berkat-Nya. Semua ini diungkapkan dalam serangkaian upacara ritual yang disebut ibadah. Dalam Perjanjian Lama ibadah dapat dilakukan secara pribadi (Kej. 24:26 dst; Kel. 33:9-34:8), namun ibadat bersama sebagai satu jemaat sangat ditekankan (Mzm. 42:4; 1Taw. 29:20). Ibadat umum itu dilakukan dalam kemah pertemuan dan di Bait Allah. Ketika Bait Allah dihancurkan menjelang zaman pembuangan, bangsa Israel merasa tidak memiliki tempat ibadah lagi. Tetapi, itu tidak menghalangi ibadah mereka. Mereka mendirikan sinagoga di banyak tempat sehingga mereka dapat berkumpul, berdoa, dan membaca kitab suci. Setelah Bait Allah dibangun kembali setelah pembuangan, Bait Allah itu dan sinagoga menjadi tempat ibadah mereka. Pada zaman para nabi hari-hari raya keagamaan dilangsungkan dengan meriah. Pelayanan di Bait Allah diatur dengan baik. Jumlah imam makin banyak. Ibadah mereka disertai dengan nyanyian-nyanyian meriah dan kepada TUHAN dipersembahkan kurban yang tak terbilang banyaknya. Orang-orang yang percaya pada Allah mengunjungi tempat-tempat itu untuk menghadap hadirat Allah. Karena itu, orang harus sungguh-sungguh mempersiapkannya, seperti yang tampak dalam Kej. 35:1-5, yang menggambarkan ziarah Yakub ke Betel. Persiapan ini dilakukan oleh Yakub dan keluarganya itu untuk membuat diri mereka bersih karena mereka akan menghadap Allah yang kudus. Semua persiapan ini dilakukan agar mereka pantas menghadap Allah dan kehadiran mereka diterima oleh-Nya. Untuk apa sebenarnya umat beriman dalam Perjanjian Lama mengunjungi tempat-tempat suci itu dan menghadap hadirat Allah? Ada beberapa hal yang dapat saya sampaikan berkaitan dengan hal ini.

B. Hormat kepada Allah
Ibadah pada zaman para bapa bangsa itu sederhana dan bersifat perorangan (keluarga). Ibadah yang mereka lakukan itu berupa kurban persembahan dan doa. Ibadah mereka tidak banyak menyangkut upacara dan ritu, tetapi mereka lakukan sebagai ungkapan hubungan pribadi dengan Allah. Yang manjadi pokok dalam kisah para bapa bangsa adalah pertemuan manusia dengan Allah, bukan soal tempat yang dipandang suci, tempat mereka menyelenggarakan ibadah. Hubungan dengan Allah berlangsung secara khidmat/hormat, bukan rasa takut. Allah mendekati mereka dalam suasana cinta kasih dengan janji yang mengikat manusia dalam persekutuan dengan Dia. Manusia pun mendekati Allah dengan sikap hormat dan percaya akan kasih Allah. Abraham. Kisah Abraham diawali dengan kedatangan TUHAN untuk memanggil Abraham. Dalam perjumpaan itu TUHAN menyampaikan janji untuk 1). Memberikan sebuah negeri, 2). Membuatnya menjadi bangsa yang besar, dan 3). Memberkatinya dan menjadikannya berkat bagi segala kaum di muka bumi. Abram percaya kepada janji itu lalu pergi meninggalkan negeri, keluarga, dan sanak saudaranya. Bersama dengan Sarai, istrinya, dan Lot, keponakannya, Abraham berangkat ke Kanaan. Di Tanah Kanaan, tepatnya di dekat pohon Tarbantin yang terletak di More, TUHAN kembali menjumpai Abram. Ia menegaskan janji yang telah diucapkan-Nya, “Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu” (Kej. 12:7). Sebagai tanggapan terhadap TUHAN yang menampakkan diri kepadanya itu, Abram mendirikan mezbah bagi-Nya. Abram melanjutkan perjalanan ke pegunungan di sebelah timur Betel. Di tempat itu ia kembali mendirikan mezbah dan memanggil nama TUHAN. Yakub. Ketika melarikan diri dari kemarahan Esau, Yakub berencana untuk pergi ke rumah pamannya di Padan Aram. Dalam perjalanan itu ia menginap di sebuah tempat yang bernama Lus (Kej. 28:10-22). Dalam mimpi Yakub melihat tangga yang menghubungkan surga dan bumi. Melalui tangga itu para malaikat Allah turun naik dari surga ke bumi. TUHAN, Allah Abraham dan Allah Ishak, menjumpainya dan menyampaikan janji yang telah disampaikan-Nya kepada Abraham dan Ishak. Ia berjanji untuk memberikan tanah tempat ia berbaring, keturunan sebanyak debu tanah, dan menjadikan dia dan keturunannya sebagai sarana untuk memberikan berkat Allah bagi semua kamu di muka bumi. Selain itu, TUHAN juga berjanji untuk menyertai dan melindungi Yakub ke mana pun ia pergi serta membawanya kembali ke negeri Kanaan. Penglihatan dalam mimpi yang dialami Yakub itu membuatnya sadar bahwa ia sedang berada di rumah Allah, di pintu gerbang surga. Pada pagi harinya ia mendirikan tugu dan menuang minyak di atasnya. Lalu ia mengucapkan nazar sebagai tanggapan terhadap janji Allah (Kej. 28:20-22). Jika Allah memenuhi janji-Nya untuk melindungi dia dan memberikan apa yang diperlukan untuk kehidupannya sehingga ia dapat kembali dengan selamat ke rumah ayahnya. Maka, Yakub akan 1). Menyembah TUHAN sebagai Allahnya. 2). Menjadikan tugu yang didirikannya itu rumah Allah. 3). Mempersembahkan kepada Tuhan sepersepuluh dari segala sesuatu yang diberikan TUHAN kepadanya. Dalam perjalanan selanjutnya, Yakub tinggal di rumah Laban. Ia mendapatkan istri, anak, dan kekayaan yang melimpah. TUHAN benar-benar telah memenuhi janji-Nya dengan membawa Yakub kembali ke tanah Kanaan dengan selamat. Karena itu, Yakub membawa seluruh keluarganya ke Betel untuk menghadap Allah di tempat itu. Ia membuat mezbah dan mempersembahkan kurban kepada Allah (Kej. 35:1-15).

C. Perayaan Pesta Keagamaan
Di Mesir keturunan Yakub telah berkembang jumlahnya dan menjadi sebuah bangsa. Merekalah yang dipilih oleh TUHAN untuk menerima janji yang telah disampaikan-Nya kepada nenek moyang mereka. TUHAN membebaskan bangsa budak yang lemah dan tertindas itu dari Mesir dan mengangkat mereka menjadi umat-Nya. Allah menyatakan diri sebagai penyelamat yang peduli akan nasib mereka yang tertindas itu. Agar Bangsa Israel dapat hidup sebagai umat-Nya, TUHAN memberikan kepada mereka hukum-hukum yang dapat menjadi pedoman hidup mereka. Selanjutnya, Ia membawa mereka melintasi padang gurun dan memberikan tanah Kanaan, yang telah dijanjikan-Nya kepada nenek moyang mereka. Karena telah diangkat menjadi umat TUHAN, Israel hanya mengabdi dan beribadah kepada-Nya. Tidak dibenarkan bila mereka pergi untuk menyembah dewa-dewi lain. Peristiwa pembebasan dari Mesir, pemberian Hukum, dan perjalanan di padang gurun itu telah melahirkan berbagai bentuk ibadah yang dirayakan oleh umat Israel. Mereka merayakan Paskah dan Roti Tak Beragi untuk mengenangkan peristiwa pembebasan itu. Mereka merayakan Hari Raya Tujuh Minggu untuk mengenangkan pemberian Hukum Taurat itu, dan mereka merayakan Hari Raya Pondok Daun untuk mengenangkan perjalanan di padang gurun. Rangkaian hari raya ini memang dilaksanakan secara umum sebagai satu bangsa, tetapi juga dilaksanakan dalam lingkup keluarga. Dalam perayaan Paskah setiap keluarga (atau kelompok keluarga) menyembelih seekor domba atau kambing jantan yang berumur setahun. Kemudian mereka memakan daging itu dengan sayur pahit. Setiap laki-laki Israel memiliki kewajiban untuk menghadap ke hadirat TUHAN tiga kali dalam setahun (Kel. 23:14). Tiga kesempatan menghadap TUHAN ini menunjuk pada tiga perayaan yang harus dirayakan dalam satu tahun (Kel. 23:14-19), yakni: a) Hari Raya Roti Tidak Beragi, dirayakan selama tujuh hari setelah Paskah. Selama tujuh hari semua ragi disingkirkan dari dalam rumah dan selama itu pula orang makan roti yang tidak diberi ragi. Kebiasaan ini mengingatkan mereka pada saat nenek moyang mereka harus meninggalkan Mesir dengan tergesa-gesa sehingga terpaksa mengangkat adonannya sebelum diragi (bdk. Kel. 12:34,39). b) Hari Raya Tujuh Minggu (bdk. Ke. 34:22). Hari raya ini merupakan perayaan panen, mengakhiri pesta musim panen gandum, yang kemudian dihubungkan dengan pemberian Hukum Taurat di Gunung Sinai. Karena dirayakan tujuh minggu (Ul. 16:9) atau lima puluh hari (Im. 23:16) sesudah Paskah, pesta ini dalam bahasa Yunani disebut Pentakosta (Tob. 2:1). c) Hari Raya Pondok Daun (Ul. 16:13; Im. 23:34), merupakan perayaan pemetikan buah-buahan di musim gugur, pada akhir musim buah-buahan. Selama perayaan itu orang tinggal di gubuk-gubuk yang dibuat dari ranting-ranting dan didirikan di kebun anggur di musim pemetikan; pondok-pondok itu mengingatkan umat Israel yang dahulu berkemah di padang gurun (Im. 23:43). Pada hari-hari raya ini semua orang laki-laki pergi mengunjungi tempat suci untuk merayakannya menurut ketetapan yang berlaku. Semua dilakukan dalam suasana penuh kegembiraan karena mengenangkan karya penyelamatan Allah di masa lampau. Mereka menghadirkan kembali peristiwa-peristiwa yang telah lampau. Di hadapan Allah sendiri, yakni di tempat suci itu, mereka memuji Allah yang telah menyelamatkan mereka. Para nabi seringkali mengkritik pesta ziarah dalam kritik mereka terhadap ibadah pada umumnya (Yes. 1:14-15; Am. 5:21; Mal. 2:3). Kritik mereka tidak ditujukan pada pesta ziarahnya sendiri, tetapi pada sikap dan perilaku mereka yang merayakan. Zakaria bahkan menubuatkan bahwa para bangsa akan berziarah ke Yerusalem untuk menyembah TUHAN dan merayakan pesta (Za. 14:16-18).

D. Ibadah Kurban
Pemberian Tanah Kanaan juga melahirkan bentuk ibadah yang lain. Dalam Kitab Yosua diceritakan bagaimana TUHAN berperang untuk merebut negeri itu lalu membagi-bagikannya kepada suku-suku Israel. Karena Allah sendiri yang telah merebutnya, jelas bahwa tanah itu milik Allah dan orang Israel hanya penggarapnya. Mereka menggarap tanah itu dan mendapatkan penghidupan daripadanya. Tetapi, mereka tidak lupa pada Allah, pemilik tanah yang sesungguhnya. Karena itu, sebagai ungkapan syukur kepada Allah dan ungkapan pengakuan akan Tuhan sebagai pemilik tanah, mereka mempersembahkan sebagian dari hasil tanah itu kepada Allah. Dari pengalaman akan kebaikan Tuhan ini, orang Israel melakukan ibadah kurban. Dalam ibadah ini orang Israel membakar sebagian hasil tanah mereka untuk Tuhan. Sebagian hasil itu berupa sepersepuluh atau buah pertama dari hasil pertanian atau peternakan mereka. Sebelum Bait Allah didirikan, orang (keluarga) membawa persembahan mereka ke tempat-tempat suci dan menyerahkannya kepada imam yang bertugas di tempat itu. Para imam itulah yang kemudian mempersembahkannya kepada Allah. Demikianlah, Elkana setiap tahun membawa persembahan bagi TUHAN ke tempat suci di Silo dan menyerahkannya kepada Eli yang menjadi imam di tempat suci itu (1Sam. 1:3,21). Sesudah Bait Allah didirikan, barang-barang persembahan itu dibawa ke Bait Allah karena hanya di tempat itulah kurban-kurban dapat dipersembahkan kepada Allah. Dalam ibadah Israel kurban kepada TUHAN memegang peran penting. Pada mulanya kurban persembahan itu merupakan ungkapan pengakuan akan TUHAN sebagai pemilik tanah Israel yang sesungguhnya, sedangkan mereka sendiri sebenarnya hanya penggarapnya. Sebagai persembahan, kurban itu seperti pajak yang dibayarkan kepada para raja. Gagasan ini tidak hanya berakar pada pemahaman mengenai Allah sebagai raja, tetapi juga pada pemahaman bahwa Allah yang menyelenggarakan seluruh bumi, layak mendapatkan persembahan. Sebagai pemberi hujan dan sebagainya, Ia berhak mendapatkan persembahan. Kurban juga dipersembahkan untuk “menyediakan makanan” bagi Allah (bdk. Kel. 24:5-6; Im. 3:14; Ul. 32:37-38). Pada zaman dalu orang percaya bahwa para dewa dan makhluk ilahi hidup dari makanan dan minuman khusus di surga. Ketika mereka datang ke dunia dan berada bersama manusia, mereka memerlukan makanan untuk menyegarkan diri mereka, yakni darah dan lemak dari binatang-binatang, yang diyakini mengandung kehidupan dan tenaga. Dalam agama Israel, makanan harian untuk Allah di bumi ini disediakan dengan membakar daging binatang, bersama gandum, minyak, garam, dan anggur (Ezr. 6:9). Selain itu, Allah juga mendapat persembahan roti sajian (Kel. 25:30; 1Sam. 21:6; 1Raj. 7:48), yang terdiri dari 12 roti dari gandum terbaik, yang diletakkan di altar dalam dua susunan yang masing-masing terdiri dari enam buah. Roti ini diganti setiap Hari Sabat, dan roti lama dimakan oleh para imam. Kurban persembahan kepada TUHAN juga menjadi ungkapan syukur dari seorang yang nazarnya telah dipenuhi. Persembahan ini juga dapat dilakukan ketika orang mengucapkan nazar tersebut (Im. 7:16-17; 22:21; 27; Bil. 6:21; 15:3-13; Ul. 23:21-23). Persembahan disampaikan semata-mata untuk mengucap syukur atas anugerah yang telah diterima dari Allah (Im. 7:12-13; 2Taw. 33:16). Dalam perkembangan selanjutnya kurban persembahan memiliki fungsi lain: kurban juga dipersembahkan untuk memohon pengampuan dosa dan mendamaikan kembali hubungan antara Allah dan manusia yang retak akibat dosa. Orang Yahudi percaya bahwa hubungan dengan yang tidak suci, baik fisik maupun moral, membuat orang tidak suci dan tidak layak untuk hadir menghadap Allah dalam ibadah. Karena itu, orang-orang yang mengalami hal itu perlu mempersembahkan kurban agar dirinya disucikan kembali dan layak untuk mengambil bagian dalam ibadah.

III. KRITIK PARA NABI

Perjumpaan bangsa Israel dengan bangsa-bangsa Kanaan telah mempengaruhi cara pandang mereka terhadap ibadah kepada TUHAN. Tujuan mereka beribadah bukan lagi untuk mengungkapkan bakti kepada-Nya, tetapi untuk memenuhi kepentingan mereka sendiri. Melihat kenyataan itu, para nabi melontarkan berbagai kritik terhadap ibadah yang dilakukan oleh umat Israel. Semua kritik itu mereka sampaikan agar umat Israel dapat menjalankan ibadah yang sejati kepada Allah yang telah menyelamatkan mereka.

A. Penyimpangan
Menutup mata TUHAN. TUHAN telah memilih Israel untuk membawa berkat bagi segala bangsa, tetapi mereka justru memperlakukan TUHAN sebagai ilah atau berhala yang dapat mereka pergunakan untuk kepentingan dan cita-cita mereka sendiri: kekayaan, kesejahteraan, kejayaan, dan kekuasaan. Mereka lupa bahwa mereka adalah milik TUHAN dan justru menganggap Dia sebagai milik mereka sendiri, sebagai alat atau sarana yang dapat mereka pergunakan menurut kehendak mereka untuk memenuhi keinginan mereka sendiri. Perayaan-perayaan meriah dilangsungkan untuk memuji Allah dan kurban dipersembahkan kepada-Nya. Tetapi, semua itu mereka lakukan bukan untuk Allah, tetapi untuk mereka sendiri. Mereka memuji Allah dalam perayaan dan mempersembahkan kurban kepada-Nya supaya Ia merasa “senang” lalu mau melakukan apa saja yang mereka inginkan. Mereka beranggapan bahwa Allah suka dengan kurban persembahan sehingga tidak mempedulikan perilaku umat-Nya. Mereka mengira bahwa Allah tidak akan memperhatikan dosa dan kesalahan mereka kalau sudah diberi kurban persembahan. Akibatnya, orang-orang kaya yang merasa diri dapat mempersembahkan banyak kurban, bisa berbuat dosa semaunya dan sesudahnya mereka dapat mempersembahkan kurban kepada TUHAN supaya Ia tidak murka terhadap mereka. Para nabi melihat adanya praktek ibadat yang dilakukan seolah-olah hanya untuk menutup mata TUHAN. Bahkan, mereka melihat bahwa persembahan yang dibawa ke hadapan TUHAN adalah hasil pemerasan dan penindasan. Mereka memeras sesama, terutama yang miskin, lalu membawa sebagian hasilnya kepada TUHAN sebagai persembahan. Mereka beranggapan bahwa yang penting bagi-Nya adalah kurban yang mereka persembahkan. Jadi, di satu sisi mereka beribadah, di sisi lain mereka menindas sesamanya. Dengan cara demikian, sebenarnya ibadah itu hanya menyenangkan diri mereka sendiri, dan sama sekali tidak berkenan pada Allah. Memenjarakan TUHAN. Situasi tempat ibadat di Kerajaan Utara berbeda dari situasinya di Kerajaan Selatan. Di Kerajaan Selatan peribadatan dipusatkan di Bait Allah Yerusalem. Sedangkan di Kerajaan Utara pemusatan seperti itu tidak ada; banyak tempat ibadah didirikan untuk keperluan ibadah di kerajaan tersebut. Walaupun demikian, tempat-tempat di kedua kerajaan tersebut dikecam oleh para nabi. Pada zaman para nabi terjadi banyak salah paham berhubungan dengan tempat tempat ibadah itu. TUHAN adalah penguasa seluruh umat manusia dan seluruh alam semesta, tetapi orang Israel telah membatasi kuasa dan ruang lingkup-Nya, yakni hanya dalam bidang keagamaan di tempat-tempat ibadah. Para nabi menegur bangsa Israel agar jangan terus merasa aman dan menganggap bahwa mereka tidak akan mungkin mengalami suatu celaka karena Bait Allah ada di tengah mereka (bdk. Yer. 7). Selain itu, terjadi juga percampuran antara agama Israel dengan agama Kanaan. Orang Israel mengambil alih banyak tempat ibadah orang Kanaan dan meniru kebiasaan mereka dalam beribadah. Salah satunya adalah bukit pengurbanan, sebuah tempat ibadat terbuka. Di tempat ini didirikan mezbah (lambang dewa dan tempat mempersembahkan kurban) dan tiang-tiang keramat (lambang dewi). Tiang-tiang keramat (Asyera) yang menjadi lambang Dewi Astarte itu merupakan salah satu sebab menonjolnya unsur seksual dalam ibadat di bukit pengurbanan. Dari kritik-kritik para nabi tampak bahwa Israel meniru kebiasaan orang Kanaan sehubungan dengan ibadat yang mereka lakukan di bukit-bukit pengurbanan itu.

B. Kritik Para Nabi
Para nabi tidak tinggal diam menyaksikan segala bentuk penyimpangan dalam ibadah yang dilakukan oleh orang Israel. Mereka melancarkan kritik baik terhadap praktek ibadah yang dilakukan oleh orang Israel maupun terhadap pandangan mereka yang bersumber pada tempat ibadah. Mengenai ibadah. Para nabi menyerukan bahwa TUHAN tidak tinggal diam melihat praktek yang keliru dalam ibadah Israel. Jika dibiarkan, mereka akan beranggapan bahwa TUHAN berkenan pada ibadah dan cara hidup mereka. Lebih jauh hal itu dapat berarti bahwa Ia membenarkan tindakan mereka TUHAN tidak berkenan pada kurban yang mereka persembahkan karena bukan itu yang dikehendaki-Nya. Yang sesungguhnya dikehendaki oleh TUHAN adalah berlaku baik kepada sesama, terutama yang miskin dan menderita. Pernyataan ini menjelaskan makna ibadah yang sejati: ibadah adalah wujud ketaatan kepada TUHAN, Allah mereka. Kalau mereka mau hidup sesuai dengan kehendak-Nya, yang harus mereka lakukan adalah memperhatikan sesama, dan bukan menindas sesama lalu mempersembahkan hasilnya kepada TUHAN. Para nabi menunjukkan bahwa hubungan umat Israel dengan TUHAN itu tidak dapat dipisahkan dari hubungan dengan sesama. Orang yang tunduk dan taat kepada Allah, pasti mengasihi sesamanya. Ibadat itu tidak terpisah dari kehidupan yang nyata, tetapi merupakan bagian dari kehidupan tersebut. Ketaatan untuk hidup sebagai umat Allah sama sekali tidak dapat dibatasi dalam tempat-tempat ibadah, tetapi menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia. Bagi para nabi, ibadah itu tidak memiliki peran mutlak, apalagi bila dianggap sebagai cara terbaik untuk menyenangkan hati Allah. Ada hal lain yang perlu lebih mendapat perhatian, yakni kehidupan nyata. Kalau orang tidak mengabaikan perhatian pada sesamanya, ibadah yang dilakukannya akan kehilangan nilainya. Mengenai tempat ibadah. Amos menyatakan bahwa tempat-tempat ibadah Israel sama sekali tidak berkenan kepada TUHAN, tetapi hanya memuaskan keinginan manusia. Ia melihat bahwa orang memiliki pandangan yang keliru mengenai tempat suci (Am. 5:4-6). Bagi mereka tempat itu adalah satu-satunya tempat TUHAN berkenan hadir menjumpai manusia. Seolah-olah tempat ibadah itu adalah tempat mereka memiliki TUHAN. Padahal, Ia hadir di mana pun Ia menghendakinya karena langit adalah takhta-Nya dan bumi adalah tumpuan kaki-Nya (Yes. 66:1). Allah hadir dalam setiap peristiwa hidup manusia dan dalam diri sesama manusia, terutama yang miskin karena Dia adalah bapa bagi anak yatim dan pelindung para janda. Bila orang mencari Allah dengan kurban persembahan, Allah tidak akan mereka temukan (Hos. 5:6). Bahkan, Mika menyatakan bahwa sebaiknya Sion dihancurkan karena keyakinan para pemimpin Israel yang keliru (Mi. 3:9-12). Mereka telah berlaku jahat baik dalam bidang sosial maupun dalam bidang keagamaan, tetapi mereka beranggapan bahwa mereka tidak akan ditimpa malapetaka karena TUHAN “ada di tengah-tengah kita.” Ia adalah Allah mereka dan mereka mengira bahwa tidak mungkin Ia menghukum umat-Nya sendiri, sekalipun mereka berlaku jahat. Dengan cara demikian, sebenarnya mereka telah memperlakukan TUHAN seperti berhala. Yeremia mengungkapkan bahwa Yerusalem dan Bait Allah telah menjadi sarang penyamun (Yer. 7:11-15). Karena itu, TUHAN akan menghancurkannya seperti dahulu TUHAN menghancurkan Silo karena penyimpangan yang dilakukan oleh umat Israel (bdk. 1Sam. 4). Mereka memiliki tempat ibadat dan merasa telah beribadat kepada TUHAN, tetapi mereka tidak mau mendengarkan TUHAN sekalipun Ia terus menerus berbicara kepada mereka. Mereka salah bila menganggap bahwa tempat ibadah adalah jaminan keselamatan mereka karena TUHAN sendiri akan menghukum mereka. Karena banyaknya salah paham itu TUHAN memang membiarkan Bait Allah yang mereka bangun itu dirusak oleh musuh-musuh Israel. TUHAN tidak akan menjadi tunawisma bila Bait Allah dihancurkan. Ia tidak memerlukan tempat tinggal di bumi ini karena, ”Langit adalah takhta-Ku dan bumi adalah tumpuan kaki-Ku” (Yes. 66:1). Penghancuran itu terjadi ketika Babel menyerbu dan menghancurkan Yehuda lalu membuang penduduknya (yaitu pada 586 SM). Pembuangan yang dialami oleh Israel merintis jalan menuju pandangan yang lebih rohani mengenai kehadiran Allah. Bait Allah telah dihancurkan dan Tabut Perjanjian telah lenyap. Kehadiran TUHAN tak dapat lagi dikaitkan dengan bangunan dan barang jasmani itu. Nabi Yehezkiel tidak ragu-ragu menyatakan bahwa kehadiran TUHAN lepas dari Bait Allah dan Yerusalem. Dalam suatu penglihatan nabi menyaksikan kemuliaan/kehadiran TUHAN meninggalkan Bait Allah dan Kota Yerusalem (Yeh. 10 dan 11). Walaupun demikian, tidak berarti bahwa TUHAN meninggalkan umat-Nya. Justru terjalin suatu hubungan baru antara kehadiran TUHAN ini dengan orang buangan, yang tetap setia kepada-Nya. Ketika berada di antara orang-orang buangan itu di tepi Sungai Kebar, nabi mendapat penglihatan tentang kemuliaan TUHAN (Yeh. 1). Ia melihat kemuliaan TUHAN ada di antara orang buangan di sebuah lembah (Yeh. 3:23). TUHAN sendirilah yang menjadi tempat kudus bagi orang-orang buangan yang terpencar-pencar itu (11:16). TUHAN akan mengumpulkan dan memimpin orang yang setia kepada-Nya pulang kembali ke tanah air mereka (36:24). TUHAN tidak terikat pada suatu wilayah tertentu. Bangsa-bangsa tetangga Israel percaya bahwa dewa-dewa mereka terikat pada suatu wilayah, dan bahkan hanya dapat dihormati di wilayah mereka masing-masing. TUHAN adalah Allah yang bebas. Ia memang memilih suatu bangsa, tetapi tidak terikat mutlak kepada bangsa pilihan-Nya itu. Bait Allah tempat tabut itu disimpan bukanlah tempat mereka ‘mempunyai’ Allah, melainkan tempat Allah berkenan menyatakan diri dan bertemu dengan mereka (bdk. Kel. 33:9-11; Bil. 11:25; 12:5:10).

C. Ibadah Sejati
Melihat kritik para nabi mengenai ibadah, orang bisa bertanya apakah para nabi itu anti ibadah dan apakah ibadah itu tidak diperlukan? Yang dikecam oleh para nabi sebenarnya adalah cara umat Israel beribadah. Ketika ibadah dilakukan sebagai pengakuan akan kuasa Allah dan tidak dipisahkan dari kehidupan nyata, para nabi tidak akan keberatan. Para nabi mengingatkan bahwa di padang gurun dahulu, mereka tidak mempersembahkan kurban untuk Allah (Am. 5:25) dan Ia pun tidak menuntut itu dari mereka (Yes. 43:23). Bukan ibadah yang dapat mendekatkan manusia kepada Allah, melainkan kesetiaan pada Allah dan kesediaan untuk hidup menurut kehendak-Nya. Kesetiaan ini jauh lebih penting dalam pandangan TUHAN daripada kurban bakaran, seberapa pun banyaknya. Ia menyukai kasih setia, bukan kurban sembelihan. Ia senang melihat umat Israel mengenal-Nya dan melakukan kehendak-Nya, tetapi tidak suka melihat mereka mempersembahkan kurban bakaran (Hos. 6:6; bdk. 1Sam. 15:22). Nabi Yesaya mengingatkan bahwa ibadah sejati harus dilaksanakan dengan tangan yang bersih, jangan sampai orang beribadah dengan tangan yang penuh darah (Yes. 1:10-18). Semua bentuk ibadah Israel tidak berkenan pada Allah. Allah sudah jemu dengan semua kurban bakaran dan tidak menyukai darah lembu jantan dan domba. Ini berarti Allah tidak menerima segala bentuk kurban mereka. TUHAN melarang mereka membawa kepada-Nya “kurban yang tidak sungguh.” Ia pun tidak mau melihat perayaan-perayaan bulan baru dan Sabat serta pertemuan-pertemuan mereka karena perayaan mereka itu penuh kejahatan. Bahkan, Ia memalingkan muka ketika mereka menadahkan tangan untuk berdoa. Sekalipun mereka berkali-kali berdoa, Ia tidak akan mendengarkan doa mereka karena tangan mereka penuh darah! TUHAN menunjukkan apa yang dikehendaki dari umat-Nya (ay. 16-17): bukan kurban atau persembahan atau ibadah, seberapa pun banyaknya dan seringnya, melainkan perilaku adil dan benar terhadap sesama. Ibadah harus dimulai dengan membersihkan diri, dalam arti bertobat (menjauhi kejahatan dan hidup menurut kehendak Allah). Mereka harus berhenti berbuat jahat dan belajar berbuat baik dengan bertindak adil terhadap sesama. Karena, tidak ada yang lebih berkenan pada Allah daripada perhatian terhadap sesama yang menderita, tertindas, dan tersingkir.

D. Munculnya Sinagoga
Kehancuran Kerajaan Yehuda mendatangkan malapetaka bagi iman Umat Israel. Bait Allah telah dihancurkan dan mereka sendiri terpaksa tinggal di negeri asing. Orang-orang yang dibuang di Babel itu berusaha untuk mempertahankan kepercayaan mereka. Untuk itu mereka berkumpul untuk beribadah dan mendalami kembali keyakinan mereka akan TUHAN. Mula-mula mereka berkumpul di rumah salah seorang warga, tetapi kemudian mereka mendirikan bangunan khusus yang disebut sinagoga. Bangunan ini berkiblat ke arah Yerusalem. Ketika berdoa, Daniel menghadap ke arah Yerusalem (Dan. 6:11). Di tempat ini mereka berkumpul untuk mendengarkan dan mendalami Hukum Taurat. Selain menjadi tempat pendidikan untuk mendalami Taurat, sinagoga juga menjadi tempat bagi orang Yahudi untuk melakukan ibadah kepada Allah mereka. Dalam ibadah itu mereka mengucapkan Syema (terdiri dari Ul. 6:4-9 dan 11:13-21 dengan Bil. 15:37-41) yang merupakan pengakuan iman Israel akan Allah mereka. Mereka pun mendengarkan pembacaan Taurat. Pembacaan itu disusun menurut jadwal tertentu sehingga seluruh Taurat dibacakan. Sesudah itu, seseorang yang hadir dalam ibadah di sinagoga itu diundang untuk memberikan uraian mengenai isi Taurat yang telah dibacakan itu. Selain itu, mereka menyampaikan doa-doa kepada Allah dan menerima berkat Allah yang disampaikan oleh para imam. Munculnya sinagoga ini memberikan warna baru dalam ibadah Israel. Perhatian umat dalam ibadah ini tidak diarahkan pada ritus atau tatacara kurban, tetapi pada pengangkatan pikiran dan hati umat pada Allah dan firman-Nya. Umat sujud di hadapan Allah dalam pujian dan doa. Kehadiran sinagoga itu memupuk keasyikan orang Yahudi untuk membaca dan merenungkan Taurat. Walaupun sesudah pembuangan orang Yahudi mendirikan kembali Bait Allah, peran sinagoga tetap sangat penting. Dalam dunia diaspora, orang-orang Yahudi yang tersebar di seluruh penjuru dunia memelihara iman dan kebaktian mereka pada Allah justru melalui ibadah yang dilakukan di sinagoga.

IV. MENYEMBAH ALLAH
DALAM ROH DAN KEBENARAN

Apa yang dikatakan Yesus mengenai ibadah? Keempat Injil mengisahkan bagaimana Yesus pergi ke Bait Allah dan merayakan pesta-pesta keagamaan Yahudi. Tetapi, Yesus juga menubuatkan kehancuran Bait Allah yang menjadi pusat peribadatan orang Yahudi itu. Dalam khotbah tentang akhir zaman yang disampaikan dalam ketiga Injil Sinoptik, Yesus menyatakan bahwa Bait Allah akan runtuh. Dengan demikian, orang Yahudi tidak dapat lagi beribadah di tempat suci itu. Dalam Injil Yohanes Yesus berbicara tentang menyembah Allah tanpa bergantung pada tempat tertentu. Hal ini disampaikan oleh Yesus ketika berbicara dengan seorang perempuan Samaria di tepi sebuah sumur.

A. Di Mana Menyembah Allah?
Ketika menyadari bahwa Yesus mengetahui kehidupan pribadinya, perempuan itu menarik simpulan bahwa ia sedang berbicara dengan seorang nabi (ay. 19). Seorang nabi dianggap memiliki pengetahuan adikodrati (Luk. 7:39). Orang-orang Samaria hanya menerima Taurat sebagai kitab suci mereka, karena itu pemahaman mengenai nabi harus dipahami berdasarkan Ul. 18:15-22, seorang nabi yang sama seperti Musa. Sebagai nabi Yesus diyakini dapat memberikan jawaban Allah mengenai masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh manusia. Perempuan itu melihat adanya kesempatan untuk mengajukan persoalan kepada Yesus, yaitu suatu persoalan yang banyak diajukan oleh orang Samaria dan orang Yahudi. Persoalan itu menyangkut tempat di mana Tuhan Allah harus disembah, di Gunung Gerizim atau di Yerusalem. “Allah menghendaki orang menyembah Dia di Gunung Gerizim atau di Yerusalem?” Orang Yahudi dan orang Samaria selalu bertengkar soal di mana Allah harus di sembah. “Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah” (ay. 20). Jawaban Yesus terhadap soal yang diajukan oleh perempuan itu merupakan bagian yang paling mendalam dalam percakapan antara Yesus dengan perempuan itu (ay. 21-24). Pertama-tama, Yesus menyatakan bahwa akan datang masanya orang akan menyembah Allah, bukan di atas gunung ini, dan bukan di Yerusalem (ay. 21). Memang di masa lampau persoalan di mana Tuhan harus disembah merupakan persoalan yang dipandang sangat serius. Seolah-olah keberadaan Allah dan kehadiran-Nya itu sangat bergantung pada tempat tertentu. Sekalipun para nabi telah menyampaikan berbagai kecaman mengenai hal itu, tidak berarti bahwa orang Israel mengabaikan peran tempat-tempat suci. Yerusalem tetap dipandang sebagai kota yang paling suci dan kehadiran Allah tidak pernah dilepaskan dari Bait Allah yang dibangun di kota itu. Dalam jawaban-Nya Yesus menyebut suatu masa yang akan datang, di mana tidak lagi menjadi soal, di mana Allah harus di sembah. Soal di mana itu akan lenyap sama sekali dan segala bangsa, termasuk Yahudi dan Samaria, akan menyembah Allah di segala tempat. Untuk dapat berjumpa dan menyembah Allah orang tidak perlu datang ke tempat tertentu karena memang kehadiran-Nya tidak terikat pada hal-hal yang fisik.

B. Menyembah Allah yang Tidak Dikenal?
Selanjutnya Yesus menunjukkan persoalan yang sebenarnya ada dalam ibadah yang dilakukan oleh orang Samaria: menyembah apa yang tidak mereka kenal. Untuk memahami pernyataan Yesus itu, kita perlu mengingat kembali siapa sebenarnya orang Samaria itu. Pada tahun 722 SM Asyur menakhlukkan Israel dan membuang seluruh penduduknya ke Asyur dan ke wilayah-wilayah kekuasaannya yang lain. Untuk menghindari bangkitnya kembali kekuatan politik setempat Asyur menempatkan orang-orang dari wilayah-wilayah kekuasaannya ke Samaria, bekas ibukota Israel itu (2Raj. 17:24-41). Di tempat baru itu mereka menghadapi menghadapi berbagai kesulitan yang menurut keyakinan mereka terjadi karena mereka tidak menyembah Allah yang berkuasa di negeri itu. Seorang imam Israel, yang sudah diangkut ke pembuangan, dipanggil kembali untuk mengajarkan kepada warga baru itu bagaimana seharusnya berbakti kepada TUHAN. Mereka memang berbakti kepada TUHAN, tetapi juga beribadah kepada ilah-ilah mereka masing-masing, turun temurun. Mengingat sejarah dan jatidiri mereka itulah, Yesus dapat menyatakan bahwa orang Samaria menyembah Allah yang tidak mereka kenal. Mereka melakukan ibadah, tanpa mengetahui kepada siapa ibadah itu ditujukan. Selain itu, motivasi mereka untuk beribadah kepada TUHAN pun menjadi keliru. Mereka menyembah TUHAN semata-mata terdorong oleh rasa takut akan bahaya yang didatangkan oleh Allah yang berkuasa di Israel itu. Tidak ada di benak mereka untuk mengabdi kepada Allah Israel itu karena memang mereka tidak memiliki pengalaman pribadi dengan Dia. Yang mereka perlukan hanyalah dapat tinggal di negeri itu tanpa ancaman dan untuk itu mereka mau menyembah Allah penguasa negeri itu. Hal ini berbeda dengan yang terjadi di antara orang Yahudi: menyembah apa yang mereka kenal karena memang keselamatan datang dari bangsa Yahudi. Di masa lampau orang Yahudi mengalami Allah yang telah mengasihi mereka dengan membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir dan memberikan kepada mereka Tanah Kanaan yang telah dijanjikan Allah kepada nenek moyang mereka. Pada zaman Daud Allah berjanji untuk membuat tahta dan kerajaan Daud kokoh untuk selamanya. Ketika kerajaan Daud itu pecah dan runtuh, orang Israel tetap percaya bahwa janji Allah kepada Daud itu akan dipenuhi. Seorang keturunan Daud akan bangkit untuk mendirikan kembali Israel lalu dan membawa Israel ke dalam damai sejahtera. Raja keturunan Daud yang akan memerintah Israel di masa depan itulah yang disebut sebagai Mesias. Para nabi berulangkali menubuatkan kedatangannya. Dengan demikian jelas bagaimana tempat bangsa Israel dalam sejarah pewahyuan Allah. Terhadap penyembahan Samaria, memang bangsa Israel ada di pihak yang benar. Keselamatan memang datang dari Israel (Yes. 2:3; Rm. 3:1; 9:4,5; 11:18) karena secara lahir-iah Mesias memang lahir dari Israel, sebagaimana telah dinubuatkan oleh para nabi. Orang Samaria tidak memahami hal ini karena mereka hanya menerima Taurat sebagai Kitab Suci mereka, dan tidak mempunyai kitab-kitab lain. Hanya saja dalam pemahaman Yesus, Mesias bukanlah perkara politik seperti yang dibayangkan oleh orang Yahudi pada umumnya. Bagi Yesus Mesias adalah pribadi utusan Allah yang datang untuk menyelamatkan manusia dari bahaya kematian kekal akibat dosa dan membawanya masuk dalam kehidupan abadi di surga.

C. Dalam Roh dan Kebenaran
Dalam pada itu kesempatan yang timbul dari bangsa Israel itu tidak terbatas pada bangsa itu saja, tetapi diberikan untuk seluruh dunia. Saatnya akan tiba bahwa Bait Allah dan seluruh ibadah yang dirayakan di dalamnya itu akan berakhir. Allah tidak akan disembah dengan berbagai upacara keagamaan di sebuah tempat yang dipandang layak untuk itu. Penyembahan kepada Allah tidak lagi bergantung pada tempat sehingga orang tidak perlu lagi bertengkar di mana Allah ingin disembah oleh manusia. Yesus menyatakan bahwa akan datang saatnya dan saat itu sudah tiba bahwa ibadah di Bait Allah akan digantikan dengan ibadah dalam roh dan kebenaran. Bapa menghendaki agar para penyembah yang benar akan menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran. Roh Allah. Lalu Yesus memberikan alasan untuk ibadah/penyembahan yang baru itu: Allah itu adalah Roh. Hal ini menunjuk pada hakikat yang menerangkan bagaimana Allah berhubungan dengan manusia. Dalam tulisan-tulisan Yohanes, terdapat contoh lain mengenai hal ini: a). Allah adalah kasih (1Yoh. 4:16), artinya Allah berhubungan dengan manusia dengan penuh kasih, dan b). Allah adalah terang (1Yoh. 1:5), artinya Allah berhubungan dengan manusia sebagai cahaya. Kalau dikatakan bahwa Allah adalah Roh, ini berarti Allah berhubungan dengan manusia sebagai Roh dan memberikan roh kepada manusia. Karena Allah itu adalah Roh, manusia baru dapat menyembah Allah sebagai Bapa apabila ia telah lahir kembali dari Roh lalu hidup sebagai anak dalam hubungan dengan Bapa (Yoh. 3:5; 1:12; 1Yoh. 3:1). Karena Alah adalah Roh, hanya mereka yang telah dilahirkan kembali dari roh dapat berhubungan dengan Dia (Yoh. 3:5). Roh itu berasal dari Allah di surga, bukan dari dunia (1Kor. 2:11, 14; 3:16; 6:11; 1Ptr. 4:14). Roh itu milik Allah dan diberikan oleh Allah (Kis. 2:17,18,33; 5:32; 15:18; 1Tes. 4:8; Luk. 1:13). Sesudah Yesus dibaptis langit terkoyak (Mrk. 1:10) dan Roh Kudus turun dari surga seperti burung merpati ke atas Yesus. Ia pun turun atas para rasul pada Hari Pentakosta dan kedatangan-Nya disertai angin ribut dan api. Selanjutnya Roh Kudus turun atas orang-orang yang menerima dan percaya pada pemberitaan tentang Kristus. Demikianlah, Roh itu turun dari surga (Luk. 1:35; Kis. 19:6; Yoh. 1:32-33), diterima oleh manusia (Kis. 2:33; 8:15,16; Gal. 3:2; 3:14; 1Kor. 2:12; Yoh. 7:39), dan memberikan hidup kepada manusia (Yoh. 6:63). Orang yang lahir dari Roh menerima kehidupan dari Roh dan seluruh hidupnya digerakkan oleh Roh itu. Kehadiran-Nya di dunia menunjukkan bahwa melalui Roh Kudus Allah hadir dalam dunia dan dalam diri manusia. Roh Kudus menjadi alat, daya ilahi yang khas, yang dengan-Nya Allah tampak dan berkarya dalam dunia manusiawi. Roh Kudus yang adalah kekuatan dan daya ilahi itu menampakkan diri dalam macam-macam rupa dan bekerja dengan pelbagai cara. Kadang-kadang roh itu berupa daya ajaib, kadang-kadang berupa kemampuan untuk mengajar, memimpin, melayani, dan sebagainya. Penampakan dan karya Roh Kudus itu seringkali juga disebut “roh”, atau “roh-roh” atau “Roh Kudus” (1Tes. 1:5; 2Kor. 3:8; 6:; 1Yoh. 4:1-3). Roh Kebenaran. Ungkapan “Roh dan kebenaran” artinya sama dengan “Roh yang adalah kebenaran” atau “Roh Kebenaran.” Roh Kudus juga disebut Roh Kebenaran karena memimpin para murid Yesus ke dalam seluruh kebenaran (Yoh. 16:13). Tetapi, apa yang dimaksud dengan kebenaran? Kebenaran yang dimaksudkan adalah rahasia Allah sebagaimana disingkapkan oleh Yesus dan diingatkan oleh Roh. Apakah mungkin bagi manusia untuk memahami Allah sebagaimana Dia ada? Yesus datang dari Bapa dan telah melihat-Nya (Yoh. 6:46; bdk. Yoh. 1:18). Apa yang dikerjakan oleh Bapa itulah yang dikerjakan oleh Yesus (Yoh. 5:19) dan apa yang dilihat oleh Yesus pada Bapa itulah yang dikatakan-Nya (Yoh. 8:38) dan Dialah yang memerintahkan Yesus untuk mengatakan apa yang harus Ia katakan (Yoh. 12:49). Dengan demikian, melihat dan mendengarkan Yesus sama dengan melihat dan mendengarkan Bapa (Yoh. 14:9): “Siapa saja yang telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa.” Dalam Yoh. 14:26 Yesus menyatakan bahwa Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama Yesus, akan mengajarkan segala sesuatu kepada para murid dan akan mengingatkan mereka akan semua yang telah dikatakan oleh Yesus kepada mereka. Apa yang diajarkan oleh Roh sama dengan yang telah dinyatakan oleh Kristus. Karena, Roh mengajarkan apa yang diajarkan oleh Kristus. Ia tidak akan berbicara dari diri-Nya sendiri, tetapi menyatakan segala sesuatu yang telah didengar-Nya (Yoh. 16:13). Menyembah dalam Roh dan Kebenaran. Lalu, apa yang dimaksudkan Yesus dengan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran? Menyembah Allah dalam Roh dan kebenaran berarti menyembah Allah karena digerakkan oleh Roh yang telah menyatakan kebenaran tentang Allah. Roh memperkenalkan dan menyatakan siapakah Allah yang sebenarnya, yaitu Allah sebagaimana Dia ada. Hal ini dilakukan dengan mengingatkan orang beriman pada semua yang telah diajarkan oleh Yesus mengenai Allah Bapa yang mengasihi manusia. Roh yang sama menggerakkan orang untuk menyembah Allah yang sebenarnya (sebagaimana adanya) dengan sikap hati yang benar, yakni dengan menempatkan diri di hadapan Allah yang mengasihi dia.

D. Mesias Pembawa Kebenaran
Perempuan itu menjawab: Ia mengetahui bahwa Mesias akan datang dan jika datang Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami. Dalam keyakinan orang Samaria, Mesias akan datang untuk memulihkan ibadah yang sejati. Tidak mengherankan bahwa orang berlagak sebagai Mesias yang muncul pada zaman Pilatus berjanji untuk menunjukkan kepada orang Samaria di mana Musa menguburkan perlengkapan ibadah (yang suci) di Gunung Gerizim (Yosefus, Antiquantes, 18.4.1. §85-87). Yesus menyatakan bahwa Dia yang sedang berbicara dengan perempuan itu adalah Mesias. Yesus menyatakan bahwa Ia memenuhi pengharapan perempuan itu akan datangnya Mesias yang akan menunjukkan kepadanya segala sesuatu (tentang ibadah yang sejati).

V. IBADAH KELUARGA KRISTIANI

Setelah melihat seluk beluk ibadah di dalam Kitab Suci, sekarang kita akan melihat bagaimana pemahaman itu dapat menggerakkan keluarga untuk beribadah kepada Allah. Berdasarakan pendalaman bahan-bahan dalam Kitab Suci yang berbicara mengenai ibadah, kita akan merenungkan bagaimana keluarga menjadi tempat kehadiran Allah. Dalam keluarga, khusuhsnya dalam ibadah, Allah menjumpai seluruh anggotanya untuk mendidik mereka hidup menurut kehendak-Nya.

A. Keluarga sebagai Tempat Kehadiran Allah
Dalam Perjanjian Lama kita melihat bagaimana Allah yang tinggal di surga itu hadir dalam dunia manusia. Kita juga melihat bahwa tempat yang dipergunakan sebagai tempat beribadah disebut tempat suci. Tempat itu dipandang suci bukan karena keistemewaan tempat itu, tetapi karena Allah pernah hadir dan menyatakan diri di tempat itu. Karena Allah pernah menjumpai manusia suatu tempat atau karena leluhur mereka pernah berjumpa dengan Allah di situ, tempat itu dipergunakan sebagai tempat ibadah. Orang Israel datang dan beribadah di tempat itu karena yakin dapat berjumpa dengan Allah di tempat itu. Kehadiran Allah yang kuduslah yang membuat tempat itu menjadi kudus. Dalam Sakramen Perkawinan, Allah hadir dan mempersatukan laki-laki dan perempuan dalam ikatan yang dikehendaki-Nya. Ia menghendaki agar keduanya membangun keluarga dalam ikatan cinta kasih. Tetapi, Ia tidak hanya mempersatukan keduanya lalu meninggalkan mereka dan membiarkan mereka menjalani kehidupan di dunia ini. Allah yang berkuasa di surga tetap hadir dalam keluarga yang mereka bangun dan menyertai orangtua dan anak-anak sepanjang hidup mereka. Karena Allah senantiasa hadir di dalam keluarga, keluarga dapat disebut sebagai sebuah tempat suci. Di dalamnya seluruh anggota keluarga dapat menghadap Allah dan Allah pun berkenan untuk menjumpai mereka. Sebenarnya hal ini tidaklah baru di dalam kehidupan keluarga Katolik. Sudah sejak lama orang Katolik memasang benda-benda suci (patung, gambar, salib, dsb). Semua itu ada di dalam rumah, bukan untuk hiasan atau sekedar untuk menunjukkan jatidiri sebagai keluarga Katolik. Juga tidak dimaksudkan bahwa rumah menjadi etalase atau ruang pamer untuk memajang benda-benda yang dibeli dari berbagai tempat ziarah. Sebaliknya, benda-benda suci itu membantu seluruh anggota keluarga untuk selalu menyadari kehadiran Allah di dalam keluarga. Dengan melihat benda-benda suci itu, orang apat melihat dan merasakan Allah yang hidup di tengah keluarga. Yesus yang dahulu hadir di Israel kuno, tetap hadir di tengah keluarga Kristiani.

B. Ibadah: Perjumpaan Allah dengan Keluarga
Seperti yang telah kita lihat, pada dasarnya ibadah merupakan perjumpaan Allah dengan manusia. Ibadah yang paling mungkin dilaksanakan di dalam keluarga adalah Ibadah Sabda. Dalam ibadah ini seluruh anggota keluarga berkumpul dan bersama-sama menghadap Tuhan yang hadir di dalam keluarga. Dalam Ibadah Sabda kita bertemu dengan Yesus, mendengarkan sabda-Nya dan menanggapinya. Allah Hadir dan Bersabda. Yesus Kristus telah mati, bangkit, naik ke surga dan duduk di sebelah kanan Allah dan menjadi pembela kita (Rm. 8:34). Dengan berbagai cara Ia hadir dalam Gereja-Nya (LG 48). Dalam perayaan Ekaristi, selain hadir dalam kedua rupa Ekaristi seperti yang telah kita lihat (liturgi Ekaristi), Yesus juga hadir dalam Sabda-Nya (liturgi Sabda). Konstitusi Liturgi menandaskan bahwa Allah benar-benar hadir dalam sabda-Nya, karena Ia sendirilah yang berbicara bilamana, dalam gereja, Alkitab dibacakan (KL no 27). Hal yang sama ditegaskan oleh Pedoman Umum Misale Romawi: "Bila Alkitab dibacakan dalam gereja, Allah sendirilah yang bersabda kepada umat-Nya, dan Kristus mewartakan kabar baik, sebab Ia hadir dalam sabda itu" (PUMR 29) Allah telah mempersatukan suami dan istri dalam ikatan perkawinan dan menghendaki mereka untuk membangun keluarga yang setia kepada-Nya. Dalam perjalanan hidup keluarga, Allah tetap menyertai keluarga itu dan membimbingnya. Bagaimana hal itu dapat terjadi? Dalam Kitab Suci Bapa yang ada di surga dengan penuh cinta kasih menjumpai para putra-Nya dan berwawancara dengan mereka (DV 21). Ketika seluruh anggota keluarga berkumpul dan Kitab Suci dibacakan, Allah hadir dan menyampaikan Sabda-Nya kepada seluruh anggota keluarga: kepada setiap anggota sebagai pribadi dan sebagai keluarga. Melalui Kitab Suci Allah menyapa keluarga, menyampaikan kehendak-Nya, dan membimbing keluarga tersebut. Menanggapi Sabda Allah. Melalui Sabda yang dibaca dan direnungkan, Allah telah berbicara kepada seluruh anggota keluarga. Sebagai tanggapan atas Sabda-Nya, seluruh anggota keluarga menyampaikan doa-doa kepada Allah. Doa-doa itu dapat berupa pujian, ucapan syukur, maupun permohonan. Tetapi, semua mengambil inspirasi dari Sabda yang telah direnungkan sehingga sungguh-sungguh menjadi tanggapan atas Sabda yang telah disampaikan Allah. Untuk itu orangtua perlu mengajar anak untuk menyusun doa untuk disampaikan kepada Allah. Ini tidak berarti orangtua mendiktekan doa untuk diucapkan kepada anak, tetapi membantu anak untuk mengungkapkan isi hatinya kepada Tuhan. Dengan demikian, keluarga juga menjadi sekolah doa bagi anak-anak yang lahir di dalamnya. Dalam hal ini, orangtua menjadi guru doa bagi anak-anaknya. Paus Yohanes Paulus II menyatakan, “Karena martabat serta perutusannya, orangtua Kristiani mengemban tanggung jawab khas membina anak-anak mereka dalam doa, sambil mengajak mereka menemukan secara berangsur-angsur misteri Allah da berwawancara secara pribadi dengan-Nya: ‘Terutama dalam keluarga Kristiani yang diperkaya dengan rahmat serta kewajiban Sakramen Perkawinan, anak-anak sudah sejak dini harus diajar mengenal Allah ...’” (FC 60),

C. Ibadah Keluarga sebagai Sekolah Iman
Dalam Sakramen Perkawinan suami dan istri berjanji untuk mendidik anak-anak yang dipercayakan Tuhan dalam iman Katolik. Dalam arti umum iman berarti menerima kebenaran tentang Allah dan segala sesuatu yang berkaitan dengan kebenaran ini. Tetapi, iman juga menyangkut sikap hati: orang yang memiliki iman mempercayakan diri kepada Allah dan mengandalkan-Nya. Untuk dapat sungguh beriman, orang memerlukan dua hal. Pertama, mengenal siapa Allah yang sebenarnya (iman yang benar). Kedua, menyerahkan diri sepenuhnya pada Allah dan mengandalkan-Nya (iman yang sejati). Orang beriman mempercayakan diri sepenuhnya pada Allah sebagaimana Ia menyatakan diri. Ia menyatakan diri melalui ciptaan-Nya, melalui sejarah umat Israel, dan terutama melalui Yesus Kristus. Dalam keluarga orangtua memiliki tanggung jawab besar untuk memperkenalkan Allah yang benar kepada anak-anaknya. Keluarga merupakan sekolah kehidupan bagi anak-anak sehingga orangtua bertanggung jawab untuk mendidik anak tentang bagaimana menjalani kehidupan sebagai orang beriman. Keluarga adalah tempat ideal untuk mewariskan iman, untuk memperkenalkan anak pada Yesus yang diimani, dan untuk membina hubungan yang akrab dengan Allah. Orangtua adalah pihak yang paling bertanggung jawab dalam pendidikan iman anak karena mereka dipercaya oleh Tuhan untuk mendidik dan memelihara anak-anak yang lahir dalam keluarga mereka. Orangtualah yang pertama-tama memperkenalkan Allah kepada anak-anak dan mendidik mereka untuk hidup dalam penyerahan diri kepada-Nya. Dalam pembinaan iman di dalam keluarga, Kitab Suci, sumber iman Kristiani, menjadi sarana utamanya. Ibadah yang dilakukan di dalam keluarga merupakan kesempatan yang sangat baik untuk memperkenalkan Tuhan kepada anak-anak dan untuk mendidik dalam iman akan Tuhan. Dalam ibadah itu orangtua mengajak anak-anak untuk membaca Kitab Suci dan menjelaskan isinya kepada mereka. Di dalam Kitab Suci kita dapat berjumpa dengan Allah yang seharusnya dipercaya dan diandalkan oleh manusia. Selain itu, kita dapat belajar bagaimana harus menyerahkan diri kepada Allah yang sejati dan mengandalkan-Nya. Hanya dengan membaca Kitab Suci, kita dapat berjumpa dengan Allah yang kita imani dan dapat mengenal-Nya dengan sungguh-sungguh. Dengan demikian, orangtua menjadi pewarta Kabar Gembira Kristus bagi anak-anak mereka. Seperti Gereja, keluarga menjadi tempat di mana Injil diteruskan dan dari mana Injil bercahaya (EN 71). Perlu disadari bahwa masa depan pewartaan Injil sebagian besar bergantung dari Gereja rumah tangga (FC 52). Gereja Katolik menempatkan keempat Injil sebagai kitab yang utama karena memuat kisah hidup dan ajaran Yesus. Karena itu, keluarga Katolik pun menempatkan keempat Injil sebagai bahan utama untuk dibaca dan didalami. Ketika membaca Injil kita menyaksikan apa yang dikerjakan oleh Yesus dan mendengarkan apa yang diajarkan-Nya. Karena itu, semakin banyak membaca Injil, kita akan mengenal Kristus dengan lebih lengkap. Karena itu, ketika membaca kisah-Nya, baiklah kita mengajukan: Apa yang dikatakan perikop ini mengenai Yesus? Apa yang dapat saya teladan dari Yesus dalam perikop tersebut? Atau apa yang diajarkan Yesus kepada saya? Perlu diingat juga bahwa “…tidak mengenal Kitab Suci berarti belum mengenal Kristus” (DV 25). Ini berarti bahwa semua orang beriman, para pengikut Kristus, harus membaca Kitab Suci supaya dapat mengenal Kristus yang mereka ikuti. Yesus Kristus adalah Allah yang menjadi manusia dan yang mengundang kita untuk mengikuti jejak-Nya. Karena itu, Dialah yang harus menjadi teladan dan pedoman hidup kita. Dalam menjalani kehidupan ini baiklah kita terus menyadari keberadaan Kristus bersama kita. Ia berjalan bersama kita dan menyertai kita setiap saat. Yesus pernah hidup dalam keluarga sehingga ia memahami situasi dan perasaan yang dihadapi oleh setiap keluarga. Baiklah kita selalu bertanya: Bila Kristus sendiri menghadapi persoalan yang sedang saya hadapi, bagaimana sikap-Nya dan apa yang akan dilakukan-Nya? Tetapi, apa yang disampaikan Allah dalam pembicaraan itu dan apa yang dapat kita dengar dari-Nya? Allah memperkenalkan siapa diri-Nya, apa yang dikehendaki-Nya dalam kehidupan kita, tujuan hidup kita, menghibur kita ketika sedih dan patah semangat, menegur kita ketika melakukan kesalahan.

D. Ibadah dan Kehidupan
Agama tidak dinilai berdasarkan nama ilah yang disembah, tetapi berdasarkan ciri khas agama itu dan pola hidup yang dihasilkannya. Para nabi telah mengingatkan bahwa ibadah kepada Allah tidak dapat dilepaskan dari relasi dengan sesama. Ibadah mengungkapkan bakti umat kepada Allah, saat orang menyadari siapa sebenarnya dia di hadapan Allah. Bakti kepada Allah tidak dapat dibatasi hanya pada melakukan kegiatan-kegiatan ritual. Bakti yang sebenarnya diwujudkan dengan melakukan apa yang dikehendaki-Nya. Yesus telah mengingatkan bahwa hal terutama yang harus dikerjakan oleh orang yang percaya kepada-Nya adalah mengasihi Allah dan sesama. Mereka yang mengasihi Allah juga mengasihi sesama. Kasih kepada Allah itu tidak mungkin lepas dari kasih kepada sesama. Bagaimana hal ini dapat dilakukan di dalam keluarga? Dalam Kitab Suci Yesus Kristus memperkenalkan Allah yang benar kepada manusia, yaitu Allah yang mengasihi manusia. Begitu besar kasih Allah itu sehingga Ia rela menyerahkan Putra Tunggal-Nya untuk keselamatan manusia, supaya manusia dapat tinggal dalam kemuliaan abadi bersama-Nya di surga (Yoh. 3:16). Di hadapan Allah yang begitu mengasihi itu, bagaimana kita harus menempatkan diri dan bersikap? Ketika beribadah dan menyembah Allah, orang menempatkan diri sebagai pribadi yang telah dikasihi-Nya. Hal itu dilakukannya untuk mengungkapkan kepercayaan akan Allah yang mengasihi dia dan untuk mengungkapkan kasih kepada-Nya. Sikap yang demikian itu tidak terbatas hanya pada tempat ibadah. Jatidiri sebagai umat yang dikasihi oleh Allah itu selalu ada di dalam diri orang beriman, kapan pun dan di mana pun. Sebagaimana di dalam Kristus Allah telah mengasihi dia, orang yang beriman akan Kristus mengasihi sesama. Pengalaman akan kasih Allah itu menggerakkannya dalam menjalani kehidupan dan mendorongnya untuk mengasihi sesama. Tujuan utama membaca Kitab Suci adalah mendengarkan Sabda Allah dan hidup dari Sabda itu. Membaca, mempelajari, dan merenungkan Sabda kemudian harus mengalir ke dalam kehidupan yang mengungkapkan kesetiaan pada Kristus dan ajaran-Nya. Dengan demikian, Sabda Tuhan itu akan menjadi “pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku” (Mzm. 119:105). Memang “segala sesuatu yang tertulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci” (Rm. 15:4). Tujuan ini terdengar muluk dan tidak mungkin dicapai. Sekalipun tidak tercapai, bila orang tekun membacanya, orang akan dapat merasakan hal itu terwujud dalam dirinya. Sabda Allah yang berdaya perlu menjadi kawan karib setiap orang beriman, waktu lahir, waktu hidup dan waktu berpulang kepada Sumber dan Asal Sabda Allah itu. Sebab, “Kitab Suci dapat memberi hikmat dan menuntun kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus. Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran” (2Tim. 3:15-16). Dalam hal ini orangtua perlu membantu anak-anak mereka untuk senantiasa mengingat Sabda Allah yang telah direnungkan bersama. Sabda itu akan membimbing mereka sehingga dapat mengambil tindakan yang sesuai dengan kehendak Allah. Orangtua sekaligus bertindak sebagai teladan bagi anak-anak mereka tentang bagaimana hidup menurut kehendak Allah. Melalui sikap dan teladan, orangtua mengajarkan kepada anak-anak mereka untuk mengasihi Allah dan sesama. Dengan demikian, anak-anak dapat mengalami bagaimana sebenarnya harus hidup sebagai pengikut Kristus yang sejati.

E. Beribadah dalam Roh dan Kebenaran
Kepada perempuan Samaria itu Yesus telah menyatakan bahwa akan datang waktunya orang menyembah Allah dalam Roh dan Kebenaran. Bagi Yesus ibadah bukanlah soal tempat, Allah tidak dapat dibatasi di tempat-tempat tertentu. Ia dapat disembah di mana saja. Yang penting orang menyembah Dia karena digerakkan oleh Roh yang menyatakan kebenaran tentang Allah dan siapa Allah yang sebenarnya, yaitu sebagaimana Dia ada. Orang harus menyembah Allah dengan motivasi yang benar dan dengan penuh pemahaman siapa Allah yang sebenarnya. Keluarga dapat senantiasa berjumpa dengan Allah dalam ibadah yang dilakukan di dalam rumah. Yang utama di dalam ibadah keluarga adalah mengenal Allah yang benar dan motivasi yang benar dalam beribadah. Allah yang benar. Keluarga melaksanakan ibadah karena telah menerima kebenaran tentang Allah. Kebenaran yang mana? Setiap keluarga Katolik harus menyadari bahwa Yesus telah menjadi manusia dan mati untuk keselamatan seluruh anggota keluarga. Dia rela mati, menjadi kurban yang dipersembahkan untuk menghapus dosa manusia sehingga manusia layak untuk tinggal bersama Allah di surga. Benar bahwa Yesus mati untuk keselamatan seluruh umat manusia, tetapi kematian Yesus di kayu salib perlu merasuk ke dalam pribadi setiap anggota keluarga. Kematian Kristus yang mendatangkan keselamatan itu harus menjadi pengalaman pribadi masing-masing, seperti yang dialami oleh Paulus. “Hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku” (Gal. 2:20). Motivasi yang benar. Jika memahami kebenaran tentang Allah, seluruh anggota keluarga dapat menghadap Allah bukan karena terdorong oleh motivasi yang keliru. Misalnya, rasa takut akan ancaman hukuman dari Allah atau semata-mata agar Allah menuruti permohonannya. Sebaliknya, seluruh anggota menyadari bahwa kasih Allah kepada keluarga merekalah yang mendorong mereka untuk beribadah. Di dalam ibadah itu, keluarga menyampaikan bakti kepada Allah, berdialog dengan Allah, dan membina relasi dengan Allah yang telah mengasihi mereka. Relasi dengan Allah itulah yang akan menjadi jiwa yang menggerakkan keluarga dalam menjalani kehidupannya.
AKHIR KATA

Kehidupan keluarga justru menjadi hidup ketika seluruh anggota dapat menikmati saat-sat yang tampaknya santai dan menyenangkan. Misalnya, saat rekreasi, makan bersama, dan bermain bersama. Dalam pembicaraan yang menyejukkan, canda yang menyegarkan suasana, dan sebagainya, seluruh keluarga dapat merasakan kebersamaan dan kedekatan satu sama lain. Situasi seperti ini dapat membantu para aggota keluarga untuk memperkuat ikatan batin satu dengan yang lain. Hal yang sama berlaku dalam hubungan keluarga dengan Allah. Keluarga perlu menyediakan waktu untuk bertemu dengan Tuhan dalam suasana yang tenang namun menggembirakan. Ketika Kitab Suci dibacakan, Allah hadir dan berbicara kepada keluarga. Kemudian dalam doa para anggota menanggapi Sabda yang telah didengarkan. Perjumpaan keluarga itu dengan Allah akan menciptakan hubungan yang lebih akrab dan mesra dengan-Nya. Keluarga pun dapat mengalami kasih Allah dan membawa kasih itu kepada sesama.
Kampung Sawah, HR Kenaikan Tuhan 2013
YM Seto Marsunu

DAFTAR PUSTAKA

Brown, R. E., The Gospel According to John. New York: Doubleday, 1966.
Darmawijaya, St., Warta Nabi Abad VIII. Yogyakarta: Kanisius, LBI, 1990.
Darmawijaya, St., Warta Nabi Sebelum Pembuangan. Yogyakarta: Kanisius, LBI, 1990.
De Menezes, R., Voices from Beyond: Theology of the Prophetical Books. Mumbai: St. Pauls, 2003.
Harun, M., Kita Telah Melihat Kemuliaan-Nya. Jakarta: LBI, 205.
Kysar, R., John. Minneapolis: Augsburg, 1986.
McConville, J.G., Exploring the Old Testament: A Guide to the Prophets. Downers Grove: InterVarsity, 2002.
Moloney, F. J., The Gospel of John. Collegeville, The Liturgical Press, 1998.
Newman, B. M. dan E.A. Nida, A Translator’s Handbook on The Gospel of John. Stutgart: UBS, 1980. Rowley, H. H., Ibadat Israel Kuna. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1981.
Sklba, R. J., Pre-Exlilic Prophecy. Collegeville: The Liturgical Press, 1990.
Vriezen, T. C., Agama Israel Kuno. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001.
Wifall, W., Israel’s Prophets: Envoys of the King. Chicago: Franciscan Herald Press, 1974.

LECTIO DIVINA

Lectio Divina (=Bacaan Ilahi) adalah pembacaan Kitab Suci yang direnungkan dengan tujuan untuk berdoa dari Kitab Suci dan hidup dari Sabda Allah. Allah bersabda ketika kita membaca Kitab Suci dan kita mendengarkan lalu berusaha memahaminya (Lectio). Kita pun berusaha untuk memahami pesan yang terkandung di dalamnya untuk diri kita sekarang (Meditatio). Lalu kita menyampaikan tanggapan dalam doa (Oratio). Sabda Allah yang kita dengarkan itu selalu kita ingat (Contemplatio) dan kita jalankan dalam kehidupan (Actio). Tiga langkah pertama terjadi dalam proses pembacaan Kitab Suci, sedangkan dua langkah terakhir terjadi di dalam kehidupan yang nyata. Jadi, Lectio Divina tidak terbatas pada waktu orang membaca Kitab Suci saja, tetapi menyangkut sikap hidup orang beriman dalam kehidupan yang sebenarnya. Ketika mengadakan Lectio Divina, kita perlu menyadari bahwa kita seperti sedang duduk di kaki Yesus dan mendengarkan Sabda-Nya. Kebersamaan dengan Yesus itu merupakan saat-saat yang penting bagi kita untuk membina relasi dengan Tuhan yang kita imani sebagai Penyelamat yang mengasihi kita. Hanya kalau kita mau menikmati kebersamaan dengan Yesus, kita dapat lebih mengenal Dia dan semakin erat bersatu dengan-Nya. Kitab Suci merupakan sarana yang istimewa untuk berjumpa dengan Allah. Di dalamnya Allah memperkenalkan Diri dan menyatakan kehendak-Nya. Dalam Lectio Divina yang dilakukan dalam kelompok, para peserta perlu menyadari bahwa mereka semua bersama-sama mendengarkan Sabda Allah. Lewat teks yang sama Tuhan mengatakan hal yang berbeda kepada setiap peserta. Dengan kata lain, ketika beberapa orang bersama-sama membaca dan merenungkan teks yang sama, bisa jadi masing-masing akan menemukan pesan yang berbeda. Pesan untuk setiap peserta itulah yang perlu dibagikan kepada para peserta lain sehingga dalam sekali pertemuan kita dapat mendapatkan hasil yang melimpah. Dalam hal ini orang perlu menjadi rendah hati dan merasa bahwa pemahamannya yang paling benar dan layak didengarkan. Allah dapat berbicara melalui siapa saja hanya orang yang memiliki kerendahan hati dapat mendengarkannya. 1. Lectio. Pada tahap ini kita membaca satu perikop untuk memahami apa yang tertulis di dalamnya. Kalau isi perikop itu kita pahami dengan baik, pesannya pun akan menjadi jelas untuk kita. Setiap orang perlu membaca dengan teliti dan belajar untuk memahami teks menurut kemampuannya. Perlu diperhatikan pernyataan-pernyataan yang pokok, siapa yang berbicara atau bertindak, apa yang dikatakan atau dilakukannya, kepada siapa, mengapa, dan lain-lain. Dalam Kelompok Kitab Suci: pemandu membacakan dan memberi penjelasan atau memimpin pembicaraan untuk memahami isi perikop. 2. Meditatio. Pada tahap ini kita berusaha menemukan kebenaran Sabda Allah (pesan teks) dan menerapkannya pada diri sendiri. Kita berpaling kepada Allah dan berusaha memahami apa yang dikatakan oleh Sabda-Nya kepada kita sekarang. Kita dapat mengulang-ulang di dalam hati pernyataan pokok yang dan membiarkannya bergema di dalam hati kita dan menerangi diri kita. Kita dapat juga memperhatikan perkataan dan tindakan tokoh di dalam teks untuk mencari apa yang dapat diteladan dan bagaimana meneladan tokoh tersebut. Kita diajak untuk jujur dan terbuka melihat diri sendiri dan membiarkan seluruh diri kita disoroti oleh Sabda Allah. Dalam meditasi Sabda Allah itu dapat membantu kita melihat dosa-dosa kita, membangkitkan penyesalan, atau membangkitkan keyakinan dan pengharapan akan kasih Allah. Dalam Kelompok Kitab Suci: para peserta diajak masuk dalam suasana hening dengan mata terpejam untuk: Membayangkan peristiwa yang diceritakan atau mengingat kembali isi teks Mencari: “Pesan apa yang saya pelajari dari Sabda yang baru direnungkan?” Apa peran pesan itu bagi saya: mengingatkan, menegur, menguatkan, atau menghibur? Lalu para peserta diminta untuk membuka mata, menuliskan pesan yang baru direnungkan, dan membagikannya kepada peserta lain. 3. Oratio. Kita menyampaikan doa yang digerakkan dan diilhami oleh Sabda. Allah telah menyatakan kehendak-Nya kepada kita dalam Meditatio, sekarang kita menanggapi Sabda itu dengan doa. Doa yang kita ucapkan ini merupakan tanggapan atas Sabda yang baru kita dengarkan; bisa berupa pujian, syukur, permohonan, dan sebagainya. Dengan demikian, doa yang kita ucapkan itu mengalir dari Sabda Allah dan menurut kehendak Allah. Dalam Kelompok Kitab Suci: peserta diajak untuk mempersiapkan doa secara tertulis. Kemudian satu demi satu peserta diminta untuk membacakan doa yang telah dituliskan. Rangkaian doa ditutup dengan “Bapa Kami.” 4. Contemplatio. Contemplatio merupakan sikap hidup di hadirat Allah. Kita menjalani kehidupan sambil memandang Allah dan selalu menyadari bahwa Dia selalu bersama kita. Sabda yang sudah direnungkan dan didoakan itu selalu kita ingat dalam kehidupan kita. Sabda Allah itu sungguh-sungguh menjadi terang bagi jalan kita dan pelita bagi langkah kita (Mzm. 119:105). Kehidupan kita digerakkan dan diterangi oleh Sabda Allah. Kita tetapi hidup di dalam dunia, tetapi kita menjalaninya di dalam Kristus. Kristus hidup di dalam dirinya dan ia memandang segala sesuatu dengan mata dan hati Kristus. 5. Actio. Membaca, mempelajari, dan merenungkan Sabda kemudian harus mengalir ke dalam kehidupan selalu setia pada Kristus dan ajaran-Nya. Actio merupakan tindakan nyata untuk melaksanakan Sabda Allah yang telah didengarkan. Dengan demikian, kehendak Allah yang dinyatakan dalam Kitab Suci terlaksana dalam kehidupan kita.

KELUARGA BERIBADAH DALAM SABDA

“Saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang
bahwa penyembah-penyembah benar
 akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran…”
(Yoh. 4:23)

 PERAYAAN EKARISTI 
HARI MINGGU KITAB SUCI NASIONAL 
(Minggu Biasa XXIII Tahun A) 

oleh R.D. Y. Istimoer Bayu Ajie 
Komisi Kerasulan Kitab Suci Keuskupan Bandung 

Bulan Kitab Suci Nasional 
LEMBAGA BIBLIKA INDONESIA 
2014 


PERSIAPAN
(Umat duduk)
Umat telah berhimpun di dalam gedung gereja. Organis memainkan lagu instrumental “Siapkanlah Tuhan Datang” (Wait for The Lord, Taize no. 50). Kemudian, Lektor (L) menuju ke Ambo, membawakan pengantar. Lagu instrumental dimainkan sayup-sayup sebagai latar belakang suara Lektor.

      Saudara-saudari, siapkanlah, Tuhan datang. Siapkanlah, berjagalah. Kita berhimpun dan berjaga dalam keheningan sebab Tuhan datang dalam keheningan. Kita menantikan Tuhan, kita menantikan Sabda-Nya, kita menantikan Perjamuan-Nya. Dialah sumber kehidupan, asal dan tujuan segala sesuatu. Sabda-Nya adalah jalan, kebenaran, dan hidup. Perjamuan-Nya adalah sumber dan puncak kehidupan kita. Hari Minggu ini, kita berhimpun dalam nama Kristus. Ia hadir di tengah-tengah kita, untuk menaburkan benih Sabda. Dan Sabda-Nya itu tersurat dalam Kitab Suci. Kita hendak menghormati Sabda-Nya yang tertulis dalam Kitab Suci. Hari inilah Hari Minggu Kitab Suci. Mari kita sambut Sabda-Nya, mari kita sambut Dia yang datang. Siapkanlah, Tuhan datang. Siapkanlah, berjagalah.
Segera sesudah Lektor selesai membawakan pengantar, Kor langsung menya-nyikan “Siapkanlah Tuhan Datang”. Lektor menuju ke tempat duduknya.

Nyanyian: “Siapkanlah Tuhan Datang” (Taize no. 50)
Siapkanlah, Tuhan datang.
Siapkanlah, berjagalah!
Sesudah lagu dinyanyikan beberapa kali, lonceng tanda awal perayaan dibunyikan; Umat berdiri. (Lektor mengajak Umat: “Saudara-saudari, marilah kita berdiri.”)

RITUS PEMBUKA
1. PERARAKAN MASUK
(Umat berdiri)
Kor dan Umat menyanyikan “Nyanyian Pembuka”. Imam dan para asistennya berarak menuju Altar. Sesampai di kaki Altar, Imam mendupai Altar, lalu menuju ke tempatnya memimpin. Semua asisten menuju ke tempat masing-masing.

2. TANDA SALIB & SALAM
(Umat berdiri)
Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.
Amin.
2 Korintus 13:13 (Tata Perayaan Ekaristi, hlm. 3)
Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus besertamu.
      Dan sertamu juga.

3. PENGANTAR
(Umat berdiri)
Saudara-saudari, Tuhan, Allah kita, sangat jauh dan tak terhampiri, namun sekaligus Ia sangat dekat dengan kita. Ia amat berbeda dengan kita, manusia, karena keagungan, kemuliaan, dan kekudusan-Nya yang tanpa awal dan tanpa akhir. Namun, sekaligus Ia membuat Dirinya sama dengan kita karena Firman-Nya telah menjadi manusia, yaitu Yesus dari Nazaret. Allah yang tidak kelihatan itu kini terlihat dalam wujud manusia. Dialah Yesus Kristus, Tuhan kita, yang hendak bersabda dalam perayaan suci ini dan memberikan Tubuh-Nya sebagai santapan jiwa. Marilah kita beribadah kepada-Nya sebab Ia hadir di tengah-tengah kita ketika kita berkumpul demi nama-Nya.

4. TOBAT
(Umat berlutut)
Saudara-saudari, sebelum mendengarkan Sabda Allah dan merayakan Perjamuan Kristus, marilah menyiapkan diri dengan mohon ampun kepada Allah atas dosa-dosa kita.
Mazmur 103 (Tata Perayaan Ekaristi, hlm. 10)
I + U       Tuhan itu pengasih dan penyayang.
Pujilah Tuhan, hai jiwaku! *
Pujilah nama-Nya yang kudus, hai seluruh batinku!
Pujilah Tuhan, hai jiwaku! *
Jangan lupa akan segala kebaikan-Nya.
Dialah yang mengampuni segala kesalahanmu *
dan menyembuhkan segala penyakitmu.
Dialah yang meluputkan hidupmu dari kematian, *
dan memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat.
Tuhan itu pengasih dan penyayang, *
lambat akan marah dah penuh kasih setia.
Ia tidak akan murka terus-menerus, *
tidak untuk selamanya mengobarkan amarah-Nya.
      Ia tidak memperlakukan kita setimpal dengan dosa kita, *
dan tidak membalas sepadan dengan kesalahan kita.
      Tetapi sebagaimana langit menjulang tinggi di atas bumi, *
demikianlah kasih setia Tuhan terhadap orang yang takwa.
Sejauh timur dari barat, *
sekian jauhlah dibuang-Nya kejahatan kita.
Seperti seorang bapa sayang akan anaknya, *
demikian Tuhan sayang akan orang yang bertakwa.
      Semoga Allah yang mahakuasa mengasihani kita, mengampuni dosa kita, dan mengantar kita ke hidup yang kekal.
      Amin.
Nyanyian: “Tuhan Kasihanilah”

5. MADAH KEMULIAAN
(Umat berdiri)
Marilah kita berdiri untuk memuji Allah dengan menyanyikan “Madah Kemuliaan”.
Nyanyian: “Kemuliaan”

6. DOA PEMBUKA
(Umat berdiri)
Marilah berdoa.
Ya Allah, Bapa kami,
kami menghadap wajah-Mu dengan lagu syukur
dan bersorak-sorai bagi-Mu dengan nyanyian mazmur
sebab kami ini umat gembalaan-Mu
dan kawanan domba-Mu.
Buatlah kami yang berkumpul
demi nama Yesus Kristus, Putra-Mu,
mendengarkan suara-Nya.
Ajarilah kami agar tidak bertegar hati
di hadapan Firman-Mu itu.
Sebab Dialah Tuhan dan Pengantara,
Sang Firman yang menjadi manusia,
yang bersama dengan Dikau
dalam persekutuan Roh Kudus,
hidup dan berkuasa,
Allah, sepanjang segala masa.
Amin.

7. PERARAKAN KITAB SUCI
(Umat berdiri)
Marilah kita mengarahkan diri ke pintu utama untuk menyambut perarakan Kitab Suci.
Segera sesudah Doa Pembuka, Lektor menuju ke depan Altar. Bersama Misdinar dengan lilin bernyala, Lektor membungkuk hormat, balik badan lalu berjalan menuju pintu utama gereja diiringi Misdinar tsb. Catatan: Alkitab sudah disiapkan pada meja di dekat pintu utama gereja.
Pada saat Lektor dan Misdinar membungkuk hormat, Kor dan Umat memba-wakan nyanyian tentang Sabda Tuhan. Pilih salah satu: Firman Tuhan Halus Mengundang (Madah Bakti [MB] 210), Siapkan Hati Kami (MB 211), Bahagia Manusia (MB 214), Firman Allah yang Tersurat (Puji Syukur [PS] 366), Bersabdalah Tuhan (PS 373). Catatan: Kor terus bernyanyi sampai saat nanti Imam kembali ke tempat duduknya.
Diiringi oleh Misdinar, Lektor mengarak Alkitab dari pintu utama ke depan Altar. Di depan Altar, Imam menerima Alkitab itu, lalu menakhtakannya dalam keadaan terbuka pada tempat yang telah disiapkan. Lalu, Imam mendupainya. Sesudah itu, Imam menuju ke tempat duduknya.
Setelah menyerahkan Alkitab, Lektor tetap berdiri di depan Altar sampai Imam selesai mendupai Alkitab. Saat Imam kembali ke tempat duduknya, Lektor naik menuju Ambo, lalu memulai Bacaan Pertama.

LITURGI SABDA

8. BACAAN PERTAMA
(Umat duduk)
Yehezkiel 33:7-9 (Misale Romawi Indonesia: Buku Bacaan I, hlm. 369)
L Bacaan dari Nubuat Yehezkiel:
Beginilah firman Tuhan,
“Wahai engkau anak manusia,
Aku menetapkan engkau
menjadi penjaga bagi kaum Israel.
Bilamana engkau mendengar suatu firman dari pada-Ku,
peringatkanlah mereka demi nama-Ku.
Kalau Aku berfirman kepada orang jahat:
Hai orang jahat, engkau pasti mati !
dan engkau tidak berkata apa-apa
untuk memperingatkan orang jahat itu
supaya bertobat dari hidupnya,
maka orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya,
tetapi daripadamu
Aku akan menuntut pertanggungjawaban atas nyawanya.
Sebaliknya, jikalau engkau memperingatkan orang jahat itu
supaya ia bertobat dari hidupnya, tetapi ia tidak mau bertobat,
ia akan mati dalam kesalahannya,
tetapi engkau telah menyelamatkan nyawamu.”
      Demikianlah sabda Tuhan.
      Syukur kepada Allah.

9. MAZMUR TANGGAPAN
(Umat duduk)
Mazmur Tanggapan dan Alleluya, hlm. 134
Refren:
Singkirkanlah penghalang Sabda-Mu, cairkanlah hatiku yang beku, dan bimbinglah kami di jalan-Mu.
Mazmur:
Marilah kita bernyanyi-nyanyi bagi Tuhan,
bersorak-sorai bagi gunung batu keselamatan kita.
Biarlah kita memandang wajah-Nya dengan lagu syukur,
bersorak-sorai bagi-Nya dengan nyanyian mazmur. – Ref.
Masuklah, marilah kita sujud menyembah,
berlutut di hadapan Tuhan yang menjadikan kita.
Sebab Dialah Allah kita;
kita ini umat gembalaan-Nya serta kawanan domba-Nya. – Ref.
Pada hari ini, kalau kamu mendengar suara-Nya,
janganlah bertegar hati seperti di Meriba,
seperti waktu berada di Masa di padang gurun,
ketika nenek moyangmu mencobai dan menguji Aku,
padahal mereka melihat perbuatan-Ku. – Ref.

10. BACAAN KEDUA
(Umat duduk)
Roma 13:8-10 (Misale Romawi Indonesia: Buku Bacaan I, hlm. 370)
      Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma:
Saudara-saudara,
janganlah berhutang apa-apa kepada siapapun,
tetapi hendaklah kamu saling mengasihi.
Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia,
ia sudah memenuhi hukum Taurat.
Karena firman berikut ini:
Jangan berzinah, jangan membunuh,
jangan mencuri, jangan mengingini,
serta segala firman lain manapun juga,
sudah tersimpul dalam firman ini:
Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri !
Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia.
Karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat.
      Demikianlah sabda Tuhan.
      Syukur kepada Allah.

11. BAIT PENGANTAR INJIL
(Umat berdiri)
Mazmur Tanggapan dan Alleluya, hlm. 135
Alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat:
Allah mendamaikan dunia dengan Dirinya dalam diri Kristus
dan mempercayakan warta perdamaian kepada kita. – Alleluya.
Ketika Bait Pengantar Injil mulai dinyanyikan, Imam yang didampingi para Misdinar dengan lilin bernyala mengarak Kitab Injil (Evangeliarium) dari Altar menuju ke Ambo. Jika perarakan membutuhkan waktu lebih panjang, Bait Pengantar Injil dan ayatnya diulang beberapa kali.

12 . BACAAN INJIL
(Umat berdiri)
Matius 18:15-20 (Misale Romawi Indonesia: Buku Bacaan I, hlm. 371)
      Tuhan sertamu.
      Dan sertamu juga.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius.
Dimuliakanlah Tuhan.
Sekali peristiwa,
Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,
“Apabila saudaramu berbuat dosa,
tegurlah dia di bawah empat mata.
Jika ia mendengarkan nasihatmu,
engkau telah mendapatnya kembali.
Jika ia tidak mendengarkan engkau,
bawalah seorang atau dua orang lain
supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi,
perkara itu tidak disangsikan.
Jika ia tidak mau mendengarkan mereka,
sampaikanlah soalnya kepada jemaat.
Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat,
pandanglah dia sebagai orang yang tidak mengenal Allah
atau seorang pemungut cukai.
Aku berkata kepadamu:
Sungguh, apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di surga,
dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di surga.
Dan lagi Aku berkata kepadamu:
Jika dua orang di antaramu di dunia ini
sepakat meminta apapun,
permintaan mereka itu akan dikabulkan
oleh Bapa-Ku yang di surga.
Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul demi nama-Ku,
Aku hadir di tengah-tengah mereka.”
      Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan   dan tekun melaksanakannya.
Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.

13. HOMILI
(Umat duduk)

14. CREDO
(Umat berdiri)

15. DOA UMAT
(Umat berdiri)
      Saudara-saudari, marilah memanjatkan doa permohonan kepada Allah Bapa yang telah bersabda melalui Putra-Nya, Yesus Kristus, Sang Firman yang menjadi manusia.
                1…                    2     1  |   1…                             h    1    1   1 ||
Solis       Dalam keda-mai-an, * marilah berdoa ke-pa-da Tuhan.
                                       qq
                3   3   3   1    2 3  4  2  1 . ||
                                  2 3 3334
U             Kyri-e   e--lei ----- son.
Sol          Untuk keteguhan Gereja Allah yang kudus, *
                marilah berdoa kepada Tuhan. – U….
Sol          Untuk persatuan dan kerukunan umat manusia, *
                marilah berdoa kepada Tuhan. – U….
Sol          Untuk bangunan gereja yang suci ini, *
                marilah berdoa kepada Tuhan. – U….
Sol          Untuk setiap orang yang memasuki gereja ini
                dengan iman, hormat dan takut akan Allah, *
                marilah berdoa kepada Tuhan. – U….
Sol          Untuk Bapa Suci kita, Sri Paus Fransiskus, *
                marilah berdoa kepada Tuhan. – U….
Sol          Untuk gembala keuskupan kita, Uskup (Agung) …N…, *
                marilah berdoa kepada Tuhan. – U….
Sol          Untuk para imam, diakon, dan semua pelayan umat, *
                marilah berdoa kepada Tuhan. – U….
Sol          Untuk seluruh umat Allah yang kudus, *
                marilah berdoa kepada Tuhan. – U….
Sol          Untuk pemerintah kita
                dan semua orang yang bekerja bagi negeri ini, *
                marilah berdoa kepada Tuhan. – U….
Sol          Untuk pendidikan calon imam kita, *
                marilah berdoa kepada Tuhan. – U….
Sol          Untuk semua orang yang sakit dan menderita, *
                marilah berdoa kepada Tuhan. – U….
Sol          Untuk semua orang yang miskin dan kelaparan, *
                marilah berdoa kepada Tuhan. – U….
Sol          Untuk semua orang yang dijadikan tawanan,
                demi keselamatan mereka, *
                marilah berdoa kepada Tuhan. – U….
Sol          Untuk makin giatnya pewartaan Sabda Tuhan, *
                marilah berdoa kepada Tuhan. – U….
Sol          Untuk pelayanan orang miskin,
                agar kita melayani mereka dalam terang Sabda Tuhan, *
                marilah berdoa kepada Tuhan. – U….
Sol          Untuk kita semua yang hadir di sini,
                demi makin besarnya iman kita, *
                marilah berdoa kepada Tuhan. – U….
Ya Allah, lindungilah, selamatkanlah, kasihanilah, dan jagalah kami dengan rahmat-Mu; dengan pengantaraan Yesus Kristus kini dan sepanjang segala masa.
Amin.

LITURGI EKARISTI
16. PERSIAPAN PERSEMBAHAN
(Umat duduk)
Perarakan bahan-bahan persembahan dan persiapannya di Altar diiringi dengan “Nyanyian Persiapan Persembahan.” Nyanyian dilagukan hingga seluruh persembahan di Altar selesai disiapkan.
(Umat berdiri)
Berdoalah, Saudara-saudari,
supaya persembahanku dan persembahanmu
diterima oleh Allah, Bapa yang mahakuasa.
Semoga persembahan ini diterima
demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan kita
serta seluruh umat Allah yang kudus.

17. DOA PERSIAPAN PERSEMBAHAN
(Umat berdiri)
      Ya Tuhan, semoga persembahan kami pada perayaan ini berkenan kepada-Mu. Kami mohon agar karena rahmat-Mu yang berlimpah kami Kausatukan dengan Yesus Kristus melalui Perjamuan yang suci ini. Sebab Dialah Tuhan dan pengantara kami, Sang Firman yang menjadi manusia, kini dan sepanjang segala masa.
      Amin.
DOA SYUKUR AGUNG

18. PREFASI
(Umat berdiri)
      Tuhan sertamu.
Dan sertamu juga.
      Marilah mengarahkan hati kepada Tuhan.
Sudah kami arahkan.
      Marilah bersyukur kepada Tuhan Allah kita.
Sudah layak dan sepantasnya.
      Sungguh layak dan sepantasnya,
ya Bapa yang kudus,
Allah yang kekal dan kuasa,
kami senantiasa bersyukur kepada-Mu
dengan pengantaraan Yesus Kristus,
Putra-Mu yang terkasih.
Dialah Sabda-Mu.
Dengan Sabda-Mu itu,
Engkau menciptakan alam semesta.
Dialah Juru Selamat yang Engkau utus untuk menebus kami.
Dengan kuasa Roh Kudus,
Ia menjadi manusia dan dilahirkan oleh Perawan Maria.
Untuk melaksanakan kehendak-Mu
dan untuk menghimpun umat kudus bagi-Mu,
Ia merentangkan tangan-Nya di kayu salib
agar belenggu maut dipatahkan
dan cahaya kebangkitan dipancarkan.
Dari sebab itu,
bersama para malaikat dan semua orang kudus,
kami memuji dan memuliakan Dikau
dan sehati-sesuara bernyanyi:

19. KUDUS
(Umat berdiri)

20. DOA SYUKUR AGUNG

21. BAPA KAMI
(Umat berdiri)
      Atas petunjuk Penyelamat kita
dan menurut ajaran ilahi,
maka beranilah kita berdoa.
      Bapa kami yang ada di surga, ….
      Sebab Engkaulah raja
yang mulia dan berkuasa
untuk selama-lamanya.

22. DOA DAMAI
(Umat berdiri)
      Tuhan Yesus Kristus,
jangan memperhitungkan dosa kami,
tetapi perhatikanlah iman Gereja-Mu
dan restuilah kami supaya hidup bersatu dengan rukun
sesuai dengan kehendak-Mu.
Sebab Engkaulah Pengantara kami
kini dan sepanjang masa.
      Amin.
      Damai Tuhan bersamamu.
      Dan bersama rohmu.

23. PEMECAHAN HOSTI
(Umat berlutut)
Nyanyian:
“Anak Domba Allah”
24. PERSIAPAN KOMUNI
(Umat berlutut)
      Inilah Anak Domba Allah
yang menghapus dosa dunia.
Berbahagialah kita yang diundang ke Perjamuan-Nya.
      Ya Tuhan, saya tidak pantas
Engkau datang pada saya,
tetapi bersabdalah saja, maka saya akan sembuh.

25. KOMUNI
(Umat berarak)

26. DOA SESUDAH KOMUNI
(Umat berdiri)
      Ya Tuhan Allah,
kami bersukacita merayakan
Perjamuan Kristus ini
dan menyambut Tubuh-Nya yang suci.
Kami mohon: curahkanlah rahmat-Mu
agar tersingkirlah segala penghalang Sabda-Nya
sehingga kami layak mengadakan persahabatan dengan Dia,
Tuhan dan Pengantara kami,
Sang Firman yang menjadi manusia,
yang hidup dan berkuasa
kini dan sepanjang segala masa.
      Amin.

RITUS PENUTUP
27. BERKAT
(Umat berdiri)
Efesus 1:3-4 (Tata Perayaan Ekaristi, hlm. 257)
      Tuhan sertamu.
      Dan sertamu juga.
      Semoga Allah memberkati Saudara
dengan segala berkat surgawi.
      Amin.
      Semoga Allah menjadikan Saudara
kudus dan tak bercela di hadapan-Nya.
      Amin.
      Semoga Allah melimpahi Saudara
dengan kemuliaan-Nya,
mengajar Saudara
dengan Sabda kebenaran dan Injil keselamatan,
dan memenuhi hati Saudara
dengan kasih persaudaraan.
      Amin.
      Semoga Saudara sekalian diberkati
oleh Allah yang Mahakuasa: 
Bapa dan Putra dan Roh Kudus.
      Amin.
      Saudara sekalian,
Perayaan Ekaristi sudah selesai.
      Syukur kepada Allah.
      Marilah pergi! Kita diutus.
      Amin.

28. PERARAKAN KELUAR
(Umat berdiri)
Kor dan Umat menyanyikan “Nyanyian Penutup” untuk mengiringi perarakan Imam dan para asistennya dari Altar ke Sakristi.

*** + ***

KELUARGA BERIBADAH DALAM SABDA 

 “Saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang 
bahwa penyembah-penyembah benar 
akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran…” 
(Yoh. 4:23) 

BAHAN PENDALAMAN KITAB SUCI 
DEWASA/LINGKUNGAN 
oleh Rm. F.X. Didik Bagiyowinadi Pr 

Bulan Kitab Suci Nasional 

LEMBAGA BIBLIKA INDONESIA 
2014 

PRAKATA

Bulan Kitab Suci Nasional 2014 ini merupakan tahun II dari tema umum gerakan Kitab Suci Nasional “Sabda Allah dalam Keluarga” (2013-2016). Adapun visi dari tema umum ini adalah “keluarga kristiani yang mendengarkan dan melaksanakan Sabda Allah dan meneruskan iman kristiani kepada anak-anak.” Tema tahun ini adalah “Keluarga Beribadah dalam Sabda.” Untuk mendalami tema ini, disiapkan tulisan yang memuat empat bahan pendalaman Kitab Suci untuk kategori dewasa:
I. Keluarga sebagai tempat kehadiran Allah (Kej 18:1-15),
II. Ibadah keluarga sebagai sekolah iman (Ul 6:20-25),
III. Ibadah dan kehidupan (Am 5:20-27)
IV. Keluarga yang beribadah dalam Roh dan Kebenaran (Yoh 4:19-26).
Keluarga yang beribadah bersama mewujudkan terbangunnya Gereja Rumah Tangga (LG 11), di mana mereka tidak hanya ber-kumpul untuk semakin mengasihi, tetapi juga untuk berdoa bersama, mendengarkan firman, dan memohon kepada Tuhan. Indah sekali janji Tuhan, “Jika dua orang daripadamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di surga” (Mat 18:19). Hal ini terjadi karena Tuhan sendiri berkenan hadir dalam keluarga yang mau berkumpul dalam nama-Nya (bdk. Mat 18:20). Materi ini disusun dengan metode Lectio Divina, yakni pembacaan Kitab Suci yang direnungkan dengan tujuan untuk berdoa dari Kitab Suci dan hidup dari Sabda Allah. Bagian “Tujuan” dan “Gagasan Pokok” akan membantu pemandu dan peserta untuk melihat arah pendalaman teks. Bagian “penjelasan” tidak dimaksudkan untuk dibacakan semuanya, melainkan keterangan tambahan untuk memahami teks dengan lebih baik. Diharapkan pertanyaan informatif atas teks yang diajukan peserta dibicarakan bersama. Materi ini masih terbuka untuk disesuaikan dengan situasi-kondisi setempat. Akhirnya, saya ucapkan selamat merenungkan Firman bersama selama bulan kitab suci 2014 ini.

Seminari Tinggi Beato Giovanni Malang, 5 Februari 2014
Rm. F.X. Didik Bagiyowinadi Pr

Pertemuan I 
Keluarga sebagai Tempat Kehadiran Allah 

TUJUAN:
1. Peserta mengimani kehadiran dan penyertaan Tuhan dalam kehidupan berkeluarga, juga dalam aneka kesulitan konkret keluarga.
2. Peserta berusaha membangun Altar Rumah Tangga dalam kesempatan ibadah keluarga bersama.
3. Peserta menyadari dan menanggapi kehadiran Tuhan dalam diri sesama yang membutuhkan perhatian dan pertolongan kita.

GAGASAN POKOK:
Tuhan hadir dan menyertai perjalanan umat-Nya (bdk. Mat 28:20b). Dia tidak hanya hadir di tempat ibadah, tetapi juga di dalam keluarga Kristiani. Terlebih bila keluarga Kristiani sungguh berkumpul dalam nama-Nya, Tuhan berkenan hadir di tengahnya (Mat 18:20). Secara konkret hal ini nyata ketika anggota keluarga berkumpul, berdoa, dan mendengarkan Kitab Suci bersama. “Sebab dalam kitab-kitab suci Bapa yang ada di surga penuh cinta kasih menjumpai para putra-Nya, dan berwawancara kepada mereka, ” demikian penegasan para Bapa Konsili Vatikan II (DV 21). Dalam kesempatan ibadah keluarga, Tuhan sungguh hadir dan berfirman melalui sabda-Nya. Tuhan yang hadir dan menyertai perjalanan keluarga kita juga mengetahui setiap pergumulan dan masalah yang kita hadapi. Dia berkenan pula menanggapi harapan dan permohonan keluarga kita.
Demikian pula yang dialami oleh keluarga Abraham. Abraham telah percaya akan janji Tuhan bahwa dia akan dianugerahi banyak keturunan, melalui Sara, istrinya (Kej 15:4-5; Kej 17:6.16.19). Namun, janji itu tidak kunjung terpenuhi. Dalam perikop yang kita renungkan ini (Kej 18:1-15) Tuhan sendiri berkenan datang dan bertamu ke kemah Abraham untuk membawa kabar sukacita bahwa istrinya tahun depan akan melahirkan anak laki-laki. Suatu berita yang membuat Sara yang mandul itu tertawa dalam hati. Namun, bagi Allah tiada hal yang mustahil. Demikian pula, tiada yang mustahil bagi Allah untuk menyelesaikan setiap pergumulan keluarga kita.
Hal yang menarik adalah Abraham tidak menyadari bahwa salah satu dari tamunya adalah Tuhan sendiri. Dengan antusias dia menyambut para tamunya yang membutuhkan pertolongan dan menyajikan hidangan berlimpah kepada mereka. Pelayanan yang murah hati ini berbuah dengan berita sukacita bagi keluarga Abraham. Maka penulis surat kepada orang Ibrani mengingatkan, “Jangan lupa kamu memberi tumpangan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat” (Ibr 13:2). Kemurahhatian Abraham kepada para tamunya menggarisbawahi penegasan Tuhan Yesus pada saat pengadilan terakhir kelak, “Ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan” (Mat 25:35).

PENGANTAR
Bapak-ibu, selamat berjumpa kembali dalam pertemuan bulan kitab suci 2014. Tema BKSN kali ini adalah Keluarga beribadah dalam Sabda. Tentu sejak tahun lalu keluarga kita telah mengupayakan ibadah keluarga seminggu sekali. Dan sekarang kita akan mengikuti pertemuan BKSN selama empat kami, kiranya Firman Tuhan yang akan kita pelajari dan renungkan bersama akan membantu kita memahami lebih baik bagaimanakah ibadah yang dikehendaki Tuhan. Pada pertemuan pertama ini kita akan merenungkan kehadiran Tuhan di dalam keluarga. Jadi, Tuhan tidak hanya bertakhta di surga, hadir dalam perayaan Ekaristi di gereja, tetapi juga berkenan hadir dalam keluarga kita masing-masing. Kita akan merenungkan pengalaman keluarga Abraham dalam Kej. 18:1-15, dimana Tuhan sendiri berkenan datang bertamu dan memberikan berkat-Nya. Mari sekarang kita menyiapkan hati.

DOA PEMBUKA
Pemandu mengajak umat untuk berdoa memohon agar Roh Kudus mem-bangkitkan iman seluruh peserta, mengarahkan seluruh diri kepada Sabda Allah, dan membuka hati seluruh peserta agar dapat menerima kehendak Allah. Pemandu dapat menyusun sendiri doa kepada Roh Kudus. Doa itu juga dapat disampaikan dalam nyanyian (MB 448, PS 565-567). Tuhan Yesus, Sang Imanuel, saat ini Engkau hadir di tengah kami karena kami berkumpul dalam nama-Mu. Bimbinglah kami dengan terang Roh Kudus-Mu agar dapat memahami kebenaran Firman-Mu. Engkau yang berkenan hadir dan menyertai perjalanan Gereja, kiranya juga berkenan menyertai perjalanan dan pergumulan keluarga kami masing-masing. Bantulah kami semakin menyadari dan mengalami Engkau yang hadir dalam setiap pergumulan keluarga kami. Sebab Engkaulah, Tuhan dan pengantara kami, kini dan sepanjang masa. Amin.

LECTIO
1. Membaca Teks (Kejadian 18:1-15)
Pembacaan teks bisa dilakukan dengan pemeranan: Narator (ay.1-2,7-8,10b-12a, dan pengantar beberapa dialog), Abraham (ay. 3-5a, 9b), ketiga tamu (ay. 5b, 9a), yang salah satunya adalah Tuhan (ay. 10, 13b-14, 15b), dan Sara (ay. 12, 15a). Lalu masing-masing peserta diberi kesempatan menyimak teks lagi untuk lebih memahami kisah ini.
2. Penjelasan
Para peserta diajak untuk mendalami teks Kitab Suci yang baru saja dibacakan. Dalam pendalaman ini pemandu dapat menggunakan salah satu dari dua cara berikut:
1. Peserta diminta menyampaikan pertanyaan informatif seputar teks untuk dibicarakan. Gagasan Pokok dan penjelasan berikut ini dapat membantu pemandu dan peserta agar diskusi informatif dan tematis berjalan lancar. Jadi, dibahas sejauh diperlukan dalam proses pendalaman teks Kitab Suci.
2. Pemandu memberikan penjelasan tentang isi perikop berdasarkan Gagasan Pokok dan Penjelasan Teks.

Tamu Abraham (ay. 1-8). Peristiwa ini berlangsung di kemah Abraham, dekat pohon tarbantin di Mamre. Pohon tarbantin bukanlah jenis pohon tertentu, melainkan pohon besar yang di daerah kering, yang kerap dianggap sebagai pohon suci. Mamre berada dekat Hebron. Di sini Abraham telah mendirikan mezbah bagi Tuhan (Kej. 13:8). Di Hebron pula kelak Daud memerintah selama tujuh tahun enam bulan sebelum memerintah atas seluruh Israel (2Sam. 2:11). Waktu itu siang hari, suasana panas terik sehingga Abraham duduk beristirahat di kemahnya. Mereka yang dalam perjalanan pun akan berteduh pada rerantingan pohon. Maka demi melihat ketiga orang di hadapan kemahnya, Abraham pun berlari menyongsong mereka. Dengan hormat ia menyapa mereka “tuanku” (3), “tuan-tuan” (4) dan menyebut diri “hambamu” (5). Dia sujud sampai ke tanah sebagai ungkapan hormat menerima tamu agung. Namun, dia sama sekali tidak mengenal mereka, apalagi untuk menyadari bahwa salah satunya adalah Tuhan. Kepada ketiga orang itu dia menawarkan bantuan, bagi mereka akan diambilkan air untuk membasuh kaki dari debu (lih. Luk. 7:44-46), dipersilakan duduk istirahat di bawah pohon, dan menikmati roti agar kembali segar untuk melanjutkan perjalanan. Abraham mengecilkan tawarannya, padahal dia merencanakan suatu jamuan besar bagi mereka. Di antara bangsa pengembara merupakan suatu kehormatan besar bila bisa menerima dan menjamu orang asing di kemahnya. Ketiganya pun menerima tawaran Abraham. Antusiasme Abraham dalam menjamu tamu tampak dari 3 kali kata “segera” digunakan: ia segera ke kemah (ay. 6), meminta istrinya segera membuat roti (ay. 6) dan bagaimana bujangnya segera mengolah anak lembu empuk yang telah dipilihnya (ay. 7). Hidangan harus segera disiapkan. Para tamu tidak boleh terlalu lama menunggu. Kemurahan hati Abraham tampak dari jamuan mewah yang disiapkan. Roti bundar pipih berdiameter 45-an cm dari bahan tiga sukat (3 X 12 liter) tepung terbaik. Suatu jumlah yang banyak untuk tiga orang tamu. Demikian pula dipilihkan daging anak lembu yang empuk. Lalu Abraham sendiri bertindak sebagai pelayan meja. Sebagai sajian pembuka, dihidangkan dadih dan susu. Dadih adalah air susu sapi/kambing yang telah dikentalkan, yang diperoleh bila susu ditumbuk dalam kulit kambing dengan sisa dadih yang lama (Ams. 30:33). Para pengembara biasanya tidak minum air anggur, tetapi minum air, maka bila kepada mereka dihidangkan susu cair (dari lembu, unta, atau kambing) berarti bagi mereka diadakan pesta. Baru kemudian disajikan hidangan pokok. Sedang mereka makan, Abraham berdiri dekat mereka dan siap melayani. Pembaharuan Janji (ay. 9-15). Bagian berikutnya menunjukkan siapa sebenarnya tamu Abraham itu. Sebab ketiganya mengenal nama istri Abraham (ay. 9). Salah satunya berkata bahwa tahun depan Sara akan mempunyai anak laki-laki (ay. 10). Tamu ini mengenal kerinduan keluarga ini dan bagaimana mereka menantikan janji Tuhan. Tamu itu juga mengetahui bahwa Sara yang berada di balik kemah tertawa dalam hati atas berita itu (ay. 12). Agaknya baru di sini Abraham menyadari bahwa Tuhan sendiri yang berkunjung ke kemahnya dan membawa kabar gembira. Tahun depan dia akan memiliki anak laki-laki dari Sara. Janji Tuhan dalam Kej 15:4-5; Kej 17:6.16.19 segera tergenapi. Memang Sara itu mandul (Kej 11:30) dan Abraham sendiri telah lanjut usia, sehingga Sara tertawa dalam hati atas pernyataan tamu mereka. Tetapi bagi Allah tiada hal yang mustahil Tiada yang mustahil pula bagi Allah untuk menjadikan perawan Maria sebagai Bunda Penebus (Luk 1:37). Ketika Tuhan menanyakan ketidakpercayaan Sara yang tertawa dalam hati, Sara menyangkalnya. Tetapi Tuhan menegaskan bahwa Sara memang tertawa (ay. 15). Dari sinilah anak mereka kelak diberi nama “Ishak” (lih. Kej 21:6).

MEDITATIO
Pemandu mengajak peserta masuk dalam keheningan dengan mata terpejam, lalu memba-yangkan adegan yang telah dibaca bersama. Selanjutnya dalam hati mereka merenungkan beberapa pertanyaan berikut ini:
a. Apa saja yang bisa Anda teladan dari sikap Abraham?
b. Mengapa Sara tidak percaya? Bagaimana bila Anda menjadi Sara?
c. Apa yang harus dilakukan agar seluruh anggota keluarga selalu ingat akan kehadiran Tuhan di dalam rumah masing-masing.
d. Sejauh mana sikap murah hati pada sesama berhubungan dengan kehadiran Tuhan dalam keluarga?
Lalu para peserta diminta untuk membuka mata dan menuliskan secara singkat hasil perme-nungannya. Lalu beberapa orang dipersilakan membagikan dengan membaca apa yang telah dituliskan. Kemudian pemandu memberikan beberapa penegasan dengan memperhatikan gagasan pokok di atas.

ORATIO
Allah telah menyatakan kehendak-Nya dalam Meditatio, sekarang seluruh peserta akan menanggapi Sabda itu dengan doa. Pemandu mengajak peserta untuk mempersiapkan doa secara tertulis, tanggapan atas Sabda yang baru didengarkan; bisa berupa pujian, syukur, permohonan, niat, dan sebagainya. Kemudian satu demi satu peserta diminta untuk membacakan doa yang telah dituliskan. Rangkaian doa ditutup dengan “Bapa Kami.”

DOA PENUTUP
Pemandu mengajak seluruh peserta untuk berdoa memohon kekuatan dan kasih Allah agar sanggup melaksanakan kehendak-Nya yang telah didengarkan dalam pertemuan. Kami bersyukur Tuhan bahwa Engkau sungguh berkenan hadir melalui Kitab Suci yang kami baca dan renungkan bersama. Engkau hadir pula di tengah keluarga kami dan mengerti segala persoalan dan pergumulan keluarga kami masing-masing. Kami serahkan segala kesulitan dan masalah keluarga kami ke dalam tangan-Mu dan kami percaya bagi-Mu tiada hal yang mustahil untuk menyelesaikannya. Bantu kami pula Tuhan, untuk menolong Engkau dalam diri mereka yang membutuhkan pertolongan kami. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin.

Pertemuan II 
Ibadah Keluarga sebagai Sekolah Iman 

TUJUAN:
1. Peserta menyadari tanggung jawab mewujudkan Gereja Rumah Tangga dan mendidik anak-anak dalam iman Katolik.
2. Peserta menyadari bahwa ibadah keluarga merupakan kesempatan untuk bersama-sama mendengarkan Sabda Tuhan dan mewujudkan kehendak-Nya dalam kehidupan sehari-hari.
3. Peserta memiliki motivasi yang benar dalam beribadah kepada Tuhan.

GAGASAN POKOK:
Pada saat perkawinan suami-istri berjanji akan mendidik anak-anak dalam iman Katolik. Hal ini ditegaskan oleh para Bapa Konsili Vatikan II, “Dalam Gereja-keluarga itu hendaknya orangtua dengan perkataan dan teladan menjadi pewarta iman pertama bagi anak-anak mereka” (LG 11). Menurut Paus Yohanes Paulus II, sejak dini anak-anak perlu diajar untuk mengenal Allah dan kehendak-Nya (Familiaris Consortio 60).
Dalam hal ini kita bisa belajar pada tradisi Yahudi, bagaimana orangtua mengajarkan iman kepada anak-anaknya. Dalam perayaan Paskah di keluarga anak-anak diajar untuk mengerti makna perayaan/liturgi Paskah (lih. Kel 12). Mereka juga diajar untuk mengasihi Allah yang esa dengan segenap hati dan kekuatan (lih. Ul 6:4-5). Sementara dalam perikop yang kita renungkan pada pertemuan ini (Ul 6:20-25) anak-anak akan diberi motivasi dan alasan untuk melakukan semua perintah dan ketetapan Tuhan.
Motivasi bangsa Israel melakukan kehendak Tuhan bukanlah karena takut akan hukuman-Nya atau agar Tuhan memenuhi keinginan mereka, melainkan karena mereka menyadari karya keselamatan Tuhan yang telah ditunjukkan dalam pengalaman bangsa Israel. Mereka telah dibebaskan oleh Tuhan dari perbudakan Mesir dan dianugerahi tanah yang telah dijanjikan kepada para bapa bangsa (Kej 15:18-21, Kej 17:8). Konsekuensinya, mereka diminta untuk melakukan segala ketetapan Tuhan dan takut kepada-Nya, sehingga mereka senantiasa dalam keadaan baik. Inilah motivasi yang benar orang melakukan kehendak Tuhan, yang kiranya juga harus menjadi motivasi dan alasan keluarga Kristiani mentaati Firman Tuhan.
Kesetiaan melakukan kehendak Tuhan diperhitungkan Tuhan sebagai kebe-naran. Apakah hal ini bertentangan dengan Kej 15:6 yang menyatakan bahwa sikap percaya Abraham atas janji Tuhanlah yang diperhitungkan sebagai kebenaran? Keduanya tidak bertentangan. Terhadap janji Tuhan, sikap yang diminta dari kita adalah percaya. Sementara terhadap perintah Tuhan, yang diminta dari kita adalah sikap patuh melakukannya. Bila kita menuruti perintah Allah, berarti kita sungguh mengenal Allah (bdk. 1 Yoh 2:3). Melalui ibadah keluarga semua anggota keluarga belajar mendengarkan perintah Tuhan dan berusaha melakukannya (bdk. Mat 12:50). Dalam hal ini motivasi, penjelasan, dan teladan orangtua sangat menentukan.

PENGANTAR
Ibu-bapak saudara, pada saat merayakan sakramen perkawinan suami-istri berjanji akan mendidik anak-anak secara Katolik. Untuk itu keluarga perlu bersama-sama mendengarkan Sabda Tuhan dalam Kitab Suci yang memuat perintah dan ketetapan Tuhan untuk dilaksanakan. Kadang kita bertanya, kenapa kita mesti melakukan semua perintah itu? Apakah supaya Tuhan tidak murka, supaya Tuhan mengabulkan permohonan kita, atau supaya apa?
Kita akan merenungkan Firman Tuhan dalam Ul. 6:20-26 yang berisi pengajaran Nabi Musa bila anak kita bertanya mengapa harus melakukan kehendak Tuhan. Pertama-tama diingatkan bagaimana Tuhan sudah menunjukkan karya keselamatan-Nya kepada bangsa Israel. Sebagai ungkapan syukur mereka harus mematuhi perintah dan ketetapan Tuhan. Melakukan perintah dan ketetapan Tuhan merupakan tindakan orang benar. Mari sekarang kita menyiapkan hati.

DOA PEMBUKA
Pemandu mengajak umat untuk berdoa memohon agar Roh Kudus membang-kitkan iman seluruh peserta, mengarahkan seluruh diri kepada Sabda Allah, dan membuka hati seluruh peserta agar dapat menerima kehendak Allah. Pemandu dapat menyusun sendiri doa kepada Roh Kudus. Doa itu juga dapat disampaikan dalam nyanyian (MB 448, PS 565-567).
Allah Bapa yang Mahakasih, melalui Kitab Suci Engkau menyatakan kehendak-Mu yang menuntun langkah hidup kami. Dahulu Engkau telah mengasihi dan menyelamatkan bangsa Israel, kiranya kasih-Mu juga Kaunyatakan kepada keluarga kami masing-masing. Kami bersyukur atas segala kasih dan anugerah-Mu untuk keluarga kami masing-masing. Bantulah keluarga kami untuk semakin mengenal dan melakukan kehendak-Mu, demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin.

LECTIO

1. Membaca (Ulangan 6:20-25)
 Kutipan khotbah Musa ini bisa dibacakan oleh seseorang dengan lantang. Kemudian masing-masing menyimak teks kembali dengan membaca dalam hati.

2. Mendalami
Para peserta diajak untuk mendalami teks Kitab Suci yang baru saja dibacaka. Dalam pendalaman ini pemandu dapat menggunakan salah satu dari dua cara berikut:
1. Peserta diminta menyampaikan pertanyaan informatif seputar teks untuk dibicarakan. Gagasan Pokok dan penjelasan berikut ini dapat membantu pemandu dan peserta agar diskusi informatif dan tematis berjalan lancar. Jadi, dibahas sejauh diperlukan dalam proses pendalaman teks Kitab Suci.
2. Pemandu memberikan penjelasan tentang isi perikop berdasarkan Gagasan Pokok dan Penjelasan Teks.

Kitab Ulangan berisi kumpulan khotbah Musa baik di padang Moab (Ul. 1:5) sebelum dia meninggal dunia (Ul. 34). Penyataan “Anakmu bertanya” pada Ul. 6:20 mengingatkan kita akan frasa yang sama dalam ritual Paskah dalam keluarga (Kel. 12:26-27). Bila dalam Kel. 12 yang ditanyakan adalah makna perayaan liturgi Paskah, dalam Ul. 6 yang ditanyakan adalah alasan di balik segala peraturan dan ketetapan Tuhan untuk mencintai-Nya dengan segenap hati dan kekuatan (Ul. 6:4-5).
Jawabannya perlu merujuk karya keselamatan Tuhan atas bangsa Israel. Dulu mereka telah diperbudak Firaun di Mesir lalu dibebaskan Tuhan dengan tangan yang kuat (ay. 21). Tuhan sendiri memberikan tanda dan mukjizat untuk menghukum orang Mesir dengan pelbagai tulah (air menjadi darah, katak, nyamuk, lalat pikat, penyakit sampar pada ternak, barah, hujan es, belalang, gelap gulita, anak sulung Mesir mati, lih. Kel. 7:14-12:30). Bagaimana kemudian Tuhan membimbing mereka menyeberangi Laut Teberau dengan kaki kering (Kel. 14:15-31) dan memberikan makanan (manna, burung puyuh) dan minuman selama dalam perjalanan (di Mara: air pahit dijadikan manis (Kel. 15:22-26), di Rafidim: air memancar dari gunung batu (Kel. 17:1-7). Selanjutnya Tuhan membimbing umat Israel menuju tanah terjanji, sebagaimana telah Dia janjikan kepada Abraham (Kej. 17:8) dan Yakub (Kej. 35:12).
Sebagai ucapan syukur atas karya keselamatan Tuhan, umat Israel diminta untuk melakukan segala kehendak-Nya dan takut kepada Tuhan (ay. 24). Kesetiaan dalam mematuhi perintah Tuhan diperhitungkan sebagai kebenaran (ay. 25). Sama seperti Abraham dipandang sebagai orang benar karena percaya pada janji Tuhan (Kej. 12:6). Kedua pernyataan ini tidak saling bertentangan karena isi sabda Tuhan yang berbeda: yang satu perintah, yang lain janji. Janji Tuhan tentang masa depan perlu dipercaya dan diimani, sementara perintah dan ketetapan adalah hal yang mesti ditaati dan dilakukan saat ini. Mengapa mesti melakukannya? Kembali kita perlu mengingat bagaimana Tuhan telah menyatakan karya keselamatannya. Secara konkret perikop ini ditujukan kepada orangtua untuk memotivasi, mengajarkan, dan memberikan teladan kepada anak-anaknya dalam mematuhi perintah Tuhan.

MEDITATIO
Pemandu mengajak para peserta masuk dalam suasana hening dan dalam keheningan kembali mendengarkan pembacaan teks Ul 6:20-25. Lalu pemandu mengajak peserta untuk: • Mengingat kembali karya Allah bagi Israel, perintah untuk mengasihi Allah, dan tugas orangtua untuk mengajarkan hal itu kepada anak-anak mereka. • Merenungkan bagaimana hal yang sama dapat dikerjakan oleh keluarga Kristiani: bagaimana mempergunakan ibadah keluarga sebagai kesempatan untuk mengajarkan iman kepada anak-anak (kebenaran iman dan kehidupan sesuai dengan iman). Lalu para peserta diminta untuk membuka mata dan menuliskan secara singkat hasil permenungannya. Lalu beberapa orang dipersilakan membagikan dengan membaca apa yang telah dituliskan. Kemudian pemandu memberikan beberapa penegasan dengan memperhatikan gagasan pokok di atas.

ORATIO
Allah telah menyatakan kehendak-Nya dalam Meditatio, sekarang seluruh peserta akan menanggapi Sabda itu dengan doa. Pemandu mengajak peserta untuk mempersiapkan doa secara tertulis, tanggapan atas Sabda yang baru didengarkan; bisa berupa pujian, syukur, permohonan, niat, dan sebagainya. Kemudian satu demi satu peserta diminta untuk membacakan doa yang telah dituliskan. Rangkaian doa ditutup dengan “Bapa Kami.”

DOA PENUTUP
Pemandu mengajak seluruh peserta untuk berdoa memohon kekuatan dan kasih Allah agar sanggup melaksanakan kehendak-Nya yang telah didengarkan dalam pertemuan. Ya Tuhan, kami bersyukur atas kasih-Mu yang Kaunyatakan kepada keluarga kami masing-masing. Kami bersyukur pula atas tugas yang Kaupercayakan untuk mendidik anak-anak kami dalam iman kristiani. Berilah kami rahmat-Mu agar setia mematuhi perintah-Mu dan menjauhi larangan-Mu. Demi Kristus, Tuhan dan pengan-tara kami. Amin.

Pertemuan III 
Ibadah dan Kehidupan 

TUJUAN:
1. Peserta menyadari bahwa ibadah sejati tidak berhenti pada urusan ritual, apalagi untuk “menyuap” Tuhan, tetapi harus berbuah dalam kehidupan sehari-hari yang diwarnai perilaku adil dan benar.
2. Peserta menyadari bahwa yang terutama dikehendaki oleh Tuhan adalah perwujudan semangat keadilan dan kebenaran dalam keluarga dan di masyarakat, dan tidak mudah berpuas diri dengan kesemarakan ritual ibadah dan kelimpahan persembahan.

GAGASAN POKOK:
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius. Hal ini tampak dari tempat ibadah yang terus dibangun dan selalu dipenuhi jemaat, terlebih saat hari raya. Di tempat-tempat umum pun aneka simbol keagamaan mudah kita jumpai. Namun, penuh sesaknya tempat ibadah dan kesemarakan ritual ibadah apakah sudah berpengaruh pada kehidupan bersama yang diwarnai keadilan dan kebenaran? Atau, jangan-jangan dalam masyarakat kita sebe-narnya terjadi proses sekularisasi, pembedaan antara praktek ritual di tempat ibadah dan pengamalan iman dalam kehidupan? Perayaan ibadah di Indonesia memang berlangsung meriah, namun mungkin belum berbanding lurus dengan perilaku benar, adil, jujur, dan kerelaan berkurban bagi sesama yang menderita. Bahkan korupsi kadang dianggap sebagai “budaya” dan tak jarang merasuk pula dalam lembaga keagamaan.
Maka, perlu diwaspadai bila ibadah itu sebatas pemenuhan tindakan ritual sesuai norma yang digariskan, tetapi tidak berbuah dalam ibadah sosial dalam kehidupan sehari-hari. Orang mudah merasa puas diri bila sudah melakukan ritual ibadah secara semarak dan sedetail mungkin seturut rubrik-rubrik upacara yang telah ditentukan, namun hatinya belum juga tergerak untuk lebih memperjuangkan kebenaran dan keadilan. Padahal Tuhan Yesus menghendaki bahwa melalui kita yang beribadah dan menyambut Ekaristi, berkat-Nya kita teruskan sehingga Sang Roti Hidup itu sungguh memberikan hidup bagi dunia di sekitar kita (lih. Yoh 6:51).
Persoalan makin pelik, manakala ibadah justru dimaksudkan untuk menyuap Tuhan agar tidak murka atas perilaku kita yang bertentangan dengan se-mangat keadilan dan kebenaran. Dalam konteks inilah kritik Tuhan melalui nabi Amos perlu kita perhatikan. Amos menyatakan bahwa yang dikehendaki Tuhan bukanlah kelimpahan kurban persembahan ataupun kesemarakan ritual ibadah, melainkan perwujudan keadilan dan kebenaran. Ibadah se-mestinya menggerakkan orang semakin memperjuangkan keadilan dan kebenaran. Umat Kerajaan Israel yang tidak mau mengindahkan peringatan Tuhan pun diancam akan dibuang ke negeri asing.
Melalui nubuat Amos 5:21-27 ini kita diajak mengupayakan agar ibadah keluarga kita pun berbuah dalam perilaku adil dan benar. Kasih kepada Tuhan mesti mengalir pada kasih kepada sesama, dimulai di antara anggota keluarga kita dan selanjutnya meluas di tempat kerja, di gereja, dan di masyarakat.

PENGANTAR
Para saudara terkasih, beribadah kepada Tuhan merupakan ungkapan iman kita. Ketika beribadah kepada Tuhan kita membawa aneka persembahan dan menyemarakkan ibadah dengan nyanyi-an dan musik. Kita merasa puas dan senang bila ibadah kita berlangsung dengan khidmat, meriah, dan mengena di hati. Apakah cukup demikian?
Dalam pertemuan ketiga ini kita akan merenungkan keterkaitan antara ibadah dan kehidupan. Kita akan merenungkan kritik Tuhan sendiri melalui nabi Amos 5: 20-27. Ternyata Tuhan bisa menolak kurban persembahan dan ibadah yang meriah. Sebab yang paling dikehendaki Tuhan adalah perwujudan keadilan dan kebenaran. Ibadah Ritual mesti berbuah dalam ibadah sosial yang memperjuangkan keadilan sosial dan kasih kepada sesama yang menderita. Mari sejenak kita siap hati.

DOA PEMBUKA
Pemandu mengajak umat untuk berdoa memohon agar Roh Kudus mem-bangkitkan iman seluruh peserta, mengarahkan seluruh diri kepada Sabda Allah, dan membuka hati seluruh peserta agar dapat menerima kehendak Allah. Pemandu dapat menyusun sendiri doa kepada Roh Kudus. Doa itu juga dapat disampaikan dalam nyanyian (MB 448, PS 565-567). Allah yang maha kuasa dan maha adil, kami bersyukur bahwa kami dapat senantiasa mendengarkan Firman-Mu dan beribadah kepada-Mu. Syukur pula atas Ekaristi Kudus yang senantiasa boleh kami rayakan bersama. Bantulah kami dengan rahmat-Mu agar mampu meneruskan berkat-Mu kepada semua orang yang kami jumpai. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin.

LECTIO
1. Membaca Teks (Amos 5:21-27)
Teks Amos ini dapat dibacakan bergantian per ayat, satu orang satu ayat. Kemudian masing-masing menyimak teks kembali dengan membaca dalam hati.
2. Penjelasan
Para peserta diajak untuk mendalami teks Kitab Suci yang baru saja dibacaka. Dalam pendalaman ini pemandu dapat menggunakan salah satu dari dua cara berikut:
1. Peserta diminta menyampaikan pertanyaan informatif seputar teks untuk dibicarakan. Gagasan Pokok dan penjelasan berikut ini dapat membantu pemandu dan peserta agar diskusi informatif dan tematis berjalan lancar. Jadi, dibahas sejauh diperlukan dalam proses pendalaman teks Kitab Suci.
2. Pemandu memberikan penjelasan tentang isi perikop berdasarkan Gagasan Pokok dan Penjelasan Teks.
Nabi Amos semula adalah pemungut buah ara hutan (Am 7:14) dan peternak domba dari Tekoa, wilayah kerajaan Yehuda atau Kerajaan Selatan (Am 1:1). Dia diutus Tuhan untuk bernubuat di Kerajaan Israel atau Kerajaan Utara, semasa raja Yerobeam II (786-746 SM) menjadi raja Israel (bdk. 2 Raj 14:23-29). Pada masa Yerobeam II Kerajaan Israel mengalami kemakmuran. Orang-orang kaya memiliki rumah musim dingin dan musim panas, bahkan rumah-rumah gading (3:15) atau rumah-rumah dari batu pahat (5:11). Ada pula yang tidur di tempat tidur dari gading (6:4). Sementara wanita Samaria digambarkan sebagai lembu Basan yang mabuk kemewahan (4:1). Namun, kemakmuran yang dinikmati segelintir orang itu tidak berdampak pada keadilan sosial. Demi uang maka orang benar dan orang miskin dijual (2:6). Perempuan-perempuan muda juga dilecehkan (2:7). Orang kaya dan berkuasa suka memeras orang lemah dan menginjak orang miskin (4:1). Keadilan bisa diubah dan kebenaran diabaikan (5:7). Para hakim mau menerima uang suap dalam pengadilan sehingga orang benar dan orang miskin pun terjepit (5:12). Perikop yang kita renungkan berbicara kritik Tuhan melalui Amos atas ibadah Israel yang tidak membawa dampak dalam keadilan sosial.  Tuhan menolak Kurban Israel (ay. 21-23). Umat Israel suka dengan segala kemeriahan ibadah dan upacara kurban. Mereka beribadah di Betel dan di Gilgal (4:4). Di Betel terletak bait suci kerajaan (7:10), yang asal mulanya dikaitkan dengan mimpi Yakub di Betel (Kej 28:10-22), bahkan Abraham (Kej 12:8). Sementara bait suci di Gilgal menjadi pusat keagamaan di zaman Saul (1 Sam 11:15) dan Daud (2 Sam 19:15), dan masih dipakai pada zaman Amos (4:4, 5:5). Orang Israel memang rajin mengikuti perayaan ibadah. Setidak-nya tiga kali setahun mereka diwajibkan menghadap Tuhan (bdk. Kel 23:14), yakni pada hari raya roti tidak beragi, Hari Raya Tujuh Minggu atau Pentakosta, dan hari raya pondok daun (lih. Im 23:4-44). Di tempat ibadah itu orang Israel mempersembahkan kurban bakaran, kurban sajian, dan kurban keselamatan (Am 5:22). Kurban bakaran berupa lembu sapi, kambing domba, atau burung tekukur/merpati disembelih lalu dibakar di mezbah (lih. Im 1). Kurban sajian berupa 12 roti dari gandum terbaik dalam dua susunan yang diganti setiap hari Sabat dan kemudian dimakan oleh para imam (bdk. Im 2). Sementara kurban keselamatan yang dimaksudkan sebagai ucapan syukur atau pembayaran nazar dilakukan dengan mempersembahkan lembu, atau kambing/domba (lih. Im 3). Aneka kurban persembahan yang menjadi kurban api-apian bagi Tuhan ini diyakini baunya akan menyenangkan hati Tuhan (Im 1:9.13.17; 3:5,dst). Mereka juga menyertai ibadah ini dengan kemeriahan nyanyian dan iringan lagu gambus nan merdu (Am 5:23). Mereka mengira bahwa dengan banyaknya kurban persembahan dan meriahnya ritual upacara maka Tuhan akan berkenan dan membuat hubungan mereka dengan Tuhan tetap baik. Namun sayang, ternyata kurban berlimpah dan ibadah meriah itu justru ditolak oleh Tuhan. Mengapa? Keadilan dan Kebenaran, Bukan Kurban (ay. 24-25). Sebenarnya bukan kurban persembahanlah yang dikehendaki Tuhan, melainkan ucapan syukur dan pemenuhan nazar (Mzm 50:7-14). Tuhan tidak berkenan bila persembahan itu dimaksudkan untuk menutup mata Tuhan atas perilaku pembawa persembahan yang tidak benar dan tidak adil. Percuma saja mereka beribadah bila mereka tetap melakukan ketidakadilan (lih. 2:6.7; 4:1; 5:7.12), apalagi bila kurban persembahan itu justru hasil pemerasan dan ketidakadilan. Kurban persembahan dan kesemarakan ritual harus berbuah dalam keadilan sosial dan kasih kepada sesama yang menderita. Dalam kitab Amos keadilan (mispat) dikaitkan dengan sikap adil dalam pengadilan di pintu gerbang kota sehingga orang benar dan orang lemah terlindungi. Sementara kebenaran (tsedaqah) adalah milik mereka yang memenuhi tanggung jawab dalam kehidupan bersama. Tuhan mengingatkan bagaimana selama 40 tahun di padang gurun nenek moyang Israel tidak mempersembahkan kurban sembelihan dan kurban sajian, namun tetap berkenan di hati Tuhan (Am. 5:25). Karena bukan kurban persembahan yang Tuhan kehendaki, melainkan pelaksanaan kebenaran dan keadilan. Ancaman Hukuman (ay. 26-27). Sebagai konsekuensi atas ibadah mereka yang tidak dibarengi dengan keadilan dan kebenaran, Tuhan akan membuang mereka jauh ke seberang Damsyik, yakni di negeri Asyur. Hal ini terjadi pada tahun 722 SM. Pada saat itu mereka juga akan membawa berhala-berhala mereka. Sakut adalah nama dewa bintang dari Mesopotamia yang dikaitkan dengan planet Saturnus. Disebut “rajamu” bisa jadi karena dewa Saturnus dipandang sebagai raja utama bagi bangsa Israel. Demikian pula Kewan, “dewa bintangmu” adalah nama berhala lain yang patungnya juga dibuat oleh orang Israel. Dengan demikian ritual ibadah Israel juga diwarnai dengan praktek sinkretisme, seperti yang telah diwariskan oleh Yerobeam, raja pertama Kerajaan Israel yang membuatkan patung lembu emas di Betel dan di Dan (lih. 1 Raj 12:25-33). Di tanah Israel mereka telah mengimpor dan membuat patung dewa-dewi bintang orang Mesopotamia. Namun ironisnya, mereka justru akan dibuang bersama berhala mereka ke negeri Asyur, tempat dari mana dewa-dewi itu berasal.

MEDITATIO
Pemandu mengajak para peserta masuk dalam suasana hening dan dalam keheningan kembali mendengarkan pembacaan teks Amos 5:21-27. Lalu pemandu mengajak peserta untuk: • Mengingat kembali kesalahan yang dibuat oleh umat Israel dan peringatan yang disampaikan oleh Amos kepada mereka. • Merenungkan bagaimana pesan yang Nabi Amos dapat dilaksanakan di dalam keluarga dan bagaimana ibadah yang dilakukan dalam keluarga membuahkan hasil dalam sikap dan perilaku yang nyata. Lalu para peserta diminta untuk membuka mata dan menuliskan secara singkat hasil permenungannya. Lalu beberapa orang dipersilakan membagi-kan dengan membaca apa yang telah dituliskan. Kemudian pemandu mem-berikan beberapa penegasan dengan memperhatikan gagasan pokok di atas.

ORATIO
Allah telah menyatakan kehendak-Nya dalam Meditatio, sekarang seluruh peserta akan menanggapi Sabda itu dengan doa. Pemandu mengajak peserta untuk mempersiapkan doa secara tertulis, tanggapan atas Sabda yang baru didengarkan; bisa berupa pujian, syukur, permohonan, niat, dan sebagainya. Kemudian satu demi satu peserta diminta untuk membacakan doa yang telah dituliskan. Rangkaian doa ditutup dengan “Bapa Kami.”

DOA PENUTUP
Pemandu mengajak seluruh peserta untuk berdoa memohon kekuatan dan kasih Allah agar sanggup melaksanakan kehendak-Nya yang telah didengarkan dalam pertemuan. Ya Allah yang Maharahim, ampunilah kami bila selama ini kami kurang bersikap adil dan benar dalam keluarga, di tempat kerja, dan di masyarakat. Dengan bantuan rahmat-Mu, kami ingin mengupayakan kebenaran dan keadilan dimana pun kami berada. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin.

Pertemuan IV 
Keluarga yang Beribadah 
 dalam Roh dan Kebenaran 

TUJUAN:
1. Peserta semakin mengimani Yesus sebagai Mesias yang menuntun kita beribadah secara benar.
2. Peserta memahami arti dan perwujudan menyembah Allah Bapa dalam Roh dan Kebenaran.

GAGASAN POKOK:
Kadang kita mempersoalkan di manakah dan dengan cara apa kita mesti beribadah dan menyembah Allah. Perikop yang kita renungkan kali ini meng-angkat pembicaraan Yesus dengan wanita Samaria yang menyinggung perbedaan tempat beribadah di antara orang Yahudi dan orang Samaria. Namun, Yesus menegaskan bahwa kini telah tiba saatnya bahwa orang menyembah Allah tidak lagi terikat pada tempat entah di Yerusalem ataupun di gunung Gerizim, tetapi mereka akan menyembah Allah dalam Roh dan kebenaran. Penyataan “menyembah Allah dalam roh dan kebenaran” bukan berarti menyembah Allah di dalam diri kita sendiri dan kemudian mengabaikan ibadah bersama, karena yang dimaksudkan adalah Roh Allah, bukan roh pada manusia (lih. ay. 24). Menyembah Allah dalam Roh dan kebenaran berarti kita menyembah Allah karena digerakkan oleh Roh yang telah menyatakan kebenaran tentang Allah. Allah hanya bisa disembah sebagai Bapa oleh mereka yang telah memiliki Roh yang menjadikan mereka anak-anak Allah (Rom 8:15-16). Roh Kudus pula yang telah melahirkan mereka “dari atas” (Yoh 3:3, anĹŤthen (Yun), bisa berarti “dari atas” atau “kembali”). Roh Kudus telah mengangkat kita dari level “daging/dari bawah” (Yoh 3:8) sehingga memungkinkan kita menyembah Allah secara layak. Orang yang lahir dari Roh menerima kehidupan dari Roh dan seluruh hidupnya digerakkan oleh Roh itu. Roh kebenaran ini akan memimpin para murid Yesus pada seluruh kebenaran (Yoh 16:13), yakni rahasia Allah sejauh disingkapkan oleh Yesus dan diingatkan oleh Roh Kudus. Dalam pembicaraan dengan wanita Samaria itu Yesus juga menegaskan bahwa dirinya adalah Mesias. Dia membenarkan dugaan wanita Samaria dan sekaligus mewahyukan bahwa dirinya adalah Mesias. Mesias inilah yang akan membimbing kita menyembah Allah dalam Roh Kebenaran dan dengan motivasi yang benar.

PENGANTAR
Bapak-ibu dan para saudara terkasih, bangsa kita terdiri dari pemeluk beragam agama dan keyakinan. Kadang kita bertanya ibadah manakah yang paling benar, tempat atau kiblat doa manakah yang paling didengarkan Tuhan, dan cara doa seperti apakah yang paling Tuhan kehendaki. Dalam pertemuan terakhir ini kita akan menyimak dialog Yesus dengan wanita Samaria yang menegaskan bahwa saatnya sudah tiba bahwa orang beribadah tidak lagi terpancang pada tempat sebab penyembah yang benar akan menyembah Allah Bapa dalam Roh dan kebenaran. Apakah maksud pernyataan Tuhan Yesus ini dan bagaimana perwujudannya dalam ibadah keluarga kita, akan kita renungkan bersama-sama. Mari sejenak kita siapkan hati.

DOA PEMBUKA
Pemandu mengajak umat untuk berdoa memohon agar Roh Kudus membang-kitkan iman seluruh peserta, mengarahkan seluruh diri kepada Sabda Allah, dan membuka hati seluruh peserta agar dapat menerima kehendak Allah. Pemandu dapat menyusun sendiri doa kepada Roh Kudus. Doa itu juga dapat disampaikan dalam nyanyian (MB 448, PS 565-567). Allah Bapa yang maha baik, kami bersyukur telah Kauhimpun kembali untuk bersama-sama merenungkan Firman-Mu. Kami hendak belajar dari Putra-Mu bagaimana kami harus menyembah Engkau dalam Roh dan kebenaran. Maka terangilah kami dengan Roh-Mu sendiri agar kami bisa memahaminya dan semakin menyembah Engkau dengan penuh iman dan kasih. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin.

LECTIO
1. Membaca Teks (Yohanes 4:19-26)
Teks bisa dibacakan dengan pemeranan oleh: narator (pengantar dialog), Yesus (ay. 21-24, 26) dan wanita Samaria (ay.19-20, 25). Selanjutnya peserta kembali menyimak teks dengan membacanya dalam hati.
2. Penjelasan
Para peserta diajak untuk mendalami teks Kitab Suci yang baru saja dibacaka. Dalam pendalaman ini pemandu dapat menggunakan salah satu dari dua cara berikut:
1. Peserta diminta menyampaikan pertanyaan informatif seputar teks untuk dibicarakan. Gagasan Pokok dan penjelasan berikut ini dapat membantu pemandu dan peserta agar diskusi informatif dan tematis berjalan lancar. Jadi, dibahas sejauh diperlukan dalam proses pendalaman teks Kitab Suci.
2. Pemandu memberikan penjelasan tentang isi perikop berdasarkan Gagasan Pokok dan Penjelasan Teks.

Yesus sedang berbicara dengan wanita Samaria di pinggir sumur Yakub (Yoh. 4:4-6). Suatu pemandangan yang tidak biasa bahwa seorang Yahudi berbicara dengan wanita Samaria (ay. 7). Semula Yesus meminta air, namun kemudian menawarkan air hidup kepada wanita itu (ay. 10-15). Lalu, Yesus menyinggung kehidupan pribadi wanita itu yang telah lima kali bersuami dan kini hidup bersama dengan lelaki yang bukan suaminya (ay. 16-18). Pengenalan Yesus akan kehidupan pribadi wanita ini (bdk. juga terhadap Natanael (Yoh 1:48) membuat wanita ini yakin bahwa Yesus adalah seorang nabi. Sebagai seorang Samaria yang hanya mengakui Taurat Musa, gambaran nabi adalah seperti nabi Musa (lih. Ul 18:18). Maka kepada sang nabi ini wanita Samaria itu menanyakan persoalan klasik tentang perbedaan ibadah orang Yahudi dan orang Samaria. Orang Yahudi beribadah di Yerusalem, karena disanalah terdapat Bait Allah yang telah dibangun oleh Salomo (1 Raj 6) dan kemudian dibangun kembali setelah pembuangan Babel (lih. Ezr-Neh). Sementara orang Samaria yang hanya menerima kelima Taurat Musa beribadah di gunung Gerizim karena dalam Ul 11:29; 29:12 di gunung inilah berkat akan diucapkan. Pada abad IV SM dengan seizin Alexander Agung mereka membangun bait suci di gunung ini. Namun kemudian John Hirkanus, penguasa Yahudi dari wangsa Hasmonea, menghancurkannya pada tahun 128 SM. Tetapi orang Samaria tetap beribadah di situs tersebut. Atas pertanyaan mengenai tempat beribadah yang benar, Yesus meminta wanita yang telah mengakui-Nya sebagai nabi itu untuk percaya kepada-Nya. Sebab akan tiba saatnya, orang beribadah tidak tergantung pada tempatnya: entah di Yerusalem ataupun di Gunung Gerizim (ay. 21). Pada ay. 22 Yesus berkata, “Kamu (kalian) menyembah apa yang kamu tidak kenal”. Pernyataan ini hanya bisa dimengerti bila kita mengingat latar belakang terjadinya bangsa Samaria. Mereka adalah bangsa-bangsa pendatang yang tiba di Israel setelah penduduk Israel dibuang ke negeri Asyur. Pada saat itu mereka diserang oleh singa-singa dan mengira bahwa Allah negeri yang mereka tinggali murka. Maka mereka mengundang seorang imam yang telah ikut dibuang ke Asyur untuk datang ke Betel. Imam itu mengajarkan Taurat kepada mereka dan bagaimana berbakti kepada Tuhan, penguasa negeri yang mereka tinggal. Mereka beribadah kepada Yahweh dimotivasi oleh perasaan takut. Selain itu, mereka masih tetap beribadah pula kepada ilah-ilah yang mereka bawa dari negeri asalnya (lih. 2 Raj 17:24-41). Mereka mempraktekkan sinkretisme dan beribadah kepada Yahwe karena ingin aman tinggal di negeri Israel. Sementara orang Yahudi beribadah kepada Yahweh karena telah mengalami karya keselamatan Tuhan yang telah membebaskan mereka dari perbudakan Mesir, memberikan Tanah Terjanji, dan memberikan kerajaan kokoh semasa Daud. Pengenalan akan Allah yang mengasihi inilah motivasi beribadah yang benar. Kendati kemudian kerajaan Israel terpecah bangsa Yahudi tetap mengharapkan kedatangan Mesias, keturunan Daud, yang kerajaannya tidak akan berakhir (2 Sam 7). Tentu bukan Mesias politis yang Yesus maksudkan di sini, melainkan Mesias yang akan membebaskan manusia dari perbudakan dosa. Melalui Mesias yang lahir dari bangsa Yahudi inilah maka bangsa-bangsa akan menerima keselamatan. Menjawab pertanyaan wanita itu, Yesus menegaskan bahwa para penyembah yang benar akan menyembah Allah dalam roh dan kebenaran. Kata “roh dan kebenaran” bisa dimengerti sebagai “Roh Kebenaran”. Roh Kudus juga disebut Roh Kebenaran yang akan membimbing murid-murid Yesus pada seluruh kebenaran (Yoh. 16:13). Kebenaran yang dimaksudkan adalah rahasia Allah sejauh telah diwahyukan oleh Yesus. Dengan dilahirkan dari atas (Yun.: anĹŤthen, bisa berarti “dari atas” atau “kembali”), orang diperkenankan masuk dalam Kerajaan Allah (Yoh 3:3.5). Untuk itu orang harus dilahirkan dalam air dan Roh. Dilahirkan “dari atas” berarti diangkat dari “level bawah/daging” (3:8). Dilahirkan “kembali” berarti menerima kelahiran dalam air dan roh melalui Sakramen Baptis. Oleh Roh Kudus kita dimampukan menyapa Allah dengan “ya Abba, ya Bapa” (Rm. 8:15). Menyembah Allah dalam Roh dan Kebenaran tidak boleh dimengerti sebagai menyembah Allah dalam roh manusia karena yang dimaksudkan adalah Roh Kudus sendiri. Roh Kudus ini akan mengingatkan kita akan Allah Bapa yang mengasihi kita. Roh yang sama akan menggerakkan kita untuk menyembah Allah dengan motivasi yang benar, yakni karena mengasihi Dia. Wanita Samaria itu pun mengakui bahwa Mesias akan datang dan akan memberitakan segala sesuatu kepada bangsa Samaria. Pada akhir perikop ini (ay. 26) Yesus menegaskan “Akulah Dia” (egĹŤ eimi) yang mengafirmasi pernyataan wanita itu sekaligus untuk menyatakan keilahian-Nya (bdk. Yoh 6:20, 8:28.58). Melalui Sang Mesias, kita bisa menyembah Allah secara benar, yakni dalam roh dan kebenaran.

MEDITATIO
Pemandu mengajak para peserta masuk dalam suasana hening dan dalam keheningan kembali mendengarkan pembacaan teks Yohanes 4:19-26. Lalu pemandu mengajak peserta untuk:
• Mengingat kembali apa yang diajarkan oleh Yesus mengenai ibadah: tidak terikat tempat, didasari oleh pengenalan akan Allah yang benar, dan digerakkan oleh motivasi yang benar (berbakti kepada Allah yang mengasihi).
• Merenungkan bagaimana ajaran Yesus itu dapat dilaksanakan dalam ibadah keluarga: apa yang harus dilakukan oleh orangtua agar dapat mendidik anak untuk mengenal Allah yang benar dan untuk beribadah dengan motivasi yang benar? Lalu para peserta diminta untuk membuka mata dan menuliskan secara singkat hasil permenungannya. Lalu beberapa orang dipersilakan membagi-kan dengan membaca apa yang telah dituliskan. Kemudian pemandu mem-berikan beberapa penegasan dengan memperhatikan gagasan pokok di atas.

ORATIO
Allah telah menyatakan kehendak-Nya dalam Meditatio, sekarang seluruh peserta akan menanggapi Sabda itu dengan doa. Pemandu mengajak peserta untuk mempersiapkan doa secara tertulis, tanggapan atas Sabda yang baru didengarkan; bisa berupa pujian, syukur, permohonan, niat, dan sebagainya. Kemudian satu demi satu peserta diminta untuk membacakan doa yang telah dituliskan. Rangkaian doa ditutup dengan “Bapa Kami.”

DOA PENUTUP
Pemandu mengajak seluruh peserta untuk berdoa memohon kekuatan dan kasih Allah agar sanggup melaksanakan kehendak-Nya yang telah didengarkan dalam pertemuan. Alllah Bapa maha baik, terima kasih kami panjatkan bahwa kami boleh bersama-sama merenungkan firman-Mu. Kami bersyukur bahwa Firman-Mu sungguh membimbing dan menuntun keluarga kami, terlebih dalam beribadah kepada-Mu. Dan berkat putra-Mu, sang Mesias, kami boleh mengenal dan mengasihi Engkau yang telah lebih dahulu mengasihi kami. Berkat Roh-Mu pula kami telah dilahirkan kembali sehingga berani menyapa Engkau, ya Abba, ya Bapa. Ajarlah kami senantiasa menyembah Engkau, Tritunggal Mahakudus, kini dan sepanjang masa. Amin.

KELUARGA BERIBADAH DALAM SABDA 

“Saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang 
 bahwa penyembah-penyembah benar 
akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran…” 
(Yoh. 4:23) 

 BAHAN PENDALAMAN KITAB SUCI 
ORANG MUDA KATOLIK 

oleh Komisi Kerasulan Kitab Suci - Keuskupan Agung Jakarta 

Bulan Kitab Suci Nasional 
LEMBAGA BIBLIKA INDONESIA 
2014 

PENGANTAR

Teman-teman Orang Muda Katolik (OMK) yang terkasih, tidak terasa kita sudah memasuki Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) 2014. Bulan September adalah bulan yang dikhususkan oleh umat Katolik di Indonesia untuk membaca Kitab Suci. Ada satu pertanyaan buat kalian: Apakah kalian merindukan saat-saat ini? Kalau kalian merindukan BKSN, puji Tuhan! Kalau kalian tidak merindukan BKSN, ini saat untuk mulai.
Cobalah mengingat: Kapan kalian terakhir kali membuka Kitab Suci dan membaca-nya? Tidak perlu malu! Banyak kok OMK yang jarang Kitab Suci. Alasan setumpuk: Kitab Suci tebal sekali! Susah dimengerti dan bahasanya berat! Waktu banyak tersita ama tugas-tugas sekolah atau kuliah! Atau aku senang membaca!
Karena ingin merangkul kaum muda, seorang pendeta Belanda menerbitkan Kitab Suci edisi bahasa gaul yang diberi nama Straatbijbel. Edisi Kitab Suci ini menggunakan istilah-istilah prokem, bahkan istilah-istilah modern kayak update status, ngetweet, dan lain-lain, padahal pada zaman Yesus tentu saja belum ada jejaring sosial seperti tweeter atau facebook. Semua ini dilakukan supaya orang muda semakin suka membaca Kitab Suci. Rupanya Kitab Suci edisi gaul sudah mulai diperkenalkan di Jerman, Amerika, dan Inggris. Ternyata menjadi best seller di toko-toko buku rohani.
Mengapa orang Katolik harus membaca Kitab Suci? Jawabannya sederhana. Karena Kitab Suci diilhami (“diinspirasikan”) oleh Allah. Semua yang ditulis dalam Kitab Suci berguna untuk mengajar yang benar, untuk menegur dan membetulkan yang salah, dan untuk mengajar manusia supaya hidup menurut kehendakan Allah (2Tim 3:16). Sekarang ini ada banyak sekali pengajaran yang salah. Kitab Suci bisa menjadi “mistar ukur” untuk menentukan mana yang benar dan mana yang salah. Kitab Suci juga mengajarkan seperti apa Allah kita, supaya kita semakin mengenal Dia.
Keluarga Beribadah dalam Sabda, itu tema BKSN tahun ini. Kata "ibadah" asalnya dari bahasa Arab, yang mirip kata dalam bahasa Ibrani "abodah" yang artinya "mengabdi." Jadi, beribadah artinya mengabdi kepada Allah. Ibadah itu perjumpaan umat (dalam hal ini keluarga) dengan Allah. Kita akan belajar dari pengalaman Bangsa Israel tentang ibadah, kritik, dan ajaran Yesus. Informasi seputar seluk beluk ibadah itu bisa mendorong umat Katolik untuk melaksanakan ibadah di dalam keluarga.
Menarik kan temanya? Pasti kalian bakal suka. Ibadah, perjumpaan antara umat dan Allah, bukan inisiatif manusia, melainkan inisiatif Allah. Jadi, dalam ibadah harus terjadi dialog. Chatting dengan Allah. Karena itu, ikuti lengkap keempat pertemuannya. Ayo kalian pasti bisa!

Pertemuan I 
Keluarga sebagai Tempat Kehadiran Allah 

Gagasan Dasar:
a. Tempat di mana Allah pernah hadir dan menjumpai manusia dipandang sebagai tempat yang suci. Tempat itu menjadi suci karena kehadiran Allah yang menyucikan. Tempat seperti ini sering dikunjungi oleh orang-orang yang ingin bertemu dengan Allah karena Ia sendiri pernah hadir di situ. Kadang-kadang di tempat itu didirikan sebuah bangunan untuk mengenang kehadiran Allah. Beberapa tempat yang dikaitkan dengan kehadiran Allah misalnya: Tabut Perjanjian, tempat-tempat suci (Betel, Gilgal, Sikhem dll), Bait Allah. b. Keluarga adalah Ecclesia Domestica (Gereja Rumah Tangga), sebuah tempat yang kudus, karena di dalam keluarga Allah sendiri hadir di tengah umat-Nya (Lumen Gentium 11, Familiaris Consortio 21)
c. Keluarga-keluarga Kristiani sangat penting sebagai pusat iman yang hidup dan meyakinkan (KGK 1656), tempat anak-anak menerima pewartaan iman yang pertama, sekolah untuk memperkaya kemanusiaan dan cinta kasih Kristiani (KGK 1657), serta tempat pendidikan doa yang pertama (KGK 2685).
d. Hidup berkeluarga menampakkan hidup Gereja sebagai suatu persekutuan (Koinonia) dalam bentuk yang paling kecil namun mendasar, yang merayakan iman melalui doa peribadatan (Leiturgia), mewujudkan pelayanan (Diakonia) melalui pekerjaan, dan memberi kesaksian (Martyria) dalam pergaulan; semuanya itu menjadi sarana penginjilan (Kerygma) yang baru (Pedoman Pastoral Keluarga, KWI).

1. Lagu Pembuka
Pilihlah lagu yang sesuai dengan tema.

2. Tanda Salib dan Salam
Dalam Nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus. Amin. Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus besertamu. Dan sertamu juga.

3. Pengantar
Teman-teman yang terkasih dalam Kristus, pada pertemuan pertama BKSN 2014, kita diajak untuk merenungkan peristiwa unik di dalam kehidupan iman keluarga Abraham, di mana mereka mengalami perjumpaan mesra dengan Allah. Allah sangat mengasihi mereka dan pada perjumpaan itu Ia memperbarui janji-Nya kepada Abraham. Kita akan mempelajari bagaimana keluarga Abraham menyambut para tamu agung itu. Allah telah menjanjikan keturunan kepada Abraham. Namun, hingga usia lanjut janji itu belum juga dipenuhi. Barangkali Abraham dan Sara sudah putus asa; mereka sudah tua, tidak mungkin lagi mereka mempunyai anak. Namun, adakah sesuatu yang mustahil bagi Allah (bdk. Kej 18:14)? Di dalam kehidupan sering kita dilanda keraguan. Keluarga adalah tempat kehadiran Allah. Di dalam keluarga, kita berjumpa dengan Allah, bergaul mesra dengan-Nya dan di sanalah Allah kembali menegaskan janji-Nya kepada kita. Sebagai orang muda, kita sering mengabaikan keluarga kita dengan seribu satu alasan. Marilah kita belajar sesuatu dari pengalaman Abraham.

4. Pendarasan Mazmur (Mzm. 128)
Antifon dibacakan pemimpin satu kali kemudian diulangi bersama umat
“Semoga Tuhan memberkati engkau dari Sion, yaitu dari Gereja-Nya”

Berbahagialah setiap orang yang takwa,*
yang hidup sesuai dengan bimbingan Tuhan.
Engkau akan menikmati hasil jeri payahmu,*
hidupmu akan bahagia dan sejahtera.
Isterimu subur dalam rumahmu bagaikan pokok anggur,*
anak-anakmu mengelilingi mejamu bagaikan tunas zaitun.
Demikianlah suami yang takwa akan diberkati,*
semoga Tuhan memberkati engkau dari Sion.
Semoga engkau menikmati kemakmuran Yerusalem seumur hidup,*
dan melihat anak cucumu turun-temurun.
Kemuliaan kepada Bapa,* dan Putra dan Roh Kudus.
Seperti pada permulaan, sekarang, selalu,*
dan sepanjang segala abad. Amin.
(Kembali ke antifon dengan dibacakan bersama: “Semoga Tuhan memberkati engkau dari Sion, yaitu dari Gereja-Nya”)

5. Doa Pembuka
Marilah kita berdoa. Allah yang Mahakasih, sebelum meninggalkan murid-murid-Nya, Putra-Mu berdoa untuk mereka supaya mereka bersatu karena Engkau dan Putra-Mu adalah satu. Ajarlah keluarga-keluarga Kristiani supaya mereka menjadikan doa sebagai alat pemersatu dalam keluarga dan antara keluarga dan Engkau. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami, yang hidup dan berkuasa bersama Dikau dalam persekutuan dengan Roh Kudus, kini dan sepanjang masa. Amin.

6. Mendalami Firman Tuhan
Firman Tuhan dibaca sekali oleh lektor lalu diulangi bersama-sama oleh peserta.

a. Membaca Firman Tuhan (Kej 18:1-15)

b. Lagu Pengantar Refleksi
Pilihlah lagu bebas tetapi sesuai dengan tema.

c. Pertanyaan Refleksi
1. Bagaimana cara Abraham menyambut para tamu VIP-nya? Coba teliti ay. 2,6, dan 7. Kesan apa yang kalian temukan? Kalau sudah mendapat jawabannya, boleh sharing: kalian biasa melakukan hal yang sama atau sebaliknya? Ingat ibadah adalah perjumpaan dengan Allah.
2. Hidangan apa yang disuguhkan Abraham untuk para tamunya? Coba renungkan ay. 6-8! Tiga sukat (= 36 liter) tepung terbaik diolah menjadi roti bundar (=roti bundar dan pipih, bergaris tengah + 45 cm, yang sampai sekarang masih dapat dilihat di Palestina). Minuman biasa bagi para pengembara adalah air bersih, sedangkan minuman pesta mereka adalah susu dari lembu, kambing, atau unta. Dadih adalah susu yang mengental atau membeku, makanan ini diperoleh dengan menumbuk susu di dalam kantong kulit kambing bersama sisa dadih yang lama (Ams. 30:33). Sekarang silahkan sharing; apa yang kalian persembahkan kepada Allah dalam ibadah? Bacalah Rm. 12:1, apa kesimpulan kalian?
3. Apakah Abraham turun tangan menyambut para tamunya? Dalam Kej. 14:14 kita dapatkan informasi bahwa Abraham mempunyai 318 orang yang terlatih di rumahnya. Banyak ya hamba Abraham? Sekarang cermatilah ay. 4-8. Manusia macam apakah Abraham ini? OMG! Sekarang sharingkan pengalaman kalian! Dalam perjumpaan dengan Allah, teristimewa dalam ibadah, kalian lebih ingin dilayani atau melayani?
4. Persoalan hidup apa yang lagi kalian hadapi sekarang ini? Pasti banyak. Sekarang bacalah ay. 14. Siapa yang bisa membantu kita? Bacalah ay. 12. Apa reaksi Sara? Ayo jujur, pernahkah kalian tertawa karena tidak percaya bahwa bagi Allah tidak ada yang mustahil? Sharingkan!

7. Renungan
Lagu “Bagi Tuhan Tak Ada yang Mustahil” ciptaan Sari Simorangkir bisa dilatih untuk dinyanyikan bersama; mereka yang belum pernah mendengarkan lagu ini, cobalah download di internet.

8. Doa Permohonan
Teman-teman yang terkasih, marilah dengan rendah hati kita panjatkan doa-doa kepada Allah yang telah setia hadir menjumpai kita di tengah-tengah keluarga kita dan yang selalu setia mendengarkan dan mendampingi kita.
Bagi para pemimpin dan petugas Gereja: Ya Bapa, bimbinglah para pemimpin dan petugas Gereja-Mu agar mereka memiliki semangat melayani umat, karena mereka telah terpilih untuk memberi kesaksian tentang Tuhan. Kami mohon …
Bagi para pembimbing masyarakat kita: Ya Bapa, terangilah para pembimbing masyarakat kami agar selalu menjaga suasana hidup yang sehat dan wajar serta membuka kesempatan berkembang bagi semua orang. Kami mohon …
Bagi para penderita: Ya Bapa, berkatilah mereka yang menderita agar mereka menyadari panggilan mereka yang khusus dalam karya penyelamatan sesama. Kami mohon …
Bagi kaum muda: Ya Bapa, teguhkanlah iman kaum muda agar berani menang-gapi panggilan Tuhan dan bersedia mengikuti Dia. Kami mohon …
(Anggota yang sudah ditunjuk menyampaikan doa sebagai tanggapan terhadap Sabda Allah yang baru direnungkan)
Demikianlah ya Bapa doa-doa yang muncul dari hati kami yang paling dalam, kami menyadari bahwa doa-doa ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu kami ingin menyempurnakannya dengan doa yang diajarkan Putra-Mu sendiri … Bapa Kami (dinyanyikan).

9. Doa Penutup
Marilah kita berdoa. Allah yang Mahaesa, kami bersyukur bahwa Engkau telah mewariskan persatuan dan kasih sebagai ciri-ciri khas komunitas pengikut-Mu. Bantulah kami agar selalu saling mengasihi sebagai anggota keluarga. Teguhkanlah kami agar tidak menjadikan percekcokan dalam keluarga sampai merusak persatuan dalam keluarga kami. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin.

10. Lagu Penutup

Pertemuan II 
Ibadah Keluarga sebagai Sekolah Iman 

Gagasan Dasar
a. Keluarga Kristiani adalah tempat anak-anak menerima pewartaan pertama mengenai iman. Karena itu, tepat sekali ia dinamakan “Gereja-rumah tangga” – satu persekutuan rahmat dan doa, satu sekolah untuk membina kebajikan-kebajikan manusia dan cinta kasih Kristiani (KGK 1666)
b. Keluarga Kristiani adalah tempat pendidikan doa yang pertama. Atas dasar Sakramen Perkawinan, keluarga adalah “Gereja rumah tangga”, di mana anak-anak Allah berdoa “sebagai Gereja” dan belajar bertekun dalam doa. Teristimewa untuk anak-anak kecil, doa sehari-hari dalam keluarga adalah kesaksian pertama untuk ingatan Gereja yang hidup, yang dibangkitkan dengan penuh kesabaran oleh Roh Kudus (KGK2685).
c. Perkawinan Katolik memiliki tiga tujuan: kesejahteraan suami istri, kelahiran anak, dan pendidikan anak. Dalam Sakramen Perkawinan suami dan istri berjanji untuk mendidik anak-anak yang dipercayakan Tuhan kepada mereka dalam iman Katolik. Dalam keluarga orangtua memiliki tanggung jawab besar untuk memperkenalkan Allah yang benar kepada anak-anaknya. Keluarga merupakan sekolah kehidupan bagi anak-anaknya sehingga orangtua bertanggung jawab untuk mendidik anak tentang bagaimana menjalani kehi-dupan sebagai seorang beriman. Ibadah yang dilakukan di dalam keluarga merupakan kesempatan yang sangat baik untuk memperkenalkan Tuhan kepada anak-anak dan untuk mendidik dalam iman akan Tuhan.

1. Lagu Pembuka
Pilihlah lagu yang sesuai dengan tema.

2. Tanda Salib dan Salam
Dalam Nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus. Amin.
Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus besertamu.
Dan sertamu juga.

3. Pengantar
Teman-teman yang terkasih, pada pertemuan kedua bulan Kitab Suci ini kita akan merenungkan sebuah kutipan dari kotbah yang disampaikan oleh Musa menjelang kematian-Nya. Musa menegaskan pentingnya mewariskan iman kepada generasi berikut. Ketetapan dan peraturan tidak dimaksudkan untuk satu generasi saja. Musa memahami bahwa anak-anak pada dasarnya gemar mengajukan pertanyaan. Oleh sebab itu, ia memberitahu para orangtua bahwa akan tiba waktunya di mana anak-anak mereka akan mempertanyakan cara hidup mereka. Pada hari itu orang tua harus menjelaskan dengan lengkap cerita tentang bagaimana Allah membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Mulut orangtua harus menjadi “perpustakaan iman” bagi anak-anak mereka. Apa yang harus dijelaskan kepada anak-anak? Cukup sederhana supaya mudah dipahami mereka. Pertama, perbudakan di Mesir (ay. 21). Kedua, pembebasan penuh mukjizat dari perbudakan di Mesir (ay. 21-22). Ketiga, perjalanan dan kedatangan mereka di Tanah Terjanji (ay. 23). Tidak boleh dilewatkan, orang tua harus menekankan pentingnya menaati segala perintah Allah, supaya senantiasa dalam keadaan baik dan bertahan hidup (ay. 24), serta menjadikan manusia benar. (ay. 25). Ada pepatah yang berbunyi, “Malu bertanya sesat di jalan.” Kita harus semakin mengenal Allah, dengan banyak berguru kepada orangtua, guru, katekis, pastor, dan lain-lain. Sebaliknya, kita juga harus siap menjawab pertanyaan orang lain tentang iman kita (bdk. 1Ptr. 3:15).

4. Pendarasan Mazmur (Mzm 119:129-136)
Antifon dibacakan pemimpin satu kali kemudian diulangi bersama umat.

“Teguhkanlah langkahku sesuai dengan janji-Mu, ya Tuhan.
Sabda-Mu mengagumkan, ya Tuhan,*
Aku berpegang padanya.
  Singkapkanlah firman-Mu yang memberi terang,*
  Yang memberi pengertian kepada orang yang bersahaja.
Dengan mulut ternganga aku termengah-mengah,*
Sebab aku rindu akan perintah-Mu.
   Perhatikan daku dan kasihanilah aku,*
   Sebab aku cinta pada-Mu.
Teguhkanlah langkah-Ku sesuai dengan janji-Mu,*
Janganlah kejahatan menguasai aku.
   Bebaskanlah aku dari penindasan,*
  Supaya aku berpegang pada titah-Mu.
Pandanglah hamba-Mu dengan wajah berseri,*
Ajarkanlah kehendak-Mu kepadaku.
  Air mataku berlinang-linang,*
  Sebab banyak orang tidak berpegang pada hukum-Mu.
Kemuliaan kepada Bapa,*
dan Putra dan Roh Kudus.
Seperti pada permulaan, sekarang, selalu,*
dan sepanjang segala abad. Amin.
Kembali ke antifon dengan dibacakan bersama: “Teguhkanlah langkahku sesuai dengan janji-Mu, ya Tuhan.”

6. Doa Pembuka
Marilah kita berdoa. Allah Bapa yang Mahakasih, kami bersyukur karena

Engkau telah melahirkan kami di tengah keluarga Katolik dan menganugerahi kami dengan orangtua yang  beriman, sehingga dari mulut mereka kami dapat mengenal Engkau dan kehendak-Mu. Bantulah kami kaum muda yang kerapkali mengabaikan Engkau dan kehendak-Mu, sehingga dengan bimbingan orang tua kami, kami mampu menjadikan sabda-Mu satu-satunya pegangan hidup kami, khususnya dalam menghadapi berbagai tantangan, kesulitan dan tawaran dunia. Doa ini kami haturkan dengan perantaraan Putra-Mu Tuhan kami Yesus Kristus, yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dalam persekutuan Roh Kudus, kini dan sepanjang segala masa. Amin.

7. Mendalami Firman Tuhan
Firman Tuhan dibaca sekali oleh lektor lalu diulangi bersama-sama oleh peserta.
a. Membaca Firman Tuhan (Ul 6:20-25)
b. Lagu Pengantar Refleksi
Silahkan menyanyikan lagu bebas tetapi sesuai dengan tema.
c. Pertanyaan Refleksi
1. Pernahkah adik, sepupu, atau saudara kalian yang masih kecil bertanya tentang Allah kepada kalian? Apa yang mereka tanyakan? Apa jawaban kalian? Moga-moga jawaban kalian bukan jawaban ini, “Kakak tidak tahu, coba tanya mama atau papa!” Bagaimana kalau mereka terus bertanya dan kalian tidak bisa menjawab? Moga-moga jawaban kalian bukan, “Ya, dari sononya memang sudah begitu.” Sharingkan pengalaman kalian!
2. Pernahkah kalian berdiskusi tentang Allah bersama keluarga? Topik apa yang paling menarik? Topik apa yang paling membosankan?
3. Cermatilah ay. 21a! Bangsa Israel pernah menjadi budak di Mesir. Apakah kalian juga pernah dan masih menjadi budak? Budak siapa? Sharingkan!
4. Lanjutkanlah ke ay. 21b-23a. Apakah kalian mengalami pembebasan yang dilakukan oleh Allah terhadap diri kalian? Sharingkan!
5. Sekarang perhatikan ay. 23b! Apa makna Tanah Terjanji untuk kalian? Sharingkan!
6. Terakhir, bacalah ay. 24-25! Apa manfaat menaati segala perintah Allah? Apakah tawaran Allah ini menarik bagi kalian? Sharingkan!

7. Renungan
Diskusikanlah pertanyaan-pertanyaan berikut! Siapa yang bertanggung jawab atas pendidikan iman di dalam keluarga? Apakah ada anggota keluarga yang boleh dilewati? Paus Fransiskus dalam Ensiklik Lumen Fidei menunjuk keluarga sebagai tempat pertama di mana iman menerangi masyarakat. Dalam keluarga dimungkinkan lahir kehidupan baru, manifestasi kebaikan, kebijaksanaan dan rencana kasih Allah (LF 52). Dalam keluarga, anak belajar percaya pada kasih orangtua. Inilah sebabnya, menurut Paus, sangat penting bahwa dalam keluarga, orangtua saling meneguhkan ekspresi iman bersama, yang dapat membantu anak-anak secara bertahap untuk dewasa dalam iman mereka (LF 53). Sharingkan pernyataan ini! Menurut kalian, apa tantangan “Membangun Keluarga sebagai Sekolah Iman di Era Modern”? Bagaimana cara menanggulanginya? Sharingkan!

8. Doa Umat
Teman-teman yang terkasih, mencintai Tuhan berarti menaati segala ketetapan, peraturan dan perintah Allah. Maka, marilah kita panjatkan doa-doa kita dengan penuh ketaatan sehingga Allah menjadikan kita benar di hadapan-Nya.
Bagi umat yang menjauhkan diri dari Tuhan: Ya Bapa, kejarlah kiranya mereka yang menjauhkan diri daripada-Mu dengan rahmat-Mu, agar mereka bertobat dan menempuh jalan baru. Kami mohon …
Bagi kaum remaja: Ya Bapa, serukanlah panggilan-Mu kepada kaum remaja, agar memiliki cita-cita luhur dan bersedia mengikuti panggilan-Mu untuk membangun Gereja dan bangsa. Kami mohon …
Bagi mereka yang tertimpa musibah: Ya Bapa, semoga musibah yang menimpa mereka Kaujadikan alat pembuka jalan menuju kepada-Mu. Kami mohon …
Bagi kita bersama: Ya Bapa, semoga dalam segala usaha untuk mencapai kesejahteraan, kami tetap sadar bahwa kami mempersiapkan dunia baru dan bahwa hidup kami di dunia harus berkembang sepenuhnya. Kami mohon …
Anggota yang sudah ditunjuk menyampaikan doa-doa untuk menanggapi Sabda Tuhan yang baru saja direnungkan.
Demikianlah ya Bapa doa-doa kami, kini kami sempurnakan doa-doa kami tersebut dengan doa yang diajarkan Putra-Mu sendiri … Bapa Kami... (dinyanyikan).

9. Doa Penutup
Marilah kita berdoa. Allah Bapa kami di surga, kami bersyukur bahwa sejak semula Engkau telah menjadikan keluarga sebagai sekolah iman yang perta-ma. Kami bersyukur bahwa dengan perantaraan Putra-Mu, Engkau telah membe-baskan kami dari perbudakan dosa. Meskipun di era modern ini banyak tawaran duniawi, dampingilah kami menuju Tanah Terjanji dengan mengaruniai kami ketaatan akan segala perintah-Mu. Demi Kristus Tuhan dan Pengantara kami. Amin.

10. Lagu Penutup

Pertemuan III 
Ibadah dan Kehidupan 

Gagasan Dasar
a. Pada waktu Nabi Amos berkarya, kondisi ekonomi Kerajaan Israel sedang mengalami puncak keemasan. Orang Israel pun rajin beribadah. Mereka mempersembahkan kurban berupa ternak yang tambun (ay. 22). Selain itu, ibadah yang mereka rayakan itu pun sangat meriah (ay. 23). Ada keyakinan di benak pikiran orang Israel bahwa Allah dapat “disuap” dengan kurban yang baik dan ibadah yang meriah. Ternyata Allah membenci semua ibadah dan persembahan kurban mereka (ay 21-23).
b. Alasan penolakan terhadap segala praktek keagamaan Israel adalah bahwa mereka mengabaikan keadilan dan kebenaran. Mereka menindas sesama dan melakukan banyak perbuatan jahat. Allah mengingatkan mereka akan pengalaman di padang gurun, di mana mereka beribadah kepada-Nya bukan dengan kurban-kurban yang gemuk atau nyanyian-nyanyian yang semarak, melainkan dengan ketaatan mereka kepada perintah-Nya untuk mengasihi Allah dan sesama.
c. Allah tidak akan tinggal diam menghadapi kejahatan bangsa Israel. Ia akan menjatuhkan hukuman kepada mereka. Akan tiba masanya di mana bangsa Israel akan diangkut ke pembuangan, bersama berhala-berhala mereka. Ibadah palsu kepada Allah tanpa disertai keadilan terhadap sesama sama artinya dengan pemujaan berhala. 1. Lagu Pembuka Pilihlah lagu yang sesuai dengan tema.

2. Tanda Salib dan Salam
Dalam Nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.
Amin.
Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, Cinta kasih Allah, dan persekutuan Roh
Kudus besertamu.
Dan sertamu juga.

3. Pengantar
Sobat-sobat yang terkasih dalam Kristus, akhir-akhir ini banyak orang beranggap-an bahwa menghadiri misa atau pertemuan doa adalah sebuah ibadah. Apakah ibadah hanya cukup sampai di situ saja? Tentu saja tidak. Apabila kita merenungkan kehidupan ahli Taurat, sebenarnya apa yang kurang dari ibadah mereka. ”Ibadah” mereka nyaris sempurna. Mereka suka membaca Kitab Suci, memiliki hidup moral yang baik, melakukan puasa dua kali seminggu, komitmen pelayanan luar biasa, dan seterusnya. Lalu apa yang salah, sehingga Tuhan Yesus menyebut mereka ”keturunan ular beludak” (bdk. Mat 3:7)? Pertemuan ketiga bulan Kitab Suci tahun ini membawa kita kepada zaman nabi Amos. Amos memperingatkan bangsa Israel bahwa sembah bakti kepada Allah tidak dapat dilepaskan dari relasi terhadap sesama. Ibadah tidak dibatasi hanya oleh kegiatan-kegiatan ritual saja. Kasih kepada Allah tidak terlepas dari kasih kepada sesama. Melalui pertemuan ini kita diingatkan agar ibadah kita berbuah dalam bentuk perbuatan-perbuatan nyata, yakni perbuatan kasih kepada sesama.

4. Pendarasan Mazmur (Mzm 50:16-23)
Antifon dibacakan pemimpin satu kali kemudian diulangi bersama umat.
“Barang siapa mempersembahkan kurban pujian, dia akan Kumuliakan.”

Tetapi kepada orang berdosa Allah berfirman:+
“Bagaimana mungkin engkau mendaras hukum-Ku”,*
dan berani berbicara tentang perjanjian-Ku.
   Padahal engkau membenci amanat-Ku, *
   Dan mengesampingkan firman-Ku.
Jika melihat pencuri, engkau berkawan dengannya, *
Engkau bergaul dengan orang berzinah.
   Mulutmu mengeram kejahatan,*
   Dan lidahmu menetaskan tipu muslihat.
Engkau duduk-duduk mengumpat saudaramu,*
Engkau mendesas-desuskan fitah melawan buah kandung ibumu.
   Itulah yang kaulakukan,*
   Masakan Aku diam saja.
Engkau memupuk keinginan jahat,*
Masakan Aku seperti engkau.
  Camkanlah ini, hai kamu yang lupa akan Daku,*
  Jangan sampai Aku menerkam, dan tiada yang dapat melepaskan.
Barangsiapa mempersembahkan kurban pujian,*
Dia akan Kumuliakan.
  Barangsiapa mengikuti bimbingan-Ku,*
  Dia Kupuaskan dengan keselamatan-Ku.
Kemuliaan kepada Bapa,*
Dan Putra dan Roh Kudus.
   Seperti pada permulaan, sekarang, selalu,*
  Dan sepanjang segala abad. Amin.
Kembali ke antifon dengan dibacakan bersama: “Barangsiapa mempersembahkan kurban pujian, dia akan Kumuliakan.”

5. Doa Pembuka
Marilah kita berdoa. Ya Allah Bapa yang Maharahim, kami bersyukur kepada-Mu karena Engkau telah mempersatukan kami untuk merenungkan panggilan kami sebagai pewarta-pewarta kebenaran-Mu. Kami mohon curahkanlah Roh-Mu ke dalam hati kami agar kami mampu mewartakan Injil-Mu dengan kesaksian hidup kami, baik ibadah kami kepada-Mu dan perbuatan kasih kami kepada sesama. Demi Kristus pengantara kami. Amin

6. Mendalami Firman Tuhan
Firman Tuhan dibaca satu kali oleh lektor lalu diulangi bersama-sama oleh peserta.
a. Membaca Firman Tuhan (Am. 5:21-27)
b. Lagu Pengantar Refleksi Pilihlah lagu yang sesuai dengan tema.
c. Pertanyaan Refleksi
1. Bacalah ay. 21! Apakah Allah mengetaui kalau kita beribadah secara lahiriah saja? Agar ibadah kita berkenan di hadapan Allah, apa yang harus kita lakukan?
2. Lanjutkan membaca sampai ay. 23! Bagaimana tanggapan Allah terhadap ibadah yang palsu?
3. Teliti ay. 24! Ibadah harus dibarengi dengan apa? Coba pikirkan, ibadah kalian selama ini termasuk jenis yang mana? Jawablah dengan jujur!
4. Renungkanlah ay. 26-27! Apa tindakan Allah terhadap ibadah palsu? Apakah kita siap menghadapi murka Allah?
5. Mana yang lebih penting: kegiatan ritual atau perbuatan nyata? Sharingkan!

7. Doa Permohonan
Teman-teman yang terkasih, menjadi pengikut Kristus berarti hidup dan tinggal dalam persekutuan erat dengan-Nya. Marilah kita panjatkan doa-doa kita dengan penuh keyakinan dan penyerahan diri.

Bagi kaum muda: Ya Bapa, panggillah kiranya kaum muda untuk karya pelayanan khusus demi keselamatan umat-Mu. Kami mohon ….
Bagi masyarakat di sekitar kita: Ya Bapa, curahkanlah semangat cinta kasih kepada masyarakat di sekitar kami, sehingga menghormati jasa dan usaha kaum papa bagi sesamanya. Kami mohon …
Bagi para penderita cacat: Ya Bapa, semoga para penderita cacat membangkitkan tantangan bagi kami untuk memperkembangkan cinta kasih kami. Kami mohon …
Bagi diri kita sendiri: Ya Bapa, bukalah kiranya mata dan telinga kami lebar-lebar terhadap segala hal yang baik dan indah, yang telah Kauletakkan di dalam hati setiap insan. Kami mohon …
Anggota yang sudah ditunjuk menyampaikan doa-doa sebagai tanggapan terhadap Sabda Tuhan yang baru saja direnungkan.
Demikianlah ya Bapa doa-doa kami, kini kami sempurnakan doa-doa kami ini dengan doa yang diajarkan Putra-Mu sendiri... Bapa Kami (dinyayikan).

8. Doa Penutup
Marilah kita berdoa. Allah Bapa yang Mahakudus, kami bersyukur karena Engkau telah memanggil kami orang-orang muda Katolik untuk menjadi nabi-nabi-Mu. Bantulah kami agar mampu berjerih parah untuk mencapai segala kehendak-Mu, yang juga menjadi cita-cita kami, sehingga ibadah kami tidak hanya bersifat lahiriah saja, tetapi mampu menjadi tanda-tanda kekudusan dan kemuliaan-Mu yang agung. Demi Kristus Tuhan dan Pengantara kami.
Amin

9. Lagu Penutup

Pertemuan IV 
Keluarga yang Beribadah 
dalam Roh dan Kebenaran

Gagasan Dasar
a. Allah adalah Roh, hal ini berarti Allah berhubungan dengan manusia sebagai Roh dan memberikan roh kepada manusia. Karena Allah itu adalah Roh, manusia baru dapat menyembah Allah sebagai Bapa apabila ia telah lahir kembali dari Roh lalu hidup sebagai anak dalam hubungan dengan Bapa (Yoh. 3:5; 1:12; 1Yoh. 3:1).
b. Bapa menghendaki agar para penyembah yang benar akan menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran. c. Menyembah Allah dalam Roh dan kebenaran berarti menyembah Allah karena digerakkan oleh Roh yang telah menyatakan kebenaran tentang Allah. Roh memperkenalkan dan menyatakan siapakah Allah yang sebenarnya, yaitu Allah sebagaimana Dia ada.

1. Lagu Pembuka
Pilihlah lagu yang sesuai dengan tema.

2. Tanda Salib dan Salam
Dalam Nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.
Amin.
Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus besertamu.
Dan sertamu juga.

3. Pengantar
Teman-teman yang terkasih dalam Kristus, pada pertemuan yang terakhir dalam bulan Kitab Suci tahun ini, kita diajak untuk merenungkan perlunya melaksanakan ibadah yang sejati, yakni ibadah yang digerakkan oleh roh dan kebenaran. Menyembah Allah dalam roh artinya menyembah-Nya dengan hati yang murni dan dengan motivasi yang benar. Menyembah Allah dalam kebenaran artinya menyembah-Nya sesuai dengan pengenalan yang benar tentang-Nya dan sesuai dengan kehendak-Nya. Selama tiga minggu kita telah merenungkan dan mempelajari bahwa keluarga kita adalah tempat kehadiran Allah. Melalui ibadah keluarga kita memperoleh pendidikan iman. Ibadah sejati tidak dapat dilepaskan dari relasi dengan sesama. Orang yang memahami kebenaran tentang Allah, menjadi sadar bahwa kasih Allah kepada keluarga mendorongnya untuk beribadah. Di dalam ibadah itu, keluarga menyampaikan bakti kepada Allah, berdialog dengan Allah, dan membina relasi dengan Allah yang telah mengasihi. Relasi dengan Allah itulah yang menjadi jiwa yang menggerakkan keluarga dalam menjalani kehidupannya.

4. Pendarasan Mzm 25
Antifon dibacakan pemimpin satu kali kemudian diulangi bersama umat.
“Bimbinglah aku menurut sabda-Mu yang benar, ya Tuhan”

Kepadamu kuarahkan hatiku,*
ya Tuhan Allahku.
   Kepada-Mu aku percaya, janganlah mengecewakan daku,*
   janganlah musuh bersukacita atas kemalanganku.
Sebab yang berharap kepada-Mu, tidak akan kecewa,*
kecewalah hendaknya yang berbuat lalim.
   Perkenankanlah jalan-Mu kepadaku, ya Tuhan,*
   tunjukkanlah lorong-Mu kepadaku.
Bimbinglah aku menurut sabda-Mu yang benar dan ajarilah aku,+
karena Engkaulah Allah penyelamatku,*
kepada-Mu aku selalu berharap.
   Ya Tuhan, ingatlah akan rahmat dan kasih setia-Mu,*
   yang telah Kautunjukkan sejak sediakala.
Dosa masa mudaku dan pelanggaranku jangan Kauingat,*
tetapi ingatlah akan daku menurut belas kasihan-Mu.
   Jujur dan baiklah Tuhan, *
   Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat.
Ia membimbing orang yang rendah hati menurut hukum-Nya,*
mengajarkan jalan-Nya kepada orang yang bersahaja.
   Segala tindakan Tuhan penuh kasih setia dan kebenaran,*
   bagi setiap orang yang berpegang pada perjanjian dan hukum-Nya.
Demi nama-Mu, ya Tuhan, ampunilah kesalahanku,*
biar besarlah dosaku.
   Kemuliaan kepada Bapa,*
   dan Putra dan Roh Kudus.
Seperti pada permulaan, sekarang, selalu,*
dan sepanjang segala abad. Amin.
Kembali ke antifon dengan dibacakan bersama: “Bimbinglah aku menurut sabda-Mu yang benar, ya Tuhan.”

5. Doa Pembuka
Marilah kita berdoa. Allah Bapa kami, asal mula dan penjamin segala kehidupan, yang lapar Kaukenyangkan dan yang haus Kauantar ke sumber air hidup, penuhilah kami dengan Roh-Mu. Sebab berkat Dia kami telah dibaptis dan dimasukkan ke dalam Tubuh Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan dan pengantara kami … Amin

6. Mendalami Firman Tuhan
a. Membaca Firman Tuhan (Yoh. 4:1-26)
Firman Tuhan dibaca sekali oleh lektor lalu diulangi bersama-sama oleh peserta. a. Lagu Pengantar Refleksi Pilihlah lagu bebas yang sesuai dengan tema.

b. Pertanyaan Refleksi
1. Apakah orangtua kalian pernah melarang kalian bergaul dengan orang-orang dari kalangan sosial atau ras tertentu? Bagaimana pendapat kalian mengenai hal ini? Apakah pendapat kalian berubah setelah mengenal Yesus?
2. Bagaimana pendapat kalian mengenai perempuan Samaria itu? Apakah Yesus peduli dengan gunjingan orang?
3. Apa arti “air hidup” untuk kalian?
4. Apakah yang dikatakan teks ini mengenai ibadah? Bagaimana cara beribadah yang berkenan kepada Allah?
5. Bagaimana kalian memahami “menyembah Allah dalam Roh dan kebenaran”? Diskusikan!

7. Doa Permohonan
Orang Muda Katolik yang terkasih, Allah adalah air hidup, Ia adalah Roh, marilah kita berdoa dalam roh dan kebenaran kepada Allah Bapa kita, sumber segala kehidupan.

Bagi para penanggung jawab dalam Gereja dan Negara: Ya Bapa, terangilah para penanggung jawab dalam Gereja dan Negara, agar jangan menganggap kebebasan anak buah sebagai ancaman atas kewibawaan, melainkan secara positif membimbing mereka menuju kedewasaan. Kami mohon …
Bagi para orangtua dan pendidik: Ya Bapa, luaskanlah kiranya pandangan para orang tua dan para pendidik, agar tidak terpaku pada adat kebiasaan pada masa muda mereka, melainkan terbuka untuk mendengar cita-cita kaum muda dewasa ini. Kami mohon …
Bagi kaum muda: Ya Bapa, sadarkanlah kiranya kaum muda zaman sekarang jangan sampai terbawa oleh arus kemewahan dan kesenangan, tetapi berpandangan teguh bahwa lebih baik memberi daripada menerima. Kami mohon …
Bagi kita sendiri: Ya Bapa, dampingilah kami dalam memberi kesaksian tentang ajaran-ajaran Putra-Mu kepada masyarakat di sekitar kami. Kami mohon …
Anggota yang sudah ditunjuk menyampaikan doa-doa untuk menanggapi Sabda Tuhan yang baru saja direnungkan.
Demikianlah ya Bapa doa-doa kami, semoga Engkau berkenan dengan doa-doa kami, dan mengabulkannya seturut kehendak-Mu. Kini kami ingin menyem-purnakan doa-doa kami dengan doa yang diajarkan Yesus Kristus Putra-Mu.... Bapa Kami (dinyanyikan).

9. Doa Penutup
Marilah kita berdoa. Allah Bapa yang mahapengasih, kami bersyukur kepada-Mu atas anugerah air hidup. Jangan biarkan air hidup itu sia-sia dalam diri kami, tetapi bangkitkanlah dalam diri kami iman akan karya-Mu, agar karena karunia Roh Kudus, sabda-Mu dalam diri kami benar-benar menghasilkan buah berlimpah. Demi Kristus, … Amin.

10. Lagu Penutup

KELUARGA BERIBADAH DALAM SABDA 

“Saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang 
 bahwa penyembah-penyembah benar 
akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran…” 
(Yoh. 4:23) 

BAHAN PENDALAMAN KITAB SUCI 
REMAJA KATOLIK 
 oleh Komisi Kerasulan Kitab Suci - Keuskupan Bogor 

Bulan Kitab Suci Nasional 
LEMBAGA BIBLIKA INDONESIA 
2014 

Pertemuan I 
Tuhan Hadir di Keluarga Saya 
(Kej. 18:1-19) 

Tujuan:
Para remaja semakin yakin bahwa Tuhan hadir di dalam keluarga untuk mem-berkati dan mendampingi supaya mereka hidup sesuai dengan kehendak-Nya.

Gagasan Pokok:
Para remaja diajak untuk menyadari bahwa Tuhan hadir di dalam keluarga, dan seluruh anggota keluarga dapat menjumpai-Nya.
Melalui bacaan Kitab Suci pada Pertemuan I ini dikatakan bahwa Tuhan hadir di dalam keluarga Abraham dan mengulangi janji-Nya. Kehadiran-Nya terjadi ketika Abraham sedang beristirahat di kemahnya. Mula-mula Abraham tidak mengenal bahwa salah seorang dari tiga orang asing itu adalah Tuhan. Walaupun demikian, Abraham tetap menyambut mereka sebaik-baiknya.
Abraham menyapa tamunya dengan “tuanku” dan menyebut dirinya “ham-bamu.” Hal ini menyatakan bahwa ia siap sedia memberi bantuan dan pe-layanan kepada mereka.
Akhirnya, Abraham menyadari bahwa satu di antara tiga tamunya itu adalah Tuhan sendiri, sedang dua yang lainnya adalah para malaikat. Tuhan memberkati dan kembali menegaskan janji-Nya, yaitu Abraham dan Sara akan memperoleh keturunan.

Lagu Pembuka
MB 448, PS 565 - 567

Tanda Salib dan Salam
 Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.
 Amin
Semoga Allah yang Mahakasih, hadir di dalam keluarga kita, sehingga kita makin saling mengasihi.
Amin.

Pengantar
Adik-adik yang dikasihi Tuhan, kita bertemu kembali dalam renungan pada Bulan Kitab Suci Nasional. Pada Pertemuan Pertama ini kita diajak untuk menyadari bahwa Tuhan hadir di dalam keluarga kita. Di dalam Kitab Kejadian kita menyaksikan bagaimana Tuhan dan kedua malaikat-Nya hadir di dalam keluarga Abraham, di dalam kemahnya. Abraham menyambut ketiga tamunya dengan sukacita dan melayani mereka dengan sebaik-baiknya. Kehadiran Tuhan kepada Abraham membawa kabar sukacita, yaitu bahwa tahun depan Sara akan melahirkan seorang putra. Tuhan juga hadir di dalam keluarga kita; Ia memberkati dan mendampingi setiap anggota keluarga agar dapat hidup sesuai dengan kehendak-Nya.

Doa Pembuka
Marilah kita mengawali pertemuan ini dengan berdoa agar Tuhan hadir dan membantu kita sehingga hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Silakan salah seorang di antara kita membacakan doa ini kalimat demi kalimat dan yang lain mengulanginya kembali. Marilah kita berdoa: Ya Bapa, berkenanlah hadir dan menyertai keluarga kami dengan Roh-Mu yang Mahakudus, untuk menyegarkan iman kami. Bimbinglah agar hidup keluarga kami dituntun oleh Sabda-Mu dan agar hati kami terbuka dan mampu menerima kehendak-Mu. Sebab Engkau adalah Tuhan dan penyelamat kami. Amin.

Lectio
1. Pembacaan: Kejadian 18:1-19
Sekarang kita akan membaca kutipan Kitab Kejadian secara bergiliran. Teks dibaca dengan perlahan-lahan, mulai dengan ayat 1 dibaca oleh yang duduk di sebelah kanan saya. Lalu diteruskan oleh yang berikutnya. Mari kita mulai dengan ayat 1.
Pembacaan Kitab Suci: Kej 18:1-19
      Demikianlah Sabda Tuhan.
      Syukur kepada Allah.
2. Pendalaman
Adik-adik yang dikasihi Tuhan, marilah kita mencoba memahami isi bacaan Kitab Suci di atas. Tunjukkanlah di ayat mana kalimat-kalimat berikut ini dapat kita temukan!
1. Tuhan hadir di kemah Abraham, ketika ia sedang duduk di pintu kemahnya.
2. Ketika itu Abraham melihat ada tiga orang berdiri di depannya. Maka ia menyambut dan sujud dengan rasa hormat.
3. Abraham menyebut ketiga tamunya itu “tuanku” dan menyebut dirinya “hambamu.” Hal ini menyatakan bahwa ia siap sedia memberi bantuan dan pelayanan kepada mereka.
4. Abraham minta kepada Sara, isterinya untuk membuatkan roti bagi tamunya itu.
5. Abraham juga menyuruh pembantunya untuk memasak daging seekor anak lembu.
6. Ketiga orang tamu itu ingin tahu di mana Sara, isteri Abraham.
7. Ketika Sara mendengar bahwa tahun depan ia akan melahirkan seorang putra, ia tertawa; karena ia sudah tua, masakan bisa mempunyai anak lagi.
8. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan.
9. Melalui Abraham, segala bangsa di atas bumi akan mendapat berkat.
10. Ada kabar sukacita yang disampaikan oleh tiga orang tamu itu kepada Abraham, yaitu Sara akan mempunyai seorang anak laki-laki tahun depan.

Meditatio
      Adik-adik yang dikasihi Tuhan, marilah kita merenungkan Sabda Tuhan dengan menciptakan suasana hening. Adik-adik silakan menjawab pertanyaan di bawah ini di dalam hati. Kita hening dan merenungkan Sabda Tuhan.
Coba kita gambarkan dalam hati, bagaimana peristiwa hadir-Nya Tuhan kepada keluarga Abraham itu terjadi.
      ..... (menjawab dalam hati, diam - hening)
 Apakah kita merasakan bahwa Tuhan juga hadir di dalam keluarga kita masing-masing?
      ..... (menjawab dalam hati, diam - hening)

Oratio
      Marilah kita menanggapi Sabda Tuhan tadi dengan memanjatkan doa-doa kita. Isi (ujub) doa sudah dituliskan.
      Isi doa: Kita bersyukur kepada Tuhan, yang mau hadir di dalam keluarga kita.
      .....
      Isi doa: Kita berdoa untuk orangtua yang telah mengasihi kita anak-anaknya.
      .....
      Isi doa: Marilah berdoa mohon Tuhan membimbing kita untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya.
      .....
      Marilah kita berdoa bersama-sama.
Bapa kami .....

Actio
Semua peserta diminta untuk berdiri. Lalu pemandu menunjuk salah seorang peserta untuk memperagakan salah satu kata penting yang dipilih. Ikuti petunjuk yang disediakan!
      Saya akan menyebutkan satu kata yang akan diperagakan: “sujud”
Peserta yang ditunjuk mengulangi mengucapkan kata itu: sujud.
Semua peserta mengulangi mengucapkan kata itu bersama-sama: sujud.
      Peserta yang ditunjuk mengulangi mengucapkan kata itu sekali lagi: sujud.
Lalu ia membuat gerakan: sujud
Semua peserta menirukan gerakan: sujud
(Tetap pada posisi gerakan “sujud”).
      Rasakan bagaimana kalau kita sujud.
Diam sejenak.
Kembali ke posisi semula.
      Saya akan menyebutkan satu kata yang akan diperagakan: “memberi.”
Peserta yang ditunjuk mengulangi mengucapkan kata itu: memberi.
Semua peserta mengulangi mengucapkan kata itu bersama-sama: memberi.
Peserta yang ditunjuk mengulangi mengucapkan kata itu sekali lagi: memberi.
Lalu ia membuat gerakan: memberi
Semua peserta menirukan gerakan: memberi
(Tetap pada posisi “memberi”).
Rasakan bagaimana kalau kita memberi.
Diam sejenak
Kembali ke posisi semula.

Doa Penutup
      Adik-adik yang dikasihi Tuhan, marilah kita mengakhiri pertemuan ini dengan berdoa, mohon berkat Tuhan. Ya Tuhan., kami bersyukur karena Engkau hadir di dalam keluarga kami. Engkau adalah Allah tempat kami berlindung. Lindungilah dan berkatilah kami ya Tuhan. Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.
      Amin.

Lagu Penutup

Pertemuan II 
Beribadah itu Belajar Mengenal Tuhan 
(Ul. 6:20-25) 

Tujuan:
Para remaja makin memahami bahwa orangtua mempunyai kewajiban untuk memberikan pendidikan bagi putra-putrinya, untuk memperkenalkan Tuhan kepada mereka. Lalu mereka mengetahui sikap yang harus diambil, yakni mau menerima pendidikan iman dari orangtua mereka.

Gagasan Pokok:
Dalam keluarga, orangtua memiliki tanggung jawab untuk memperkenalkan Allah kepada anak-anaknya. Keluarga seperti sekolah bagi anak-anaknya di mana orangtua mendidik mereka tentang bagaimana hidup sebagai orang beriman. Keluarga menjadi tempat untuk mewariskan iman, untuk membina hubungan yang akrab dengan Allah, dan untuk hidup menurut kehendak-Nya. Dalam membina iman itu, orang-tua dan anak-anak wajib membiasakan membaca Kitab Suci dan memahami serta melaksanakan isinya. Karena ibadah yang dilakukan di dalam keluarga juga merupakan cara yang sangat baik untuk memperkenalkan Tuhan kepada anak-anak.

Lagu Pembuka
MB 448, PS 565 - 567

Tanda Salib dan Salam
Dalam nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus.
 Amin.
Semoga Allah, sumber pengharapan, menganugerahkan suka-cita dan damai
sejahtera kepada keluarga kita.
Amin.

Pengantar
Adik-adik yang terkasih, melalui Sakramen Perkawinan, orangtua diserahi tugas untuk mendidik anak-anak yang dipercayakan Tuhan kepada mereka. Karena itu, mereka mengajar anak-anaknya untuk beriman, dengan mengajar berdoa, mempelajari Kitab Suci, dan mengajarkan hal-hal yang berhubungan dengan iman Kristiani. Keluarga menjadi tempat kita untuk belajar dan untuk membiasakan diri berhubungan dengan Tuhan. Marilah kita membiasakan diri untuk tunduk dan menyerahkan diri kepada Tuhan. Adik-adik diharapkan menghormati orangtua dan mengikuti pendidikan yang mereka berikan.

Doa Pembuka
Adik-adik yang terkasih, marilah kita berdoa. Ya Bapa, kami memohon penyer-taan-Mu melalui Roh-Mu yang Mahakudus. Berkenanlah membimbing iman kami agar berkembang dan mengarah kepada Sabda-Mu yang menyelamatkan. Ajarilah kami membuka hati untuk dapat menerima kehendak-Mu yang penuh kasih sehingga hidup kami berkenan kepada-Mu. Sebab Engkau adalah Tuhan dan penyelamat kami. Amin.

LECTIO

1. Pembacaan: Ulangan 6:20-25
Adik-adik yang terkasih, marilah kita membaca kutipan Kitab Ulangan 6:20-25 di bawah ini dengan cara demikian: Salah seorang mulai membaca bagian dari ayat, kemudian kita ulangi bersama. Kita mulai dengan ayat 20 dibaca oleh .....

Pembacaan Kitab Suci

Demikianlah Sabda Tuhan.
Syukur kepada Allah.

2. Pendalaman
Adik-adik yang terkasih, marilah kita mencoba memahami isi bacaan Kitab Suci di atas. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
1. Bangsa Israel dahulu diperbudak oleh Firaun di Mesir. Siapa yang membawa mereka keluar dari Mesir? (ayat 21).
2. Dengan tangan yang kuat, Tuhan membawa mereka keluar dari Mesir. Ayat berapa hal itu dinyatakan?
3. Apa yang dilakukan Tuhan terhadap bangsa Mesir? (ayat 22)
4. Bangsa Israel dibawa oleh Tuhan ke mana? (ayat 23).
5. Apa perintah Tuhan kepada bangsa Israel? (ayat 24).
6. Apakah perintah untuk takut akan Tuhan juga berlaku untuk kita? (ayat 24)
7. Kalau kita hidup sesuai dengan kehendak Tuhan, keadaan kita akan menjadi baik. Tunjukkan ayatnya!
8. Kita akan menjadi orang benar apabila mau melakukan semua perintah Tuhan dengan setia.
9. Berikan contoh melakukan perintah Tuhan dengan setia!

MEDITATIO
Adik-adik yang terkasih, marilah kita merenungkan Sabda Tuhan yang baru saja kita dalami bersama. Kita menjawab pertanyaan di bawah ini di dalam hati, dengan merenungkan dan sambil menciptakan suasana he-ning!
Tuhan menolong bangsa Israel dengan membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir. Apakah Tuhan juga menolong kita?
..... (menjawab dalam hati, diam - hening)
Apakah kita sudah menjadi orang benar dengan melakukan segenap perintah Tuhan dengan setia?
 ..... (menjawab dalam hati, diam - hening)

ORATIO
Adik-adik yang terkasih, kita sudah memahami arti bacaan bagi kehidupan bangsa Israel dan juga untuk hidup kita. Marilah sekarang kita menanggapinya dengan berdoa. Isi doa sudah disediakan. Adik-adik tinggal menyusun doanya.
Allah itu berbuat baik kepada keluarga kita. Kita berdoa untuk memuji kebaikan Allah. .... Kita berdoa mohon semoga Tuhan membimbing orangtua kita.
.....
Kita berdoa agar kita mau taat kepada orangtua.
.....
Marilah kita berdoa bersama:
Bapa kami .....

ACTIO
Semua peserta berdiri. Pemandu menunjuk seorang peserta berdiri di depan. Ikuti petunjuk yang tersedia di bawah ini!

Saya akan menyebutkan satu kata yang akan diperagakan: “membawa”

Peserta yang ditunjuk mengulangi mengucapkan kata itu: membawa. Semua peserta mengulangi mengucapkan kata itu bersama-sama: membawa. Peserta yang ditunjuk mengulangi mengucapkan kata itu sekali lagi: membawa. Lalu ia membuat gerakan: membawa. Semua peserta menirukan gerakan: membawa. (Tetap pada posisi gerakan “membawa”)

Rasakan bagaimana kalau kita membawa.

Diam sejenak
Kembali ke posisi semula.

Saya akan menyebutkan satu kata yang akan diperagakan: “takut.”
Peserta yang ditunjuk mengulangi mengucapkan kata itu: takut. Semua peserta mengulangi mengucapkan kata itu bersama-sama: takut. Peserta yang ditunjuk mengulangi mengucapkan kata itu sekali lagi: takut. Lalu ia membuat gerakan: takut Semua peserta menirukan gerakan: takut
(Tetap pada posisi gerakan “takut”)

Rasakan bagaimana kalau kita takut.

Diam sejenak
Kembali ke posisi semula.

Doa Penutup

Adik-adik yang terkasih, marilah kita mengakhiri pertemuan ini dengan berdoa, mohon berkat Tuhan: Ya Bapa yang Maha baik, Kami bersyukur karena Engkau telah menganugerahkan kepada kami orang-tua yang baik. Bimbinglah mereka agar menjadi teladan dalam beribadah kepada-Mu, dan hidupnya menjadi contoh bagi kami. Berkatilah kami ya Tuhan. Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.
Amin.

Lagu Penutup

Pertemuan II 
Beribadah itu Belajar Mengenal Tuhan 
(Ul. 6:20-25) 

Tujuan:
Para remaja makin memahami bahwa orangtua mempunyai kewajiban untuk memberikan pendidikan bagi putra-putrinya, untuk memperkenalkan Tuhan kepada mereka. Lalu mereka mengetahui sikap yang harus diambil, yakni mau menerima pendidikan iman dari orangtua mereka.

Gagasan Pokok:
Dalam keluarga, orangtua memiliki tanggung jawab untuk memperkenalkan Allah kepada anak-anaknya. Keluarga seperti sekolah bagi anak-anaknya di mana orangtua mendidik mereka tentang bagaimana hidup sebagai orang beriman. Keluarga menjadi tempat untuk mewariskan iman, untuk membina hubungan yang akrab dengan Allah, dan untuk hidup menurut kehendak-Nya. Dalam membina iman itu, orang-tua dan anak-anak wajib membiasakan membaca Kitab Suci dan memahami serta melaksanakan isinya. Karena ibadah yang dilakukan di dalam keluarga juga merupakan cara yang sangat baik untuk memperkenalkan Tuhan kepada anak-anak.

Lagu Pembuka
MB 448, PS 565 - 567

Tanda Salib dan Salam
Dalam nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus.
Amin.
Semoga Allah, sumber pengharapan, menganugerahkan suka-cita dan damai sejahtera kepada keluarga kita. Amin.

Pengantar
Adik-adik yang terkasih, melalui Sakramen Perkawinan, orangtua diserahi tugas untuk mendidik anak-anak yang dipercayakan Tuhan kepada mereka. Karena itu, mereka mengajar anak-anaknya untuk beriman, dengan mengajar berdoa, mempelajari Kitab Suci, dan mengajarkan hal-hal yang berhubungan dengan iman Kristiani. Keluarga menjadi tempat kita untuk belajar dan untuk membiasakan diri berhubungan dengan Tuhan. Marilah kita membiasakan diri untuk tunduk dan menyerahkan diri kepada Tuhan. Adik-adik diharapkan menghormati orangtua dan mengikuti pendidikan yang mereka berikan.

Doa Pembuka
Adik-adik yang terkasih, marilah kita berdoa. Ya Bapa, kami memohon penyer-taan-Mu melalui Roh-Mu yang Mahakudus. Berkenanlah membimbing iman kami agar berkembang dan mengarah kepada Sabda-Mu yang menyelamatkan. Ajarilah kami membuka hati untuk dapat menerima kehendak-Mu yang penuh kasih sehingga hidup kami berkenan kepada-Mu. Sebab Engkau adalah Tuhan dan penyelamat kami. Amin.

LECTIO
1. Pembacaan: Ulangan 6:20-25
Adik-adik yang terkasih, marilah kita membaca kutipan Kitab Ulangan 6:20-25 di bawah ini dengan cara demikian: Salah seorang mulai membaca bagian dari ayat, kemudian kita ulangi bersama. Kita mulai dengan ayat 20 dibaca oleh .....

Pembacaan Kitab Suci

Demikianlah Sabda Tuhan.
Syukur kepada Allah.

2. Pendalaman
Adik-adik yang terkasih, marilah kita mencoba memahami isi bacaan Kitab Suci di atas. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
1. Bangsa Israel dahulu diperbudak oleh Firaun di Mesir. Siapa yang membawa mereka keluar dari Mesir? (ayat 21).
2. Dengan tangan yang kuat, Tuhan membawa mereka keluar dari Mesir. Ayat berapa hal itu dinyatakan?
3. Apa yang dilakukan Tuhan terhadap bangsa Mesir? (ayat 22)
4. Bangsa Israel dibawa oleh Tuhan ke mana? (ayat 23).
5. Apa perintah Tuhan kepada bangsa Israel? (ayat 24).
6. Apakah perintah untuk takut akan Tuhan juga berlaku untuk kita? (ayat 24)
7. Kalau kita hidup sesuai dengan kehendak Tuhan, keadaan kita akan menjadi baik. Tunjukkan ayatnya!
8. Kita akan menjadi orang benar apabila mau melakukan semua perintah Tuhan dengan setia.
9. Berikan contoh melakukan perintah Tuhan dengan setia!

MEDITATIO
Adik-adik yang terkasih, marilah kita merenungkan Sabda Tuhan yang baru saja kita dalami bersama. Kita menjawab pertanyaan di bawah ini di dalam hati, dengan merenungkan dan sambil menciptakan suasana he-ning! Tuhan menolong bangsa Israel dengan membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir. Apakah Tuhan juga menolong kita?
..... (menjawab dalam hati, diam - hening)
Apakah kita sudah menjadi orang benar dengan melakukan segenap perintah Tuhan dengan setia?
 ..... (menjawab dalam hati, diam - hening)

ORATIO
Adik-adik yang terkasih, kita sudah memahami arti bacaan bagi kehidupan bangsa Israel dan juga untuk hidup kita. Marilah sekarang kita menanggapinya dengan berdoa. Isi doa sudah disediakan. Adik-adik tinggal menyusun doanya. Allah itu berbuat baik kepada keluarga kita. Kita berdoa untuk memuji kebaikan Allah.
....

Kita berdoa mohon semoga Tuhan membimbing orangtua kita.
.....

Kita berdoa agar kita mau taat kepada orangtua.
.....

Marilah kita berdoa bersama:
Bapa kami .....

ACTIO
Semua peserta berdiri. Pemandu menunjuk seorang peserta berdiri di depan. Ikuti petunjuk yang tersedia di bawah ini!

Saya akan menyebutkan satu kata yang akan diperagakan: “membawa”

Peserta yang ditunjuk mengulangi mengucapkan kata itu: membawa.
Semua peserta mengulangi mengucapkan kata itu bersama-sama: membawa. Peserta yang ditunjuk mengulangi mengucapkan kata itu sekali lagi: membawa. Lalu ia membuat gerakan: membawa. Semua peserta menirukan gerakan: membawa.
(Tetap pada posisi gerakan “membawa”)
Rasakan bagaimana kalau kita membawa.

Diam sejenak
Kembali ke posisi semula.

Saya akan menyebutkan satu kata yang akan diperagakan: “takut.”

Peserta yang ditunjuk mengulangi mengucapkan kata itu: takut. Semua peserta mengulangi mengucapkan kata itu bersama-sama: takut. Peserta yang ditunjuk mengulangi mengucapkan kata itu sekali lagi: takut. Lalu ia membuat gerakan: takut Semua peserta menirukan gerakan: takut
(Tetap pada posisi gerakan “takut”)

Rasakan bagaimana kalau kita takut.

Diam sejenak
Kembali ke posisi semula.

Doa Penutup
Adik-adik yang terkasih, marilah kita mengakhiri pertemuan ini dengan berdoa, mohon berkat Tuhan: Ya Bapa yang Maha baik, Kami bersyukur karena Engkau telah menganugerahkan kepada kami orang-tua yang baik. Bimbinglah mereka agar menjadi teladan dalam beribadah kepada-Mu, dan hidupnya menjadi contoh bagi kami. Berkatilah kami ya Tuhan. Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.
Amin.

Lagu Penutup

Pertemuan III 
Mengasihi Sesama Itu Beribadah 
(Am. 5:21-27) 

Tujuan:
Para remaja makin menyadari bahwa mengasihi Allah, berbakti dan beribadah kepada-Nya, harus terbukti dalam tindakan sehari-hari.

Gagasan Pokok:
Para nabi telah mengingatkan bahwa Ibadah kepada Allah tidak dapat dilepaskan dari hubungan dengan sesama. Ibadah mengungkapkan bakti umat kepada Allahnya, yang wajib diwujudkan dengan tindakan nyata.
Amos melihat bahwa orang Israel sangat rajin mempersembahkan kurban dan kurban yang mereka persembahkan itu jumlahnya besar (Am.5:22; 4:4-5). Selain itu, ibadah yang mereka rayakan itu pun dibuat dengan sangat meriah (ay. 23). Orang Israel beranggapan bahwa hu-bungan mereka dengan Allah akan menjadi baik dan benar bila mereka melakukan upacara-upacara keagamaan dan kebaktian dengan cara seperti itu. Tuhan tidak berkenan pada praktek ibadat keagamaan yang dilakukan oleh orang Israel yang seperti itu.
Tuhan tidak membenarkan perayaan ibadah yang mereka langsungkan. Ia pun tidak mau memandang kurban-kurban yang mereka persembahkan kepada-Nya.
Tuhan telah mengingatkan bahwa yang harus dikerjakan oleh orang yang percaya kepada-Nya adalah mengasihi Allah dan sesama. Mereka yang mengasihi Allah juga harus mengasihi sesama.
Dalam pertemuan ketiga ini para remaja diingatkan agar ibadah yang dilakukan di dalam keluarga harus menghasilkan perbuatan nyata di dalam tingkah-laku sehari-hari.

Lagu Pembuka
MB 448, PS 565 - 567

Tanda Salib dan Salam
Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.
Amin.
Semoga Allah yang Mahakasih menyertai kita.
Sekarang dan selama-lamanya. Amin.

Pengantar
Adik-adik yang penuh kasih Tuhan, Tuhan mengingatkan agar kita mau mengasihi Allah dan mengasihi sesama. Sebagai tanda kalau kita mengasihi Allah adalah berbakti dan beribadah kepada-Nya. Sebagai bukti kalau kita beribadah dengan benar adalah mau mengasihi sesama dalam hidup sehari-hari. Marilah kita dengarkan apa yang diajarkan oleh Nabi Amos mengenai ibadah yang berkenan kepada Allah.

Doa Pembuka
Marilah kita berdoa. Ya Bapa. Berkenanlah hadir bersama kami. Utuslah Roh-Mu yang maha kudus untuk menyertai ibadah ini, sehingga iman kami dapat berkembang setiap hari. Jagailah kami agar dapat mengarahkan diri kepada Sabda-Mu, dan bimbinglah hati kami agar dapat menerima kehendak-Mu. Sebab Engkau adalah Tuhan dan penyelamat kami. Amin.

LECTIO
1. Pembacaan: Amos 5:21-27
Adik-adik yang penuh kasih Tuhan, marilah kita membaca kutipan Kitab Amos di bawah ini dengan cara demikian: Ayat ganjil dibaca bersama-sama oleh anak putra, dan ayat genap dibaca bersama-sama oleh anak putri. Kita mulai dengan ayat 21 dibaca bersama-sama oleh anak putra. Demikianlah Sabda Tuhan. Syukur kepada Allah.

2. Pendalaman
Adik-adik yang penuh kasih Tuhan. Marilah kita mencoba memahami isi bacaan Kitab Suci di atas. Tunjukkanlah ayat yang mengungkapkan hal-hal berikut ini!
1. Tuhan tidak suka dengan ibadah yang dilakukan oleh bangsa Israel karena tidak mengungkapkan bakti kepada Tuhan.
2. Tuhan membenci ibadah mereka, karena bukan itu yang dikehendaki-Nya. Tuhan menghendaki agar mereka berlaku baik kepada sesama.
3. Bangsa itu mempersembahkan kurban bakaran dan kurban sajian.
4. Bangsa itu mempersembahkan kurban bakaran dan kurban sajian hasil dari menindas sesamanya. Maka Tuhan tidak suka. Mereka tidak setia kepada Tuhan.
5. Tuhan minta agar keramaian nyanyian tidak diperdengarkan di dalam ibadah mereka.
6. Tuhan memerintahkan agar menjauhkan keramaian nyanyian di dalam ibadah mereka, karena mereka melagukan nyanyian itu hanya ingin menyenangkan hati Tuhan dan mengabaikan tingkah-laku mereka.
7. Mereka harus belajar bertindak adil terhadap sesama. Keadilan harus bergulung-gulung seperti air.
8. Tuhan menunjukkan apa yang dikehendaki dari umat-Nya, yaitu perilaku adil dan benar terhadap sesama. 9. Para nabi mengingatkan bahwa di padang gurun dahulu, Tuhan tidak menuntut kurban sembelihan dan kurban sajian.
10. Karena mereka tidak setia kepada Tuhan, mereka akan dibawa ke dalam pembuangan. Mereka menyembah dewa bintang yang bernama Kewan.

MEDITATIO
Adik-adik yang penuh kasih Tuhan, marilah kita merenungkan Sabda Tuhan. Kita menjawab pertanyaan di bawah ini di dalam hati, sambil menciptakan suasana tenang dan hening.
Bagaimana ibadat yang dilakukan oleh bangsa Israel?
..... (menjawab dalam hati, diam - hening)
Apakah kita sudah melakukan ibadat dengan benardan menga-sihi sesama?
..... (menjawab dalam hati, diam - hening)

ORATIO
Adik-adik yang penuh kasih Tuhan, marilah kita berdoa kepada Tuhan secara spontan. Isi doa adalah mendoakan orangtua, kakak dan adik agar masing-masing mau saling membantu dan bekerja-sama. Marilah kita berdoa untuk ayah dan ibu agar rajin beribadah
....

Kita berdoa untuk kakak dan adik, agar mau membantu orangtua dalam mengerjakan pekerjaan di rumah .....

Marilah kita berdoa agar dapat bekerja-sama dengan seluruh anggota keluarga.
 .....

Marilah berdoa bersama.
Bapa kami .....

ACTIO
Semua peserta berdiri. Pemandu menunjuk seorang peserta berdiri di depan. Ikuti petunjuk yang tersedia di bawah ini!

Saya akan menyebutkan satu kata yang akan diperagakan: “Amempersembahkan”
Peserta yang ditunjuk mengulangi mengucapkan kata itu: mempersembahkan. Semua peserta mengulangi mengucapkan kata itu bersama-sama: mempersembahkan. Peserta yang ditunjuk mengulangi mengucapkan kata itu sekali lagi: mempersembahkan. Lalu ia membuat gerakan: mempersembahkan Semua peserta menirukan gerakan: mempersembahkan
(Tetap pada posisi “mempersembahkan”)

Rasakan bagaimana kalau kita mempersembahkan.
Diam sejenak
Kembali ke posisi semula.

Saya akan menyebutkan satu kata yang akan diperagakan: “mengalir”
Peserta yang ditunjuk mengulangi mengucapkan kata itu: “mengalir” Semua peserta mengulangi mengucapkan kata itu bersama-sama: “mengalir” Peserta yang ditunjuk mengulangi mengucapkan kata itu sekali lagi: “mengalir” Lalu ia membuat gerakan: mengalir Semua peserta menirukan gerakan: mengalir
(Tetap pada posisi “mengalir”)

Rasakan bagaimana kalau kita mengalir.
Diam sejenak
Kembali ke posisi semula.

Doa Penutup
Adik-adik yang penuh kasih Tuhan. Marilah kita mengakhiri pertemuan ini dengan berdoa, mohon berkat Tuhan: Ya Bapa, yang Mahakasih. Kami bersyukur kepada-Mu karena Engkau baik kepada keluarga kami. Bantulah agar kami dapat beribadah kepada-Mu dengan benar. Berkatilah kami ya Tuhan, agar dapat saling mengasihi. Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus. Amin

Lagu Penutup

Pertemuan IV 
Ibadah Keluarga yang Benar 
 (Yoh. 4:19-26) 
Tujuan:
Para remaja makin memahami bahwa ibadah keluarga yang benar dapat dilakukan di manapun, tidak terikat oleh tempat dan waktu.
Gagasan Pokok:
Remaja diajak untuk memahami perlunya menjalankan ibadah yang benar, yakni ibadah yang digerakkan oleh Roh dan Kebenaran.
Keluarga melaksanakan ibadah karena telah menerima kebenaran tentang Allah. Kasih Allah kepada keluarga itulah yang mendorong mereka untuk beribadah. Di dalam ibadah itu keluarga menyampaikan bakti, berdialog, dan membina hubungan dengan Allah yang telah menga-sihi mereka. Hubungan dengan Allah itu menggerakkan keluarga dalam menjalani kehidupannya.
Perempuan Samaria mengajukan persoalan mengenai tempat di mana Allah harus disembah: di Gunung Gerizim (tempat orang Samaria beribadah) atau di Yerusalem (tempat orang Yahudi beribadah)?
Yesus menyatakan bahwa orang akan menyembah Allah, bukan di atas Gunung Gerizim dan bukan di Yerusalem (ay. 21). Ibadah di Bait Allah akan digantikan dengan ibadah dalam roh dan kebenaran. Untuk dapat berjumpa dan menyembah Allah orang tidak perlu datang ke tempat tertentu karena memang kehadiran-Nya tidak terikat pada hal-hal jasmani.
Yesus juga menyatakan bahwa orang Samaria menyembah Allah yang tidak mereka kenal. Mereka melakukan ibadah, tanpa mengetahui kepada siapa ibadah itu ditujukan. Selain itu, mereka menyembah Allah semata-mata terdorong oleh rasa takut akan bahaya yang didatangkan oleh Allah yang berkuasa di Israel. Sebaliknya, orang Yahudi menyembah apa yang mereka kenal. Di masa lampau mereka mengalami Allah yang telah mengasihi mereka.
Karena Allah itu adalah Roh, kita dapat menyembah Allah sebagai Bapa apabila kita telah lahir kembali dari Roh lalu hidup sebagai anak dalam hubungan dengan Bapa (Yoh. 3:5; 1:12; 1Yoh. 3:1). Orang yang lahir dari Roh menerima kehidupan dari Roh dan seluruh hidupnya digerakkan oleh Roh itu. Roh Kudus juga disebut Roh Kebenaran karena Ia akan memimpin para murid Yesus ke pada kebenaran.
Lagu Pembuka
MB 448, PS 565 - 567
Tanda Salib dan Salam
Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.
Amin.
Damai sejahtera dari Allah, akan menyertai kita dalam kebenaran dan kasih. Sekarang dan selama-lamanya. Amin.
Pengantar
Adik-adik yang saling mengasihi, kita telah merenungkan Sabda Tuhan mengenai “Tuhan hadir di dalam keluarga,” “Beribadah itu belajar mengenal Tuhan,” “Mengasihi sesama itu beribadah,” lalu akan kita akhiri dengan “Ibadah keluarga yang benar.” Dalam pertemuan ini marilah kita berusaha memahami perlunya menjalankan ibadah yang benar. Yakni ibadah yang digerakkan oleh Roh dan Kebenaran. Ibadah yang disemangati oleh pengenalan kita kepada Kristus: Dia yang menjadi manusia dan rela wafat untuk keselamatan kita, dengan menebus dosa-dosa kita. Kasih Allah kepada keluarga itulah yang mendorong mereka untuk beribadah. Di dalam ibadah itu, keluarga-keluarga berbakti kepada Allah, membina relasi dengan Allah. Allah telah mengasihi mereka. Berdasar pada kasih Allah itulah keluarga-keluarga menjalani kehidupan mereka. Mari kita renungkan apa yang diajarkan oleh Kristus sendiri, mengenai ibadah dalam Roh dan Kebenaran.
Doa Pembuka
Adik-adik yang saling mengasihi, marilah kita mulai pertemuan ini dengan berdoa: Ya Bapa yang Mahakasih. Berkenanlah menyertai kami dengan Roh-Mu yang Mahakudus. Sempurnakanlah iman kami, agar dapat mengarahkan hidup kepada Sabda-Mu. Pimpinlah agar hati kami terbuka untuk menerima kehendak-Mu. Sebab Engkau adalah Tuhan dan penyelamat kami. Amin.
LECTIO
1. Pembacaan: Yohanes 4:19-26
Adik-adik yang saling mengasihi, marilah kita membaca kutip-an Injil Yohanes di bawah ini bersama-sama. Kita mulai dengan ayat 19.
Pembacaan Kitab Suci
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.
2. Pendalaman
Adik-adik yang saling mengasihi. Marilah kita mencoba memahami isi bacaan Kitab Suci di atas.
1. Yesus disebut siapa oleh perempuan itu? (ayat 19)
2. Orang Samaria menyembah Allah di Gunung Gerizim, sedang orang Yahudi menyembah Allah di Bait Allah di Yerusalem. Di ayat berapa hal itu dinyatakan?
3. Yesus mengajarkan kepada kita bahwa untuk menyembah Allah, tidak perlu di Gunung Gerizim dan bukan pula di ..... (ayat 21).
4. Yesus mengatakan bahwa perempuan Samaria itu menyembah apa yang tidak dia kenal. Tunjukkan di ayat berapa hal itu dikatakan!
5. Apa yang dikatakan Yesus pada ayat 22?
6. Akan tiba saatnya, penyembah-penyembah benar akan menyembah Allah sebagai Bapa, dalam ..... dan ..... (ayat 23).
7. Allah itu Roh, maka siapa yang menyembah Dia harus menyembah dalam roh dan kebenaran. Ayat berapa hal itu ditulis?
8. Perempuan Samaria itu tahu bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga siapa? (ayat 25)
9. Apa yang dikatakan Yesus kepada perempuan Samaria itu? (ayat 26) 10. Yesus sendiri menyatakan bahwa Ia adalah Mesias. Di ayat berapa hal itu kita baca?
MEDITATIO
 Adik-adik yang saling mengasihi, marilah kita merenungkan Sabda Tuhan. Kita menjawab pertanyaan di bawah ini di dalam hati, sambil menciptakan suasana tenang dan hening. Di mana kita bisa beribadah dengan benar?
 ..... (menjawab dalam hati, diam - hening)
Mengapa kita wajib beribadah dalam roh dan kebenaran
..... (menjawab dalam hati, diam - hening)
ORATIO
 Adik-adik yang saling mengasihi, marilah kita sekarang menanggapi ajaran yang baru saja kita renungkan dengan berdoa spontan. Berdoa juga merupakan bentuk nyata dari ibadah.
Kita berdoa untuk ayah dan ibu. Silakan yang akan memanjatkan doanya secara spontan.
.....
Kita berdoa untuk kakak atau adik. Silakan siapa yang akan memanjatkan doanya secara spontan.
 .....
 Kita berdoa untuk orang yang sedang menderita sakit. Silakan siapa yang akan mulai memanjatkan doanya. .....
Marilah kita berdoa bersama:
Bapa kami .....
ACTIO
Semua peserta berdiri. Pemandu menunjuk seorang peserta maju ke depan. Ikuti kalimat petunjuk yang tersedia di bawah ini!
Saya akan menyebutkan satu kata yang akan diperagakan: “menyembah”
Peserta yang ditunjuk mengulangi mengucapkan kata itu: menyembah. Semua peserta mengulangi mengucapkan kata itu bersama-sama: menyembah. Peserta yang ditunjuk mengulangi mengucapkan kata itu sekali lagi: menyembah. Lalu ia membuat gerakan: menyembah Semua peserta menirukan gerakan: menyembah
(Tetap pada posisi gerakan “menyembah”)
Rasakan bagaimana kalau adik-adik menyembah.
Diam sejenak.
Kembali ke posisi semula.
Saya akan menyebutkan satu kata yang akan diperagakan: “memberitakan”
Peserta yang ditunjuk mengulangi mengucapkan kata itu: memberitakan. Semua peserta mengulangi mengucapkan kata itu bersama-sama: memberitakan. Peserta yang ditunjuk mengulangi mengucapkan kata itu sekali lagi: memberitakan. Lalu ia membuat gerakan: memberitakan Semua peserta menirukan gerakan: memberitakan
(Tetap pada posisi gerakan “memberitakan”)
Rasakan bagaimana kalau adik-adik memberitakan.
Diam sejenak.
Kembali ke posisi semula.

Doa Penutup
Adik-adik yang saling mengasihi, marilah kita menutup pertemuan ini dengan berdoa, mohon berkat Tuhan: Ya Bapa, kami bersyukur kepada-Mu karena Engkau telah mengajar kami agar dapat beribadah dengan benar. Bimbinglah agar kami dapat mengabdi kepada-Mu dan hidup sesuai dengan kehendak-Mu. Berkatilah kami ya Tuhan. Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.
Amin.

Lagu Penutup

KELUARGA 
BERIBADAH 
DALAM SABDA 

 “Saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang 
bahwa penyembah-penyembah benar 
akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran…” 
(Yoh. 4:23) 

BAHAN PENDALAMAN KITAB SUCI 
ANAK-ANAK 
oleh Komisi Kerasulan Kitab Suci - Keuskupan Agung Semarang 

Bulan Kitab Suci Nasional 
LEMBAGA BIBLIKA INDONESIA 
2014 

PERTEMUAN I 
KELUARGAKU, ISTANA ALLAHKU 

Tujuan:
Anak-anak menyadari bahwa Allah senantiasa hadir dalam keluarga.

Gagasan Pokok:
Keluarga adalah tempat kehadiran Allah. Dia hadir untuk memberkatikeluarga yang dipersatukan dalam cinta kasih dan keudusan. Menjadi tantangan kita yaitu bagaimana agar keluarga bisa tetap menjaga kekudusan, sehingga disana Allah senantiasa bertahta. “Keluargaku, Istana Allahku”. Keluarga yang dinaungi cinta kasih adalah istana terindah untuk Tuhan Allah. Dalam keluarga yang menampakkan kekudusan dan cinta kasih, Allah dan manusia saling berjumpa.

1. NYANYIAN PEMBUKA
Adik-adik, bila kita saling berkumpul dalam Tuhan, Kristus ada di tengah kita dan kita jadi gereja. Kristus itu kepala dan kita adalah tubuh-Nya. Kita memang menjadi satu, namun bermacam ragam. Adik-adik, mari kita bersama-sama menyanyikan lagu “KUMPULAN GEREJA” dengan penuh semangat! Dan ikuti gerakan kakak ya....!!!


“KUMPULAN GEREJA”
(TBH. Hal 24. No 15, dinyanyikan dengan gerakan)
    ___               ____     ____                   ____
3  .   2    1   3  /  5   6     5     6      5   .  /  4  .   3    2    5   /  3  .  .  0  /
Bi  - la  ki- ta   sa-ling ber-kum-pul    di     da-lam Tu - han
Kris-tus i - tu  ke-pa - la   ki –  ta.       Ki  -  ta  tu - buh-nya
     ___                    ____    _____              .    ____    ___
 3    .  2    1    3  /     5    6    5      6    5  .  /  1   5      4   .   3    2  /  1  .  . 0 //
Kris-tus  a - da     di   te-ngah  ki - ta.     Ki-ta     ja  -  di   gre - ja
Ki - ta  me-mang men-ja-di     sa - tu     Na-mun ma-cam ra - gam

2. TANDA SALIB ANAK

 TBH. Hal 08. No 01 (Versi Rm. D. Bambang Sutrisno, Pr)                                                          
 5    3    4    5    6   /   5   .     .    0    /    4     2    3    4    5    /    4      .      .     0   /
De-mi  na-ma Ba  -  pa,                      De-mi  na-ma  Pu   -  tra
                                                                                                .
 3     1    2    3     4   /   3   .     5     5   /    6    .     7     .     /      1     .      .     0    //
Dan de-mi Roh Ku - dus     A – min,    a          -                  min

3. PENGANTAR
      Adik-adik, Allah itu hadir di dunia. Ia menjumpai para leluhur di suatu tempat. Nah adik-adik yang terkasih, oleh orang Israel, tempat itu kemudian digunakan sebagai tempat ibadah. Di tempat itu, mereka yakin dapat berjumpa dengan Allah. Karena kehadiran Allah, tempat itu pun menjadi kudus. Dalam keluarga, Allah menghendaki agar selalu terbangun ikatan cinta kasih. Dalam ikatan cinta kasih, kehadiran dan berkat-Nya akan semakin kita rasakan. Allah dan manusia saling berjumpa, Dia berkenan hadir dalam keluarga dan seluruh anggota keluarga pun dapat menjumpai-Nya. Oleh karena itu, keluarga adalah tempat yang kudus, tempat terindah bagi Tuhan untuk bertahta.  Keluargaku.... Istana Allahku.

4. DOA PEMBUKA
 Adik-adik...marilah kita berdoa
Kalimat demi kalimat dalam Doa ini dibacakan pendamping, lalu ditirukan anak-anak.
Bapa yang Maha baik, kami anak-anak-Mu mengucap syukur dan berterima kasih atas kebaikan-Mu untuk kami. Terimakasih juga atas kesehatan dan keluarga yang penuh kasih. Pada hari ini, kami akan mendengarkan sabda-Mu. Terangilah hati dan pikiran kami,  agar kami dapat memahami firman-Mu. Kami percaya Engkau hadir juga di tengah keluarga kami.  Demi Yesus Tuhan dan pengantara kami kini dan sepanjang segala masa. Amin

5. MENDENGARKAN SABDA (Kej 18:1-15)
 Adik-adik yang terkasih, marilah kita bersama-sama mendengarkan Sabda Tuhan dari Kitab Kejadian 18:1-15. Untuk kali ini kita akan membaca dengan cara: ayat ganjil dibaca anak-anak yang putera, sedangkan ayat genap dibaca anak-anak yang puteri.
----------  Pembacaan  Sabda Tuhan ------------
Pembacaan Sabda diakhiri dengan “Demikianlah Sabda Tuhan” oleh yang bertugas,  anak-anak menjawab “Syukur Kepada Allah.”

6. PENDALAMAN TEKS
      Kita sudah mendengarkan Sabda Tuhan, sekarang coba Adik-adik menjawab pertanyaan kakak:
1.   Dimanakah Tuhan menampakkan diri kepada Abraham ?
2.  Dalam rupa apa Tuhan menampakkan diri pada Abraham?
3.  Setelah mendengar firman Tuhan, bagaimana Abraham dan Sara menanggapinya?
      Iya, Adik-adik, dari bacaan tadi hal apa yang bisa kita pelajari dari Abraham?  Apa yang kita dapatkan dari kisah ini? (Diam sejenak) Mari kita merenungkannya dalam keheningan.
Jika memungkinkan perenungan dapat diiringi instrumen yang teduh.
1.   Bagaimana keadaan keluarga kita, apakah ayah, ibu, kakak, adik dan seluruh keluarga saling memperhatikan?
2.  Apakah anggota keluarga kita sibuk dengan kegiatannya sendiri-sendiri?
3.  Apakah yang kita inginkan dari keluarga kita? Keluarga yang dipenuhi cinta kasih atau keluarga yang saling cuek  satu sama lain?

7. PERMAINAN
      Masih semangat adik-adik.?! Ayo sekarang kita bermain bersama-sama. Siap..? Permainan ini, namanya...Permainan “MENJAGA ISTANA”. Siapkan alat permainannya dan dengarkan bagaimana kita akan bermain.

Alat          : Alas duduk per anak  (kertas koran, atau yang lain)
Tujuan      : Anak-anak menjaga keluarga sebagai istana yang kudus.

Cara bermain:
1.  Setiap anak duduk di alas yang dipersiapkan masing-masing.
2.  Sambil bernyanyi anak-anak beranjak dari tempat duduk dan berjalan berkeliling. Pada saat anak-anak berkeliling, pendamping mengambil satu alas.
3.  Dengan tanda tertentu (mis: bunyi peluit) anak-anak harus kembali menduduki alas duduk (siapa cepat dia dapat).
4.  Anak yang tidak mendapat tempat duduk tidak dapat mengikuti permainan berikutnya.
5.  Anak terakhir yang selalu mendapat tempat duduk dialah juaranya.
Setelah permainan selesai, Pendamping menyampaikan/ menegaskan maksud dilakukannya permainan itu.

Penegasan:
a.  Adik-adik, tahukah kalian, dalam permainan tadi alas koran itu diibaratkan sebagai apa?
     Pendamping menjelaskan makna alas sebagai keluarga yang harus dijaga.
b.  Bagaimana perasaanmu saat kehilangan atau mendapatkan alas itu ?
c.  Setelah mendapatkan alasnya, apa yang akan adik-adik lakukan? Merobek atau menjaganya?

8. RENUNGAN
      Setelah kita asyik bermain, sekarang mari kita renungkan.
Alas tempat duduk kita itu diibaratkan keluarga. Jika alas koran saja kita jaga, tentu kita juga akan menjaga keluarga agar dipenuhi cinta kasih. Karena di tengah-tengah keluarga, Allah senantiasa hadir menyertai. Namun kehadiran-Nya tidak bisa kita duga.
Dalam kisah Abraham tadi, dia tidak menduga, bahwa Allah hadir dan menampakkan diri sebagai orang yang melakukan perjalanan jauh, kepanasan dan kelelahan. Ia hadir sebagai orang yang memerlukan tempat untuk berlindung dan beristirahat, butuh air untuk membasuh kaki-Nya yang kotor. Tuhan hadir sebagai orang yang memerlukan makanan untuk menguatkan badan dan air untuk menghilangkan dahaga.
Penampakan Tuhan itu dialami Abraham di dekat pohon tarbantin di Mamre, nama lain dari Hebron. Di kemudian hari tempat ini menjadi tempat ibadat Israel karena Tuhan telah menampakkan diri kepada Abraham di tempat itu.
Iya, Keluarga harus tetap dijaga, agar roh cinta kasih selalu ada. Kita harus menyiapkan diri menyambut kehadiranNya setiap waktu dan memberi tempat terbaik bagiNya. Jadikan keluarga sebagai istana bagi Allah. Amin.

9. MENANGGAPI SABDA/MEMBANGUN NIAT/DOA UMAT
Anak diminta untuk menyampaikan permohonannya kepada Tuhan, berkaitan dengan keinginannya bagi keluarganya.

10.  PENUTUP
      Marilah kita akhiri pertemuan ini dengan doa (bersama-sama). Tuhan terima kasih pada-Mu, kami sudah boleh berkumpul untuk saling meneguhkan, bermain bersama-sama untuk belajar memahami kehadiranMu. Semoga dengan menyadari bahwa Engkau selalu hadir dan menyertai kami,  iman kami semakin diteguhkan. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami yang bertahta bersama Bapa dan Roh Kudus, kini dan sepanjang segala masa. Amin.

11. TANDA SALIB
TBH. Hal 08. No 01 (Versi Rm. D. Bambang Sutrisno, Pr)                                                          
 5    3    4    5    6   /   5   .     .    0    /    4     2    3    4     5    /    4      .      .     0   /
De-mi  na-ma Ba  -  pa,                      De-mi  na-ma  Pu   -   tra
                                                                                             .
 3      1    2    3     4   /   3   .     5     5   /    6    .     7     .     /      1     .      .     0    //
Dan de-mi Roh Ku - dus     A – min,    a          -                  min

12. LAGU PENUTUP
DALAM YESUS KITA BERSAUDARA
                                         ___          ____      
 5     1     2  / 3  .  .  .  / 0  2   3   4     3  .  2  /   1  .  .  .  /  0
Da-lam Ye - sus             Ki-ta Ber-sau-da -  ra
                                         ___            ____  
 5     6    5  /  2  .  .  .  / 0  5   5   6     5  .  4  /  3  .  .  .  /  0
Da-lam Ye - sus              Ki-ta  Ber-sau-da - ra
                          ___           ____                      ____              
 1    2     3  /  4   4   4    4    4    4 / 4 .  5  4  /  3     3     2  3    2  / 1
Da-lam Ye-sus  Ki-ta Bersau-da-ra  se-ka-rang dan se-la-ma-nya
                                          ___          ____    
 5    1       3  / 2  .  .  .  /  0  2   3    4   3  .  2  / 1 . . . /  0  //
Da-lam Ye-sus                 Ki-ta ber-sau-da - ra


PERTEMUAN II 
ASYIKNYA SEKOLAH IMAN 

Tujuan:
Anak-anak diajak untuk memahami pentingnya pendidikan iman dalam keluarga

Gagasan Pokok:
Adalah tanggung jawab orang tua untuk memperkenalkan Allah kepada anak-anak. Tugas luhur nan mulia itu harus dijalankan dengan penuh kesungguhan. Membaca Kitab Suci adalah cara untuk mengenal Allah. Orangtua perlu mengajarkan kepada anak-anaknya tentang Kitab suci agarmereka akrab dan cinta kepada Tuhan.

1. NYAYIAN PEMBUKA
 Adik-adik...siapa yang suka baca Kitab Suci? Apakah setiap hari adik-adik membaca Kitab Suci? Siapa mau tumbuh, baca Kitab Suci!

2. TANDA SALIB
TBH. Hal 09. No 02 (Versi Rm. D. Bambang Sutrisno, Pr)
         ____               ____          ____                   ____           ____          ____                
// :   3     3   /   6     6     7     1      1     2   /  3   .    .    3    3   /  2    2    2   1     7    7   /   6    .     0  : //    
        De-mi  na-ma   Al – lah  Tri-tung-gal.    De-mi    na-ma Al-lah Tri-tung-gal
 ___                    ___     ____                        ____
 3   2   /   3    .    .    3    3     2  /  3    .     .    2    2   /  2     2     1    2  /  3    .    0
De    -     mi           na-ma   Ba-pa,           De-mi    na-ma    Pu-te  - ra            
____                    ____      ____                   ____
3    2   /   3    .      3     3     3     2  /  3   .   .   2    2   /   2    2        1    7  /   6   .    0  //
De    -      mi      na-ma    Roh Ku-dus.     A – min,  a  - min,  a      -    min

3. PENGANTAR
Adik-adik, apa arti keluarga bagi kita? (Diam sejenak) Iya, keluarga adalah istana bagi kehadiran Allah dan juga sekolah iman yang utama dan pertama. Beriman berarti mempercayakan diri kepada Allah. Beriman juga mengandalkan pribadi yang diimaninya itu dan hidup menurut kehendak-Nya. Kitab Suci adalah sumber iman kita yang utama. Iya...keluarga adalah tempat untuk memperkenalkan dan memperdalam iman pada Yesus, membina hubungan yang akrab dengan Allah, dan pedoman agar kita bisa hidup seturut kehendak-Nya. Keluarga adalah sekolah iman yang mengasyikkan

4. DOA PEMBUKA
Adik-adik....benarkah keluarga adalah sekolah iman yang mengasyikkan? Mari kita berdoa terlebih dahulu, agar hati kita siap untuk merenungkan FirmanNya. Menunjuk salah satu anak untuk membacakan doanya. Terimakasih ya Allah, atas segala berkat-Mu yang tercurah hari ini. Berkatilah keluarga kami agar kami bisa saling mengasihi. Bimbinglah kami agar selalu berjalan seturut kehendak-Mu. Kami siapkan hati yang lemah ini untuk menerima sabda-Mu. Terpujilah Kristus untuk selama-lamanya. Amin

5. MENDENGARKAN SABDA
 Sabda Tuhan adalah pedoman hidup kita. Kakak akan membacakan Sabda Tuhan dari Ulangan 6: 20-25, silakan Adik-aduk menirukan pelan-pelan. Dibaca pendamping, ditirukan anak-anak. ----------- Pembacaan Sabda Tuhan ------------ Diakhiri dengan “Demikianlah Sabda Tuhan”, Umat menjawab “Syukur Kepada Allah.”

6. PENDALAMAN TEKS
Adik-adik...Dari bacaan yang tadi sudah kita dengarkan, kakak mau bertanya....:
1. Kitab Ulangan termasuk bagian dari Kitab Taurat Musa atau Pentateauk, sebutkan kitab lainnya yang termasuk Taurat Musa?
2. Tanah yang dijanjikan Allah kepada bangsa Israel disebut?
3. Mengapa Allah tidak memperkenankan Musa untuk memasuki negeri yang dijanjikan?
4. Siapa yang dipersiapkan untuk menggantikan Musa?

Ya, setelah kita mendengarkan sabda Tuhan, marilah kita merenungkan isi bacaan tadi dalam keheningan. Pertanyaan-pertanyaan dalam perenungan ini, nanti silahkan dijawab dalam hati saja. Perenungan dapat diiringi instrumen yang teduh. Adik-adik.......:

1. Hal apa yang bisa kita dapatkan dari Musa?
2. Beriman adalah berserah kepada Tuhan, apapun tantangan yang kita hadapi. Nah, apa tantangan atau masalah kalian sekarang dalam hidup ini?
3. Sudahkah kalian berserah dan mengandalkan Tuhan?

7. PERMAINAN “MENJADI SEPERTI YESUS”
Sudah capek?? Sudah lelah?? Ayo semangat, kita akan bermain bersama-sama! Siapkan bahan-bahannya ya! Nama permainan ini “Menjadi Seperti Yesus”.

Bahan:
Buat 9 bentuk yang berbeda dari kertas lipat, tempelkan double tape dibagian belakang. Buat sebanyak kelompok yang akan dibentuk ditambah 1 (satu) untuk pendamping.

Tujuan :
Anak-anak memiliki kerinduan untuk menjadi seperti Yesus. Anak-anak mengerti bahwa anak Tuhan harus menjadikan Yesus sebagai idolanya.

Kegiatan :
Pilih seorang pendamping untuk menjadi model, dan anak-anak dibagi menjadi beberapa kelompok.
Tempeli pendamping dengan 9 bentuk kertas lipat yang sudah disiapkan.
Berilah kesempatan pada anak-anak untuk mengamati pendamping selama 30 detik.
Bagikan kepada tiap kelompok masing-masing 9 bentuk kertas lipat.
Mintalah setiap kelompok untuk menentukan seorang wakil yang akan ditempeli badannya persisi seperti pendamping yang menjadi model.
Mintalah anak-anak membagi tugas untuk menempelkan 9 bentuk kertas seperti contoh.
Sementara anak mengerjakan tugas, mintalah pendamping yang menjadi model untuk bersembunyi.
Setelah seluruh kelompok selesai bekerja (+3 menit) pendamping yang menjadi model dipanggil kembali untuk dapat mencocokan hasil kerja tiap kelompok dengan model tersebut.
Kelompok yang paling banyak mendapatkan kecocokan adalah pemenang.
Setelah selesai permainan, Pendamping menyampaikan maksud dilakukannya permainan itu.

Penegasan:
Permainan “Menjadi Seperti Yesus”. Siapa yang ingin menjadi seperti Yesus? Iya...Yesus adalah teladan kita. Melalui keluarga, kita dapat mengenal Yesus, kita dapat meneladani Yesus, sehingga kehidupan kita akan semakin baik. Belajar iman dimulai dari keluarga kita masing-masing.

8. RENUNGAN
Adik-adik, setelah kita selesai bermain, yuuk kita kembali merenungkan bacaan di awal tadi.
Menjelang kematian Musa, ketika orang Israel telah sampai di seberang Sungai Yordan, YHWH memanggilnya dan memintanya naik ke puncak Gunung Pisga. Musa tidak diperkenankan turut masuk ke Tanah Terjanji, dan hanya diizinkan untuk memandangnya. Musa mengetahui bahwa ia akan meninggal sebelum orang Israel memasuki Tanah Terjanji. Menjelang kepergiannya, Musa mempersiapkan segala sesuatu untuk kehidupan orang Israel selanjutnya. Ia menyampaikan kotbah-kotbah panjang pesan terakhirnya, mempersiapkan penggantinya dan memberikan berkat terakhir.
Kitab Ulangan 6:20-25 merupakan kutipan dari kotbah yang disampaikan oleh Musa menjelang kematian-Nya. Kutipan ini berisi perintah untuk mengajar anak-anak dan hal-hal yang harus diajarkan, yakni karya agung yang telah dikerjakan oleh TUHAN dan kesediaan untuk melaksanakan perintah Tuhan yang telah mengasihi mereka. Keluarga adalah sekolah iman yang mengasyikkan. Amin.

9. MENANGGAPI SABDA
Membangun niat / Doa umat: tiga anak diminta menyampaikan permohonan kepada Tuhan, berkaitan dengan keinginannya agar Tuhan menjadikannya anak yang takut akan Tuhan.

10. DOA PENUTUP
Adik-adik, marilah kita mengakhiri pertemuan ini dengan doa. (Tunjuk salah satu anak untuk membaca doa ini). Tuhan terima kasih kepada-Mu, kami telah berkumpul, bermain dan belajar bersama bagaimana kami mengembangkan iman. Semoga dengan memahami karya dan sabda-Mu, iman kami semakin mendalam dan tangguh. Pakailah keluarga kami agar layak menjadi sekolah tempat kami belajar iman kepada-Mu. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami, kini dan sepanjang segala masa. Amin.

11. TANDA SALIB
TBH. Hal 09. No 02  (Versi Rm. D. Bambang Sutrisno, Pr)
         ____               ____          ____                   ____            ____        ____                
// :   3     3   /   6     6     7     1       1     2   /  3   .    .    3    3   /  2    2    2   1     7      7   /   6    .   0   :   //    
     De-mi      na-ma   Al – lah  Tri-tung-gal.      De-mi    na-ma Al-lah Tri-tung-gal
 ___                    ___     ____                        ____
 3   2   /   3    .    .    3    3     2  /  3    .     .    2    2   /  2     2     1    2  /  3    .    0
De    -     mi           na-ma  Ba-pa,              De-mi   na-ma   Pu-te - ra            
 ____                    ____       ____                   ____
3    2   /   3    .      3     3     3     2  /  3   .   .   2    2   /   2    2        1    7  /   6   .    0  //
De    -    mi         na-ma   Roh Ku-dus.     A –min,   a  - min,  a      -    min

12. LAGU PENUTUP
YESUS DI DALAM RUMAHKU
        ___    _____   _____            ____      ____
 5  /  1    1   1     2    3      3      3  /  5    5      5     4      3    .  /
Ye-sus di  da-lam  ru-mah-ku   se-nang se-nang-lah
 ____       ____                      ____       ____
 4     4     4      3       2    0  /  3     3      3      2     1
Se-nang   se-nang-lah       se-nang   se-nang-lah
         ___    ____      ____             ____      ____
 5  /  1    1   1     2     3     3     3  /   5    5      5    4       3   0  /
Ye- sus di  da-lam  ru-mah-ku   se-nang se-nang-lah
 _____                    
 4   .   4       3     2   /  1  .  .  .  //
 Se-nang   se-nang-lah

PERTEMUAN III 
Mengasihi? WhyNot??? 

TUJUAN:
Melatih anak agar terbiasa untuk rela dan mau berbagi serta peduli pada lingkungan dan sesama.

GAGASAN POKOK:
Adakah kaitan ibadah yang kita lakukan, terhadap sesama manusia yang ada di sekitar kita? Ibadah yang sejati ialah ibadah yang penerapannya nyata dalam relasi kita dengan sesama. Dalam pertemuan kali ini, anak dilatih memiliki kepekaan terhadap lingkungan. Anak akan peduli terhadap sesame dan mau mengulurkan tangan untuk rela berbagi.

1. Nyanyian Pembuka
Setingginya langit, lebih tinggi kasih Tuhanku. Sedalam lautan, lebih dalam kasih Tuhanku. Seindah pelangi, lebih indah kasih Tuhanku, Tuhan kita. Ayo semangat adik-adik, dengan gerakan,kita nyanyikan lagu “Setingginya Langit”.

2. Tanda Salib Anak
(TBH. Hal, 8 no 1)  (Versi Rm. D. Bambang Sutrisno, Pr)
       ____                                                        ____
 5    3    4    5    6   /   5   .     .    0    /    4     2    3    4    5    /    4      .      .     0   /
De-mi  na-ma Ba  -  pa,                     De-mi  na-ma  Pu   -   tra
         ___                                                                                     .
 3      1    2    3     4   /   3   .     5     5   /    6    .     7     .     /      1     .      .     0    //
Dan de-mi Roh Ku - dus      A – min,    a          -                  min

3. Pengantar
Adik-adik….siapa yang pernah melihat ada kecelakaan di jalan? Pernahkah kalian menolong teman yang jatuh? Kalau ada teman yang sedang dalam kesulitan, tidak bisa membeli buku, tidak mampu membeli seragam, ada teman yang sakit atau kesulitan yang lain, apa yang akan kalian lakukan? Mengejek mereka, meninggalkan mereka atau ….akan menolong dan membantu teman kalian?
Ada yang begitu aktif, rajin sekali beribadah ke gereja, namun ketika ada sahabat yang sedang bersedih, ada teman yang sedang mengalami kesusahan, tidak mau menolong, tidak mau menyapa, tapi malah menghindarinya dan tidak berteman lagi. Nah, bagaimana menurut kalian? Apa arti ibadah itu? Hanya rajin ke gereja saja atau perlu juga peduli dan mengasihi sesame? Maukah kita mulai saat ini hidup sebagai pengikut Kristus yang senantiasa mengasihi sesama, di tengah-tengah dunia yang kepeduliannya sudah semakin langka?

4. Doa Pembuka
Adik-adik...marilah kita berdoa, bersyukur dan memohon hikmat Tuhan. Marilah kita mohon padaNya, agar kita bisa dan mau peduli,rela berbagi dengan orang lain. Dengan demikian, kita melakukan ibadah dengan benar. Kita diam….kita naikkan doa kita dalam hati. ( Doa dalam hati….)
Inilah Tuhan doa dan permohonan kami, Demi Yesus Tuhan dan pengantara kami kini dan sepanjang segala masa. Amin

5. Mendengarkan Sabda: Amos 5 : 21-27
Adik-adik yang terkasih…Marilah kita dengarkan apa yang diajarkan oleh Nabi Amos mengenai ibadah yang berkenan kepada Allah.

---------- Pembacaan Sabda Tuhan ------------

Pembacaan Sabda diakhiri dengan “Demikianlah Sabda Tuhan” oleh yang bertugas, Umat menjawab “Syukur Kepada Allah.”

6. Pendalaman Teks
Kita sudah mendengarkan Sabda Tuhan, sekarang tolong jawab pertanyaan kakak:
1. Hal-hal apa saja dalam ibadah orang Israel yang dibenci Tuhan?
2. Tunjukkanlah ayat yang menunjukkan kebencian Tuhan pada ibadah mereka, karena bukan itu yang dikehendakiNya!
3. Pada ayat 3 apa yang dibenci Tuhan?

Adik-adik, sekarang mari kita coba merenungkan pelajaran apa yang kita dapatkan dari Kitab Amos ini. Mari kita merenungkannya dalam keheningan. perenungan dapat diiringi instrumen yang teduh.
1. Bagaimana ibadat yang dilakukan bangsa Israel?
2. Bagaimana ibadat yang sudah kita lakukan? Apakah kita sudah beribadah dengan benar,mengasihi Allah dan sesama?

7. Aksi Nyata
Tuhan menghendaki kita melakukan ibadah yang sejati. Ibadah yang sejati adalah mengasihi Allah dan mengasihi sesame, mau peduli, rela berbagi dengan siapapun. Nah sekarang, tulis lima nama temanmu yang menurutmu saat ini sedang mengalami masalah! (Jeda memberi kesempatan anak menulis) Sekarang…tulis tiga orang nama temanmu atau orang yang kalian kenal, orang yang dekat dengan kalian,tapi saat ini sedang sakit!

Penegasan:
Adik-adik, Kita tidak dapat hidup sendiri. Kita pasti akan butuh pertolongan orang lain. Tapi kadang kita tidak menyadari, sehingga banyak diantara kita yang tidak mau peduli dan mengasihi sesama. Kita acuh,kita cuek ketika ada teman yang sakit,yang butuh pertolongan. Namun lewat Kitab Amos kita diingatkan akan ibadah yang sejati yang dikehendaki Tuhan.

8. Renungan:
Adik-adik yang terkasih…. Mengasihi Tuhan dan sesama, itulah perintah dari Tuhan sendiri, yang menuntun manusia untuk dapat memperoleh kebahagiaan di dunia ini dan dapat mengantar manusia ke dalam Kerajaan Sorga. Mengaku mengasihi Tuhan, tetapi membenci orang lain tidak akan pernah bisa berjalan bersamaan atas alasan apapun. Tuhan akan merasakan kasih kita secara penuh lewat seberapa besar kita mengasihi saudara-saudara kita.

9. Menanggapi Sabda / Membangun Niat / Doa umat
Adik-adik…setelah tadi kalian menuliskan nama teman-teman yang sedang punya kesulitan,teman-teman atau orang-orang yang sedang sakit, saatnya kini kita mendoakan mereka. Nanti masing-masing menyampaikan doanya, setiap anak menyebut dua nama temanmu, entah yang sakit atau ada kesulitan, lalu doakan bergantian. Jangan lupa sebutkan nama dan pergumulan mereka. Mari hening sejenak, menyiapkan hati untuk berdoa. ( Doa Umat )

10. Penutup
Ibadah yang sejati harus kita tunjukkan dengan mengasihi Allah dan sesame, mau peduli dengan lingkungan kita. Setelah doa penutup,kita akan sama-sama membersihkan kapel kita ini, karena inilah bentuk nyata kasih kita pada Allah. Sekarang mari kita berdoa. Yesus,Tuhan Yang Maha Baik, ajar kami untuk bisa mengasihiMu dan sesame kami. Ampunilah jika kami selama ini masih tidak peduli dengan apapun yang ada disekitar kami. Bimbinglah kami,agar kami layak menjadi anakMu, dengan menunjukkan kasih kami bagi semua. Di dalam nama Yesus,kami berdoa. Amin.

11. Tanda Salib Anak
TBH. Hal, 8 no 1 (Versi Rm. D. Bambang Sutrisno, Pr)
       ____                                                        ____
 5    3    4    5     6   /   5   .     .    0    /    4     2    3    4    5    /    4      .      .     0   /
De-mi  na-ma Ba  -  pa,                       De-mi  na-ma  Pu   -   tra
         ____                                                                                     .
 3      1    2     3     4   /   3   .     5     5   /    6    .     7     .     /      1     .      .     0    //
Dan de-mi Roh Ku - dus       A – min,    a          -                  min

12. Lagu Penutup

PERTEMUAN IV 
IBADAH.....YUUK.....!!! 

TUJUAN:
Mengajak anak untuk menyadari bahwa Allah yang tidak kelihatan selalu hadir dalam Roh-Nya.

GAGASAN POKOK:
Allah memang tidak tampak tetapi Ia selalu hadir dalam Roh-Nya. Roh Allah menggerakkan orang untuk beribadah secara benar. Ibadah yang benar terjadi ketika orang merasakan dengan sungguh Allah yang hadir. Keluarga yang baik beribadah dan berbakti kepada Tuhan karena didorong oleh Roh Allah.

1. NYAYIAN PEMBUKA
Adik-adik... mari kita semua bangkit berdiri dan menyanyikan lagu “Karna Roh Allah.” Akan sangat bagus kalau lagu ini kita nyanyikan dengan gerakan sebagaimana diperagakan oleh kakak pendamping. Pendamping memberikan gerakan yang bisa diikuti anak-anak.
KARNA ROH ALLAH ADA DI DALAMKU


___          _____   _____           ____                  ____
//: 0    3      3    /   6      6    6     7     1     .     6   /   1      7   .    6
           Kar-na      Roh Al-lah   a  -  da         di      da - lam -  ku
                                  __    ____     _____       ___       ____
             6    6      1  /   7     7     .    6      5     6      7     5   /   6      0    :  //
           Ku  kan  me- na  – ri        sper-ti  Daud  me-na  -   ri
           ____    ____              ____      ____      _____               ____      __
           0    3    3    3   /    4    .     3     2      2     2        4   /    3   .      2      1
                Ku kan me  -  na  -            ri    ku    kan    me – na       -          ri
              __      ____        _____    ____     _____       ____                              ____
           1     1     3   /   2      2    .     1      7      7      1      2   /   3   .     :  //    1     7    6  //
           Ku kan me  -  na -  ri         sper-ti Daud  me-na   -   ri             Me - na - ri



2. TANDA SALIB ANAK
TBH. Hal 09. No 02  (Versi Rm. D. Bambang Sutrisno, Pr)
 ____    ___     ____    ____                                   ____   ___
 5    5    .    5    4     3    2    4   /  3    .     .     0   /   3    3    .    3      4    6   /   5   .    .   0   /
De-mi       na-ma       Ba     -    pa,                       De-mi       na-ma  Pu  -  tra
 ____    ___     ____     ____                                 ____                       ____
 5    5    .    5    4     3    2     4   /  3   .    .    0  /     1    1     .    0   0   /   1    1     .    0   0  /
De-mi       na-ma      Roh  Ku - dus.                  A -min      yaaak!   A -min      yaaak!
 ____                           ___  
 1     1     .    0   0   /     1    1     .    0       0  /
A-min        yaakk!     A-min      muuaach!
3. PENGANTAR
Adik-adik....coba kakak tanya “kapan kalian berdoa?” (Sambil mendengarkan jawaban dari beberapa anak yang secara spontan menjawab). Nah kalian yang rajin berdoa itu sesungguhnya karena Tuhan yang mengajak Adik-adik untuk berjumpa dengan Dia. Pagi, siang, malam adalah kesempatan yang baik untuk berjumpa dengan Tuhan. Semoga keluarga kita juga rajin berdoa untuk mengungkapkan rasa bakti, cinta, dan syukur kepada-Nya.

4. DOA PEMBUKA
Adik-adik... karena beribadah itu penting, maka berdoa pun juga sangat penting bukan? Dalam ibadah ada doa, dalam doa kita diberi kekuatan. Nah, sekarang...... marilah kita berdoa bersama-sama. Doa Pembuka dibacakan pendamping dan anak-anak bersama-sama. Allah Bapa kami di Surga, terimakasih atas kebaikanMu yang selalu kami alami dalam keluarga kami. Ajarlah kami mengungkapkan syukur kami, atas orangtua dan keluarga yang kau anugerahkan bagi kami. Ajarlah kami agar selalu ingat akan kebaikan dan kasihMu. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami yang bersama Dikau dan Roh Kudus kini dan sepanjang segala masa. Amin.

5. MENDENGARKAN SABDA: Yoh. 4 : 1-26
Adik-adik, kita siapkan hati untuk mendengarkan Sabda Tuhan dari Yoh 4: 1-26. Kita baca secara berurutan mulai dari yang duduk di sebelah kanan kakak, ya.

---------- Pembacaan Sabda Tuhan ------------

Pembacaan Sabda diakhiri dengan “Demikianlah Sabda Tuhan” oleh pembaca ayat yang terakhir, Anak-anak menjawab “Syukur Kepada Allah.”

6. PENDALAMAN TEKS
Untuk belajar memahami Sabda Tuhan tadi, coba siapa yang bisa menjawab pertanyaan kakak:
1. Ketika Yesus meninggalkan Yudea dan kembali lagi ke Galilea, Ia harus melintasi daerah Samaria. Di tempat itu ada sumur Yakub. Di manakah tepatnya sumur itu berada?
2. Apa kata Yesus ketika berjumpa dengan wanita Samaria yang hendak menimba air di sumur?
Yesus dan wanita Samaria, itulah kisah yang kita dengar kali ini. Siapa yang bisa menceritakan kembali secara singkat kisah tadi? Pendamping memberi kesempatan pada anak-anak untuk bercerita secara spontan. Iya, adik-adik, Apa yang kita dapatkan dari kisah ini? ( Diam sejenak ) Mari kita merenungkannya dalam keheningan. Perenungan dapat diiringi instrumen yang teduh.
1. Apakah kita sudah membangun ibadah bersama keluarga?
2. Apa yang menyebabkan kita belum melakukan ibadah keluarga? 3. Apa yang kita dapatkan lewat ibadah keluarga?

7. PERMAINAN
Adik-adik...ayat-ayat dalam Sabda Tuhan tadi sudah kita baca, sudah kita renungkan, sekarang coba ingat dan tuliskan satu ayat saja yang menurut kalian paling berkesan. Tuliskan alasannya, mengapa ayat itu yang kalian pilih? Setelah selesai permainan, Pendamping menyampaikan/ menegaskan inti/ makna/ pelajaran yang dapat diambil dari Bacaan tadi. Penegasan: Adik-adik, Yesus adalah jawaban atas semua persoalan yang tidak dapat diselesaikan manusia Akan tiba waktunya, dan itu sudah datang bahwa ibadah bukan di bait Allah tetapi beribadah dalam roh dan kebenaran

8. RENUNGAN
Untuk lebih mengingatkan kita akan kisah ini, ada hal-hal yang bisa kita renungkan bersama, Adik-adik.
1. Doa bersama dalam keluarga semakin menumbuhkan kehangatan dan cinta.
2. Anak yang selalu didoakan akan mengalami pertumbuhan iman dan semakin bijaksana.
3. Anak menjadi mampu menjawab cinta Allah dan sesama, dan memiliki pengalaman cinta dalam keluarga. 4. Berdoa bersama dalam keluarga akan membangun kepekaan sosial.
5. Keluarga yang selalu berdoa bersama semakin damai dan sejahtera.

9. MENANGGAPI SABDA
Membangun Niat / Doa umat Adik-adik semua, sekarang marilah kita datang kepadaNya untuk menimba air kehidupan. Sebagai saudara dalam satu Kristus, mari saling berghandengan tangan dan membuat lingkaran, kita saling mendoakan. Kita doakan teman yang ada disebelah kanan kita bergantian, jadi sesaat tanyalah pada teman apa yang minta didoakan. Jeda sesaat kemudian dimulai doa umat. Selesai doa, akhiri dengan “Kami mohon,” dijawab “Doakanlah kami!” Setelah doa umat selesai, ajaklah anak untuk berdoa Bapa Kami) Kita satukan seluruh doa doa kita dan ungkapan syukur kita dengan doa Bapa Kami ( Doa Bapa Kami ).

10. PENUTUP
Didoakan bersama-sama. Marilah Berdoa, Tuhan Allah Bapa maha baik bagiku, kami bersyukur kepada-Mu kami boleh mengalami hadirat-Mu. Semoga kahadiran-Mu dalam keluarga kami akan membawa kesejahteraan bagi kami. Sejukkanlah hati kami dengan air kasih-Mu yang selalu mengalir tak pernah henti, teguhkanlah iman kami untuk semakin mengasihi. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami yang bersama Dikau dan Roh Kudus kini dan sepanjang segala masa. Amin

11. TANDA SALIB
TBH. Hal 09. No 02 (Versi Rm. D. Bambang Sutrisno, Pr)
 ____    ___     ____    ____                                   ____   ___
 5    5    .    5    4     3    2    4   /  3    .     .     0   /   3    3    .    3     4    6   /   5   .    .   0   /
De-mi       na-ma       Ba     -    pa,                       De-mi      na-ma  Pu  -  tra
 ____    ___     ____     ____                                 ____                         ____
 5    5    .    5    4     3    2     4   /  3   .    .    0  /     1     1     .    0   0   /    1    1     .    0   0  /
De-mi       na-ma       Roh  Ku - dus.                  A -min      yaaak!    A -min      yaaak!
 ____                           ___  
 1     1     .    0   0   /     1    1     .    0       0  /
A- min       yaakk!     A-min      muuaach!

12. LAGU PENUTUP
Adik-adik, mari akhiri ibadat kita dengan bergembira bersama sambil menya-nyikan lagu:

TUHAN SUMBER GEMBIRAKU
Dari Madah Bakti No.477

Reff:

Semua bunga ikut bernyanyi
Gembira hatiku
Segala rumput pun riang tia
Tuhan sumber gembiraku
Semua jalan di dunia menuntunmu ke surga

   Desiran angin nan mesra mengayunmu ke surga---Reff
  Semua lorong di bumi haruslah kau jalani

Bersama dengan sesama menuju pada Bapa---Reff
Semua pematang sawah menanti telapakmu
Derita ria bersama meringankan langkahmu---Reff
Semua roda hidupmu mendambakan imanmu
Di perjamuan abadi Bapa sudah menanti---Reff

sumber: www.lembagabiblikaindonesia.org

Tidak ada komentar: