Selasa, 18 Maret 2008

Cover majalah Koinonia Vol.3 no.2


Program Pastoral Kontekstual di Kevikepan-Kevikepan


Pada hari Selasa, 5 Februari 2008 yang lalu, berakhirlah sudah program pastoral 5-tahunan tahap pertama Keuskupan Agung kita. Berdasarkan keputusan rapat Dewan Imam pada bulan November 2002, dicanangkanlah program pastoral 5-tahunan yang setiap tahun dimulai pada hari Rabu Abu dan berakhir pada hari Selasa sebelum hari Rabu tahun berikutnya. Program pastoral 5-tahunan ini dipandang sebagai usaha implementasi Ardas KAMS, hasil Sinode Diosesan Oktober 1999, yang akibat krisis multi dimensional yang melanda masyarakat kita secara berkepanjangan belum sempat ditindaklanjuti secara lebih programatis. Tahun pertama, yang berlangsung dari hari Rabu Abu 2003 sampai hari Selasa sebelum Rabu Abu 2004, mengambil tema “Pembenahan Mekanisme Organisatoris Pelayanan Pastoral”; tahun ke-2 (Rabu Abu 2004 – Selasa sebelum Rabu Abu 2005) berpusat pada “Kerasulan Awam”; tahun ke-3 pada “Kerasulan Keluarga”; tahun ke-4 pada “Kerasulan Anak dan Remaja”; dan tahun ke-5 pada “Kerasulan Kepemudaan”. Tema program dari tahun ke tahun itu diumumkan lewat Surat Gembala Puasa Uskup Agung pada tahun yang bersangkutan. Dan sekaligus juga dalam Surat Puasa yang bersangkutan ditunjukkan benang merah yang menghubungkan tema APP Nasional dengan tema tahunan program pastoral 5-tahunan tersebut. Dengan demikian kegiatan umat selama Masa Prapaskah berdasarkan tema APP Nasional tahun bersangkutan dapat dipandang sebagai salah satu perwujudan kongkrit program pastoral 5-tahunan dari tahun tersebut.

Seharusnya kini kita sudah berada dalam tahap kedua program 5-tahunan itu. Tetapi setelah diadakan evaluasi, khususnya dalam rapat Dewan Imam Mei 2007 dan dimatangkan lagi dalam rapat Dewan Imam November 2007, disepakati untuk mempercayakan kepada setiap Kevikepan menyusun program pastoralnya sendiri yang lebih kontekstual, dan karenanya dapat lebih relevan dan efektif dibandingkan dengan program pastoral yang diturunkan dari atas (tingkat Keuskupan).

BELAJAR DARI PENGALAMAN
Sejak tahun 1970-an di KAMS (waktu itu masih bernama KAUP) dikembangkan tradisi pertemuan pleno tahunan para imam se-Keuskupan untuk membicarakan bersama masalah-masalah dan program pastoral. Sampai tahun 1989 setiap pertemuan tahunan itu memilih salah satu tema atau bidang pastoral tertentu untuk dibahas dan diprogramkan. Tetapi cara penanganan pastoral sepenggal-sepenggal seperti ini lama-kelamaan menimbulkan banyak keluhan menyangkut visi dan orientasi pastoral yang dirasa serba tidak jelas, atau bahkan dikeluhkan tidak ada. Muncul pertanyaan-pertanyaan seperti: Visi tentang Gereja yang bagaimanakah yang melandasi seluruh karya pelayanan pastoral kita di Keuskupan ini? Kemanakah sesungguhnya kita mengarah dengan sistem penanganan pastoral sepotong-sepotong ini? Manakah seharusnya prioritas-prioritas pastoral?

Setahun setelah Mgr. Frans van Roessel CICM ditahbiskan dan dilantik sebagai Uskup Agung diadakan Pertemuan Imam (PI) se-Keuskupan, yang berlangsung dari 10-14 April 1989. PI ini dimaksudkan untuk menggumuli pertanyaan-pertanyaan mendasar seperti itu. Panitia yang dibentuk Uskup bekerja keras mempersiapkan PI itu sebaik-baiknya. PI ini menghasilkan “Pedoman Umum Pelayanan Keuskupan Agung Ujung Pandang” (disingkat PUP-KAUP). Pedoman tersebut berisikan: Mukadimah; Visi Dasar; Arah Pelayanan; Bidang-Bidang Pelayanan Menurut Prioritas pada tingkat Keuskupan; dan Penjabarannya pada tingkat Regio (kini Kevikepan); lengkap dengan Kontrol dan Evaluasi. Adapun visi yang disepakati bersama ialah: GEREJA LOKAL KAUP SEBAGAI SAKRAMEN KESELAMATAN UTUH-MENYELURUH DALAM KRISTUS. Sedangkan tugas pokok (“misi”) demi semakin mewujudkan visi tersebut ada 4, yang disusun menurut urutan prioritas, yaitu: (1) Membangun Gereja yang sungguh-sungguh lokal; (2) Berpartisipasi dalam membangun dunia/masyarakat yang lebih baik; (3) Mewartakan Injil (dalam arti sempit, ad extra); dan (4) Berdialog dan membangun kerukunan dengan umat beragama/kepercayaan lain.

Pada tahun-tahun pertama sesudah PI 1989 tersebut terasa adanya tanggapan positif penuh semangat terhadap hasil PI itu. Di Regio-Regio tertentu diadakan sarasehan beberapa hari yang dihadiri para Pastor, Katekis dan para anggota Depa se-Regio guna mendalami dan menindaklanjuti Pedoman Umum Pelayanan tersebut. Dalam proses belajar bersama disadari perlunya menyusun sebuah format, semacam “petunjuk pelaksanaan” ringkas guna menerjemahkan Pedoman tersebut ke dalam pelaksanaan sesuai kebutuhan setempat. Format tersebut diberi judul “Program Kegiatan Pelayanan Berdasarkan Pedoman Umum Pelayanan KAUP”. Format tersebut dimaksudkan untuk digunakan oleh Regio/Paroki/Komisi/Lembaga dalam menyusun program tahunan masing-masing. Di Regio tertentu, Rapat Tahunan Regio pada dua tahun berikutnya diadakan untuk membuat evaluasi program tahun sebelumnya dan menyusun program tahun berikutnya berdasarkan “juklak” tersebut. Sungguh suatu perkembangan yang memberi harapan. Tetapi kemudian segalanya menjadi surut, dan PUP-KAUP itu sendiri sepertinya menjadi barang asing yang tidak dikenal dan tidak lagi mempunyai gema. Maka tidak mengherankan bahwa gejala-gejala yang ada sebelum PI 1989 mulai muncul kembali, masing-masing cenderung bergerak sendiri-sendiri. Dan mulai terdengar lagi banyak keluhan dan pertanyaan menyangkut visi, arah, dan sistem serta mekanisme pada tingkat yang berbeda-beda. Mengapa terjadi demikian? Kiranya banyak faktor penyebabnya (lih. tulisan saya, “Gereja Partikular KAUP menyongsong Milenium Ketiga Karya Penyelamatan dalam Kristus; Tanggapan atas Lineamenta Sinode Para Uskup Sidang Pleno Ordinaria X, Tahun 2000: ‘The Bishop: Servant of the Gospel of Jesus Christ for the Hope of the World’ “, Ujung Pandang, Medio Juni 1999). Tetapi barangkali sebab yang paling utama ialah kenyataan belum siapnya situasi dan kondisi (termasuk kondisi SDM) yang dipersyaratkan demi dapat terwujudnya program pelayanan terpadu dan berkesinambungan sebagaimana terumuskan dalam PUP-KAUP tersebut.

Dengan latar belakang situasi dan kondisi seperti itu dan dalam mengayunkan langkah memasuki abad ke-21, diadakanlah Sinode Diosesan pada bulan Oktober 1999. Pada kenyataannya ini merupakan Sinode Diosesan Kanonik pertama KAMS sejak Gereja lokal ini lahir pada 13 April 1937. Sinode ini berhasil merumuskan Ardas baru KAMS, yang ber-visi-kan PERSAUDARAAN sejati dengan 5 tugas pokok (misi), yaitu: (1) Menjadi Gereja yang mandiri-dewasa; (2) Menjadi Gereja yang misioner; (3) Menjadi Gereja yang memasyarakat; (4) Menjadi Gereja yang komunikatif; dan (5) Menjadi Gereja yang bersaksi total. Bila ditilik secara cermat, sesungguhnya misi ke-5 ini merupakan rangkuman dari ke-4 tugas perutusan yang pertama. Sehingga tinggallah 4 misi, di mana misi pertama merupakan tugas pokok “ke dalam” (ad intra) sedang ke-3 lainnya adalah tugas perutusan “ke luar” (ad extra). Dengan demikian misi Ardas hasil Sinode Diosesan ini pada hakekatnya sama dengan misi Ardas hasil PI 1989.

Menarik untuk dicatat, pergeseran visi dari “SAKRAMEN keselamatan” ke “PERSAUDARAAN sejati”. Proses lahirnya visi “persaudaraan” dalam sinode diosesan tersebut boleh dikatakan berjalan secara spontan. Tanpa dibicarakan apakah visi “sakramen keselamatan total” masih relevan atau perlu dicari suatu visi baru, secara spontan muncul dengan kuatnya visi “persaudaraan”. Dalam kacamata iman ini harus dilihat sebagai dorongan Roh Tuhan. Perlu disadari bahwa visi ini sama dengan visi Yesus Kristus sendiri. Pusat pewartaan Yesus ialah kerajaan Allah yang sudah dekat (Mrk. 1:15), bahkan sudah sampai (Luk. 11:20). Kerajaan Allah berarti Allah meraja, Allah menjadi raja. Tetapi kalau dalam Kitab Suci dikatakan Allah meraja, itu sama artinya dengan Allah menjadi Penyelamat manusia. Itu sebabnya kerajaan Allah merupakan “Injil”, Kabar Baik. Dalam kerajaan itu hubungan antara Allah dan manusia sedemikian rupa, sehingga manusia boleh menyapa Allah sebagai Bapa mereka (bdk. doa “Bapa Kami” yang diajarkan Yesus kepada murid-muridNya, Luk. 11:24; Mat. 6:9-13). Kalau Allah menjadi Bapa kita, maka kita adalah anak-anakNya. Dan kalau kita adalah anak-anak dari satu Bapa, maka kita ini satu sama lain adalah saudara-saudara.

Ardas KAMS hasil Sinode Diosesan 1999 itu tidak menetapkan ke-5 tugas perutusan itu dalam urutan prioritas seperti yang dibuat PUP-KAUP hasil PI 1989. Dipercayakan kepada kreativitas masing-masing Regio dan Paroki untuk menyusun program kongkrit sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. Dalam hal ini tampaknya ada pengaruh dari angin Gerakan Reformasi yang mulai bertiup sejak Mei 1998 di tengah bangsa kita. Arus Reformasi lebih menghendaki desentralisasi daripada sentralisasi. Namun kiranya alasan yang lebih mendalam adalah ini: Dalam mempelajari sejarahnya yang panjang tetapi terputus, kita menemukan bahwa Gereja muda ini sebenarnya sosok utamanya ialah Gereja diaspora. Dan apabila kita memandang ke depan, dengan datangnya era industrialisasi dan globalisasi, maka sosok ke-diaspora-an itu akan semakin diperkuat (lih. Y.B. Mangunwijaya, Pr), Gerakan Diaspora, Yogyakarta, 1999). Ini harus disadari sungguh-sungguh. Dalam mengkaji situasi ini kita harus berpegang pada Kitab Suci sebagai sumber ilham. Kita lihat, ketika orang Ibrani kehilangan Kenisah (pusat agamanya), tahta raja (pusat politiknya) dan tanah air (pusat ekonominya) di tempat pembuangan, mereka belajar membangun persekutuan iman di seluruh dunia. Persekutuan ini bertumbuh dari bawah, berkat daya kreativitas imani kelompok-kelompok kecil umat dalam menyikapi situasi kongkrit yang mereka hadapi. Kiranya dalam arah inilah harus dimengerti ketika Yesus menyebut murid-muridNya sebagai kawanan kecil (Luk. 12:32), yang harus menjadi garam dunia (Mat. 5:13) atau ragi dalam adonan (Mat. 13:33). Berdasarkan ilham dari Kitab Suci ini, Gereja lokal KAMS, ingin mewujudkan visi PERSAUDARAAN sejati melalui upaya menjadi sebuah Gereja yang dewasa, misioner, memasyarakat, komunikatif dan bersaksi total, dalam kesadaran bahwa ia akan tetap adalah Gereja dengan sosok diaspora (lih. uraian lebih panjang dalam artikel John Liku-Ada’, “Keuskupan Agung Makassar Menyongsong Abad Ke-21 dengan Paradigma Persaudaraan”, dlm. ed. F. Hasto Rosariyanto SJ, Bercermin pada Wajah-Wajah Keuskupan Gereja Katolik Indonesia, Yogyakarta, 2001: 360-381).

Ardas hasil Sinode Diosesan Oktober 1999 tersebut mulai diberlakukan sejak 1 Januari 2000. Dan menjelang akhir tahun yang sama, tepatnya 1-5 Nov. 2000, diadakan Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia Tahun 2000 (SAGKI 2000), dengan tema “Memberdayakan Komunitas Basis Menuju Sebuah Indonesia Baru”. Komunitas Basis (Kombas) dicanangkan sebagai suatu cara baru hidup menggereja di Indonesia. Kita melihat bahwa pemberdayaan Kombas sungguh merupakan suatu cara tepat untuk menindaklanjuti Ardas KAMS hasil Sinode Diosesan 1999. Baik visi dan misi maupun spiritualitas Komunitas Basis Gerejawi (KBG) sepenuhnya bersesuaian dengan visi, misi dan spiritualitas Ardas KAMS tersebut (lih. uraian dalam Ad Limina Report: The Archdiocese of Ujung Pandang/Makassar 1996-2002, Makassar, Oct. 2002: vii-xii). KBG jelas berdasarkan ajaran Konsili Vatikan II tentang Gereja sebagai umat Allah, dan karenanya adalah sebuah communio dari komunitas-komunitas (communion of communities). Tentu saja model utama KBG adalah komunitas umat Kristen perdana (Kis. 2:41-47; 4:32-37 dan 5:12-16). Oleh karena itu, khususnya dalam dua tahun terakhir lebih diupayakan lagi menghidupkan dan menumbuhkembangkan Kombas di Keuskupan kita (lih. juga tulisan “Menumbuhkembangkan Kombas dalam dan melalui Wadah-Wadah yang Sudah Ada”, Rubrik “Dari Meja Uskup Agung”, KOINONIA, vol. 2 no. 2).

Akhirnya harus dikatakan bahwa “Program Pastoral 5-Tahunan” di tingkat Keuskupan (2003-2008) itu sebenarnya menyimpang dari amanah Sinode Diosesan 1999, yang lebih menyerahkan program pastoral kongkrit itu kepada Regio/Paroki dan unit kategorial.

KONTEKS KEVIKEPAN
Dapat dimengerti apabila ada yang berpendapat bahwa untuk dapat menjadi operasional, maka Ardas itu harus diterjemahkan ke dalam program-program kongkrit berskala keuskupan, dilengkapi dengan semacam petunjuk pelaksanaannya. Namun, mengingat luasnya wilayah keuskupan dengan situasi dan kondisi yang beragam dari regio ke regio, dari paroki ke paroki, dari tempat yang satu ke tempat yang lain, sulit dibayangkan bagaimana program semacam itu dapat relevan dan berjalan efektif untuk semua tempat dan kalangan di seluruh wilayah keuskupan. Maka, sesuai dengan sosok Gereja diaspora, sejalan dengan semangat desentralisasi, serta searah dengan pencanangan Kombas oleh SAGKI 2000, kiranya akan lebih tepat-guna apabila yang didorong untuk menyusun program-program kongkrit itu adalah Regio/Paroki dan kelompok-kelompok kategorial yang ada. Ambillah sebuah contoh, misi ke-4 Ardas itu, yaitu menjadi Gereja yang benar-benar komunikatif dalam hubungan dengan umat beragama lain, khususnya umat Muslim. Tentu hal ini sangat relevan dan mendesak misalnya di Regio Makassar. Karena itu paroki-paroki dan kelompok-kelompok kategorial di Regio Makassar perlu menjadikannya salah satu prioritas: menumbuhkembangkan persaudaraan lintas agama. Barangkali untuk itu di setiap Paroki perlu dibentuk dalam Depas sebuah Seksi HAK yang diharapkan berfungsi giat dan efektif. Sementara di Regio Tator, misalnya, barangkali masalah yang sangat penting dan mendesak ialah bagaimana iman Kristen dapat lebih bermakna normatif dalam budaya setempat. Itulah masalah inkulturasi. Dan ini termasuk misi pertama Ardas KAMS, menjadi Gereja yang sungguh dewasa.

Untuk memungkinkan terwujudnya gagasan di atas, perlu dibentuk struktur dan perangkat pendukung, yang harus terus-menerus diberdayakan. Demikianlah maka ke-5 Regio yang ada satu demi satu ditingkatkan statusnya menjadi Kevikepan. Sentrum yang ada di masing-masing wilayah Kevikepan dijadikan “Sentrum Pastoral Kevikepan”; dan di mana belum ada pelan-pelan diusahakan. Tetapi dengan catatan penting bahwa yang dimaksudkan dengan Sentrum bukanlah pertama-tama kompleks gedung melainkan Tim Pastoral. Agar Vikep lebih mudah bergerak dalam melaksanakan tugasnya, maka memang perlu diusahakan sarana transportasi yang memadai. Selanjutnya, pada tingkat Paroki telah ada perangkat Depas, yang dibekali dengan “Pedoman Dasar Depas Paroki”. (Untuk memahaminya secara benar dan tepat, mohon membaca rubrik “Dari Meja Uskup Agung” berjudul “Memahami Pedoman Dasar DPP-KAMS 2004”, KOINONIA, vol. 2 no. 3). Demikian juga di setiap Paroki dibentuk Dewan Keuangan Paroki, yang dibekali “Pedoman Dasar Dewan Keuangan Paroki” dan “Pedoman Umum Pengelolaan Keuangan Gereja lokal KAMS”. Perlu disadari bahwa struktur dan perangkat-perangkat itu tidak serta-merta dapat berfungsi efektif dan efesien sejak awal. Barangkali untuk itu dibutuhkan suatu proses yang makan waktu panjang lewat upaya “trial and error”. Yang terpenting ialah bahwa semua itu dipahami secara tepat, diterima dan didukung oleh semua pihak yang terkait.

Kiranya berguna untuk dicatat di sini prakarsa yang telah diambil oleh Regio (kini Kevikepan) Toraja merancang program pastoral sendiri, dan dengan demikian kembali mewujudkan apa yang diamanatkan oleh Sinode Diosesan 1999. Program tersebut disusun melalui tiga kali pertemuan Regio, yang masing-masingnya berlangsung dua-tiga hari (awal Januari 2007, 16-18 April 2007 dan 9-10 Juli 2007). Dengan diilhami pola pastoral Yesus, disusunlah sebuah program berdasarkan dan berintikan unsur visi, misi, strategi, aksi dan evaluasi yang disepakati bersama. Adapun visinya ialah: “Hadirnya dan terwujudnya kerajaan Allah di dunia umumnya dan di wilayah Tana Toraja khususnya secara utuh-menyeluruh, di mana semua orang menjadi satu, seperti Bapa dan Putera satu adanya, dan di mana semua orang berada dalam kesatuan dengan Bapa dan Putera (Yoh. 17:21)”. Ini kiranya pada hakekatnya tidak jauh berbeda dari apa yang dimaksudkan dalam visi Ardas KAMS hasil Sinode Diosesan 1999: PERSAUDARAAN sejati; yang sebagaimana sudah dikatakan di atas, adalah sama dengan visi Yesus sendiri. Sedang misi dirumuskan sebagai berikut: “Mewartakan dan menghadirkan kerajaan Allah secara utuh-menyeluruh dalam diri Yesus Kristus sebagai Penyelamat di Tana Toraja (bdk. Yoh. 4:34; 6:38)”. Kehadiran kerajaan Allah secara utuh-menyeluruh kiranya tidak dapat lain daripada merangkum ke-5 misi Ardas KAMS tersebut. Selanjutnya, sistem pemuridan yang digunakan Yesus berpola lingkaran: sekeliling Yesus ada kelompok inti 12 rasul, lalu lingkaran lebih besar 70 murid, lalu lingkaran ketiga adalah orang banyak. Diilhami pola pastoral Yesus ini, strategi pastoral tersebut pun berpola lingkaran: Ring 1 adalah para Pengantar/Pemimpin Ibadat/Depas Harian/Dewan Keuangan Paroki; Ring 2: Depas Paroki Pleno/Tim lain di Paroki; Ring 3: Para Aktivis Paroki; dan Ring 4: Umat/Masyarakat. Fokus program diletakkan pada pemberdayaan masing-masing kelompok lingkaran tersebut. Dan pada tahapan Aksi sudah diperinci dalam program kegiatan dari tahun ke tahun sampai 2010. Kita percaya lewat upaya pemberdayaan yang terus-menerus, iman Kristen akan semakin tertanam dan mampu membawa transformasi, termasuk transformasi budaya.

Hendaknya inisiatif menyusun program pastoral kontekstual yang telah diambil oleh Regio/Kevikepan Toraja ini segera diikuti pula oleh Kevikepan lainnya. Dua catatan kecil tetapi penting perlu ditambahkan. Pertama, Ardas KAMS, yang mulai diberlakukan resmi sejak 1 Januari 2000, adalah keputusan berdasarkan hasil Sinode Gereja lokal Keuskupan Agung Makassar. Dan, analog dengan keputusan Konsili pada tingkat Gereja universal, itu adalah keputusan tertinggi pada tingkat Gereja partikular. Oleh karena itu hendaknya tetap menjadi acuan dasar setiap program pastoral di tingkat Kevikepan. Selain itu, visi dasar PERSAUDARAAN sejati hanya mempertegas visi Yesus sendiri, yang akan tetap relevan di manapun dan kapanpun. Kedua, perlu disadari bahwa Gereja lokal KAMS akan tetap bersosok Gereja diaspora, yang dapat bertahan dan berkembang hanya apabila kelompok-kelompok kecil umat yang terpencar-pencar itu kuat. Oleh sebab itu Komunitas Basis yang telah dicanangkan SAGKI 2000 sebagai cara baru hidup menggereja di Indonesia hendaknya dijadikan wahana utama setiap program pastoral di Kevikepan-Kevikepan.

HUBUNGAN KEVIKEPAN – KEUSKUPAN
Dalam uraian di atas kita sangat mendorong supaya Kevikepan-Kevikepan menyusun program pastoralnya sendiri. Dalam hubungan ini muncul sejumlah kekhawatiran yang perlu ditanggapi secara tepat. Kekhawatiran pertama ialah, kalau Kevikepan-Kevikepan mulai dibiarkan mengurus dirinya sendiri, termasuk menyusun program pastoralnya sendiri, maka lama kelamaan ada bahaya munculnya keuskupan-keuskupan dalam Keuskupan. Kekhawatiran ini dapat dimengerti mengingat derasnya arus otonomi daerah dan demokratisasi di tengah masyarakat kita dan dalam skala global. Dengan gampang arus semacam ini dapat merambah ke dalam kehidupan Gereja. Sebuah pengalaman nyata, ketika beberapa waktu lalu kita mencanangkan upaya “Paroki Mandiri” di bidang ekonomi, segera saja muncul penafsiran keliru. Ada yang mengartikan kemandirian itu sebagai otonomi dalam segala bidang. Contoh lain adalah reaksi negatif yang muncul terhadap Pedoman Dasar Depas Paroki KAMS 2004. Jelaslah reaksi negatif itu muncul karena Pedoman Dasar tersebut dibaca dengan menggunakan kacamata paham demokrasi dalam Negara modern. Padahal demokratisasi yang ada dalam sistem sinodal-kolegial dalam Gereja tidak sama dengan sistem demokrasi dalam pengertian umum dewasa ini. Oleh karena itu sungguh diperlukan sosialisasi ajaran Konsili Vatikan II tentang Gereja (eklesiologi) agar akhirnya umat dapat memahaminya secara benar. Kecuali itu, perlu diingat bahwa penanggungjawab di Kevikepan ialah Vikep, yang tugas dan wewenangnya serta hubungannya dengan Uskup Diosesan diatur dengan cermat dalam Kitab Hukum Kanonik (Kan. 476-481). Dan demi menjamin komunikasi berkelanjutan antara para Vikep dan Uskup dalam karya pastoral direncanakan mengangkat para Vikep menjadi anggota Dewan Konsultor Uskup, yang mengadakan rapat rutin sekali dalam dua bulan.

Kekhawatiran berikut yang muncul, menyangkut Komisi-Komisi/Lembaga pada tingkat Keuskupan. Kalau masing-masing Kevikepan sudah mempunyai program pastoralnya sendiri, lalu di mana fungsi dan peran Komisi/Lembaga tingkat Keuskupan? Di satu pihak, harus diakui bahwa hal ini akan membawa perubahan tertentu dalam peran dan tata pelayanan Komisi. Selama ini umumnya Komisi yang menyusun program dan selanjutnya mengkomunikasikanya ke lapangan (paroki-paroki, kelompok kategorial) menyangkut peserta, biaya, waktu dan tempat pelaksanaan, dst. Di lain pihak, dengan perubahan tersebut sesungguhnya ketiga fungsi umum Komisi, yaitu fungsi konsultatif, eksekutif dan penghubung jalur, tetap ada. Dalam fungsi sebagai penghubung jalur, yang berkurang hanya jalur pada tingkat Paroki: Seksi terkait; jalur-jalur lainnya tetap (a. Internasional: Badan-Badan Takhta Suci; b. Kontinental: Badan-Badan FABC; c. Nasional: Komisi/ Lembaga KWI; d. Regional/Propinsi-Gerejawi: Sesama Komisi se-Regio/Propinsi-Gerejawi; e. Kevikepan: Seksi-Seksi). Sesungguhnya Komisi-Komisi mempunyai peran sangat strategis, karena memiliki fungsi baik pada garis konsultatif maupun pada garis komando (fungsi eksekutif). Fungsi konsultatifnya baik terhadap Uskup sebagai penanggungjawab maupun terhadap umat (teritorial dan kategorial); terhadap Uskup dapat melalui Vikjen sebagai Koordinator Komisi-Komisi, dapat juga langsung. Fungsi eksekutifnya menyangkut baik kebijakan Keuskupan maupun kebijakan basis. Fungsi konsultatif terhadap umat (teritorial dan kategorial) dan fungsi eksekutifnya umumnya akan terwujud melalui program-program yang dilaksanakan. Kalau Kevikepan-Kevikepan sudah berjalan normal dalam menyusun program pastoralnya sendiri, paroki-paroki masih tetap dapat mendayagunakan jasa Komisi lewat Kevikepan. Dalam menyusun program pastoralnya Kevikepan sendiri juga dapat mendayagunakan jasa Komisi (Kevikepan bersama Komisi menyusun program pastoral di Kevikepan). Kecuali itu, Komisi-Komisi masih tetap mempunyai tugas menyusun program tingkat Keuskupan, yang ke depan semakin menuntut kerjasama lebih erat lintas Komisi. Adapun isi program itu dapat berupa: (a) paket rutin bahan dasar yang selalu perlu; (b) paket khusus dengan fokus/aksentuasi/prioritas misalnya karena aktual.

MENUJU USIA INTAN GEREJA LOKAL KAMS
Tanggal 13 April 2007 lalu Gereja lokal Keuskupan Agung Makassar genap berusia 70 tahun. Dalam salah satu rapat Dewan Imam pernah didiskusikan, apakah akan diadakan suatu perayaan khusus. Dengan pertimbangan bahwa, berbeda dengan usia manusia, usia 70 tahun untuk sebuah lembaga tidak biasanya dirayakan, maka disepakati tidak usah mengadakan perayaan khusus. Tetapi ditekankan agar pada usia 75 tahun (2012) diadakan perayaan syukur penuh makna. Karena itu, dalam menyongsong usia intan tersebut hendaknya diadakan Sinode Diosesan, yang harus dipersiapkan lebih matang sejak dini. Dan agar Sinode tersebut sungguh merupakan upaya “berjalan bersama” (syn-‘odos) Gereja lokal KAMS yang melibatkan seluruh umat, maka proses persiapan tersebut harus mulai dari basis. Nah, hal ini tentu sejalan dengan dialihkannya penyusunan program pastoral basis dari tingkat Keuskupan ke tingkat Kevikepan. Agar sinkron dengan rencana tersebut, dianjurkan supaya setiap Kevikepan dalam menyusun program pastoral, masa-lakunya tidak melampaui tanggal 13 April 2012.

Selamat menjalani Masa Prapaskah yang masih tersisa dan selamat Hari Raya Paskah!
Makassar, Akhir Februari 2008

+ John Liku-Ada’

In Memoriam: P. Arie Maitimo (1954-2008)


Nama : Pastor Marius (Arie) Aloysius Maitimo, Pr
Nama Ayah : H.F. Maitimo
Nama Ibu : Louise Kepel
Almarhum adalah anak ke-8 dari 10 bersaudara: Laki-laki 5 org (4 org sudah meninggal) dan Perempuan 5 org.
Tempat/Tgl. Lahir : Makassar, 5 November 1954
Tempat/Tgl. Baptis : Gereja Mariso, 21 November 1954
Tempat/Tgl. Krisma : Makassar, 3 Juni 1963
Tempat/Tgl. Instalasi Lektor-
Akolit : Kentungan-Yogyakarta, 9 Oktober 1979
Tempat/Tgl. Tahb.Diakonat : Gereja Gotong-Gotong, 20 Desember 1980
Tempat/Tgl. Tahbisan Imamat : Gereja Mariso, 18 Januari 1981
Tempat/Tgl. Wafat : RS. Stella Maris Makassar, 3 Maret 2008 Pukul: 19.15 WITA

RIWAYAT PENDIDIKAN & TUGAS / KARYA
1961 - 1967 : SD Frater Thamrin
1968 – 1973 : Seminari Menengah St. Petrus Claver Makassar
1974 - 1981 : Seminari Anging Mammiri Yogyakarta
1977 : Tahun Orientasi Pastoral di Seminari St. Petrus Claver Makassar
1981 : Bersama P. Louis De Vos, CICM Melayani Paroki Rantepao
April-Nov. 1982 : Pastor Bantu Paroki Makale
1982 – 1986 : Anggota Staf Seminari Menengah St. Petrus Claver Makassar
1986 : Arsiparis KAMS
1986 – 1994 : Ketua Komisi Liturgi & Komisi Karya Misioner KAMS
1988 : Kepala Rumah Puspas Don Bosco, Koordinator Karya Pastoral
1990 : Pastor Pjs Paroki Andalas
1987 - 1990 : Pastor Moderator PMKRI
1991 : Pelayanan Rohani Paroki Panakkukang
16-22 Febr. 1993: Pastor Pjs. Paroki Polewali
1994 – 1995 : Pastor Bantu Paroki Mariso
1995 – 1998 : Pastor Paroki Mariso
1996 : Wakil Ketua Komisi Liturgi KAMS
1999 – 2002 : Anggota Dewan Konsultor KAMS
1999 : Pembimbing Retret/Rekoleksi Kaum Muda
2001 – 2002 : Ketua Komisi Liturgi KAMS
2001 – wafat : Pastor Bantu Paroki Katedral

~ REQUIESCAT IN PACE ~

MSC Menuai Dua Imam dari Sebuah Keluarga


Senja di Jumat, 1 Februari 2008. Lagu “Cantate Domino Canticum Novum“ membahana megah mengiringi prosesi pembukaan misa pentahbisan dua calon imam dari tarekat Missionaris Sacratissimi Cordis (MSC) di gereja paroki Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga – Mamajang. Jl. Tupai no.1 Makassar.

Penahbisan dua saudara kandung itu, Pastor Ariston Mbahi, MSC dan Pastor La Edi Teodorus, MSC, putera ke-4 dan ke-5 (dari 8 bersaudara) bapa Donatus La Tunda (alm.) dan ibu Maria Wa Bante, dari Paroki St.Mikael Labasa, Sultra tersebut, sungguh merupakan peristiwa imam yang istimewa. Sang bunda kedua calon imam dalam bayang senja usianya melangkah pasti di samping kedua puteranya, menghantar dan menyerahkan mereka menjadi milik gereja. Sesungguhnya ibu janda itu telah menyerahkan bagi Tuhan dan gereja miliknya yang paling berharga.
Misa penahbisan dihadiri hampir 100 imam, baik imam-imam diosesan maupun para konfrater neomist dari tarekat MSC. Juga puluhan biarawan-biarwati, para undangan serta ratusan umat dari berbagai paroki di kota Makassar turut hadir. Semuanya larut dalam doa bagi kedua imam baru. Suatu nuansa kebersamaan yang memancarkan makna; imam dari umat, oleh umat dan untuk umat.
Mgr. John Liku-Ada’, Pr Uskup Agung KAMS sebagai Uskup penahbis dalam kotbahnya menekankan bahwa kesediaan seorang imam untuk mempersatukan dirinya dengan Kristus sang Imam Agung adalah landasan untuk dapat mengambil bagian dalam Tri Tugas perutusan Yesus yakni menjadi Nabi, Imam dan Raja. Kristus telah mempersembahkan dirinya sebagai kurban yang tak bercela. Maka dari itu, seorang imam harus berusaha semakin hari semakin erat mempersatukan diri dengan Kristus, Sang Imam Agung dan mempersembahkan diri kepada Allah untuk menyelamatkan umat manusia, demikian Bapa Uskup.

Selanjutnya kepada kedua imam baru serta seluruh umat, Bapa Uskup berpesan agar senantiasa mengamalkan hukum kasih dalam hidup. Karena hukum kasih adalah keutamaan sejati yang menjadi tanda kemuridan kita kepada Kristus, Tuhan dan guru kita. Menurut Mgr. John, Santo Petrus yang dipilih Yesus menjadi kepala gereja perdana itu, bukan karena kepintarannya, melainkan karena ia memiliki sebuah hati yang penuh kasih kepada Tuhan. Dan Yesus sudah tahu hal itu. Akan tetapi Dia ingin Petrus menegaskan komitmennya itu di depan rekan-rekannya. Yesus membuat sebuah ujian lisan dengan pertanyaan sama yang diulangiNya tiga kali: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?“. Dan kita tahu, Petrus memberi jawaban yang sama atas pertanyaan-pertanyaan itu: “Benar Tuhan, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau”. Jadi untuk dapat menjadi murid Yesus yang sejati kita semua harus dapat mewujudkan kasih kepada Tuhan dan sesama.
Apalagi kedua imam baru yang dibesarkan dalam “Spiritualitas Hati“ MSC, hendaknya sungguh-sungguh menjadi Rasul hati yang penuh kasih di tengah umat kegembalaannya, tandas Bapa Uskup.
Di penghujung misa meriah itu, kedua Imam baru memberi berkat perdananya kepada bapa Uskup, keluarga dan seluruh umat, serta menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu mereka untuk menjawab “Ya“ atas panggilan Tuhan. Pastor Arist, MSC yang telah memilih motto tahbisan: “Aku telah membuka mulutku bernazar kepada Tuhan, dan tidak dapat aku mundur, sebab Engkau saja cukup bagiku” (bdk. Hak.11:35b), sungguh merasa pasti bahwa hanya Tuhanlah pilihannya. Sedangkan Pastor La Edi Teodorus, MSC, sang adik yang pernah dihukum Pastor paroki semasa kecil gara-gara pergi memancing ikan di hari Minggu itu, memilih motto tahbisan: “Fortiler in re, Suaviter in Modo “ (Tegas dalam tindakan, halus dalam cara ). Wakil Provinsial MSC yang mewakili provinsial MSC, Pastor Rolly Untu, MSC yang pada saat misa mendampingi Uskup bersama pastor paroki Mamajang, P. Frans Pontoh, MSC dalam sambutannya pun menyampaikan terima kasih kepada keluarga, Bapa Uskup, Panitia pentahbisan, dan seluruh umat, khususnya umat paroki Mamajang yang telah dengan iklas menerima tugas menyelenggarakan tahbisan kedua anggotanya. Untuk tempat karya kedua imam baru kita, belum bisa disampaikan saat ini. Mungkin setelah kapitel Propinsi MSC Indonesia di Merauke, Papua baru akan ada benumbing (penunjukan perdana) untuk mereka “ tandas beliau “ kami harap ada satu yang kembali memperkuat barisan MSC di Mamajang “ bisik seorang bapak.
Bapak Fredy Prasetyo, ketua panitia pentahbisan dalam sambutannya juga mengucapkan berlimpah terima kasih kepada semua pihak yang sudah bekerja sama mensukseskan acara ini. “Dalam waktu yang relatif singkat, Panitia telah bekerja semaksimal mungkin untuk acara imam ini. Puji Tuhan: dan terima kasih kepada seluruh umat, para donatur, penjasa dan penderma yang telah membantu. Tuhan memberkati kita semua. Tanpa bantuan Anda panitia tidak dapat berhasil baik”, kata salah satu tokoh umat paroki Mamajang itu.
Akhirnya, setelah liturgi pentahbisan, acara dilanjutkan dengan resepsi bersama dalam suasana persaudaraan penuh syukur dan gembira karena Tuhan telah berkenan memanggil dan memilih dua orang dari antara umat untuk diurapi menjadi imam-Nya.
Proficiat bagi Pastor Arist, MSC dan Pastor Edi, MSC, selamat bertugas menjadi imam Tuhan…. Tu es Sacerdos. Bersamamu kami bermadah: “Ametur ubique terrarum, Cor Jesu Sacratissimum in aeternum“ (Semoga Hati Kudus Yesus dikasihi di seluruh dunia, selama-lamanya). *** Penulis: Dalmas Meltyn

Agenda Bapa Uskup Maret - Mei 2008

Maret 2008
Tgl. Acara
04 Hari Imam
05 Pertemuan dengan Pengurus UNIO INDO; Temu-Kenal Kapolda baru
07 Silaturahmi Hari Raya Nyepi
10 Rapat Kuria
11 Hari Imam
16 Minggu Palma
18 Hari Imam
19 Misa Hari Bakti Yayasan Joseph
20 Kamis Putih
21 Jumat Agung
23 Paskah
25 Hari Imam

April 2008
Tgl. Acara
01 Hari Imam
05 Acara PUKAM-Jakarta
07-21 Ziarah bersama PUKAT
24 Rapat Dewan Konsultor
29 Hari Imam

Mei 2008
Tgl. Acara
01 Krisma di Andalas
06 Hari Imam
11 Krisma di Katedral
13 Hari Imam
17 Acara di Bantaeng
18 Krisma di Bantaeng
19 Rapat Pembina KARINA, Jakarta
20 Rapat Tahunan Gabungan KARINA
21-23 Rapat Presidium KWI
27 Hari Imam

Mutasi Personalia KAMS

1. P. John Turing Datang Pr
Dilepaskan sebagai Ketua Komisi KOMSOS KAMS.

2. P. Rudy Kwary Pr
Diangkat menjadi Ketua Komisi KOMSOS KAMS.

3. P. Yogkim Kirang Kraeng CICM
Diangkat sebagai Pastor Bantu Paroki Maria Ratu Rosario, Kare

Cinta-Mu Abadi bagi Kami, Perayaan 40 Tahun Hidup Membiara Sr. Paula Wa Suli, JMJ


Penduduk Pulau Muna Selatan konon berasal dari Pulau Jawa dan Buton. Daerah sekitar teluk Laengko ini, jika dipandang sepintas memang sangat memprihatinkan berbatu-batu dan amat tandus.
Lima tahun setelah Indonesia mengenyam kemerdekaan sekitar tahun 1950 daerah ini belum terjangkau oleh perhatian pemerintah. Segenap penduduk masih buta huruf. Belum terdapat sekolah sama sekali. Petugas pemerintah hanya dapat menghubungi penduduk untuk menagih pajak lewat pasar umum yang berlangsung setiap enam hari sekali. Mata pencaharian penduduk adalah bertani (ladang) dan menangkap ikan dengan alat sederhana. Kehidupan masyarakat dipimpin oleh pawang kampung. Seorang pawang membawahi kurang lebih 30 kk. Pesta suka duka diselenggarakan di bawah pimpinan pawang. Permasalahan yang terjadi diselesaikan secara musyawarah.
Dalam kondisi seperti inilah Misionaris CICM yang telah berkarya di Muna Utara (Raha) sejak tahun 1938 dipelopori Pastor Melhian Arts bersama keluarga Gerardus pengantar, keluarga La Sule (Ipar Pak Kono) ditemani beberapa pemuda dari Wale-ale memasuki daerah Muna selatan dan mulai karya Allah, mendirikan sekolah rendah (SR) 3 tahun di atas tanah beratapkan alang-alang dan berdindingkan gamacca (jelaja) dari bambu Lolibu (lipumalanga) desa pertama penuh sejarah iman yang letaknya di ujung jalan buntu (kini tak tampak lagi) karena SR itu pindah ke pantai (malampino) suatu stasi di tepi pantai paling selatan. Murid-murid pertama antara lain La Bakolu, La Balosi, Wa Dau. Mereka ini menerima baptisan katolik dan menerima nama baru Matius Bakolu, Thomas Balosi Ana Wa Dau. Tuhan memanggil yang dikehendakinya pada awal karya misi sebagai imam dan biarawati berkat pendidikan di SR ini. Ketika itu murid-murid yang naik kelas empat harus melanjutkan sekolah ke Raha. Dari selatan ke utara jaraknya 90 km. Di Raha sudah ada SD Misi dan di pastoran disiapkan internat untuk menampung anak-anak dari kampung. Meski perjalanan agak sulit hanya ada satu kemungkinan yaitu berjalan kaki, namun semangat belajar yang tinggi memungkinkan semua dijalani dengan baik. Syukurlah tahun 1961 berkat kehadiran guru tamatan SGA Makale SR Lolibu buka kelas 4, 5 dan 6. Juni 1963 kami boleh ujian di Bau-Bau (Buton). 1 Agustus 1963 kami melanjutkan ke SMP Katolik Raha. SMP ini didirikan oleh Pastor Theo Heurkens sebagai SMP pertama di Kabupaten Muna. Pada tahun 1955. Tahun 1972 SMP ini dikelola oleh Yayasan Taman Tunas dan tahun 1990 hingga sekarang oleh Yayasan Yoseph. Cukup banyak Pastor dan Suster alumni SMP Raha ini.
Kebahagiaan hari ini adalah hasil perjuangan hari kemarin dan harapan akan hari esok. Meniti panggilan hidup membiara selama 40 tahun tidak lepas dari pengalaman hidup dan dasar iman masa kecil dan masa remaja. Terima kasih ayah – bunda, kakak-adik sanak saudara dan para pendidik, guru-guru dan secara khusus para Pastor Missionaris CICM utusan Tuhan. Hari bersejarah 17 Agustus 1954, ayah sebagai pawang melepas jabatannya pemimpin dan menghantar istri dan kelima anaknya bersama seluruh kelompok binaannya ke hadapan imam CICM untuk menerima baptisan Katolik di lokasi sekolah. Tuhan berkarya dalam keluarga dan desa kami. Karya Cinta kasih Misionaris CICM inilah yang memungkinkan saya boleh menapaki panggilan sebagai seorang biarawati. Terima kasih kepada Societes JMJ yang sudi memberi saya kesempatan menghayati hidup membiara, ikut serta dalam hidup dan karya dengan kekuatan dan kelemahanku dengan kelebihan dan kekuranganku. Terima kasih kepada komunitas-komunitas yang telah menampung saya dalam kehidupan ini, terima kasih atas pendampingan sampai hari ini masih setia dan bertekad tetap setia hingga akhir hayat.
Mensyukuri pesta emas kapel Stella Maris yang dirangkaikan dengan 40 tahun hidup membiara di komunitas ini mengajak saya untuk mengenang kembali motto kaul kekal 9 Juli 1979, Luk.9:23 “Setiap Orang Yang Mau Mengikuti Aku Ia Harus Menyangkal Dirinya, Memikul Salibnya Tiap Hari Dan Mengikuti Aku“. Tepat waktu, di komunitas ini dekat rumah sakit saya dengan sepenuh hati bersedia meneruskan jalan salib kehidupan yang disediakan bagiku untuk mencapai keselamatan yang membahagiakan bersama dengan rekan-rekan suster yang penuh cinta persaudaraan dan dengan mantap menatap hari depan karena : “CINTA-MU TUHAN, ABADI BAGIKU“.***

Senyumlah bersama CU

Senyumlah bersama CU
Orang Muna suka berburu
Suka berburu di hutan jati
Senyumlah bersama CU


Syair lagu di atas sering dinyanyikan bila aktivis-aktivis Credit Union (CU) berkumpul bersama. Lantunan lagu di atas menjadikan saya menerawang jauh Wilayah Sulawesi Tenggara, Wilayah yang sudah lama saya kenal dengan baik karena ketika saya di seminari wilayah ini sering saya lewati bila dalam perjalanan Makassar-Muna.

Saya sendiri lahir di Muna 40-an tahun yang lalu. Sejak dari dahulu wilayah wilayah ini dikenal sebagai wilayah yang sangat subur. Aneka macam tanaman dapat diketemukan dengan mudah. Jambu mente, hutan jati dan pohon sagu sangat dikenal oleh masyarakat luas. Sagu sudah menjadi makanan pokok masyarakat khususnya untuk masyarakat Sulawesi bagian daratan. Maka dengan demikian juga mereka tidak pernah kekurangan makanan.

Keadaan 40-an tahun yang lalu kini seolah-olah berubah menjadi kesedihan yang sangat mendalam. Tanah yang mereka olah sekian tahun tidak lagi mendatangkan kegembiraan. Atau kalau tidak harus melewati pengolahan yang sangat intensif dan tentu saja mahal baru akan mendatangkan hasil. Inilah yang membuat masyarakat sedih. Maka dengan alasan ini bersama Komisi PSE-KAMS, P. Fredy Rante Taruk, Pr, kami ”nekat” untuk mendirikan CU di bumi Sulawesi Tenggara. Kami berpikir, melalui Credit Union wajah kehidupan ekonomi masyarakat dapat berubah: dari wajah menyedihkan menjadi wajah yang menggembirakan dan penuh harapan.

Pada tahap awal, kami memikirkan dan mendiskusikan di mana Paroki tempat CU akan didirikan, mengingat wilayah Sulawesi Tenggara yang luas serta terdiri dari kepulauan. Akhirnya kami menentukan untuk pertama kali, Unaaha untuk wilayah Unaha, Kolaka dan Kendari. Selanjutnya kami mengadakan kegiatan Lokakarya Pendirian dan Pendidikan Dasar yang dipimpin/difasilitasi langsung oleh Ketua Komisi PSE, P.Fredy Rante Taruk, Pr. Pada puncak kegiatan itu, tanggal 24 Oktober 2007, dalam suatu Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Vikep Sultra, P. Matheus Bakolu,Pr, diresmikan berdirinya TP Kasih Mulya. Jumlah anggota saat didirikan 80 orang dengan aset sekitar 185 juta rupiah.

Kini TP Kasih Mulya telah memiliki anggota per Februari 2008 sebanyak 129 anggota dengan asset 701 juta rupiah dan memperkerjakan satu orang staf manajemen.
Sebagai Pengurus waktu itu terpilih :
Ketua TP : P. Linus Oge, Pr
Wakil Ketua I : Regina Kondong
Wakil Ketua II : Yohanes Darmanarpa
Staf : Maria Widia Astuti.

Mayoritas masyarakat Unaaha adalah warga transmigrasi. Pekerjaan sehari-hari mereka adalah bertani sawah. Dengan biaya pengolahan sawah yang semakin tinggi atau kadang kala mereka terjebak dalam perilaku tengkulak maka kehadiran CU membuka masa depan yang semakin baik. Mereka kembali memiliki modal untuk mengolah sawah dan juga mereka memiliki kemungkinan untuk menyekolahkan anak-anak mereka.

Sementara itu dalam rangka Pendirian TP di Labasa, diadakan Lokakarya Pendirian dan Pendidikan dasar tanggal 12-13 Februari 2008, yang dipimpin/difasilitasi oleh P. Fredy Rante Taruk, Pr didampingi oleh P.Linus Oge,Pr dan Dominikus Renaldi (Ketua CU Mekar Kasih Makassar). Pada hari Rabu, 13 Februari 2008 diadakan Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Vikep Sultra, P.Matheus Bakolu, Pr, untuk meresmikan berdirinya TP Tilangano Kaasi (sinar kasih) dan dilantik pengurus terpilih. Tempat Pelayanan (TP) ini akan melayani masyarakat wilayah Labasa, Bau-Bau dan Raha.
Dalam Perayaan Ekaristi Vikep melantik pengurus TP Tilangano Kaasi yaitu :
Penasehat : P. Simon Refliandi, Pr
Ketua I : Heronimus La Iro
Wakil Ketua I : Simon Mbolosi
Wakil Ketua II : Kanon Nsale

TP Tilangano Kaasi dalam kegiatan sehari-hari dilayani oleh seorang staf, Pelagia. Pada saat peresmian, tercatat 101 anggota dengan asset 244 juta rupiah. Antusias umat sangat terasa dengan kehadiran CU versi abad 21, istilah yang dipakai untuk membedakan CU-CU yang sudah lama hadir di tengah masyarakat.
Dalam kata pembukaan, Romo Vikep mengharapkan agar melalui CU kehidupan ekonomi umat dan masyarakat semakin berkembang. Bersama Romo Fredy beberapa bulan ke depan akan segera dilangsungkan pelatihan-pelatihan bagi aktivis-aktivis CU di Unaaha untuk wilayah daratan Sulawesi Tenggara dan di Labasa untuk wilayah kepulauan Sulawesi Tenggara.

Kami optimis melalui CU yang memiliki prinsip ”yang bisa menolong orang miskin adalah orang miskin itu sendiri”. Maka kami berharap kepada rekan-rekan imam dan anggota Depas turut mendukung dan terlibat aktif dalam mengsukseskan CU versi abad 21 ini di tengah umat dan masyarakat.

Bagi aktivis-aktivis CU lagu ”Senyumlah bersama CU....” memunculkan banyak inspirasi dan semangat baru dalam rangka mengentaskan kemiskinan dan ketidakberdayaan di tengah umat.

Mari segera bergabung dan wujudkan impian Anda dengan menjadi anggota Credit Union ”Mekar Kasih”.

Informasi lebih lengkap hubungi :
I. Kantor Pusat
Kompleks Paroki St. Fransiskus Asisi
Jl. Hertasning No. 102, Panakkukang
Telp (0411) 5391745 – 882786
Makassar – Sulawesi Selatan

II. TP Kasih Mulya
Sendang Mulyasari, Blok AA
Tromol Pos 01 – Unaaha
Tep. (0408) 21711
Sulawesi Tenggara

III. TP Tilangono Kaasi
Labasa – Muna
Sulawesi Tenggara.*** Penulis: P. Linus Oge, Pr (Koordinator PSE/APP Kevikepan Sultra)

Sidang Kapitel Umum III Kongregasi Frater Hamba-Hamba Kristus


Pengantar
Kongregasi Frater Hamba Hamba Kristus pada waktu sekarang adalah satu-satunya kongregasi frater pribumi di Indonesia. Tidak sedikit orang, juga yang arif dan bijaksana, bergeleng-geleng kepalanya ketika di tahun 1958 mendengar saran Mgr. Schneiders untuk mendirikan suatu kongregasi religius di wilayah Makassar. Beberapa percobaan di bidang ini pada waktu itu di keuskupan lain tidak membuahkan hasil. Tidak heran, bahwa banyak orang mengamat-amati pelaksanaan inisiatif yang berani itu dengan teliti dan mengikuti percobaan baru itu dengan perhatian yang cukup besar. Tidak semua bersikap optimis terhadap perjalanan dan perkembangan dari lembaga religius ini. Bagaimanapun juga, ramalan-ramalan bahwa sesudah 50 tahun eksperimen ini akan menjadi tinggal sejarah, dan ternyata kini sudah menyebar ke berbagai wilayah sampai di luar Sulawesi. Bukan karena prestasi siapa-siapa tetapi melulu karena penyelenggaraan Ilahi sepanjang perjalanan kongregasi; rahmat dan berkat itulah yang menjadi alasan bagi kongregasi untuk bersyukur pada usia yang ke-50 tahun 2008 ini.

Kapitel Umum Kongregasi
Kapitel umum merupakan sidang tertinggi dalam sebuah kongregasi religius, serta memiliki otoritas tertinggi dalam kongregasi seturut konstitusi, dan mewakili seluruh kongregasi yang menjadi tanda sejati kesatuannya dalam cinta kasih. Adapun tugas dari kapitel umum diselenggarakan adalah untuk memelihara kasanah warisan kongregasi agar dipelihara oleh semua anggota dengan setia (KHK, 631 a.1). Khasanah warisan kongregasi yang dimaksud adalah mengenai cita-cita pendiri menyangkut tujuan kongregasi ini didirikan, semangat dan sifat kongregasi, serta pula tradisi-tradisinya yang sehat KHK Kan. 578. Pembicaraan-pembicaraan selama kapitel memang pada akhirnya menyangkut refleksi kritis atas apa yang sudah dijalankan sebelumnya dan dalam terang iman mencari kemungkinan kemungkinan baru sehingga dapat menginterpretasikan dan mengaplikasikannya dalam konteks zaman ini. Sidang kapitel juga mau mencermati dan ‘mengkritik’ situasi zaman dan dengan penuh imajiner mencari terobosan baru untuk membangun komitmen dan tuntutan tugas perutusan kongregasi serta kemampuan untuk merumuskan suatu visi secara baru bagi masa depan. Setelah aspek-aspek ini dibicarakan selama sidang lalu pada akhirnya sidang memilih anggota dewan untuk memimpin kongregasi selama lima tahun ke depan.
Menyongsong Usia Emas kongregasi yang jatuh pada tahun ini, maka, pada tanggal 25-30 Januari 2008 terselenggara Kapitel Umum III di Baruga Kare, Makassar yang membuahkan suatu semangat dan ajakan baru yang diberi tema “Menjadi Pelita Pembawa Terang” (Mat.6:22). Fokus gerakan menjadi pelita pembawa terang merupakan pedoman gerak lanjutan dari apa yang dirintis dalam kapitel sebelumnya di Malino. Kapitel ini terselenggara berkat dorongan Roh Kudus yang begitu kuat sehingga refleksi dan pembicaraan bersama selama kapitel dapat berjalan dengan baik, dan yang tak dapat dihindari, bahwa kongregasi harus sungguh semakin menghayati secara mendalam panggilan dan kerohaniannya sebagai Hamba-Hamba Kristus di dalam Gereja dan Masyarakat. Kongregasi yakin bahwa, hanya dengan itu para frater hidup dan melayani melalui berbagai karya bersama dengan Sang Guru sejati yakni Yesus, Hamba Yahwe sendiri. Adapun poin-poin penting yang menjadi pedoman gerak selama lima tahun ke depan sebagai hasil sidang kapitel kali adalah sebagai berikut:

A. Visi: Berharap pada Kuasa Allah
Kita berada pada situasi hidup yang ditandai oleh kegelapan, sehingga nilai-nilai moral dan etika memudar bahkan mati tak berdaya, dan oleh kematian yang ditandai dengan hilangnya rasa hormat akan hidup dan martabat manusia (KWI, surat gembala paskah 2001). Tekun dan bertahan dalam pengharapan, menata masalah bangsa, art 3.4.c). Dalam melihat situasi yang suram itu, kita Hamba-Hamba Kristus bersyukur bahwa Tuhan kita tetap dianugerahi pelita iman yang disertai kejernihan hati dan budi bila kita tetap setia pada panggilan kita untuk menjadi terang bagi bangsa-bangsa (Yes.46:6), dengan memaklumkan hukum kehidupan (bdk.Yes. 42:1). Maka tanpa teriak, dalam keheningan penuh keyakinan dan kerendahan hati, kita dipanggil untuk mewujudkan Sabda Tuhan “Buluh yang patah terkualai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya, tetapi dengan setia ia akan menyatakan hukum”(Yes. 42:3). Kita juga bersyukur dan yakin bahwa kita tidak akan menjadi pudar dan tidak akan patah terkualai, sampai menegakan hukum itu di bumi (Yes. 42:4). Dalam terang yang tak pudar ini kita menangkap harapan manusia masa kini dan merasakan bimbingan Roh Kudus. Untuk itu para frater Hamba-Hamba Kristus dalam seluruh pergulatan hidup senantiasa mengandalkan Allah sebagai satu-satunya sumber kekuatan, karena itu kita membangun relasi yang intim dengan Allah melalui pendalaman Kitab Suci, doa dan laku tapa, dan bersama Yesus Hamba Yahwe yang pada saat akhir hidupnya berdoa: “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku” (Luk. 23:46; Mzm. 31:6), kita akan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah yang menyelamatkan. Karena itu kita mau hidup dalam iman, bahwa Allah tidak akan meninggalkan kita dalam saat yang paling gelap sekalipun. Bersama Kristus yang rela menderita dan mati di salib, kita ingin berusaha menepati sabda Kristus: “Setiap orang yang mau mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikuti Aku” (Mrk. 8:34). Oleh karena itu, kita mau memupuk cinta akan salib dan iman akan nilai derita demi keadilan dan kebenaran, serta memupuk harapan akan kuasa Allah yang menyelamatkan (Konst. p.12-13; Mat. 14:23, 26:39, 28:38; Srt Gbl. KWI Nov-2001, hal.3-4). Sebagai frater Hamba-Hamba Kristus, kita akan menghayati persekutuan kasih persaudaraan yang terbuka terhadap Roh dan dilandasi oleh cinta kepada kongregasi (Konst. p.119)

B. Misi: Membawa Terang dalam Kegelapan
Dengan dijiwai semangat kesiapsediaan, kita melakukan segala pekerjaan yang baik (Konst. p.10) berdasarkan spiritualitas Hamba Kristus, yang rela menderita demi keadilan dan kebenaran dalam ketaatan kepada kehendak Bapa yang menyelamatkan (Konst. p. 11, 12, 13; Yes. 42:3; Mat. 12:20. Diutus dalam gerak maju bersama kita membawa dan menjadi terang dan daya hidup (Mat. 5:14-16) bagi setiap orang yang berada dalam kegelapan dan tersingkir terutama bagi kaum muda yang mengalami ketidakberdayaan agar mereka mengalami kasih Allah yang menyelamatakan dan membebaskan. (bdk. Konst. p. 23, 32, 45; Pesan Sidang Para Wali Gereja Indonesia 2001, hal.19)

C. Fokus
Dalam karya maupun doa kita akan mengutamakan terbentuknya hidup spiritual yang mengalir dalam keutamana-keutamaan moral yang bersumber pada nilai-nilai injili, sebagai sumbangan khas pelayanan kita bagi gereja. (Konst. p. 22)

D. Pilihan Dasar
Kita akan meningkatkan kehausan dan kelaparan kita akan kebenaran (Mat. 5:6) dan keberanian untuk menanggung risiko karena yakin akan kekokohan Sabda Tuhan: ”Berbahagialah orang yang dianiaya sebab kebenaran karena merekalah yang empunya kerajaan surga, yaitu hidup dalam kasih persaudaraan (Mat. 5:10; Konst. p. 8).

E. Strategi Meningkatkan Hidup Religius
Mengembangkan paradigma baru untuk membangun kongregasi yang lebih misioner dan visioner yang mampu membuat terobosan-terobosan baru yang proaktif untuk bergerak serta mengambil peran aktif dalam kehidupan Gereja yang berdimensi lokal dan universal melalui pengembangan karya dan komunitas, serta menjadi kongregasi yang mandiri, sehingga mampu menjalin kerja sama serta mampu mengambil peran aktif dalam kehidupan kemitraan dan kesaksian iman dalam mewartakan injil.

F. Keputusan dan Rekomendasi
Adapun keputusan dan rekomendasi Sidang Kapitel Umum III, antara lain:

1. Keputusan
Kapitel umum menerima dan menyetujui laporan umum DPU periode 2003-2008
Melanjutkan apa yang sudah diputuskan dalam Kapitel Umum II Malino
PU dan DPU tinggal satu rumah

2. Rekomendasi
A. Pembinaan
Mengevaluasi program pembinaan yang sudah ada
Pertemuan berkala antara tim formatores
Melanjutkan persiapan tenaga formator

B. Perutusan:
Meningkatkan perutusan pastoral kaum muda
Mempersiapkan tenaga pastoral kaum muda
Menindaklanjuti pembukaan asrama
Kongregasi akan membuka panti asuhan bila dianggap tepat dan menjawab kebutuhan dan kemampuan keuangan untuk mengelola.
Menyiapakan tenaga khusus untuk amal kasih & karya alternatif lainnya.
Ketua YTT dari anggota DPU.

C. Harta benda
Mempertegas apa yang sudah digariskan dalam Pelita Pembawa Terang bagian F poin 4 a b dan konstitusi psl 74, pedoman praktis 179, 185, 187,192,195,199 dan 200
Tanah di Bolu sebagiannya diserahkan ke paroki dan Malino diserahkan semua ke keuskupan.

D. Persekutuan:
Menentukan hari komunitas (mempertegas PPT bagian F 2 a)

E. Lain –lain
- Membuat manajemen personalia jangka pendek - panjang
- Sabatikal momen 25 th dan pancawindu.
- Tawaran dari Keuskupan Agung Ende dan Marauke diserahkan kepada DPU untuk memutuskan.
Hubungan dengan Keuskupan dirumusan sbb: Mengingat persekutuan dalam gereja, bukan keseragaman, melainkan anugerah Roh, yang hadir dalam keragaman kharisma-kharisma dan berbagai status hidup. Semua itu akan berfaedah bagi gereja beserta misinya, semakin jati dirinya yang khas dihormati. Sebab setiap karunia Roh dianugerahkan untuk berbuah bagi Tuhan dalam pertumbuhan persaudaraan dan perutusan. (VC: 4,3) Berdasarkan status kanonik HHK sebagai kongregasi diosesan, namun sekaligus juga sebagai kongregasi misioner di bawah reksa pastoral Uskup setempat, maka: Perlu membangun relasi yang terbuka demi efektifitas pertumbuhan persaudaraan dan perutusan sebagai bagian dari misi gereja. Meskipun diosesan, tetapi misinya tetap universal.


Dewan Pimpinan Umum
Seperti yang sudah kami singgung tadi, bahwa akhir dari sidang kapitel adalah pemilihan Dewan Pimpinan Umum Kongregasi. Segala hal yang berkaitan dengan hasil sidang, pelaksanaanya di bawah kendali DPU yang dalam posisi strategis bisa melihat gambar kongregasi secara menyeluruh, tetapi juga harus didukung penuh oleh seluruh anggota kongregasi. Dalam sidang pemilihan yang disaksikan oleh Uskup Agung Makassar yang dalam kesempatan ini diwakili oleh P.Frans Nipa, Pr, dan Pembimbing rohani kongregasi Pater van Rooy, CICM, dan Rm. Darminta, SJ selaku pendamping sidang kapitel, yang dihadiri oleh 29 frater peserta sidang kapitel, terpilih Dewan Pimpinan Umum Kongregasi periode 2008-2013 sebagai berikut:
Pemimpin Umum: Fr. Kornelis Banin, HHK
Wakil Pemimpin Umum: Fr. Mario Donatus Kumanireng, HHK
Anggota I: Fr. Faustyn Romanus, HHK
Anggota II: Fr. Ignasius I.K. Namatukan, HHK
Anggota III: Fr. Frans Batik, HHK

Penutup
Demikianlah beberapa gambaran sidang Kapitel umum, mengenai perkembangan kongregasi dari waktu ke waktu yang dapat memberi kesan tentang kesusahan dan kegembiraan, kesulitan dan keuntungan, tentang kedukaan dan kesukaran, pendek kata tentang manis pahitnya kehidupan suatu kongregasi. Ketiadaan tradisi mungkin membawa beberapa kesusahan, tetapi dari pihak lain, justru karena tidak terikat pada suatu tradisi, kongregasi ini punya suatu kesempatan yang luar biasa untuk mencari dan membangun suatu corak hidup religius yang lebih cocok dengan alam pikiran Indonesia. Semoga kongregasi ini dihindarkan dari bahaya terlalu mengasingkan diri dari realita hidup, sehingga anggota-anggotanya merasa diri terlibat dalam perkembangan dan pembagunan Kerajaan Allah dan masyarakat.
Semoga para frater menjadi orang religius yang sejati, yang sanggup menerjunkan diri dalam masyarakat tanpa tenggelam di dalamnya. Dengan demikian, terpenuhilah bagi mereka kata-kata santo Paulus: “…..kita mengabdi dalam hidup baru menurut roh” (Rom. 7:6).*** Penulis: Faustyn Romanus, hhk

Kronik Keuskupan Agung Makassar Desember 2007 - Februari 2008

13 Desember
Rapat penyusunan Bahan APP-KAMS 2008, peserta yang hadir 22 orang yang merupakan utusan dari komisi-komisi dan team APP/PSE kevikepan-kevikepan. Rapat dipimpin oleh ketua komisi APP-KAMS, P. Fredy Rante Taruk. Pokok pembahasan adalah kegiatan Animasi APP di paroki-paroki.

14 Desember
Rapat koordinasi PSE – HPS – CARITAS KAMS yang dihadiri oleh 22 orang dan dipimpin oleh P. Fredy. Materi pembahasan adalah evaluasi visi-misi karya PSE – HPS – CARITAS Makassar yang ada selama ini. Bagi CARITAS Makassar yang adalah bagian dari KARINA (Caritas Indonesia) rapat ini adalah yang pertama kalinya. Pada perayaan HPS 2008 ini mengambil tema: ”Pemberdayaan Lingkungan”.

20 Desember
Lima orang pemuda gagah dari Konggregasi CICM dengan mantap maju ke depan altar untuk menerima tahbisan Diakon (Fr. Marselius Manggau, Fr. Bennie, Fr. Sumaryani) dan Imamat (Diakon Jemadi Yufensius, Diakon Ritan Yoakim) di Paroki Hati Yesus Yang Mahakudus, Katedral Makassar. Pentahbisan ini dipimpin oleh Uskup Agung Makassar, Mgr. John Liku-Ada’ Pr. Hadir dalam Pentahbisan ini adalah sejumlah imam Projo KAMS, imam dari Kongregasi MSC, dan imam dari Kongregasi CICM diantaranya: P. Antonius Hestasusilo CICM (Provinsial CICM), P. Clemens Schreurs CICM, P. Gilbert Keirsbick CICM, dan P. Sylvester Asa CICM.

22 Desember
Ulang Tahun Kelahiran Mgr. John Liku-Ada’ Pr. Hari ini beliau berusia 59 tahun. Para pastor dan suster, para staf dan pegawai kantor KAMS, serta sejumlah ibu dari organisasi WKRI memberi salam sekalian bersantap siang bersama di ruang aula keuskupan. Doa kami semua, semoga uskup kita sehat dan bahagia selalu agar beliau boleh menggembalakan seluruh umat KAMS dengan baik. “Ad multos annos”.

24 Desember
Perayaan Meriah malam Natal. Pada pkl. 18.30 Mgr. John Liku-Ada’ Pr didampingi P. Andreas Rusdyn Pr, memimpin Misa malam Natal di paroki Katedral.

26 Desember
“Open House Natal” di aula keuskupan. Setiap tahun pada tanggal yang sama Uskup menerima sekaligus menjamu makan siang para tamu yang mau mengucapkan selamat Natal. Tampak hadir pada kesempatan ini Bpk Amin Syam (Gubernur Sulsel), Bpk Syahrul Yasin Limpo (Wakil Gubernur), Bpk Ilham Arif Sirajuddin (Walikota Makassar), para pemuka agama Islam, Hindu, Budha, Protestan dan Katolik, serta para tokoh masyarakat.

28-29 Desember
Uskup bersama P. Kamelus CICM, dan seorang wakil orang muda dari golongan Muslim menghadiri pertemuan FKUB dan pemda Luwu Timur di Sorowako.

29 Desember
Natal Oikumene umat Kristiani kota Makassar dan sekitarnya dilaksanakan di Balai Prajurit M. Jusuf, Makassar. Natal kali ini mengambil tema ”Hiduplah dengan Bijaksana, Adil dan Beribadah” (Tit 2:12). Natal ini dimeriahkan dengan acara sendratari yang mengangkat kisah Nabi Amos sang Pejuang Keadilan.

31 Desember
Perayaan Tutup Tahun kaum muda katolik kota Makassar yang dipusatkan di paroki St. Fransiskus Assisi Makassar dan diprakarsai oleh P. Yulius Malli Pr (Ketua Komisi Kepemudaan).

Pada hari yg sama P. Edy Kaniu Pr memimpin perayaan Tutup tahun di paroki Siti Fatima Bantaeng. Acara ini mengambil bentuk Perayaan Ekaristi ala Taize (suasana doa hening yang diterangi oleh cahaya lilin).

6 Januari
”Herzlich willkommen”. Tamu dari Jerman sebanyak 5 orang tiba di Makassar. Mereka adalah pasutri Maria – Hermann Hermjohannknecht, Frau Marianne Strauch, Frau Gisela, dan Frau Ingrid. Tujuan utama kedatangan mereka adalah untuk menghadiri pesta perak imamat P. Hendrik Njiolah Pr, dan P. John Turing Pr yang jatuh pada tgl 23 Januari. Selama berada di Makassar tamu kita ini menginap di rumah keuskupan. Selain di kota Makassar, mereka berkunjung juga ke beberapa kota untuk melihat sejumlah gereja di Tana Toraja, Pare-Pare dan Bantaeng.

8-11 Januari
Retret para seminaris Petrus Claver yang dilaksanakan di dua tempat yaitu di Baruga Kare, Makassar dan Panti Semadi Ratna Miriam, Malino. Untuk seminaris KPB didampingi oleh P. Frans Arring, KLS I didampingi oleh P. Carolus Patampang, KLS II didampingi oleh P. Marsel Lolo Tandung, dan KLS III – PA didampingi oleh P. Bartho Pararak.

15 Januari
Angin puting beliung melintas keras melalui halaman SMP Frater Jl. Thamrin; 2 pohon raksasa di pinggir lapangan tumbang terbanting, separuh dari atap TK Frater diangkat dan dilempar jauh, bagian tertentu dari atap kantor KAMS dan bubungan Gereja Katedral juga dibongkar; demikian halnya atap genteng sekolah Athirah berserakan.

16 Januari
Pemerintah Kota Makassar menyelenggarakan Natal Ekumene, bertempat di Balai Prajurit M. Yusuf (Balai Manunggal) dan dihadiri Bapak Wali dan ibu. Dalam sambutannya, Bpk. Wali berkomentar “Tahun ini panitia bekerja keras dan sukses gara-gara tahun kemarin Bapak Wali marah-marah”. Rupanya tahun lalu, lingkungan Pemda Kota Makassar tidak menyelenggarakan Perayaan Natal sehingga kenyataan tsb membuat Bpk. Wali marah-marah kepada segenap pegawai kantor yang beragama kristiani.

17 Januari
Dewan Konsultor KAMS bertemu untuk membicarakan beberapa hal antara lain personalia imam, penempatan TOPer dan pemberdayaan masing-masing kevikepan dalam rangka menerjemahkan Ardas KAMS.

19 Januari
Suasana Kota Anging Mammiri cukup mencekam, sebagian pusat perbelanjaan dan pertokoan memilih tutup. Hari ini demo dari massa pilkada pendukung Sayang mencapai puncaknya; puluhan ribu rakyat dari luar Kota Makassar “menduduki” Rumah Jabatan Gubernur.

20 Januari
Pk. 20.30 Rapat Panitia Munas IX Unio di Pastoran Unio al. membahas upaya-upaya pencarian dan penggalangan dana.

21 Januari
Perayaan Syukur 40 tahun hidup membiara Sr. Paula Wa Suli JMJ dan 50 tahun Kapel Stella Maris. Misa Syukur dipimpin P. Piet Timang didampingi beberapa orang pastor sebagai konselebran.

23 Januari
Perayaan Pesta Perak Imamat P. Hendrik Njiolah dan P. John Turing. Segenap umat paroki St. Joseph Pekerja, Gotong-Gotong dan sejumlah umat dari berbagai paroki dalam dan luar kota Makassar turut bersukacita dengan menghadiri perayaan Ekaristi Kudus yang dipimpin oleh Mgr. John Liku dan didampingi oleh Jubilaris P. Hendrik dan P. John, serta P. Anton Sarunggaga (juga merayakan pesta perak imamatnya pada 26 Januari 2008).

25 Januari
”Auf wiedersehen....“ Hari ini tamu kita dari Jerman meneruskan perjalanan mereka ke Bali, Jogyakarta dan Jakarta untuk beristirahat beberapa hari di sana lalu terbang kembali ke kampung halaman mereka. ”... gute reise nach Ihre Heimat.”

Pembukaan Kapitel Umum III Kongregasi Frater HHK di Baruga Kare; Misa Kudus dipimpin oleh Romo J. Darminta SJ, hadir pula P. Jos van Rooy CICM (Bapa Rohani Kongregasi) dan Sekretaris KAMS.

26 Januari
Perayaan Pesta Perak Imamat P. Markus Paretta, P. Bartho Liling, dan P. Anton Sarunggaga. Bapak Uskup Agung Makassar, sejumlah imam dan umat paroki Rantepao serta umat dari paroki lain merayakan pesta ini dalam Perayaan Ekaristi Kudus. Dalam sambutannya, Mgr. John mengajak segenap imam dan umat untuk berlaku sederhana dalam setiap pesta; maksudnya agar kita tidak terlalu berlebihan atau memboroskan dana dalam menyelenggarakan suatu pesta.

27-30 Januari
Setiap enam bulan imam-imam muda KAMS berkumpul bersama di salah satu paroki untuk menjalin keakraban dan persaudaraan. Ada sejumlah kegiatan yang mereka lakukan seperti berdoa bersama, sharing karya, olahraga bersama, dan pembinaan atau pelatihan bersama. Pertemuan terakhir dilaksanakan di Saluampak yang dihadiri 30 imam. Fokus utama pertemuan ini adalah sharing karya pelayanan sesuai bidang tugas masing-masing (parokial atau kategorial). Di samping itu mereka mencoba menggali dan merenungkan pokok-pokok pergumulan seorang imam di tengah masyarakat:
”Citra imam menurut Yesus Kristus, Imam Agung Sejati” lewat pendampingan P. Stef Salenda’.
”Umat Katolik Indonesia di tengah masyarakat mayoritas Muslim”. Didampingi P. Paulus Tongli dan P. Marsel LT.
“Sosialisasi visi, misi, dan strategi pembinaan kaum muda katolik”. Didampingi P. Yulius Malli.
”Animasi APP 2008, dengan tema Kesejatian Hidup dalam Pemberdayaan Lingkungan”. Didampingi oleh P. Fredy Rante Taruk.

30 Januari
Penutupan Kapitel Umum III Kongregasi Frater HHK; peneguhan DPU Kongregasi (PU yang baru: Fr. Cornelis Banin) periode 2008-2013 dilaksanakan dalam Misa Kudus yang dipimpin langsung Uskup KAMS.

31 Januari
Jubileum 20 tahun imamat P. Robby Lamba, P. Albert Rua’, P. Joseph Padang, P. Linus Oge dan P. Piet Majina. Kelima imam kita ini merayakan secara bersama ulang tahun imamat mereka dalam Ekaristi Kudus dengan mengambil tema ”... Ini aku, utuslah aku ...” (Yes.6,8), sesuai dengan motto yang mereka pilih ketika ditahbiskan sebagai imam pada 1988. Dalam homili singkat P. Robby mengungkap pengalaman imamatnya ditugaskan di berbagai tempat, dan salah satunya yang sangat berkesan baginya adalah tugas pelayanannya di keuskupan Jayapura, selama pelayanannya sebagai misionaris domestik di sana ia berulangkali diserang penyakit malaria namun tidak menyurutkan semangatnya untuk siap ditugaskan di mana saja, sesuai dengan motto panggilannya. ....Selamat berkarya pastor ....

1 Februari
Dua pemuda kakak-adik asal paroki St. Mikael, Labasa, Diakon Ariston Mbahi MSC dan Diakon La Edi Teodorus MSC, menerima tahbisan imamat di Paroki St. Perawan Maria Diangkat Ke Surga, Mamajang. Upacara pentahbisan dipimpin oleh Uskup Agung Makassar, Mgr. John Liku-Ada’ Pr, didampingi oleh Pastor Rolly Untu MSC (wakil Provinsial MSC) dan Pastor Benny Pangkey (Superior MSC untuk daerah Sulawesi dan Kalimantan Timur). Kedua imam baru ini adalah alumni Seminari Petrus Claver Makassar. Hadir dalam upacara suci ini adalah sejumlah imam projo KAMS, imam-imam CICM, dan sejumlah imam tarekat MSC dari berbagai keuskupan.

2 Februari
Sosialisasi Bahan Pendalaman Iman yang disusun oleh Komisi Kateketik - Komisi Kitab Suci – Komisi Liturgi KAMS. Peserta yang hadir 52 orang yaitu utusan dari paroki-paroki se-kevikepan Makassar. P. Bartho Sire’pen dan Petrus Matutu (sebagai anggota team APP Kevikepan Mks.) memfasilitasi kegiatan ini dan dibantu oleh ketua komisi PSE/APP KAMS, dan P. Leo Sugiyono, MSC.

Pertemuan Kuria KAMS (Uskup, P. Frans Nipa, P. Albert A, dan P. Marsel LT) dengan P. Benny Pangkey MSC (Superior MSC untuk daerah Sulawesi dan Kalimantan Timur), P. John Mengko MSC (wakil pimpinan daerah), P. John Rawung. Materi pokok pembicaraan mengenai tenaga pelayan imam untuk paroki SP. Maria Diangkat ke Surga, Mamajang.

Team OF (On going Formation) KAMS berkumpul bersama setelah beberapa lama “tertidur”, beberapa hal yang disepakati, diantaranya agar di tingkat kevikepan, para imam mencari bentuk-bentuk kegiatan OF sesuai dengan kebutuhan dan kondisi setempat juga agar team OF berupaya mengakomodir rekan-rekan imam yang membutuhkan pembinaan-pembinaan (up-grading) secara pribadi.

4 Februari
Pertemuan Berkala Kevikepan Makassar. Salah satu pokok pembicaraan adalah pembagian tugas asistensi perayaan pekan suci.

5 Februari
Mgr Julius Sunarko SJ, Uskup Purwokerto mampir sejenak di kota Makassar (sejak pagi hingga malam hari di rumah keuskupan), dalam rangka perjalanan ke Sorong. Beliau diundang sebagai salah satu pembicara dalam rapat Kapitel para imam Kongregasi MSC. Selamat melanjutkan perjalanan Mgr, semoga tiba dengan selamat...

6 Februari
Rabu Abu. Segenap umat katolik di manapun berada mengawali masa pantang – puasa atau masa prapaskah dengan mengenakan abu pada dahi.

7 Februari
„Gong Xi Fa Cai...“ Hari ini saudara-i kita dari keluarga Tionghoa merayakan Tahun Baru Imlek. FAUB Propinsi Sulsel mengadakan ziarah Imlek ke sejumlah pimpinan dan tokoh Walubi. Semoga semangat kesederhanaan Imlek mendorong kita untuk semakin berbelarasa pada saudara-saudari kita yang „kurang beruntung“ dan semoga dalam keberagaman, semangat kerukunan-persaudaraan tetap terjalin.

13 Februari
Uskup berangkat ke Jakarta dalam rangka Rapat Presidium KWI dan Rapat Terbatas Komisi Teologi KWI.

19 Februari
“Welcome back to our archdiocese, father ....” Selama tiga bulan Vikjen kita, P. Ernesto CICM menjalani cuti di negeri Paman Sam dan Filipina. Kini beliau kembali ke tengah-tengah kita dalam keadaan sehat waalfiat, dengan kesegaran dan semangat yang baru. Selamat berkarya di ladangNya, pastor.

27-29 Februari
Setiap malam sejumlah imam muda dalam kota Makassar berlatih bernyanyi bersama di Pastoran Unio Jl. Serui 18. Mereka mempersiapkan diri untuk tampil di paroki-paroki dalam kota Makassar dalam rangka mencari dana agar Munas Unio IX di Makassar-Toraja yang akan datang (tgl. 4 s/d 10 Agustus 2008) dapat terselenggara. Selamat berlatih, semoga sukses! „Bene cantare bis orat...“ (bernyanyi dengan baik sama dengan berdoa dua kali). ***

DOA UNTUK PARA IMAM (MUSYAWARAH NASIONAL UNIO IX) 4-10 Agustus 2008 di Makassar dan Toraja

Tuhan Yesus,
Engkau sudah memilih para imam dari tengah-tengah kami
dan mengutus mereka untuk mewartakan Sabda
dan untuk bertindak dalam namaMu.
Kami menaikkan pujian dan bersyukur kepadaMu
karena karuniaMu yang begitu agung bagi Gereja.
Kami mohon kepadaMu untuk memenuhi mereka dengan api KasihMu,
sehingga pelayanan mereka dapat memancarkan kehadiranMu di dalam Gereja.
Karena mereka adalah bejana tanah liat,
maka kami berdoa agar kuasaMu memancar melalui kerapuhan mereka.
Di saat penderitaan jangan biarkan mereka remuk;
di saat bimbang, jangan biarkan mereka hancur;
di saat penganiayaan jangan tinggalkan mereka.
Terangilah mereka melalui doa
untuk menghayati setiap hari misteri wafat dan kebangkitanMu.
Pada saat lemah, kirimkan kepada mereka Roh KudusMu,
dan bantu mereka untuk memuliakan BapaMu yang di Surga dan berdoa bagi para pendosa.
Bimbinglah mereka dengan Roh KudusMu
agar selalu dapat menjalin persatuan dan kesatuan di antara mereka,
sehingga dalam semangat kerendahan hati dapat bekerja sama satu sama lain
untuk menghadirkan kerajaan KasihMu di tengah-tengah dunia.
Kami mohon berkatMu secara khusus
untuk pelaksanaan Musyawarah Nasional UNIO IX yang akan dilaksanakan di Makassar dan Tana Toraja pada bulan Agustus mendatang.
Semoga para imamMu yang akan berkumpul
dapat saling menguatkan dan saling menyemangati
demi tugas pelayanan yang lebih baik.
Semoga Munas UNIO ini dapat memberi manfaat yang besar bagi segenap imam dan umatMu,
sehingga kami semua boleh memberi kesaksian nyata sebagai satu persekutuan umat Allah.
Dengan Roh Kudus yang Kauutus,
taruhlah kata-kataMu pada mulut mereka,
dan semaikanlah kasihMu di dalam hati mereka,
agar mereka dapat membawa kabar baik bagi yang miskin
dan kesembuhan bagi yang patah hatinya.
Dan semoga penyerahan BundaMu Maria kepada murid yang Kaukasihi,
merupakan penyerahan pula kepada setiap imam.
Buatlah agar Bunda yang telah melahirkanMu dalam wujud manusia,
dapat pula membentuk mereka seturut wujudMu yang ilahi,
dengan kuasa Roh KudusMu, bagi kemuliaan Allah Bapa. Amin.

Atas nama para imam diosesan Keuskupan Agung Makassar, Panitia Munas UNIO IX 2008, juga memohon dukungan dan bantuan finansial umat sekalian.
Tujuan yang hendak dibangun dan dikembangkan melalui Munas UNIO ialah: Membangun persaudaraan dan kerjasama antar imam diosesan se-Indonesia; mengembangkan spiritualitas imam diosesan; meningkatkan kualitas hidup dan karya pelayanan imam diosesan.
Umat boleh mengirimkan sumbangannya ke rekening Munas UNIO atas nama:

P. Maris Marannu Pr
Tahapan BCA
KCU Cabang Makassar
No. Rek. 025 547 2734

P. Hendrik Njiolah Pr
Bank Mega
No. Rek. 020 7900 2005 3313